3. Kaitan Pelaksanaan AMDAL Terhadap Pemberian Kredit
Analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL adalah salah satu perangkat preventif pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melalui peningkatan
akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan AMDAL dengan mempersyaratkan lisensi bagi penilai AMDAL dan diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen
AMDAL, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang AMDAL. AMDAL juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam memperoleh
izin lingkungan yang mutlak dimiliki sebelum diperoleh izin usaha. Dengan kata lain agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan Pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah
satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usahakegiatan. AMDAL digunakan
untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraanpemberian ijin usaha danatau kegiatan. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha danatau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha danatau kegiatan, sedangkan izin usaha danatau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha danatau
kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
Bagi pemrakarsa, salah satu manfaat AMDAL adalah untuk dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan. Dalam menjalankan usaha danatau
kegiatan, nasabah debitur mendapatkan fasilitas kredit dari bank untuk menjalankan operasional usahakegiatan yang dijalaninya. Pada dasarnya, sebagai penyedia dana
atas proyek-proyek yang dijalankan oleh suatu usahakegiatan dari nasabah debitur tersebut, peranan bank dalam hal mempertahankanmeningkatkan kualitas lingkungan
hidup adalah peranan tidak langsung, namun peranan tersebut sangat strategis. Menurut Hermansyah S.H., ada beberapa aspek pada Tahap Penilaian Kredit,
yaitu :
67
a. Aspek Hukum Yang dimaksud dengan aspek hukum disini adalah penilaian terhadap
keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh
pejabat atau lembaga yang berwenang untuk itu. b. Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan akan datang.
c. Aspek Keuangan Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan
adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan
67
Hermansyah, Op.cit, hal. 70
Universitas Sumatera Utara
yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
d. Aspek TeknisOperasional Selain aspek-aspek sebagaimana telah dikemukakan di atas, aspek lain
yang juga dilakukan penilaian adalah aspek teknis atau operasional dari perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi
tempat usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung lainnya.
e. Aspek Manajemen Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman
dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan
usaha tersebut. f.
Aspek Sosial Ekonomi Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun sosial.
g. Aspek AMDAL Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan
salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan. Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti
mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan fungsinya, bank selaku institusi keuangan berperan dalam menghimpun dana masyarakat dan disisi lain menyalurkan membiayai suatu
proyek. Sudah selayaknya dalam menjalankan fungsinya tersebut bank menjadi institusi pertama dan utama dalam merencanakan, menapis, dan menyatakan suatu
proyek layak atau tidak untuk didanai. Karena sebelumnya sudah menjalani proses analisa kelayakan segi hukum, pasar dan pemasaran, keuangan, teknis operasional,
manajemen, sosial ekonomi, teknis dan studi kelayakan dari segi lingkungan AMDAL.
AMDAL telah banyak dilakukan di Indonesia dan di negara lain. Akan tetapi pengalaman menunjukkan bahwa AMDAL tidak selalu memberikan hasil yang kita
harapkan sebagai alat perencana. Bahkan tidak jarang terjadi, studi AMDAL hanyalah merupakan dokumen formal saja, yaitu sekedar untuk pelengkap
administrasi pembangunan saja. Setelah laporan AMDAL didiskusikan dan disetujui, laporan tersebut disimpan dan tidak digunakan lagi. Laporan itu tidak mempunyai
pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek selanjutnya. Bila menurut hasil AMDAL, proyek yang diminta pembiayaannya oleh calon
nasabah debitur harus dilengkapi dengan sarana pencegahan perusakan atau pencemaran lingkungan, atau harus dilengkapi dengan sarana untuk memproses daur
ulang limbah Bahan Beracun dan Berbahaya B3 yang dihasilkan oleh proyek itu, maka bank dalam rangka melaksanakan kewajibannya yang ditentukan oleh
UUPPLH mutlak harus mewajibkan nasabah debiturnya membangun pula sarana dimaksud sebagai bagian dari proyek. Hal itu diwajibkan oleh bank kepada nasabah
Universitas Sumatera Utara
debitur bukan saja demi kepentingan nasabah debitur, tetapi juga demi kepentingan bank sendiri.
Idealnya AMDAL bersifat proaktif, antisipatif, preventif dan berperan sebagai early warning sistem untuk kegiatan-kegiatan yang berdampak lingkungan. Sehingga
kekurangpedulian usahawan terhadap AMDAL itu bukan hanya mengandung resiko bagi pengusaha bersangkutan, melainkan akan merugikan pula pihak bank sebagai
penyalur kredit.
68
4. Aturan Hukum Penerapan AMDAL dalam Perjanjian Kredit