ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN BANK INDONESIA MENGENAIPRINSIP KEHATI HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN
PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum
Minat Utama : Hukum Dan Kebijakan Publik
Oleh :
INGGAR WIDIYARTO NIM : S310906208
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU HUKUM KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
ii
PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN
Disusun Oleh :
Nama : INGGAR WIDIYARTO NIM : S.310906208
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Jamal Wiwoho,SH.,M.Hum. ……… ………… NIP. 131 658 560
Pembimbing II Winarno Budyatmojo, SH.,M.S. ……… ………… NIP. 131 658 559
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Hukum
Prof.Dr.H.Setiono,S.H,M.S. NIP. 130 345 735
(3)
iii
PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN
Disusun Oleh :
Nama : INGGAR WIDIYARTO NIM : S.310906208
Telah Disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof.Dr.H.Setiono, S.H.,M.S. ... ...
Sekretaris Dr.Hari Purwadi, S.H., M.Hum. ... ...
Anggota 1. Dr.Jamal Wiwoho, S.H.,M.Hum. ……….. …………
2. Winarno Budyatmojo,S.H.,M.S. ……….. ………… Mengetahui,
Ketua Program Studi Prof.Dr.H.Setiono,S.H,M.S. ……… Ilmu Hukum NIP. 130 345 735
Direktur Program Prof.Drs.Suranto,M.Sc.,PhD. ... Pasca Sarjana NIP. 131 472 192
(4)
iv Saya yang bertanda tangan dibawah ini ;
Nama : Inggar Widiyarto
NIM : S.310906208
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ” Analisis Yuridis Kebijakan Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan ” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Desember 2008 Yang membuat pernyataan,
(5)
v
Akhirnya, dengan kerja keras yang penulis lakukan, untuk menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu syarat kelulusan studi di Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret, telah terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang penulis inginkan. Hal tersebut mustahil tercapai tanpa bantuan dari pihak lain.
Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan tesis ini kepada :
1. Allah SWT...Penguasa langit dan bumi, karena kasihMu maka penulis bisa menyelesaikan apa yang menjadi cita-cita dan harapan dalam hidup ini.
2. Nabi besar Muhammad SAW...sebagai tauladan dalam mengisi kehidupan di dunia ini.
3. Kedua orang tuaku...Bapak Sumadi,SPd dan Ibu Sri Supadmi. Kedua orang yang telah memberikan cinta kasihnya selama ini kepada penulis. Yang telah memberikan segala-galanya.
4. Istriku tercinta...Pratiwi Agustin Sinaga, SH. Yang selalu menemani hari-hari penulis, yang telah memberikan segala kasih sayang dan cintanya, yang menenteramkan hati disaat sedih, yang membuat penulis menjadi seorang manusia yang lebih dewasa. Aku persembahkan tesis ini untukmu, pendamping hidupku.
5. Guru-guruku, mereka yang telah memberikanku ilmu yang bermanfaat, dari ketidaktahuanku diwaktu kecil hingga seperti saat ini.
6. Almamaterku 7. Nusa dan Bangsaku
(6)
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari, tanpa pertolongan dan ridho dari Nya sangat mustahil ini semua bisa terselesaikan dengan baik. Untuk itu manusia wajib berusaha dan berdoa, akan tetapi Allah SWT yang menentukan segala hasilnya.
Penulisan tesis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun Tesis ini berjudul Analisis Yuridis Kebijakan Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu tanpa bantuan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat :
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD., selaku Direktur Program Pasca Sarjana yang telah memberikan banyak fasilitas dan kesempatan dalam studi penulis di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Setiono, SH., M.S., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas guna keperluan penulisan tesis ini dan petunjuk dalam penulisan tesis ini.
(7)
vii
memberikan bantuan fasilitas guna keperluan penulisan tesis ini, serta saran dan bimbingan yang berguna sebagai petunjuk dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Dr.Jamal Wiwoho,SH.,M.Hum. selaku pembimbing I dalam penulisan
tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, meluangkan waktu untuk memberikan koreksi terhadap penulisan tesis ini, sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.
5. Bapak Winarno Budyatmojo, SH.,M.S. selaku pembimbing II dalam penulisan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, meluangkan waktu untuk memberikan koreksi terhadap penulisan tesis ini, sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik.
6. Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat, serta doa yang tulus tak henti-hentinya kepada penulis, sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Kakakku Indah Widiyasari dan Wijanarko, adikku Irma Novitasari, serta keponakanku Jasmin Mutia Salina. 7. Istriku, pendamping hidupku yang tercinta. Wanita yang aku cintai dan
sayangi dengan setulus hati, ibu dari anak-anakku kelak. Yang tersayang Pratiwi Agustin Sinaga, SH. yang telah banyak memberikan dorongan semangat, dan tak lelah mengingatkanku untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini. Aku persembahkan tesis ini untukmu. Dan untuk anakku tersayang yang masih dalam kandungan. Semoga engkau lahir dengan sehat
(8)
viii
8. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya Konsentrasi Hukum dan Kebijakan Publik Angkatan September 2006, Vita ( atas segala bantuan dan dorongan semangat, serta kebersamaan yang kau berikan ), Siska ( Terima kasih semuanya ), Lingga, Bu Tutik, Widi, Arif, Danang, Feri, Agus, Pak Junizar, Pak Sugeng, Pak Waliyana, Pak Ismiyanto, Mas Aris, Pak Bambang Hakim, Pak Bambang Winahyo, terima kasih atas bantuan tugas mata kuliahnya, atas bantuan catatan-catatan kuliah, atas buku-bukunya, atas kedatangan waktu seminar proposal, dan atas semua kebersamaan kita, persahabatan yang tak harus terhenti seketika. Sampai bertemu kembali dilain kisah dilain waktu..
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya yang telah diberikan kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.
Semoga tesis yang masih jauh dari sempurna ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi siapa saja, yang ingin mengkaji dan meneliti mengenai Hukum dan Kebijakan Publik, khususnya mengenai dunia perbankan.
Surakarta, Desember 2008
(9)
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. LANDASAN TEORI ... A. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Teori Hukum ... 10
B. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik ... 16
C. Tinjauan Umum Tentang Perbankan dan Hukum Perbankan ... 20
D. Kerangka Berpikir ... 35
BAB. III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Lokasi Penelitian ... 41
C. Jenis Data ... 42
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 43
E. Tehnik Analisa Data ... 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 52
BAB V. PENUTUP ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Implikasi ... 98
C. Saran-saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA
(10)
x
1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Tahun 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
(11)
xi
Bank Indonesia Mengenai Prinsip Kehati-hatian Dalam Pemberian Kredit Perbankan. Tesis : Program Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini menganalisa mengenai kebijakan apakah yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sebagai langkah penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan. Selanjutnya, apakah yang menjadi persamaan dan perbedaan antara kebijakan tersebut dengan Undang-undang perbankan khususnya dalam hal penerapan prinsip kehati-hatian .
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif. Konsep hukum yang digunakan adalah konsep hukum yang kedua, dari pendapat Soetandyo Wignyosoebroto, yaitu hukum adalah norma-norma positif didalam sistem perundang-undangan hukum nasional. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka atau lazim disebut data sekunder. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara metode deduktif atau silogisme deduksi. Penulis memulai dari data-data yang bersifat umum ( premis mayor ), yakni mengenai pemberian kredit perbankan. Kemudian yang bersifat khusus ( premis minor ), yakni mengenai penerapan prinsip kehati-hatian. Untuk kemudian ditarik hubungan diantara keduanya, sebagai sebuah konklusi.
Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Kebijakan Bank Indonesia mengenai prinsip kehati-hatian, khususnya dalam bidang kredit perbankan, dikeluarkan dalam bentuk PBI No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan SEBI No. 5/21/DPNP Tahun 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Substansi yang terkandung di dalam peraturan tersebut, belum sesuai dengan ketentuan yang terdapat didalam Undang-undang perbankan.. Dalam PBI No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan SEBI No. 5/21/DPNP Tahun 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, terdapat persamaan dan perbedaan dengan ketentuan yang ada dalam Undang-undang Perbankan. Yang dikaji menggunakan teori hukum dari Hans Kelsen, mengenai Stufen Theory. Adapun yang menjadi persamaannya adalah prinsip kehati-hatian menjadi pedoman dalam setiap aktifitas perbankan; pemberian kredit perbankan dilaksanakan dengan memegang prinsip kehati-hatian; adanya penetapan limit kredit; dan kewajiban bagi bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian, sebagai bagian mewujudkan good corporate governance. Sedangkan yang menjadi perbedaanya adalah penerapan sanksi administratif terhadap pelanggaran sistem manajemen risiko, bertentangan dengan ketentuan didalam Undang-undang perbankan; adanya sistem pengendalian intern untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian.
(12)
xii
Inggar Widiyarto. S.310906208. A Juridical Analysis of the Bank of Indonesia’s Policy on the Principles of Carefulness in the giving of Bank Credit. Thesis: Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2008.
This research investigates: (1) what policies are issued by the Bank of Indonesia as a foundation to apply the principles of carefulness in the giving of bank credit; and (2) what are the similarities and differences between the policies and the prevailing banking laws particularly in the application of the principles of carefulness.
This research is a normative legal one. It uses the second law concept as suggested by Soetandyo Wignyosoebroto, which says that a law is positive norms in the legislation system of national law. Data of the research were gathered through a library study, generally accepted as secondary data. The data were then analyzed by using a deductive method or deductive syllogism. The analysis was started from the general data (major premise), that is, the giving of the bank credit then was continued to the specific data (minor premise), that is, the application of the principles of carefulness. Finally, the relation between the two premises was drawn as conclusions.
Based on the results of the research and the discussion on the research problems, conclusions are drawn that (1) to deal with the application of the principles of carefulness, particularly in the giving of bank credit, the Bank of Indonesia issues PBI NO. 5/8/PBI/2003 on the Application of Risk Management for General Bank and SEBI No. 5/21/DPNP, Year 2003 on the Application of Risk Management for General Bank; and (2) there are some similarities and differences between the policies and the provisions of the banking laws, which are examined by using the Stufen Theory as suggested by Hans Kelsen. The similarities between the policies and the banking laws are as follows: (1) the policies and the banking laws state that the principles of carefulness become the foundations and guidelines the banking activities; (2) the giving of bank credit shall be based on the principles of carefulness; (3) the giving of bank credit shall be subject to the credit limit; and (4) the banks are obliged to apply the principles of carefulness as a part to manifest good corporate governance. The differences between the policies and the banking laws are as follows: (1) the application of administrative sanctions to the infringement of risk management system contradicts the provisions of the prevailing banking laws; and (2) there is an internal control system to execute the principles of carefulness.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam memasuki era globalisasi yang meliputi semua aspek kehidupan baik
politik, sosial, budaya, dan ekonomi banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh suatu
negara. Untuk memenuhi tuntutan tersebut tiap negara harus melaksanakan
pembangunan agar dapat mensejajarkan diri dengan negara-negara lain. Begitu pula
dengan Indonesia, usaha untuk memenuhinya terdapat dalam tujuan bangsa Indonesia
seperti yang termaktub didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4,
yaitu sebagai berikut :
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Tujuan tersebut dapat tercapai apabila dilaksanakan berdasarkan kerjasama
antara pemerintah dan masyarakat. Salah satu bidang pembangunan nasional yang
dilaksanakan adalah pembangunan dibidang ekonomi. Pembangunan nasional
memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya.
Sasaran ini terus diupayakan untuk ditingkatkan kualitasnya dari waktu ke waktu.
(14)
Untuk itu upaya memperbaiki dan memperkuat sektor keuangan khususnya industri
perbankan menjadi sangat penting.
Sektor perbankan memiliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai
pengatur urat nadi perekonomian nasional. ( William A Lovett, 1997:1 ) Lancarnya
aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan ekonomi. Dengan
demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat penting menjadi sasaran
akhir dari kebijakan-kebijakan disektor perbankan. Mengingat pentingnya fungsi
perbankan, maka upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
menjadi sangat penting untuk dilakukan. Bisnis perbankan merupakan bisnis yang
penuh dengan resiko ( full risk business ), disamping menjanjikan keuntungan yang
besar jika dikelola dengan baik dan prudent.
Prinsip kehati-hatian ( prudent banking principle ) adalah suatu asas atau
prinsip yang menyatakan bahwa Bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati ( prudent ) dalam rangka melindungi dana
masyarakat yang dipercayakan padanya.( Rachmadi Usman, 2001:18 ) Hal ini
disebutkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ” bahwa perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian.”
Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana
disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-undang Perbankan di atas, tidak ada
(15)
orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijakan dan
menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya
masing-masing secara cermat, teliti dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan
masyarakat. Selain itu, Bank dalam membuat kebijakan dan menjalankan kegiatan
usahanya harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku
secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik. (www.bappenas.go.id., diakses 16
Juli 2007 )
Prinsip kehati-hatian juga ditegaskan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-undang
Perbankan yang berbunyi : “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha Bank, dan
wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Dalam
penjelasan Pasal 29 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikatakan antara lain : “Di pihak
lain, Bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern dalam rangka
menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan Bank
yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian”
Pemerintah melalui otoritas keuangan dan perbankan, dalam hal ini Bank
Indonesia berwenang menetapkan aturan dan bertanggung jawab melakukan
pengawasan terhadap jalannya usaha dan aktivitas perbankan. Oleh karenanya,
kebijakan pemerintah disektor perbankan harus diarahkan pada upaya mewujudkan
perbankan yang sehat, kuat, dan kokoh. Pemerintah telah cukup memberikan
(16)
Mulai dari undang-undang hingga peraturan yang bersifat teknis sudah cukup
tersedia. Bahkan peraturan yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian ( prudent
banking principle) sudah sangat memadai. Namun demikian kelengkapan peraturan
saja tidaklah cukup untuk dijadikan ukuran bahwa perbankan nasional lepas dari
segala permasalahan.( Mulhadi, 2005:3 )
Prinsip kehati-hatian itu harus dijalankan oleh Bank tidak hanya karena
dihubungkan dengan kewajiban Bank untuk tidak merugikan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya kepada Bank, tetapi juga karena kedudukan Bank
yang istimewa dalam masyarakat yaitu sebagai bagian dari sistem moneter yang
menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah
penyimpan dana dari Bank itu saja.
Penerapan prinsip kehati-hatian serta kesehatan bank tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari aspek pengaturan berbagai pihak yang terlibat
dalam kancah dunia perbankan. Ada kepentingan yang paling utama yang dimiliki
oleh negara, dimana pengaturan masalah bank dapat dikatakan sebagai wujud dari
adanya campur tangan negara di bidang perekonomian.
Dalam kaitannya dengan dunia perbankan, campur tangan negara dapat
dilihat melalui berbagai aspek, yakni aspek politik hukum, aspek perijinan, serta
aspek usaha secara langsung. Dengan politik hukum pemerintah berusaha
mengendalikan perbankan melalui pembentukan hukum di bidang perbankan, dilihat
dari aspek perizinan pemerintah mengendalikan sektor perbankan melalui
(17)
dilihat dari aspek kegiatan usaha langsung, maka pemerintah terjun secara langsung
melakukan kegiatan perbankan dengan mendirikan bank pemerintah (
http://adln.lib.unair.ac.id, diakses 16 Juli 2007 )
Salah satu faktor yang membuat sistem perbankan nasional keropos adalah
akibat perilaku para pengelola dan pemilik bank, yang cenderung mengeksploitasi
dan atau mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berusaha. Disamping faktor
penunjang lain yakni lemahnya kontrol pengawasan dari pemerintah melalui Bank
Indonesia. ( http://www.kompas.com, diakses 24 Juni 2007 )
Peranan sektor keuangan sebagai sumber pembiayaan pembangunan
meningkat. Salah satu sektor keuangan yang memiliki peran cukup besar adalah
perbankan. Perkembangannya ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan
meningkat sebesar 14,1 persen dari sekitar Rp 698,7 triliun pada tahun 2005
menjadi Rp 787,1 triliun pada tahun 2006, dan mencapai Rp 794,7 triliun di bulan
Maret 2007 ( http://www.bappenas.go.id, diakses 16 Juli 2007 ). Kredit menjadi
sumber pendapatan terbesar bagi pihak kreditur, dalam hal ini adalah perbankan, dan
juga merupakan salah satu penyebab utama perbankan menghadapi permasalahan
atau risiko.
Penyaluran dana kepada pihak ketiga atau penyaluran kredit, merupakan
usaha perbankan yang menjadi salah satu faktor utama penyebab terpuruknya kondisi
perbankan nasional saat ini, karena banyak penyimpangan-penyimpangan sistem dan
(18)
mengabaikan tentang arti pentingnya prinsip kehati-hatian dalam melakukan
usahanya didalam penyaluran kredit.
Angka kredit macet ( non performing loan / NPL ) yang dialami perbankan
nasional saat ini cukup tinggi, menurut ketentuan dari Bank Indonesia toleransi
terhadap angka kredit macet dalam suatu Bank adalah 2 % sampai dengan 5 %.. Hal
tersebut jelas menggambarkan betapa buruk dan rendahnya komitmen untuk
melaksanakan prinsip kehati-hatian di kalangan pelaku bisnis perbankan, khususnya
mengenai kegiatan penyaluran dana kepada pihak ketiga.
Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian guna mengetahui sampai sejauh
mana Bank Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian, dalam pengambilan
kebijakan-kebijakan bagi perbankan nasional, khususnya mengenai pemberian kredit
perbankan. Hal ini dilakukan dengan mencari tahu tentang kebijakan apa yang telah
diambil atau dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sehubungan dengan pelaksanaan
prinsip kehati-hatian sebagaimana diatur di dalam Undang-undang Perbankan,
khususnya dalam pemberian kredit perbankan. Dan mencari apa sajakah yang
menjadi persamaan dan perbedaan dari kebijakan tersebut, dengan ketentuan yang
ada dalam Undang-undang Perbankan, kaitannya dengan penerapan prinsip
kehati-hatian.
Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu penulis merasa sangat tertarik untuk
menulis tesis dengan judul : “ANALISIS YURIDIS KEBIJAKAN BANK
INDONESIA MENGENAI PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM
(19)
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah untuk mengidentifikasikan persoalan yang diteliti
secara jelas, guna mencari jawaban atas persoalan yang ingin dipecahkan. Arti
penting perumusan masalah adalah sebagai pedoman bagi tujuan dan manfaat
penelitian dalam rangka mencapai kualitas yang optimal. Berdasarkan penjelasan
pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah yang ingin
dikaji oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan apakah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, untuk
melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan,
sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1992 Tentang Perbankan ?
2. Persamaan dan perbedaan mengenai substansi dari kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam
undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
(20)
C. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian pasti mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai
dari diadakannya penelitian tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, untuk melaksanakan
prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, sebagaimana
diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun
1992 Tentang Perbankan.
2. Persamaan dan perbedaan mengenai substansi dari kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian kredit perbankan, dengan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam
Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat baik secara langsung
ataupun tidak langsung kepada berbagai pihak, yang antara lain yaitu ;
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah, khususnya bagi
(21)
dalam pembuatan atau perumusan kebijakan-kebijakan moneter, yang
menyangkut kepentingan publik.
2. Mengetahui bagaimana Bank Indonesia selaku pemegang otoritas
keuangan dan perbankan, menerapkan prinsip kehati-hatian didalam setiap
aktifitas perbankan melalui kebijakan-kebijakannya, dan untuk
mengetahui apakah kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia telah
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Perbankan.
3. Menambah khasanah kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian
dibidang pembuatan kebijakan oleh pemerintah, khususnya didalam dunia
(22)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Hukum dan Teori Hukum
1. Pengertian dan fungsi hukum
Memahami pengertian tentang hukum memang bukan suatu yang mudah,
karena pengertian mengenai hukum ada bermacam-macam dan tergantung dari segi
mana kita memandangnya.
Menurut Plato hukum adalah pikiran yang masuk akal (reason thought ,
logismos) yang dirumuskan dalam keputusan negara. ( Lili Rasjidi , 2001:18)
Di Indonesia hukum dikatakan merupakan : ( Van Hoeve, Ensiklopedi
Indonesia, 1982:1344 ) “… rangkaian kaidah, peraturan-peraturan, tata aturan, baik
yang tertulis, maupun yang tidak tertulis …., yang menentukan atau mengatur
hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat. “
Hukum atau tata hukum ialah semua peraturan-peraturan hukum yang
diadakan / atau diatur oleh negara atau bagian-bagiannya dan berlaku pada waktu itu
seluruh masyarakat dalam negara itu. Jelasnya semua hukum yang berlaku bagi
suatu masyarakat pada suatu waktu dalam suatu tempat tertentu. ( C.S.T. Kansil,
1993:11 )
Hukum pada umumnya diartikan sebagai keseluruhan peraturan atau kaedah
dalam kehidupan bersama ; keseluruhan tentang tingkah laku yang berlaku dalam
(23)
suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu
sanksi. ( Sudikno Mertokusumo, 1986 :37 )
Ditinjau dari sudut ilmu politik, menurut Mahfud, MD. hukum merupakan
suatu sarana dari elit yang memegang kekuasaan dan sedikit banyak dipergunakan
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya, atau untuk serta
mengembangkannya.( Mahfud MD. , 1999: 4 )
Menurut Lon L. Fuller dalam (Ronny Hanintyo Sumitro,1998:2 )
mengartikan hukum sebagai upaya untuk mempertahankan perilaku manusia
dibawah perintah dari peraturan-peraturan. Beliau juga berpendapat bahwa untuk
untuk mengenal hukum sebagai suatu sistem, maka harus dicermati apakah ia
memenuhi delapan ( 8 ) azas atau principles of legality berikut ini ; ( Esmi Warassih,
2005:31 )
a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan artinya ia tidak boleh
mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc
b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan
c. Peraturan tidak boleh berlaku surut
d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti
e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang bertentangan
satu sama lain
f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa
yang dapat dilakukan
(24)
h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan
pelaksanaan sehari-hari
Teori normatif tentang hukum dalam hal ini dikemukakan oleh Hans Kelsen.
Teori Hans Kelsen yang bersifat dasar adalah konsepsi mengenai Grundnorm. Beliau,
menyebutkan hukum memiliki suatu susunan berjenjang ( stufen theory ), menurun
dari norma positif tertinggi sampai kepada perwujudan yang paling rendah. Hans
Kelsen menamakan norma tertinggi tersebut sebagai Grundnorm ( norma dasar ), dan
Grundnorm pada dasarnya tidak berubah-ubah. Melalui Grundnorm inilah semua
peraturan hukum disusun dalam satu kesatuan secara hirarkhis.( Esmi Warassih,
2005:32 ) Oleh karena itu , dalam susunan norma hukum tidak diperbolehkan adanya
kontradiksi antara norma hukum yang lebih rendah dengan norma hukum yang lebih
tinggi.
Suatu tata kaedah hukum merupakan sistem kaedah-kaedah hukum secara
hirarkhis. Susunan kaidah-kaidah hukum dari tingkat terbawah keatas adalah sebagai
berikut :
a. Kaedah hukum individual atau keadah hukum konkret dari badan-badan
penegak atau pelaksana hukum, terutama pengadilan.
b. Kaedah hukum umum atau kaedah hukum abstrak di dalam undang-undang
atau hukum kebiasaan.
c. Kaedah hukum dari Konstitusi.
Ketiga macam kaedah hukum tersebut, dinamakan kaedah-kaedah hukum
(25)
fundamental atau dasar yang bukan merupakan kaedah hukum positif, oleh karena
dihasilkan oleh pemikiran-pemikiran yuridis. Sahnya kaedah-kaedah hukum dari
golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaedah-kaedah
hukum yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi (Soerjono Soekanto, 1986 :
127-128).
Dari beberapa definisi hukum diatas, masih banyak lagi definisi hukum yang
lain menurut para pakar hukum, jadi dapat disimpulkan bahwa hukum adalah alat
atau sarana untuk mengatur dan menjaga ketertiban guna mencapai suatu masyarakat
yang berkeadilan dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang berupa
peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan memberikan sanksi bagi mereka yang
melanggarnya, baik itu mengatur masyarakat ataupun aparat pemerintah sebagai
penguasa.
Dalam pelaksanaanya hukum sebagai suatu norma, tentunya tidak selamanya
dapat berjalan secara serasi dengan norma-norma yang ada didalam masyarakat dan
seringkali menghadapi banyak benturan. Untuk itu diperlukan peran serta dari
orang-orang yang ada di dalam masyarakat untuk menyesuaikan berlakunya hukum agar
dapat berjalan dan menjalankan fungsinya terus menerus. Hukum sebagai sarana
untuk mengatur perilaku manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya
tentunya mempunyai suatu fungsi yang harus dijalankannya.
Menurut Aubert dalam ( Soetandyo Wignyosoebroto, 2002:6) bahwa fungsi
(26)
a. Memerintah, yaitu hukum termasuk mengendalikan perilaku ke dalam
keinginan langsung melalui sanksi positif dan negatif.
b. Distribusi, yaitu hukum membantu dalam distribusi dalam rangka membatasi
gap di dalam masyarakat.
c. Melindungi harapan, yaitu hukum mengungkapkan prediksi antara sejumlah
subyek melalui apa yang diharapkan.
d. Konflik berkepanjangan, yaitu hukum membantu memisahkan beberapa
subyek yang sedang konflik.
e. Nilai-nilai yang diwujudkan dalam gagasan, yaitu hukum berfungsi
mengutarakan beberapa gagasan dalam suatu masyarakat.
Menurut Hoebel dalam (Esmi Warassih, 2005:26) fungsi hukum ada 4
(empat) , yaitu antara lain:
a. Menetapkan hubungan-hubungan antara para anggota masyarakat, dengan
menunjukkan jenis-jenis tingkah laku-tingkah laku apa yang diperkenankan
dan apa pula yang dilarang;
b. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang boleh
melakukan paksaan serta siapakah yang harus mentaatinya dan sekaligus
memilihkan sanksi-sanksinya yang tepat dan efektif;
c. Menyelesaikan sengketa;
d. Memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan cara
(27)
Dengan melihat fungsi hukum tersebut, maka dapat dilihat, bahwa hukum
sesungguhnya memang dipersiapkan sebagai suatu sarana untuk menangani
proses-proses yang dikerjakan oleh manusia dalam sebuah masyarakat.
2. Tujuan hukum
Setelah diuraikan mengenai makna atau pengertian mengenai apa itu hukum,
dan juga fungsi dari hukum tersebut diatas, maka hukum juga mempunyai
tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh hukum itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dalam
beberapa pandangan para ahli hukum mengenai apa tujuan dari hukum tersebut,
antara lain yaitu ;
Dalam bukunya Esmi Warassih yang berjudul “ Pranata hukum sebagai telaah
sosiologis “ menyebutkan beberapa tujuan hukum, antara lain :
Pertama, Teori Etis, hukum hanya semata-mata bertujuan mewujudkan
keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan yang etis tentang apa yang adil dan
tidak adil. Dengan perkataan lain, hukum bertujuan untuk merealisasikan atau
mewujudkan keadilan.
Kedua, Teori Utilitas, menyatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk
menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yang
sebanyak-banyaknya (the greatest good of the greatest number)
Ketiga, Teori Campuran, berpendapat bahwa tujuan pokok hukum adalah
ketertiban, dan oleh karena itu ketertiban merupakan syarat bagi adanya suatu
(28)
Demikian pula Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto mengatakan
didalam bukunya :
“ bahwa tujuan hukum adalah demi kedamaian hidup antar pribadi yang
meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi ”
(Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto,1978:67)
Dalam pengertian filsafat hukum menurut Darji Darmodiharjo ( Darji
Darmodiharjo,1999:151) hukum mempunyai dua (2) fungsi, yaitu :
a. Hukum berfungsi untuk mewujudkan ketertiban umum, yaitu suatu
keadaan yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan manusia dalam
kehidupannya bersama-sama manusia lainnya.
b. Hukum berfungsi menciptakan rasa keadilan didalam masyarakat
Disamping ketertiban tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan
yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat pada zamannya “ (Satjipto
Raharjo.1986:50)
B. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Publik
1. Pengertian tentang kebijakan publik
Menurut Harold D. Laswell dalam (Setiono, 2006:2). Kebijakan Publik
adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang
(29)
Menurut Thomas R. Dye, Kebijakan Publik adalah apa saja yang dilakukan
maupun tidak dilakukan oleh pemerintah. “Public Policy is whatever to government
choose to do or not to do.”( Thomas R.Dye,1978:3)
Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka
mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.(Budi
Winarno,2002:16).
Menurut Robert Eyestone, kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai
hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.(Robert Eyestone,1971:18)
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa : Kebijakan Publik memiliki implikasi
sebagai berikut :
a. Bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan
pemerintah.
b. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk
teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan
secara nyata.
c. Kebijakan publik harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik
jangka panjang maupun jangka pendek, yang telah dipikirkan secara matang
(30)
d. Pada akhirnya segala proses yang ada diatas adalah diperuntukkan bagi
pemenuhan kepentingan masyarakat. (Setiono, 2006:2)
Untuk memahami berbagai definisi kebijakan publik, menurut Young dan
Quinn ada baiknya kita membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam
kebijakan publik, yakni :
a. Tindakan pemerintah yang berwenang
b. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata
c. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan
d. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
e. Dan sebuah justifikasi yang dibuat oleh seseorang atau beberapa orang
aktor (Edi Suharto, 2006:44)
Kebijakan publik yang lebih menekankan kepada proses nampaknya menjadi
lebih populer daripada hukum. Namun sesungguhnya hukum keberadaannya tetap
dibutuhkan oleh masyarakat modern. Sebab sebuah hasil persepakatan yang tidak
memiliki kekuatan legalitas yang mengikat maka akan menimbulkan kerawanan
terhadap terjadinya pelanggaran-pelanggaran beberapa pihak atas kesepakatan yang
telah dicapai dalam proses kebijakan publik itu sendiri.
Perbincangan tentang hubungan hukum dan kebijakan publik bermuara
sebagaimana kinerja di antara keduanya dapat berjalan dengan lebih baik. Berbicara
tentang hukum maka kita harus pula banyak membahas tentang segala aspek yang
(31)
tentang kebijakan publik maka kendalanya kita harus membicarakan segala aspek
yang ada di dalam hukum.
2. Hubungan antara hukum dan kebijakan publik
Penerapan hukum sangat tergantung pada kebijakan publik sebagai sarana
yang dapat mensukseskan berjalannya penerapan hukum itu sendiri. Sebab dengan
adanya kebijakan publik, maka pemerintah dengan masyarakat setempat akan
mampu merumuskan apa saja yang harus dilakukan, agar penerapan hukum yang
ada dapat berjalan dengan baik.
Hukum dan kebijakan publik merupakan variabel yang memiliki keterkaitan
yang sangat erat, sehingga telaah tentang kebijakan pemerintah semakin dibutuhkan
untuk dapat memahami peranan hukum saat ini. Kebutuhan tersebut semakin
dirasakan seiring dengan semakin meluasnya peranan pemerintah memasuki bidang
kehidupan manusia, dan semakin kompleksnya persoalan-persoalan ekonomi, sosial
dan politik.
Dengan begitu secara tersirat sesungguhnya dapat terlihat bahwa kebijakan
publik yang dibuat bukanlah bermaksud untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan aturan hukum yang ada justru sebaliknya ia ingin berupaya
agar aturan hukum itu dapat terselenggara dengan baik.
Pada dasarnya di dalam penerapan hukum tergantung pada empat unsur:
(Setiono, 2006:6)
a. Unsur hukum
(32)
c. Masyarakat
d. dan Budaya
Menurut Muhcsin dan Fadillah Putra, hubungan hukum dan kebijakan publik
dari sudut pandang kebutuhan hukum ada dua keterkaitan. Keterkaitan yang pertama
adalah antara hukum dan kebijakan publik memiliki kesamaan, keterkaitan ini
terutama terlihat pada proses pembentukan hukum dengan proses formulasi kebijakan
publik, yakni keduanya sama-sama berangkat dari realita yang ada dalam masyarakat
dan berakhir pada penetapan sebuah solusi atas realita tersebut.
Sedangkan keterkaitan yang kedua adalah bahwa produk hukum
(Undang-undang) memerlukan sebuah kekuatan dan kemapanan dari kandungannya, dan untuk
hal tersebut memerlukan sebuah cara yang sangat kuat untuk menuju pada hasil yang
mapan pada substansi tersebut. Kebijakan publik sebagai sebuah proses ternyata
sedikit banyak mampu memenuhi kebutuhan kemapanan hasil atau produk hukum
(Undang-undang) tersebut. ( Ayub Torry Satriyokusumo, 2007:15).
C. Tinjauan Umum Tentang Perbankan Dan Hukum Perbankan
1. Tinjauan umum tentang perbankan
a. Pengertian perbankan
Pengertian bank berasal dari bahasa Italia yaitu Branca yang berarti suatu
banku atau tempat duduk. Hal ini terjadi, karena pasa saat itu pada abad pertengahan,
pihak banker Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya
(33)
Apabila akan membicarakan tentang lembaga keuangan bank, ada dua istilah
yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu perbankan dan bank. Menurut Pasal 1,
angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, pengertian perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pada angka (2) pasal tersebut
disebutkan pengertian bank, yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak
Melihat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian perbankan
bermakna lebih luas, dibanding pengertian bank. Sedangkan pengertian tentang bank
yang lain yaitu ;
Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam
hal ini sebagai media perantara ( Financial Intermediary ) antara debitur dengan
kreditur. (Ruddy Tri Santoso, 1997:1)
Sedangkan menurut kamus istilah hukum Fockema Andreae, yang dimaksud
dengan bank ialah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan
dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. ( Kamus
(34)
b. Fungsi bank
Bank sebagai lembaga keuangan, mempunyai fungsi antara lain sebagai
berikut ; (Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, 2006:5)
1) Agent of trust, Bank adalah lembaga yang landasannya adalah
kepercayaan. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya
tidak akan disalahgunakan oleh bank, uang akan dikelola dengan baik,
bank tidak akan bangkrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan
tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
2) Agent of development, Lembaga yang memobilisasi dana untuk
pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan
penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian
di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi
barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi
tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.
3) Agent of service, Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan
ekonomi. Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
(35)
jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan
bank, dan penyelesaian tagihan.
c. Jenis-jenis bank
Menurut fungsinya bank dibedakan menjadi ; (Abdulkadir Muhammad,
2004:36)
1) Bank Sentral, dalam hal ini adalah Bank Indonesia, yang mempunyai
tugas sebagai lembaga negara yang berwenang untuk mengeluarkan alat
pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai
lender of the last resort.
2) Bank Umum, yang berfungsi sebagai bank yang dapat menjalankan segala
jenis usaha di bidang jasa perbankan.
3) Bank Perkreditan Rakyat, berfungsi sebagai bank yang menjalankan usaha
di bidang jasa perbankan tidak termasuk jasa lalu lintas pembayaran,
terutama untuk melayani usaha kecil dan rakyat pedesaan.
Sedangkan jenis - jenis bank yang disebutkan didalam Undang-Undang
Nomor 7 Nomor 1992 jo.Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan yaitu :
1) Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
(36)
2) Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Tinjauan umum tentang Bank Indonesia
Didalam pembagian jenis-jenis bank, yang diuraikan didepan. Bahwa terdapat
salah satu jenis bank yakni Bank Sentral. Bank sentral disini yang dimaksud adalah
Bank Indonesia. Bank sentral dalam Undang-Undang Perbankan Tahun 1992 tidak
dikategorikan sebagai suatu jenis bank yang diaturnya, hal tersebut karena fungsi,
tugas dan peranan bank sentral adalah sebagai otoritas moneter, serta melakukan
pengawasan dan pembinaan bank.
Oleh karena itu bank sentral bukan merupakan jenis bank yang diatur dalam
undang-undang ini, tetapi justru merupakan lembaga negara yang ikut bertanggung
jawab atas dilaksanakannya Undang-Undang Perbankan dimaksud, sehingga diatur
dengan undang-undang tersendiri.
Menurut Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari
campur tangan pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
a. Status Bank Indonesia
Status bank Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999. Menurut ketentuan pasal tersebut Bank Indonesia mempunyai 3 ( tiga ) macam
(37)
1) Bank sentral
Bank sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan
melaksanakan kebijakan moneter mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai
lender of the last resort. Bank sentral mempunyai tujuan mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah dan tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti yang
dilakukan bank pada umumnya.
2) Lembaga negara independen
Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia bebas dari campur
tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam Undang-Undang Bank Indonesia.
3) Badan hukum publik
Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum dengan Undang-Undang
Bank Indonesia. Dengan demikian terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia
dalam mengelola kekayaan sendiri terlepas dari Anggaran dan Belanja Negara. Selain
itu Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi
dalm batas kewenangannya.
b. Tugas dan tujuan Bank Indonesia
Sedangkan mengenai tugas dari Bank Indonesia sendiri, selaku bank sentral
(38)
guna mencapai tujuan dari Bank Indonesia, antara lain sebagai berikut ; (Budi
Untung, 2000:20)
1) Memberikan ketentuan tentang kesehatan bank
2) Meminta penjelasan dan keterangan
3) Melakukan pemeriksaan buku-buku, berkas dan dokumen perbankan
4) Melakukan pemeriksaan secara berkala atau insidentil
5) Memberikan laporan kepada Dewan Moneter
6) Menetapkan persyaratan dan tata cara pemeriksaan bank
7) Meminta bank-bank untuk menyampaikan neraca, perhitungan laba rugi,
serta laporan berkala lainnya
8) Menetapkan tata cara pembuatan dan pengumuman neraca, dan
perhitungan laba rugi bank
9) Menetapkan pengecualian bagi bank-bank perkreditan rakyat untuk
diaudit oleh akuntan publik
10) Melakukan tindakan-tindakan penyelamatan jika suatu bank
membahayakan keselamatannya
11) Mencabut ijin suatu bank dan memerintahkan likuidasi
12) Meminta pemerintah untuk membentuk badan khusus dalam rangka
penyehatan bank
Adapun tujuan dari Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai
(39)
nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dari perkembangan laju inflasi.
Sedangkan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain diukur dari nilai
tukar dengan mata uang negara lain.
Kestabilan nilai rupiah ini sangat penting untuk mendukung pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c. Hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah
Dalam hubungannya dengan pemerintah Bank Indonesia bertindak sebagai
pemegang kas pemerintah. Sebagai pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia
menatausahakan rekening pemerintah, bertindak untuk dan atas nama pemerintah
dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan serta menyelesaikan
kewajiban dan tagihan, dan kewajiban pemerintah terhadap pihak luar negeri.
Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia, dan atau mengundang
Bank Indonesia dalam sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan,
dan keuangan yang berkaitan dengan tugas dari Bank Indonesia.
Bank Indonesia memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah
mengenai RAPBN ( Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ) serta
kebijakan lainnya yang berkaitan dengan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-surat hutang negara, pemerintah wajib
terlebih dahulu untuk berkonsultasi dengan Bank Indonesia.
3. Tinjauan tentang hukum perbankan
Dalam perkembangan dewasa ini, maka istilah bank dimaksudkan sebagai
(40)
beraneka ragam, seperti memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpan untuk
benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan (Abdurrachman A, 1991 :80)
Hukum perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur
masalah-masalah perbankan yang berlaku di Indonesia. Hukum perbankan adalah sekumpulan
peraturan yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala
aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang
kehidupan yang lain. (Muhamad Djumhana, 1993:10)
Adapun yang merupakan ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan
adalah sebagai berikut : (Muhamad Djumhana, 1993 :10).
a. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga
perbankan, hubungan, hak dan kewajiban bank;
b. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan
karyawan, maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum
pengelola, seperti PT Persero, Perusahaan Daerah, koperasi atau perseroan
terbatas. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta,
patungan dengan asing, atau bank asing.
c. Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur
perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti
pencegahan persaingan yang tidak sehat, perlindungan nasabah, dan
(41)
d. Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang yang berhubungan
dengan bidang perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank
Sentral, dan lain-lain.
e. Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif,
pengawasan, prudent banking, dan lain-lain.
Di dalam mempelajari tentang hukum perbankan, terdapat asas hukum
mengenai lembaga keuangan dalam kegiatan operasionalnya, antara lain yaitu :
a. Asas Kepercayaan (fiduciary relation )
Asas kepercayaan adalah asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi
oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. bank berusaha dari dana
yang disimpan oleh masyarakat berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap orang perlu
menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan
kepercayaan masyarakat. (Rachmadi Usman., 2001:16)
b. Asas Kerahasiaan ( confiential relation )
Adalah asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan keuangan yang menurut kelaziman dunia
perbankan wajib dirahasiakan. Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank itu sendiri
karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya di bank.
(42)
c. Asas Kehati-hatian ( prudential relation )
Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi
dan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan pada bank. (Veronica Diaz,2006:11)
d. Asas Mengenal Nasabah ( know your customer priciples )
Asas ini merupakan salah satu asas dalam operasional bank yang
dikedepankan sebagai sebuah asas yang patut untuk diperhatikan dan memiliki
urgensi bagi pelaku bisnis bank agar bersikap lebih concern dalam mengenal nasabah
yang bertransaksi dengan bank tersebut. (Veronica Diaz,2006:11)
4. Tinjauan umum tentang kredit
Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting
terhadap perputaran roda ekonomi bangsa. kredit perbankan membantu tersedianya
dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan
kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan, dan sebagainya. (
Siswanto Sutojo, 1997:2 )
a. Pengertian kredit
Penyaluran dana ( fund lending ) adalah kegiatan usaha meminjamkan dana
kepada masyarakat dalam bentuk kredit ( hutang ). Menurut ketentuan Pasal 1 angka
(11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 :
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
(43)
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. “
Kredit yang berasal dari kata dalam bahasa Romawi, yaitu ‘ credere ‘ yang
artinya percaya ( Belanda : vertruwen ; Inggris : believe, trust, or confidenced ).
(Mariam Darus Badrulzaman, 1985:21 ) dengan kata lain adalah mempercayakan
uang atau barang kepada orang yang mampu mengembalikan.
b. Unsur-unsur kredit
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan, secara yuridis dapat dirinci dan dijelaskan
unsur-unsur kredit seperti berikut : ( Abdulkadir Muhammad , Rilda Muniarti, 2004:58)
1) penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank, atau
2) tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai
pembiayaan, misalnya pembiayaan pembuatan rumah, pembelian
kendaraan;
3) kewajiban pihak peminjam (debitur melunasi hutangnya menurut jangka
waktu, disertai pembayaran bunga ;
4) berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam uang antara bank dan
peminjam ( debitur ) dengan persyaratan yang disepakati bersama.
Apabila ditelaah secara konseptual, maka dalam konsep kredit selalu
(44)
1) kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dan pihak Bank atas atas prestasi
yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya
sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu.
2) waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasanya; jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui
atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.
3) prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi
pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian
kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga
imbalan.
4) risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu
antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk
mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya
wanprestasi dan nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan
jaminan dan agunan
c. Prinsip-prinsip pemberian kredit
Didalam pemberian kredit perbankan, seharusnya bank berpedoman pada
prinsip-prinsip seperti berikut : ( Erna Indriasari, 2005 :39 )
1) Prinsip kepercayaan
Sesuai dengan arti kredit yang berarti kepercayaan, maka kredit seharusnya
diberikan berdasarkan kepercayaan. Untuk memenuhi unsur kepercayaan ini kreditur
(45)
biasanya diberlakukan terhadap pemberian suatu kredit oleh karena itu timbul prinsip
lain yang disebut kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ).
2) Prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle )
Prinsip kehati-hatian ini adalah suatu konkretisasi dari prinsip kepercayaan
dalam suatu pemberian kredit. Untuk mewujudkan prinsip kehati-hatian ( Prudent
Banking Principle ) ini, dilakukan berbagai usaha pengawasan baik oleh bank itu
sendiri (internal) maupun oleh pihak luar ( eksternal )
Keharusan adanya jaminan hutang dalam setiap pemberian kredit sebenarnya
juga mempunyai tujuan agar kredit diberikan secara hati-hati, sehingga ada jaminan
bahwa kredit yang bersangkutan akan dibayar kembali oleh pihak debitur. Prinsip
kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) ini diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992, Pasal 8, Pasal 11, dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Prinsip 5 C, dalam dunia perbankan dikenal prinsip 5 C yang biasa disebut
sebagai “ The Five of Credit Analysis ” , prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut : (Budi Untung, 2000:123 )
a) Character ( sifat-sifat calon debitur )
b) Capital ( modal dasar dari calon debitur )
c) Capacity ( kemampuan untuk membayar kembali dari calon debitur )
d) Collateral ( jaminan yang disediakan oleh calon debitur )
(46)
Ada juga Prinsip 3 R, yang antara lain sebagai berikut ; ( Johannes
Ibrahim,2004:100 )
a) Return ( hasil yang diperoleh )
Merupakan hasil yang diperoleh debitur, dalam hal ini kredit yang diberikan
harus diantisipasi oleh calon kreditur ( bank ).
b) Repayment ( pembayaran kembali )
Kemampuan membayar dari pihak debitur juga mesti dipertimbangkan dan
apakah kemampuan bayar tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran kembali
c) Risk hearing ability ( kemampuan menangung risiko )
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya
kemampuan debitur untuk menanggung risiko
d. Tujuan kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak
dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya
tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut : (Kasmir, 2004:105)
1) Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping juga untuk
membesarka usaha bank tersebut.
(47)
Dengan dana tersebut ,maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan
memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama
diuntungkan.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana
dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil.
D. Kerangka Berpikir
Sehubungan dengan masalah yang diteliti pada penelitian ini, maka dapat
dibuat alur berpikir dari penulis sebagai berikut :
Untuk menunjang kondisi perekonomian nasional yang kuat, salah satu unsur
yang mendukung terciptanya stabilitas perkonomian adalah usaha perbankan.
Perbankan merupakan urat nadi perekonomian nasional saat ini. Perbankan melalui
kegiatannya sebagai lembaga keuangan, yang bertugas menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, dan sebagai agent of development mempunyai
tugas yang tidaklah mudah.
Permasalahan perekonomian nasional, salah satunya adalah kondisi
perbankan nasional yang tidak sehat. Hal ini tercermin pada masih tingginya angka
kredit macet ( non performing loan / NPL ), yang berimbas pada kondisi
perekonomian nasional. Disebabkan masih lemahnya kontrol pengawasan dari
(48)
belum mengindahkan arti pentingnya prinsip kehati-hatian, didalam melakukan
segala kegiatan usahanya yang penuh dengan resiko ( full risk business ).
Oleh karena itu, pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai pemegang
otoritas keuangan dan perbankan, berusaha untuk membuat suatu kebijakan yang
digunakan sebagai acuan dan pedoman bagi perbankan nasional, dalam melakukan
kegiatan usahanya, khususnya mengenai pemberian kredit. Kebijakan tersebut harus
memuat mengenai prinsip kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ), yang
merupakan prinsip dasar didalam menjalankan usaha perbankan, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Perbankan. Adapun kebijakan tersebut tertuang didalam
bentuk peraturan perundang-undangan, yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
seperti Peraturan Bank Indonesia, dan Surat Edaran Bank Indonesia.
Permasalahan yang muncul adalah kebijakan apakah yang telah dikeluarkan
oleh Bank Indonesia, sebagai penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit
perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Sedangkan permasalahan lainnya adalah berkaitan dengan apa yang menjadi
persamaan dan perbedaan dari substansi kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia
tersebut, dengan Undang-undang perbankan kaitannya dengan prinsip kehati-hatian.
Alur pemikiran tersebut diatas dapat penulis gambarkan dalam bentuk bagan,
(49)
KERANGKA BERPIKIR
Bagan 1. Kerangka Pemikiran Perekonomian Nasional
Perbankan Bank Indonesia
Kredit Perbankan
- PBI No.5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
- SE BI No.5/21/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
- UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ( Pasal 2 )
- UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan ( Pasal 8, 11, dan 29 )
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa
dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. (Soerjono
Soekanto, 2001: 1)
Metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak harus dipenuhi dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metodologi penelitian adalah suatu
jalan untuk memecahkan masalah yang ada, dengan mengumpulkan, menyusun, serta
mengolah data-data yang ada guna menemukan, mengembangkan, atau menguji
kebenaran suatu penelitian ilmiah.
Metodologi, juga metodologie ( Kamus Bahasa Belanda, Wokowasito,
1999:401) artinya ilmu tentang metode-metode. Metodologi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1999: 653 ) berarti ilmu tentang metode. Metode dalam arti yang umum
berarti suatu studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang
mengarahkan suatu penelitian. Metodologi juga berarti cara ilmiah untuk mencari
kebenaran. ( Setiono,2005:3 )
Adapun metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut ;
(51)
A. Jenis Penelitian
Dalam memilih atau menggunakan suatu metode tertentu harus jelas apa yang
akan kita cari dan kita teliti, dalam hal ini apa yang kita maksud dengan hukum itu.
Mengikuti pendapat Soetandyo Wignyosoebroto, ada lima konsep hukum yaitu ;
1. Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan
berlaku universal
2. Hukum adalah norma-norma positif didalam sistem perundang-undangan
hukum nasional
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim inconcreto, dan
tersistematisasi sebagai jugde made law
4. Hukum adalah pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis
sebagai variabel sosial yang empirik
5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial
yang tampak dalam interaksi antar mereka
Dalam penelitian ini penulis mendasarkan pada konsep hukum yang kedua,
yaitu bahwa hukum merupakan aturan-aturan atau norma-norma positif didalam
sistem undangan hukum nasional. Yakni peraturan-peraturan
perundang-undangan yang tertulis, dan berlaku di negara Indonesia.
Penelitian yang digunakan ini merupakan jenis penelitian hukum yuridis
normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yakni penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. (Soerjono Soekanto,
(52)
dilakukan ( terutama ) terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder, sepanjang
bahan-bahan hukum tersebut mengandung kaidah-kaidah hukum.( Bambang
Sunggono, 2003:94 )
Sedangkan menurut sifatnya adalah penelitian deskriptif, yakni penelitian
yang ditujukan atau dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya.( Setiono, 2005: 5 ) Dalam hal
ini, yakni mengenai kebijakan apakah yang telah dikeluarkan Bank Indonesia,
sehubungan dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit
perbankan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
Tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan.
Menurut bentuknya, merupakan penelitian evaluatif, yakni bertujuan untuk
menilai program-program yang dijalankan ( Setiono, 2005:6 ). Yakni mengenai
apakah yang menjadi persamaan dan perbedaan dari kebijakan yang telah dikeluarkan
Bank Indonesia, sehubungan dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam
pemberian kredit perbankan, dibandingkan dengan ketentuan yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah
dengan Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
(53)
Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya berjudul “ Penelitian hukum
normatif suatu tinjauan singkat “, penelitian hukum normatif mencakup yaitu ; (
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001:14 )
1. Penelitian terhadap asas-asas hukum
2. Penelitian terhadap sistematika hukum
3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal
4. Perbandingan hukum
5. Sejarah hukum
Dalam hal ini, penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian normatif
terhadap taraf sinkronisasi vertikal, yakni penelitian yang bertujuan untuk
mengungkapkan kenyataan, sampai sejauh mana perundangan tertentu serasi secara
vertikal. Pada penelitian terhadap taraf sikronisasi secara vertikal, maka yang ditelaah
adalah perundang-undangan suatu bidang tertentu, didalam perspektif hierarkisnya.
Sudah tentu bahwa telaah itu juga harus didasarkan pada fungsi masing-masing
perundang-undangan tersebut, sehingga taraf keserasiannya akan tampak dengan
jelas. ( Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001:76 )
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tesis ini dilakukan di perpustakaan pribadi, warung internet
umum (warnet), perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta,
(54)
C. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang normatif, oleh karena itu
jenis data yang digunakan adalah data dari bahan-bahan pustaka, lazimnya disebut
data sekunder. Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup (Soerjono
Soekanto, 1982: 52 ) :
Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, dan
terdiri dari norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,
bahan hukum yang telah dikodifikasi, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum dari
zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Di dalam penelitian ini bahan
hukum primer yang digunakan adalah ;
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank
(55)
6. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
7. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Perihal Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Yang kedua adalah bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan
undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.
Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder ; contohnya adalah
kamus besar bahasa Indonesia, kamus bahasa Belanda, dan kamus bahasa Inggris.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan studi kepustakaan , yakni teknik pengumpulan data dilakukan dengan :
1. Fungsi katalog atau katalogisasi terhadap buku-buku, ataupun bahan
hukum lainnya. Maksudnya mencari bahan pustaka, dengan melihat
daftar yang memberikan informasi mengenai koleksi bahan pustaka yang
dimiliki oleh suatu perpustakaan (Soerjono Soekanto, 2001:45 )
2. Klasifikasi, maksudnya pengelompokan atau penggolongan bahan pustaka
berdasarkan sifat-sifat khusus dari bahan pustaka yang menjadi koleksi
suatu perpustakaan. ( Soerjono Soekanto, 2001:50 )
3. Pembuatan catatan-catatan khusus tentang isi bahan hukum tertentu
(56)
E. Teknik Analisa Data
Sebagai cara untuk memperoleh suatu kesimpulan yang merupakan jawaban
dari pertanyaan dasar yang telah dirumuskan, maka model dan teknik analisa data
yang digunakan didalam penelitian ini adalah berdasarkan logika deduksi, dengan
memperhatikan penafsiran hukum yang dilakukan serta asas-asas hukum yang
berlaku pada ilmu hukum.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif ,
yang oleh Burhan Ashshofa disebut dengan silogisme deduksi. Burhan Ashshofa
menyebutkan bahwa metode silogisme deduksi atau yang lebih dikenal dengan
sebagai logika matematika terdiri dari tiga premis, yaitu umum ( mayor ), khusus (
minor ) dan sebagai kesimpulan ( konklusi ) (Burhan ashshofa, 2004:37). Penulis
memulai dari data-data yang bersifat umum ( premis mayor ), kemudian yang bersifat
khusus ( premis minor ). Untuk kemudian ditarik hubungan antara keduanya, sebagai
sebuah konklusi.
Premis mayor :
“ bahwa, didalam salah satu usahanya sebagai financial intermediary,
perbankan diharuskan untuk menyalurkan dana masyarakat yang terkumpul dalam
bentuk simpanan, kepada pihak ketiga yang biasa disebut dengan pemberian kredit (
pinjaman ).. ”
Premis minor :
“ bahwa, di dalam kegiatan usaha penyaluran dana kepada pihak ketiga atau
(57)
usahanya, dan juga harus berpedoman kepada Undang-undang perbankan, maupun
peraturan-peraturan pelaksananya.”
Konklusi :
” Didalam pemberian kredit oleh perbankan, perbankan diharuskan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip kehati-hatian sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia.
Mengenai pengertian mengenai Premis Mayor, Premis Minor, dan Konklusi
diatas dapat digambarkan dengan keterangan bagan sebagai berikut :
Bagan 2. Metode Analisis Data Silogisme Deduksi menurut Burhan Ashshofa Premis Mayor ( Pemberian
kredit perbankan )
Premis Minor ( Penerapan Prinsip Kehati-hatian )
Konklusi ( Kebijakan BI dalam bentuk PBI dan SEBI sebagai penerapan Prinsip Kehati-hatian )
(58)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sejalan dengan jenis penelitian ini, yakni penelitian hukum normatif, maka
yang menjadi data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder. Adapun data
sekundernya berupa peraturan-peraturan perundang-undangan, yang berupa peraturan
pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang berada diatasnya. Dalam hal ini
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun wakilnya,
yang dikeluarkan sebagai bentuk pelaksanaan daripada Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, berikut perubahannya dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan.
Perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa
bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu
diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan
tanggung jawabnya kepada masyarakat. Perbankan yang berasaskan demokrasi
ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dana dan penyalur dana
masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan
pembagunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional, kearah peningkatan
taraf hidup masyarakat.
(1)
99
Selain dari pada itu juga menyebabkan pelaksanaan prinsip kehati-hatian
dalam pemberian kredit perbankan belum optimal.
C. Saran-Saran
1. Perlunya keseragaman dalam peraturan yang khusus mengatur mengenai
pelaksanaan prinsip kehati-hatian, yakni dalam Sistem Manajemen Risiko.
Sehingga tidak ada perbedaan penafsiran mengenai ketentuan yang dibuat.
Peraturan yang dipakai hanya peraturan yang dikeluarkan oleh BI,
sehingga masing-masing bank tidak diperkenankan untuk membuat aturan
pelaksana daripada kebijakan BI tersebut. Yang dimungkinkan akan
timbul penambahan dan pengurangan nilai-nilai yang sudah tertuang
dalam kebijakan BI tersebut, tanpa berpedoman pada ketentuan diatasnya..
2. Penggunaan sanksi pidana didalam Peraturan Bank Indonesia mengenai
penerapan manajemen risiko, yakni dengan sanksi pidana penjara,
kurungan, ataupun pembayaran denda, bukan hanya sanksi administratif,
sehingga diharapkan memberikan efek jera bagi pihak perbankan agar
semakin berhati-hati dalam pelaksanaan penyaluran kredit. Karena
dampak yang ditimbulkan sangat merugikan bagi negara dan masyarakat.
3. Diadakannya sistem sertifikasi atau uji kelayakan terhadap para pejabat
kredit lini, yakni mereka yang langsung berhubungan dengan pemberian
kredit perbankan, melalui fit & proper test. Jadi tidak hanya untuk jajaran
direksi saja, yang perlu diadakan sertifikasi, melainkan juga para pejabat
(2)
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Buku –buku
Abdulkadir Muhammad , Rilda Muniarti.2004.Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan.Edisi Revisi. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Abdurrachman A.1991.Ensiklopedia Perdagangan. Jakarta : Pradnya Paramita.
Balai Pustaka.Kamus Besar bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1999.
Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Budi Untung.2000.Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi.
Budi Winarno.2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo.
Burhan Ashshofa.2004.Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka Cipta. C.S.T. Kansil.1993.Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Dahlan Siamat.1993.Manajemen Bank Umum. Jakarta : Intermedia.
Darji Darmodiharjo.1999.Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Dye, Thomas R,.1978.Understanding Public Policy. Prentice Hall, Inc.
Edi Suharto.2006.Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial.Edisi Revisi. Bandung : Alfabeta.
Esmi Warassih.2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang : PT. Suryandaru Utama.
Eyestone, Robert.1971.The Tread of Policy : A Studi in Policy Leadership. Indianapolis : Bobbs Merril.
Fockema, Andrea.1983.Kamus Istilah Hukum. Bandung : Bina Cipta.
Gunarto Suhardi. 2004. Usaha Meningkatkan Kinerja & Kepatuham Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Hessel Nogi S. Tangkilisan.2003.Manajemen Keuangan Bagi Analisis Kredit Perbankan ; Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Yogyakarta : Balairung & Co.
Kasmir.2004,Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi.2001.Dasar-Dasar Filsafat Dan Teori Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti.
(4)
Lovett, William A.1997.Banking And Financial Institutions Law. USA : West Publishing Co.
Mariam Darus Badrulzaman.1985.Perjanjian Kredit Bank. Bandung : Alumni. Moeljatno. 1999. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta : Bumi Aksara. Moh. Mahfud MD.1999.Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Yogyakarta :
Gama Media.
Muhamad Djumhana.1993.Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Dan Pedoman Untuk Pembentukan Istilah.1996. Bandung : Pustaka Setia.
Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto.1978.Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata hukum. Bandung : Penerbit Alumni.
Rachmadi Usman. 2001. Aspek - Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : Gramedia.
Ronny Hanintyo Sumitro.1998.Politik, Kekuasaan dan Hukum (Pendekatan Manajemen Hukum). Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ronny Sautma Bako.1995.Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk
Tabungan dan Deposito.Cetakan kesatu. Bandung : Citra Aditya Bakti. Ruddy Tri Santoso.1997.Mengenal Dunia Perbankan. Yogyakarta : Andi. Satjipto Raharjo.1986.Hukum dan Mayarakat.Bandung : Penerbit Angkasa..
Setiono.2005. Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
. 2006.Hukum dan Kebijakan Publik. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Siswanto Sutojo.1997.Menangani Kredit Bermasalah ; Konsep, Tehnik dan Kasus. Jakarta : Pustaka Binaman Pers Indonesia.
Soerjono Soekanto.2001. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : PT. Raja Grafisindo Persada.
Sudikno Mertokusumo.1986.Mengenal Hukum, Suatu Pengantar. Yogyakarta : Liberti.
Syahrir Sabirin. 2003. Perjuangan Keluar Dari Krisis. Yogyakarta : BPFE.
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru.2006.Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat.
Wojowasito, S.1982.Ensiklopedi Indonesia.Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.
.1999.Kamus Umum Belanda Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.
Undang-undang
(5)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
Surat Edaran bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Karya ilmiah
Ayub Torry Satriyokusumo.2007. Studi hukum dan Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Pencucian Uang.Surakarta:Universitas Sebelas Maret. Tesis Diaz, Veronica. 2006. Penerobosan Kerahasiaan Bank dalam ketentuan Know Your
Customer. Semarang. Universitas Diponegoro.Skripsi.
Erna Indriasari.2005.Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Fidusia Pada Perusahaan Daerah BPR Bank Pasar Kabupaten Karanganyar.Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret .Surakarta.Tesis.
Mulhadi.2005.Prinsip Kehati-hatian ( Prudent Banking Principle ) dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia.USU Repositary.
Soetandyo Wignyosoebroto.2002.Fungsionalisme Struktur Antopoieses dan Perilaku Terhadap Hukum.Makalah untuk Kuliah Hukum dan Perubahan Sosial pada Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret. 27 Juni 2002 Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Sutan Remy Sjahdeini.1994.Sudah Memadaikah Perlindungan yang Diberikan oleh Hukum kepada Nasabah Penyimpan Dana. Orasi Ilmiah dalam rangka memperingati Dies Natalis XL / Lustrum VIII Universitas Airlangga.Surabaya. Universitas Airlangga.
Artikel
Bappenas. 2007. Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro
http://www.bappenas.go.id/index.php?module=Filemanager&func=download& pathext=ContentExpress/RKP%202008/Perpres/Buku2/&view=Bab%2023%20 -%20Narasi.doc : di akses tanggal 16 Juli 2007.
Chumaida, Zahry Vandawaty. Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Kesehatan Bank Dalam UU N0.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.2000. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-2000-chumaida2c
(6)
254law&node=229&start=121&PHPSESSID=e99ecec43aeb91a73c0e368ce140 cf5f. diakses tanggal 16 Juli 2007
Susidarto.2004.Reposisi Pengawasan Bank:http://www.kompas.com/kompas-cetak/0204/26/opini/menu33.htm. : diakses 24 Juni 2007.
S. Sundari S. Arie. Perbankan. Ringkasan Materi Kuliah Program Pasca Sarjana Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.