21 3.
Meningkatkan dan Mengamankan Penerimaan Negara Pajak tetap diutamakan sebagai sumber penerimaan Negara dan
fungsi Regulerend yang tetap dipertahankan.
1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Undang-undang No.8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.42 Tahum 2009 Pajak
Pertambahan Nilai adalah “Pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi
dan distribusi”. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh
perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai.
2. Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai PPN
2.1. Pajak Pertambahan Nilai Adalah Pajak Tidak Langsung
Pajak Pertambahan Nilai ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak
dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas Negara pada pihak-pihak yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
pembeli atau penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang Negara pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
22 2.2.
Pajak Pertambahan Nilai Adalah Pajak Objektif Pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban
pajak dibidang Pajak Pertambahan Nilai sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Pajak Pertambahan Nilai tidak mempertimbangkan kondisi
subjektif subjek pajak. 2.3
Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Multy Stage Levy Multy Stage Levy mengandung pengertian Pajak pertambahan Nilai
dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi barang kena pajak. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan berulang-ulang
pada setiap mutasi barang kena pajak atau jasa kena pajak. Meskipun demikian, ternyata Pajak Pertambahan Nilai menimbulkan pengenaan
pajak berganda non komulasi 2.4
Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Terutang Untuk Dibayar Ke Kas Negara Menggunakan Indirect Subtraction Method
Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang akan disetor ke kas Negara dengan cara
mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang dan jasa.
2.5 Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Non Kumulatif
Pajak Pertambahan Nilai yang memiliki multy stage levy namun bersifat non kumulatif yaitu tidak menimbulkan pengenaan pajak
berganda, merupakan suatu kontradiksio in terminis. Pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
23 suatu jenis pajak yang dikenakan berulang-ulang pada setiap mata rantai
jalur distribusi, akan menimbulkan pengenaan pajak berganda. Ternyata Pajak Pertambahan Nilai mengingkari fenomena umum tersebut.
2.6 Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Menganut Tarif Tunggal
Pajak Pertambahan Nilai Indonesia menganut tarif tunggal dalam UU PPN 1984 ditetapkan sebesar 10. Dengan peraturan pemerintah
tariff ini dapat dinaikkan paling tinggi menjadi 15 atau diturunkan paling rendah menjadi 5.
2.7 Pajak pertambahan Nilai Adalah Pajak Atas Konsumsi Dalam
Negeri Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka Pajak Pertambahan
Nilai hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsikan di dalam daerah pabean Republik Indonesia. Apabila barang atau jasa itu
akan dikonsumsi di luar negeri, maka barang atau jasa tersebut tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia. Ini sesuai dengan
destination principle prinsip tempat tujuan yang digunakan dalam pengenaan Pajak Pertambahan Nilai yaitu Pajak Pertambahan Nilai
dikenakan di tempat tujuan barang atau jasa akan di konsumsi. Dengan menerapkan destination principle maka Pajak Pertambahan Nilai
menunjukkan di dunia perdagangan internasional. 2.8
Pajak Pertambahan Nilai Yang Diterapkan Di Indonesia adalah : Pajak Pertambahan Nilai Tipe Konsumsi.
Universitas Sumatera Utara
24 Pajak Pertambahan Nilai Indonesia termasuk tipe konsumsi artinya
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak.
3. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN