24 Pajak Pertambahan Nilai Indonesia termasuk tipe konsumsi artinya
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak.
3. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai PPN
3.1 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Yang menjadi subjek Pajak Pertambahan Nilai dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pengusaha Kena Pajak
Setiap pengusaha, yakni orang atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan, menghasilkan barang,
melakukan usaha perdagangan dan usaha jasa. Pengusaha wajib melaporkan usahanya kepada Direktorat Jenderal
Pajak di tempat pengusaha itu bertempat tinggal, berkedudukan atau ditempat usaha, dilakukan dalam waktu 30 hari tiga puluh hari sejak
usaha dimulai, untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. b.
Bukan Pengusaha Kena Pajak Subjek Pajak Pertambahan Nilai tidak harus Pengusaha Kena Pajak
PKP, tetapi bukan Pengusaha Kena Pajak pun dapat menjadi subjek Pajak Pertambahan Nilai, yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai yaitu:
Universitas Sumatera Utara
25 Siapapun yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud
dan atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya.
3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Objek pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah penyerapan barang dan jasa yang dilakukan dalam daerah pabean dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh Pengusaha Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:
a. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh pengusaha, meliputi pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang
seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Penyerahan barang yang dikenakan pajak haris memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang kena Pajak
BKP Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena
Pajak tidak berwujud. Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
Universitas Sumatera Utara
26 Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. b.
Impor Barang Kena Pajak c.
Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Penyerahan Jasa yang terutang
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan
pengusaha yang bersangkutan. d.
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean atau terhadap jasa yang bersal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan di dalam daerah pabean dikenakan pajak menurut
undang-undang PPN. f.
Ekspor Barang kena Pajak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. g.
Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
i. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.
Universitas Sumatera Utara
27 j.
Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan.
3.3 Dasar Pengenaan Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Dasar pengenaan pajak adalah nilai berupa uang yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang meliputi:
a. Harga Jual
Harga jual yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan
Barang Kena Pajak. b.
Penggantian Penggantian yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Nilai Impor
Nilai Impor yaitu nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea maasuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan
pajak
d. Nilai Ekspor
Universitas Sumatera Utara
28 Nilai Ekspor yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. e. Nilai lain
Nilai lain yaitu yang ditentukan oleh menteri keuangan yang bertujuan untuk menjamin rasa keadilan.
3.4 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu: a.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai Sebesar 10 Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas penyerahan Barang
Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak adalah tarif tunggal, sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak
memerlukan daftar penggolongan barang atau jasa dengan tariff yang berbeda sebagaimana berlaku pada Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah PPnBM. b.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai Atas Ekspor Barang Kena Pajak 0 Barang Kena Pajak BKP yang diekspor atau dikonsumsi di luar daerah pabean
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0 nol persen. Pengenaan tarif 0 bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan
demikian, pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor tetap dikreditkan.
Universitas Sumatera Utara
29 3.5
Cara Menghitung Pajak Pertambahan Nilai Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah
dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai 10 atau 0 untuk ekspor Barang Kena Pajak dengan dasar pengenaan pajak.
PPN yang terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak
3.6 Kategori Barang Kena Pajak dan Tidak Kena Pajak
a. Barang Kena Pajak
Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan pajak. Secara filosofi, supaya netralitas PPN dapat direalisasi, maka PPN
menghendaki perlakuan yang sama terhadap konsumsi barang, tidak perlu pengecualian. Apabila filosofi ini benar-benar dilaksanakan,
dikhawatirkan UU PPN Indonesia menjadi tidak realistis. Dalam kehidupan nyata di dunia ini tidak mungkin tanpa pengecualian.
b. Barang Tidak Kena Pajak
Kriteria barang tidak kena pajak ditentukan dalam pasal 4A ayat 2 UU PPN 1984 yang kemudian dijabarkan dalam penjelasan pasal 4A
ayat 2 UU PPN 1984, sebagai berikut: 1.
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya meliputi:
Universitas Sumatera Utara
30 minyak mentah crude oil;
gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
panas bumi; asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonik, dolomite, feldspar, garam batu, granit, grafit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesik, mika,
marmer, dan lain-lain; batu bara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak meliputi: beras;
gabah; jagung;
sagu; kedelai;
garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah
melalui proses sembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,
Universitas Sumatera Utara
31 dibekukan, dikemas, atau tidak dikemas, digarami, dikapuri,
diasamkan, diawaetkan dengan cara lain, danatau direbus; telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang
dibersihkan, diasinkan, atau dikemas; susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses
didinginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, danatau dikemas atau tidak dikemas;
buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi,dikupas, dipotong, diiris,
degrading, danatau dikemas atau tidak dikemas; dan sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, danatau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau ketering. 4.
Uang, emas batangan, dan surat berharga.
3.7 Kategori Jasa kena Pajak dan Jasa tidak Kena Pajak
a. Jasa kena Pajak
Universitas Sumatera Utara
32 Seperti halnya barang, pada hakikatnya semua jasa dikenakan PPN,
kecuali UU PPN 1984 menentukan sebaliknya. b.
Jasa Tidak Kena Pajak Kriteria jasa tidak kena pajak ditentukan dalam pasal 4A ayat 3
UU PPN 1984 yang kemudian dijabarkan dalam penjelasan pasal 4A ayat 3 UU PPN 1984, sebagai berikut:
1. jasa pelayanan kesehatan medis meliputi:
jasa dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan;
jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gizi, ahli fisioterapi;
jasa kebidanan dan dukun bayi; jasa paramedic dan perawat;
jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
jasa psikologi dan psikiater; dan jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan
paranormal. 2.
jasa pelayanan sosial meliputi: jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
jasa pemadam kebakaran; jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
Universitas Sumatera Utara
33 jasa lembaga rehabilitasi;
jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
jasa di bidang olahraga kecuali bersifat komersil. 3.
jasa pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan
cara lain pengganti perangko temple. 4.
jasa keuangan meliputi: jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lain yang diperamakan dengan itu;
jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana
komunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa sewa guna usaha dengan hak opsi, anjak
piutang, usaha kartu kredit, danatau pembiayaan konsumen; jasa penyaluranpinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk
gadai syariah dan fidusia; dan jasa pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
34 5.
jasa asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh
perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, dan
konsultan asuransi. 6.
jasa keagamaan meliputi: jasa pelayanan rumah ibadah;
jasa pemberian khotbah dan dakwah; jasa penyelengaraan kegiatan keagamaan; dan
jasa lainnya di bidang keagamaan. 7.
jasa pendidikan meliputi: jasa penyelengaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelengaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan
jasa penyelengaraan pendidikan luar sekolah. 8.
jasa kesenian dan hiburan meliputi, semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan.
9. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, meliputi jasa penyiaran
radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau
Universitas Sumatera Utara
35 swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor
yang bertujuan komersil. 10.
jasa angkutan umum di darat dan air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri. 11.
jasa tenaga kerja, meliputi: jasa tenaga kerja;
jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari
tenaga kerja tersebut; dan jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
12. jasa perhotelan meliputi:
jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait
dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan
di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel. 13.
jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan oleh instansi pemerintah, antara lain
pemberian izin mendirikan bangunan, pemberian izin usaha
Universitas Sumatera Utara
36 perdagangan, pemberian nomor pokok wajib pajak npwp, dan
pembuatan kartu tanda penduduk ktp. 14.
jasa penyediaan tempat parkir; 15.
jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; 16.
jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan 17.
jasa boga atau katering.
3.8 Mekanisme Pemungutan PPN
Sesuai dengan namanya, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas nilai tambah added value yang timbul pada barang atau jasa tertentu
yang di konsumsi, sehingga kekhawatiran timbul efek pengenaan pajak berganda dapat dihindarkan. Yang dimaksud dengan „nilai tambah‟
adalah suatu nilai yang merupakan hasil penjumlahan biaya produksi atau distribusi yang meliputi penyusutan, bunga modal, gajiupah yang
dibayarkan, sewa telepon, listrik, serta pengeluaran lainnya, dan laba yang diharapkan oleh pengusaha.
Secara sederhana, nilai tambah di bidang perdagangan dapat juga diartikan sebagai selisih antara harga jual dengan harga beli barang
dagangan. Dalam menghitung pajak yang terutang atas nilai tambah tersebut, dikenal ada tiga metode yaitu:
Universitas Sumatera Utara
37 a.
Addition Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari penjumlahan seluruh unsure nilai tambah dikalikan tarif PPN yang
berlaku. b.
Subtraction Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari selisih antara harga jual dengan harga beli dikalikan dengan tarif
pajak yang berlaku. c.
Credit Method, berdasarkan metode ini PPN dihitung dari selisih antara pajak yang dibayar pada saat pembelian dengan pajak
yang dipungut pada saat penjualan
C. Data Pemungutan, Penyetoran dan PPN di Universitas Sumatera Utara