commit to user
penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2006 -
2008. 2. Perioda laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.
3. Perusahaan menyajikan pengungkapan CSR dalam laporan tahunannya. 4. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi, dan perubahan usaha
lainnya divestitures. 5. Laporan keuangan menggunakan mata uang Indonesia.
Dari kriteria tersebut, maka total sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 27 perusahaan manufaktur dengan rincian sebagai
berikut ini.
TABEL III. 1 Kriteria Pengambilan Sampel
6.
7. 8.
9.
C. Variabel Penelitian
Sekaran 2006 menjelaskan bahwa variabel penelitian merupakan apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai dapat berbeda
pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Model penelitian ini terdiri dari empat
variabel, yaitu variabel dependen, variable independen, variable moderasi, dan Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008
393 Jumlah perusahaan non manufaktur
242 Jumlah perusahaan manufaktur
151 Jumlah perusahaan dengan data yang tidak lengkap
124
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 27
Sumber: Indonesian Capital Market Directory ICMD 2006-2008
commit to user
variable kontrol. Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional dan pengukuran masing-masing variabel.
1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau dihasilkan
oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Corporate Social Responsibility CSR
Variabel dependen untuk menguji hipotesis pertama penelitian ini adalah CSR. CSR diukur dengan menggunakan index pengungkapan
sosial yang merupakan variabel dummy. Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam tujuh
kategori yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan
umum Sembiring, 2005. Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston dan Milne 1996. Setelah disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia maka diperoleh sebanyak 78 item pengungkapan untuk sektor manufaktur. Secara lengkap item pengungkapan masing-
masing sektor dapat dilihat pada lampiran 2. Pendekatan untuk menghitung Corporate Social Responsibility
Index CSRI pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika
diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan Haniffa et al, 2005. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh
commit to user
keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut: Haniffa et al, 2005
∑
Keterangan: CSRI
j
: Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j n
j
: jumlah item untuk perusahaan j, n
j
≤ 78 X
ij
: dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan
Dengan demikian, 0 ≤ CSRI
j
≤ 1
b. Corporate Financial Performance CFP Variabel dependen untuk menguji hipotesis kedua penelitian ini
adalah corporate financial performace atau kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan diukur menggunakan Return on Assets ROA. ROA
merupakan rasio laba sebelum pajak terhadap total nilai aset.
2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel bebas yang tidak dipengaruhi
oleh variabel lain, bahkan merupakan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel independen untuk menguji hipotesis
pertama dalam penelitian ini adalah manajemen laba earnings management yang diproksikan dengan abnormal accruals DACC. Akrual kelolaan
abnormal accruals didefinisikan sebagai selisih antara total accruals TACC dan normal accruals NDACC. Normal accruals merupakan akrual
yang muncul secara wajar karena sifat dari akuntansi atau akrual yang mengakui transaksi pada saat terjadinya. Abnormal accruals merupakan
commit to user
akrual yang muncul secara tidak wajar karena penggunaan keleluasaan discretion manajemen yang berlebihan.
Manajemen laba DACC dihitung dengan menggunakan model Jones yang dimodifikasi Modified Jones Model. Model ini dianggap lebih baik di
antara model yang lain untuk mengukur manajemen laba Dechow et al., 1995. Model penghitungan tersebut adalah sebagai berikut:
TACC
it
= EBXT
it
– OCF
it
TACC
it
TA
i,t-1
= α
1
1TA
i,t-1
+ α
2
Δ REV
it
– Δ REC
it
TA
i,t-1
+ α
3
PPE
it
TA
i,t-1
+ ε
t
Persamaan regresi di atas menunjukkan NDACC dihitung dengan memasukkan kembali koefisien α
1
, α
2
, dan α
3
ke persamaan berikut ini : NDACC
it
= α
1
1TA
i,t-1
+ α
2
Δ REV
it
– Δ REC
it
TA
i,t-1
+α
3
PPE
it
TA
i,t-1
DACC
it
= TACC
it
TA
i,t-1
– NDACC
it
Di mana notasi: TACC
it
= Total Accruals perusahaan i pada periode t EBXT
it
= Earning before Extraordinary Item perusahaan i pada periode t
OCF
it
= Operating Cash Flows perusahaan i pada periode t TA
i,t-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode t-1 REV
it
= Pendapatan perusahaan i pada periode t REC
it
= Piutang bersih perusahaan i pada periode t PPE
it
= Nilai aktiva tetap gross perusahaan i pada periode t ε
t
= error term merupakan discretionary accruals
3. Variabel Moderasi Variabel moderasi moderating variable dalam Sekaran 2006 adalah
variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan contingent effect yang kuat dengan hubungan varibel terikat dan variabel bebas. Variabel moderasi
commit to user
untuk menguji hipotesis kedua penelitian ini adalah manajemen laba satu periode sebelumnya. Pengukuran manajemen laba sama dengan manajemen
laba yang digunakan sebagai variabel independen dalam pengujian hipotesis pertama.
4. Variabel Kontrol Model penelitian ini menggunakan lima variabel kontrol yang
berdampak pada aktivitas CSR . Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Ukuran perusahaan SIZE, menurut Prior et al. 2008 ada hubungan positif antara ukuran perusahaan dan aktivitas CSR dan kinerja keuangan
perusahaan. Sembiring 2006 mengemukakan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan
variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki
biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu
perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan logaritma dari total aset.
b. Ukuran dewan komisaris KOM, Coller dan Gregory 1992 dalam Sembiring 2005 menjelaskan bahwa dewan komisaris berfungsi untuk
memonitor dan mengendalikan CEO. Semakin besar jumlah anggota
commit to user
dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan semakin efektif. Dengan demikian,
semakin besar dewan komisaris diharapkan pengawasan terhadap aktivitas CSR semakin efektif dan selaras dengan kepentingan stakeholders.
Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini konsisten dengan Juholin 2004 dan Sembiring 2005 yaitu jumlah anggota dewan
komisaris. c. Kepemilikan Publik KP, Jensen dan Meckling 1976 dalam Yuliana et
al. 2008 mengemukakan bahwa perusahaan yang proporsi kepemilikan publiknya besar, maka memerlukan pengendalian yang lebih ketat. Oleh
karena itu perusahaan yang proporsi kepemilikan publiknya besar dituntut untuk membuat pengungkapan kinerja yang lebih lengkap. Konsentrasi
kepemilikan dihitung dengan menggunakan persentase jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik SP Hopkins, 2004. Tipe skala
untuk konstruk konsentrasi kepemilikan publik adalah rasio, sedangkan nilai datanya adalah metrik.
d. Kepemilikan Institusional KI, merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional terhadap total saham yang beredar. Kepemilikan
institusional diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional dari total saham yang beredar. Menurut Bushee 1998
kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manager yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan
yang intensif. Kepemilikan institusional dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary accrual dalam laporan
commit to user
keuangan. Hal tersebut dipertegas oleh Prior et al. 2008 yang membuktikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional pada suatu
perusahaan, mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap praktik CSR dan kinerja keuangan perusahaan, karena pihak institusional biasanya
mempunyai power yang lebih besar dalam melakukan monitoring dibanding kepemilikan noninstitusional.
e. Leverage LEV, merupakan sumber keuangan perusahaan yang berasal
dari pihak ketiga, yaitu pihak selain investor perusahaan. Leverage diukur dengan rasio total kewajiban terhadap total modal sendiri Sudarma,
2003. Leverage yang digunakan sebagai variabel kontrol untuk menguji kedua hipotesis adalah leverage satu periode sebelumnya. Leverage satu
periode sebelumnya
mewakili risiko
perusahaan yang
dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan di masa depan.
D. Metoda Analisis Data