commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan alat utama bagi manajemen untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan. Penyampaian informasi
keuangan melalui laporan keuangan perlu dilakukan untuk memenuhi tanggung jawab manajemen kepada pemilik perusahaan, sekaligus memenuhi kebutuhan
pihak eksternal maupun internal perusahaan stakeholders yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber
langsung perusahaan Boediono, 2005. Komponen penting dalam laporan keuangan yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk menginformasikan kinerja
manajemen adalah laba earnings. Laba memiliki nilai relevansi tinggi karena secara statistik berhubungan dengan peningkatan dan penurunan harga saham,
serta dapat digunakan untuk memprediksikan kinerja perusahaan di masa depan Francis dan Schipper, 1999.
Oleh karena laba merupakan indikator kinerja perusahaan dan mempunyai relevansi tinggi terhadap kinerja perusahaan di masa depan, maka pihak
stakeholders sering menggunakan angka laba sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomik. Shareholder mempertimbangkan angka laba untuk membuat
keputusan investasi, kreditur menggunakan angka laba sebagai dasar membuat keputusan pemberian atau penolakan pinjaman, pemerintah menggunakan angka
laba sebagai dasar perhitungan pajak penghasilan perusahaan, karyawan perusahaan menggunakan angka laba untuk memastikan kesejahteraan mereka
commit to user
dimana ia bekerja, dan masih banyak kelompok stakeholder lainnya yang menggunakan angka laba untuk memastikan kelangsungan kepentingan utama
mereka pada perusahaan. Namun masalah akan terjadi ketika relevansi laba sebagai alat pengukur
kinerja perusahaan dihadapkan dengan praktik manipulasi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Watt dan Zimmerman 1978 menetapkan
manajemen laba sebagai tindakan manajer dalam menggunakan kebijakan akuntansi terhadap pelaporan angka-angka akuntansi yang tidak sesuai dengan
kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya, dan menyebabkan angka laba tersebut menyesatkan stakeholders dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Bagaimanapun manajer dapat melaporkan laba yang lebih tinggi atau lebih rendah dari angka laba yang sesungguhnya, tanpa melanggar Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum PABU, karena PABU memberikan kebebasan bagi manajer untuk menentukan kebijakan akuntansi dalam rangka menentukan angka laba yang
dilaporkan. Untuk itu Healy dan Wahlen 1999 mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan manajer yang menggunakan judgment dalam pelaporan
keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi perusahaan
untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angka- angka akuntansi yang dilaporkan. Pendapat tersebut secara implisit dapat diartikan
bahwa manajemen laba erat kaitannya dengan motivasi-motivasi yang mendasari manajer melakukan manajemen laba.
Motivasi manajemen laba mengindikasikan secara eksplisit praktik manajemen laba yang disengaja oleh manajer, yang pada akhirnya membawa
commit to user
konsekuensi negatif terhadap shareholders, karyawan, komunitas dimana perusahaan beroperasi, masyarakat, karier dan reputasi manajer yang
bersangkutan Zahra, Priem dan Rasheed, 2005. Salah satu konsekuensi paling fatal akibat tindakan manajemen yang memanipulasi laba adalah perusahaan akan
kehilangan dukungan dari para stakeholders-nya. Stakeholder akan memberikan respon negatif berupa tekanan dari investor, sanksi dari regulator, ditinggalkan
rekan kerja, boikot dari para aktivis, dan pemberitaan negatif media massa Prior, et al., 2008. Tindakan tersebut wujud ketidakpuasan stakeholders terhadap
kinerja perusahaan yang dimanipulasi, dan pada akhirnya berimbas merusak reputasi perusahaan di pasar modal Fombrun, Gardberg dan Barnett, 2000.
Oleh karena itu, manajer menggunakan suatu strategi pertahanan diri entrenchment strategy untuk mengantisipasi ketidakpuasan stakeholder-nya
ketika ia melaporkan kinerja perusahaan yang kurang memuaskan. Strategi pertahanan diri manajer tersebut sebagai upaya untuk tetap mempertahankan
reputasi perusahaan dan melindungi karier manajer secara pribadi. Salah satu cara yang digunakan manajer sebagai strategi pertahan diri adalah mengeluarkan
kebijakan perusahan tentang penerapan Corporate Social Responsibility CSR. CSR berkaitan dengan persoalan etika dan moral mengenai pembuat keputusan
kebijakan dan perilaku, seperti menempatkan persoalan komplek terhadap penjagaan pelestarian lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan
dan keamanan kerja, hubungan dengan komunitas lokal, dan menjalin hubungan harmonis dengan pemasok dan pelanggan Castelo dan Lima, 2006.
Pengungkapan informasi mengenai perilaku dan hasil berkenaan dengan tanggung jawab sosial sangat membantu membangun sebuah citra image positif diantara
commit to user
para stakeholders Orlitzky, Schmidt dan Rynes, 2003. Citra positif ini dapat membantu perusahaan untuk mendirikan ikatan komunitas dan membangun
reputasi perusahaan di pasar modal karena dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menegosiasikan kontrak yang menarik dengan suplier dan
pemerintah, menetapkan premium prices terhadap barang dan jasa, dan mengurangi biaya modal Fombrun et al., 2000. Castelo dan Lima 2006
menjelaskan bahwa melalui praktik CSR, perusahaan dapat menghasilkan lebih banyak perlakuan yang lebih menguntungkan berkenaan dengan regulasi, serta
mendapatkan dukungan dari kelompok aktivis sosial, legitimasi dari komunitas industri, dan pemberitaan positif dari media, yang pada akhirnya reputasi
perusahaan tetap terjaga dengan baik. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Prior, Surroca, dan Tribo 2008. Berikut ini perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Prior, Surroca, dan Tribo 2008:
1. Periode pengamatan. Periode penelitian ini selama 3 tahun dalam periode 2006-2008
agar informasi yang diperoleh lebih relevan dengan masa kini. Sedangkan penelitian Prior, Surroca, dan Tribo 2008 mengambil rentang waktu
selama tiga tahun dalam periode 2002-2004. 2. Jumlah dan jenis sampel penelitian
Sampel penelitian
ini merupakan
perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengungkap program CSR di Bursa Efek Indonesia
BEI untuk tahun 2006-2008 berfokus hanya di negara Indonesia sebab penelitian mengenai Earnings Management terhadap praktik Corporate
commit to user
Sosial Responsibility dengan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel moderating belum pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya.
Sementara, Prior, Surroca, dan Tribo 2008 menggunakan sampel terdiri atas 593 perusahaan industri meliputi database SiRi Pro™ pada tahun
2002-2004 mengkhususkan pada analisis sosially responsible invesment, dan berada di Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
3. Teknik pengukuran pengungkapan CSR Instrumen pengukuran CSRI yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Sembiring 2005, yang mengelompokkan informasi CSR ke dalam kategori:
Lingkungan, Energi, Tenaga Kerja, Produk, Keterlibatan Masyarakat, dan Umum. Sedangkan penelitian Prior, Surroca, dan Tribo 2008 mengacu
pada deskripsi item yang terdapat pa da data SiRi Pro™.
Konteks permasalahan penelitian ini adalah adanya dugaan bahwa manajer menggunakan mekanisme CSR sebagai alat yang ampuh untuk pertahanan diri
ketika mereka melakukan tindakan yang merusak kepentingan shareholders atau stakeholder lainnya. Cespa dan Cestone 2007 menjelaskan bahwa manajemen
yang memanipulasi laba mempunyai insentif untuk memproyeksikan socially- friendly image melalui aktivitas CSR untuk memperoleh dukungan dari
stakeholders. Dengan taktik ini, manager akan mengurangi kemungkinan mendapat tekanan akibat ketidakpuasan shareholders atau stakeholders lainnya
yang kepentingannya dirusak dengan adanya praktik manajemen laba. Selanjutnya Prior et al. 2008 melaporkan bahwa masih ada pertentangan pengaruh antara
commit to user
manajemen laba dan CSR, yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Bagaimanapun, perusahaan yang melaksanakan program
CSR harus menyediakan sumber keuangan memadai yang akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang. Fenomena tersebut
mendorong pihak akademis untuk melakukan penelitian yang menjelaskan pengaruh manajemen laba terhadap CSR, dan selanjutnya meneliti dampak
hubungan tersebut manajemen laba dan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan.
B. Perumusan Masalah