commit to user
membujuk dengan menawarkan kepuasan kepentingan mereka yang spesifik dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki CSR perusahaan.
Oleh karena itu, diduga bahwa eksekutif dengan insentif untuk mengelola laba akan sangat proaktif dalam mereklamekan penyingkapan
publik mereka melalui aktivitas CSR, terutama bagi perusahaan dengan pengawasan yang ketat. Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat manajemen
laba yang rendah mempunyai sedikit dorongan untuk mendapatkan tanggapan publik dengan mempromosikan aktivitas pertanggungjawaban sosial.
Hipotesis penelitian ini adalah:
H1: Praktik manajemen laba berpengaruh positif terhadap aktivitas CSR.
2. Pengaruh Corporate Social Responsibility CSR terhadap Kinerja
Keuangan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderasi
Aspek kedua yang dituju dalam penelitian ini adalah dampak CSR terhadap kinerja keuangan, yang dipicu oleh praktik manajemen laba. Teori
instrumental stakeholder Donaldson dan Preston, 1995 berpendapat bahwa manajemen yang baik berdampak hubungan positif dengan stakeholder kunci
shareholders, yang selanjutnya dapat meningkatkan kinerja keuangan. Asumsi dasar yang mendasari teori ini adalah bahwa CSR dapat digunakan
sebagai alat organisasi untuk menggunakan sumber daya yang lebih efektif Orlitzky et al., 2003, yang kemudian mempunyai dampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen strategi atas hubungan dengan stakeholder merupakan intangible asset yang dapat
commit to user
dipandang sebagai suatu alat yang dapat memperbaiki kinerja keuangan dengan menggunakan sumber daya berdasarkan teori perusahaan Hillman dan
Keim, 2001. Berman, Wicks, Kotha dan Jones 1999 juga menemukan bukti yang mendukung posisi bahwa hubungan stakeholder yang baik mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Pernyataan tersebut disebut sebagai Good Management hypothesis Waddock dan Graves, 1997.
Dampak positif CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan, bagaimanapun, menjadi pertanyaan dengan berbagai macam argumen.
Pertama, argumen yang menyatakan bahwa manajer yang menginginkan kedudukan yang lebih tinggi, cenderung untuk mengejar kebijakan jangka
pendek semata-mata berfokus pada hasil keuangan pada beban isu sosial jangka panjang Preston dan O’Bannon, 1997. Kedua, hubungan manajemen
di antara sekumpulan stakeholder yang luas dengan tujuan perselisihan dapat menimbulkan kekerasan yang terlalu tinggi dan sumber konsumsi organisasi
yang dapat membahayakan kinerja keuangan perusahaan Aupperle, Carroll dan Hatfield, 1985. Akhirnya, manajer dapat berkelakuan secara opportunis,
terhadap kerugian hasil keuangan, dengan mengikuti praktik pertahanan Jones, 1995 dengan tujuan agar kepentingan stakeholder terpuaskan, seperti
yang dijelaskan sebelumnya. Ketika perusahaan memperbaiki CSR mereka sebagai suatu
konsekuensi manajemen laba. Dampak positif CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan seharusnya berkurang secara signifikan. Pernyataan ini didasarkan
pada fakta bahwa manajer yang berlindung pada penyesuaian akuntansi cenderung over-invest dalam aktivitas yang mempertinggi CSR perusahaan
commit to user
sebagai salah satu strategi pertahanan diri. Munculnya ijin sosial dari strategi ini merupakan hal yang tidak produktif dan boros, diharapkan mempunyai
dampak marginal negatif terhadap kinerja keuangan. Contohnya, manajer dapat over-invest dalam proyek kompleks yang sedang berjalan dengan
mempekerjakan stakeholder yang berbeda untuk memuaskan kepentingan mereka dan, dalam waktu yang sama, mengelola laba dalam rangka untuk
memberi ijin lebih besar terhadap stakeholder. Rowley 1997 menekankan bahwa tingkat CSR yang tinggi meliputi hubungan yang luas dengan
sekelompok stakeholder dengan konflik yang bertujuan untuk menunda proses pengambilan keputusan dalam organisasi.
Hipotesis selanjutnya adalah bahwa manajer yang melakukan manajemen laba berusaha untuk melibatkan stakeholder sebagai suatu cara
untuk memvalidasi tindakannya supaya menjadi tidak mendapatkan tekanan stakeholder lainnya. Inilah yang disebut sebagai entrenchment strategy.
Tindakan tersebut dapat mengurangi fleksibilitas organisasi dan berpengaruh terhadap hasil keuangan yang merugikan. Dengan demikian tingkat
manajemen laba memperlemah hubungan antara CSR dan profitabilitas, maka hipotesis alternatif kedua adalah:
H2: Semakin tinggi tingkat manajemen laba, maka berpengaruh negatif terhadap hubungan antara CSR dan kinerja keuangan.
D. Kerangka Teoritis