Sumur Resapan. Dasar Teori 1.

commit to user Program Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan BAB II Landasan Teori Wahyu Dwi Damayanti I 8708085 Di mana : Q = debit aliran m 3 detik V = kecepatan rata ± rata saluran mdetik A = luas penampang m 2

2.2.9. Sumur Resapan.

Pada dasarnya sumur resapan berupa lubang ± lubang galian yang dibuat di pekarangan atau diperkebunan, dan persawahan sebagai penampungan air hujan : Ukuran dan dimensi sumur resapan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : a. Karakteristik hujan, yaitu intensitas hujan, durasi hujan, selang waktu hujan. Intensitas hujan dengan durasi yang panjang akan menyebabkan semakin banyaknya sumur resapan yang diperlukan, sedangkan jika selang waktu hujan semakin panjang menyebabkan sumur resapan yang diperlukan semakin sedikit. b. Luas permukaan penutup. Luasan ini adalah luasan lahan di mana air hujan yang jatuh di permukaannya akan ditampung oleh sumur resapan, meliputi luas atap, lapangan parkir, ataupun perkerasan ± perkersan yang lain. c. Tinggi muka air tanah, jika muka air tanah dalam maka akan diperlukan banyak sumur resapan untuk memperbaiki muka air tanah yang ada. Sedangkan untuk muka air tanah yang dangkal sumur resapan kurang efektif seperti pada daerah pantai ataupun rawa. d. Koefisien permeabilitas tanah, semakin tinggi nilai koefisien permeabilitas tanah maka semakin cepat kecepatan air untuk meresap. commit to user Program Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan BAB II Landasan Teori Wahyu Dwi Damayanti I 8708085 Untuk menentukan dimensi sumur resapan berdasarkan faktor yang diuraikan di atas, beberapa metode perhitungan telah dikembangkan. Metode tersebut antara lain : a. Metode Sunjoto 1988 Pustaka : Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah Sunjoto, 1988. Perumusannya dapat ditulis sebagai berikut : Q = 5,5 FKH 2.25 H = 1 Ϋ 2.26 Di mana : Q = debit air masuk m 3 detik H = kedalaman sumur m F = faktor geometrik m K = koefisien permeabilitas tanah mdetik T = waktu pengaliran detik R = jari-jari sumur m Apabila dasar sumur berada di bawah muka air tanah maka ke dalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka air tanah, dan jika muka air tanah berada di bawah dasar sumur maka kedalaman efektif sumur merupakan kedalaman sumur yang ada. b. Metode PU Metode PU pada dasarnya memiliki kesamaan dengan metode Sunjoto, yaitu sangat dipengaruhi oleh curah hujan maksimum, permeabilitas tanah dan luas bidang tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departemen commit to user Program Diploma III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan BAB II Landasan Teori Wahyu Dwi Damayanti I 8708085 Pekerjaan Umum 1990 Pustaka : Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Andi, Yogyakarta telah menyusun standar tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan yang dituangkan dalam SK SNI T-06-1990 F. Persamaan yang digunakan : H = . . . . . . 2.27 Di mana : H = kedalaman sumur m D = Durasi hujan m I = intensitas hujan mjam A t = Luas tadahan hujan m 2 , dapat berupa atap rumah dan permukaan tanah yang diperkeras. k = permeabilitas tanah mjam P = keliling penampang sumur A s = luas penampang sumur m 2 Jumlah sumur resapan yang direncanakan : N = 2.28 Di mana : N = jumlah sumur resapan V m = Volume masing ± masing sumur resapan m 3 V t = Vulome air yang harus ditampung m 3

2.3. Kerangka Pemikiran.

Kondisi eksisting suatu saluran sangat berpengaruh terhadap laju pengaliran. Perubahan tata guna lahan memberikan sumbangan besar dalam perubahan laju aliran. Perubahan ini dipengaruhi banyak hal, terutama banyaknya perumahan yang di bangun di daerah tersebut dan daerah tersebut terletak di daerah lereng.