Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi

70 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,002 di bawah batas nilai signifikan 5 0,05. Dengan kata lain variabel residual tidak berdistribusi normal. Sehingga dilakukan transformasi data, dengan mengubah seluruh data variabel menjadi bentuk logaritma natural Ln. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Sesudah Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 144 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation .44788056 Most Extreme Differences Absolute .086 Positive .086 Negative -.053 Kolmogorov-Smirnov Z 1.035 Asymp. Sig. 2-tailed .234 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Pada Tabel 4.3 diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,234 di atas batas nilai signifikan 5 0,05. Dengan kata lain variabel residual telah terdistribusi secara normal.

4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka terjadi homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi 71 heteroskedastisitas. Cara untuk melihat apakah heteroskedastisitas atau tidak, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pendekatan grafik dan pendekatan statistik. 1. Pendekatan Grafik Titik data harus tidak mencerminkan suatu pola yang tidak sistematis atau dapat dikatakan acak. Gambar grafik untuk menguji heteroskedastisitas ditampilkan berikut ini. Sumber: Hasil Penelitian, 2014 data diolah Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot Pada Gambar 4.4 terlihat penyebaran titik-titik secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. 2. Pendekatan Statistik Pendekatan statistik yang digunakan untuk melihat apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak, dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Berikut ini ditampilkan tabel uji Glejser. 72 Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Sebelum Transformasi Data Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1.130 .559 -2.020 .045 LN_ROA -.024 .027 -.121 -.895 .372 LN_EPS -.019 .009 -.192 -2.028 .545 LN_EP -.014 .031 -.068 -.459 .647 LN_UMUR .074 .067 .096 1.107 .270 LN_UKURAN .724 .285 .224 2.538 .112 a. Dependent Variable: absut Hasil Penelitian, 2014 data diolah Berdasarkan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser pada Tabel 4.4 terlihat bahwa variabel independen ROA, EPS, EP, Umur Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan sudah bebas dari gejala heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan tingkat signifikansi di atas 5 0,05.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Penelitian ini menggunakan uji Durbin- Watson untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .397 .157 .127 .45592 2.308 a. Predictors: Constant, LN_UKURAN, LN_UMUR, LN_ROA, LN_EPS, LN_EP b. Dependent Variable: LN_VAIC Hasil Penelitian, 2014 data diolah 73 Hasil uji autokorelasi pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai statistik Durbin Watson DW sebesar 2,308. maka berdasarkan tabel Durbin Watson diperoleh nilai batas atas du sebesar 1,610. Sesuai ketentuan kriteria tidak terjadinya autokorelasi adalah du d 4 – du, hasil pengujian 1,810 2,308 2,390. Dari hasil tersebut, maka pengujian autokorelasi memenuhi kriteria yang berarti tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif pada model regresi penelitian ini.

4.2.2.4 Uji Multikolinieritas