lxxix 4
Pembatalan Putusan Menurut UNCITRAL UNCITRAL tidak mengenal adanya upaya pembatalan
putusan. Di dalam Pasal 32 ayat 2 menegaskan putusan langsung bersifat final dan binding. Tidak adanya upaya pembatalan
putusan, tampaknya telah diimbangi dengan berbagai upaya lain dalam bentuk upaya interpretation of the award, correction of the
award maupun upaya additional award. Upaya-upaya ini telah
mengganti fungsi pembatalan putusan. Apalagi jika upaya-upaya dimaksud dikaitkan dengan ketentuan Pasal 21 yang mengatur
tentang pleas as to the jurisdiction of the arbitral tribunal. Karena melalui ketentuan ini, pada saat proses pemeriksaan berlangsung,
para pihak sudah dapat mengoreksi cacat-cacat yang berkenaan dengan masalah yurisdiksi Mahkamah Arbitrase, juga sudah dapat
meminta perbaikan agar pemeriksaan dilakukan sesuai dengan batas-batas perjanjian. Sedangkan mengenai perbaikan penjelasan
dan penambahan atau pengurangan yang mungkin terkandung sebagai cacat dalam putusan, dapat diluruskan melalui upaya
interpretation, correction maupun upaya additional award, yang
meliputi : a
Penambahan putusan, b
Ralat putusan, c
Pengurangan putusan. Sedangkan
additional award
merupakan upaya
penyelesaian sengketa yang dapat mengubah dan merombak putusan arbitrase semula menjadi seolah-olah putusan baru yang
telah diluruskan cacat kekeliruannya.
b. Penolakan Putusan Arbitrase Asing
Ada dua alasan mengapa pengadilan tidak mengabulkan pelaksanaan putusan arbitrase asing di suatu negara. Pertama, putusan
tersebut bertentangan dengan alasan sebagaimana diatur dalam Pasal V
lxxx 1 Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign
Arbitral Awards atau Konvensi New York tahun 1958. Pasal V ayat
1 Konvesi 1958 menegaskan penolakan eksekusi bisa dilakukan jika terbukti para pihak tidak berwenang membuat perjanjian arbitrase.
Alasan penolakan lain adalah pemberitahuan yang tidak lazim tentang akan atau sedang berlangsungnya proses arbitrase kepada pihak yang
berkepentingan. Selain itu, eksekusi bisa ditolak jika arbiter telah melampaui kewenangan, komposisi arbiter atau prosedur arbitrase
tidak sesuai dengan kontrak dan putusan aritrase belum mengikat. Kedua, bertentangan dengan pengaturan perundang-undangan
atau ketertiban umum dari pengadilan yang diminta untuk melaksanakan putusan arbitrase sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
V ayat 2, yaitu jika badan yang berwenang dari negara tempat pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitase yang dimohonkan
menemukan pokok persengketaan tidak dapat diselesaikan melalui arbitase di negara itu. Selain itu, penolakan bisa dilakukan jika
pengakuan atau pelaksanaan putusan itu bertentangan dengan kepentingan negara itu.
Penolakan putusan arbitrase asing mendapat pengaturan dalam perjanjian internasional yang kemudian ditransformasikan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan nasional. Dalam perjanjian internasional dikenal adanya kedaulatan dan yurisdiksi. Pelaksanaan
yurisdiksi kekuasaan negara hanya dapat dilakukan di wilayah teritorialnya dan pelaksanaan yurisdiksi suatu negara di negara lain
harus seijin negara lain tersebut. Putusan arbitrase yang dibuat suatu negara dan hendak dilaksanakan di negara lain harus mendapat
pengakuan dan pelaksanaan oleh negara lain tersebut. Perjanjian internasional yang mengatur pelaksanaan putusan arbitrase asing
adalah Convention on The Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award
Konvensi New York 1958.
lxxxi Prinsipnya yaitu bahwa pihak yang mengajukan penolakkan
keputusan arbitrase harus mengajukan dan membuktikan alasan-alasan penolakan keputusan arbitrase, yaitu :
1 Bahwa para pihak yang terikat dalam perjanjian tersebut ternyata
menurut hukum nasionalnya tidak mampu atau menurut hukum yang mengatur perjanjian tersebut atau menurut hukum negara
dimana keputusan tersebut dibuat apabila tidak ada petunjuk hukum mana yang berlaku,
2 Pihak terhadap mana keputusan diminta tidak diberikan
pemberitahuan yang sepatutnya tentang penunjukan arbitrator atau persidangan arbitrase atau tidak dapat mengajukan kasusnya,
3 Keputusan yang dikeluarkan tidak menyangkut hal-hal yang
diserahkan untuk diputuskan oleh arbitrase atau keputusan tersebut mengandung hal-hal yang berada di luar hal-hal yang seharusnya
diputuskan, 4
Komposisi wewenang arbitrase atau prosedur arbitrase tidak sesuai dengan persetujuan para pihak atau tidak sesuai dengan hukum
nasional tempat arbitrase berlangsung, 5
Keputusan tersebut belum mengikat terhadap para pihak atau dikesampingkan atau ditangguhkan oleh pejabat yang berwenang
di negara dimana keputusan dibuat. Penolakan putusan arbitrase oleh pengadilan tidak berarti
menafikan seolah tidak pernah dibuat putusan tersebut. Penolakan mempunyai konsekuensi tidak dapatnya putusan arbitrase asing
dilaksanakan di yurisdiksi pengadilan yang telah menolaknya.
4. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Keputusan Arbitrase