9 Consanguine Family tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan
pada pertalian darah atau ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat.
2.1.2 Manfaat Ikatan Keluarga
Manfaat keterkaitan anggota keluarga dalam bisnis menurut Longenecker et al 2001:35:
1. Memperkuat ikatan persaudaraan dalam bisnis keluarga,
2. Perusahaan dapat menggunakan tema keluarga bersangkutan didalam
periklanan dan membuatnya berbeda dari pesaing, 3.
Anggota keluarga mau mengorbankan pendapatnya untuk keperluan perusahaan,
4. Motivasi anggota keluarga untuk kerja kuat dalam pengelolaan yang rapi
dan baik.
2.1.3 Dimensi Ikatan Keluarga
Dimensi yang harus dibangun dalam ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga memiliki beberapa dimensi. Nyomman 2011 : 47
mengatakan bahwa dimensi ikatan keluarga dalam kaitannya dengan usaha keluarga adalah : kepercayaan, komitmen dan kerjasama.
a. Kepercayaan
Usaha dibangun oleh kepercayaan trust. Itu kata orang bijak. Kepercayaan para pelanggan, pemasok, karyawan serta stakeholder lainnya
bertalian satu sama lain. Dengan kata lain bahwa bisnis akan habis pada saat kepercayaan sudah tidak ada lagi diantara para pihak dimaksud.
Universitas Sumatera Utara
10 Pada perusahaan keluarga, trust diantara para anggota keluarga sangatlah
penting. Kepercayaan bahwa mereka saling menjaga dan berkomitmen terhadap perusahaan, kepercayaan bahwa seluruh anggota keluarga telah menjalankan
perannya masing-masing yang sering disebut altruismtrust menjadi modal utama dalam mengelola perusahaan.
Dalam hubungannya dengan trust tersebut, para ahli perusahaan keluarga mengemukakan apa yang dikenal dengan the cycle of trust yang merupakan siklus
saling percaya yang wajib dijaga dan dipelihara oleh seluruh anggota keluarga dalam rangka menjaga harmonisasi hubungan antara perusahaan dan keluarga.
Siklus tersebut berjalan seiring dengan tahapan-tahapan perusahaan. Ada tiga kepercayaan yang wajib saling dijaga sesuai dengan siklusnya menurut
Chairman, 2011 : 102: 1.
Pertama, saling kepercayaan antar pribadi atau yang dikenal dengan interpersonal trust,
2. Kedua, adanya kepercayaan kompetensi atau competence trust,
3. Ketiga, dengan semakin besarnya perusahaan, semakin banyaknya pihak-
pihak yang bergabung dan berkepentingan terhadap perusahaan. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dipahami bahwa dalam menjalin
ikatan keluarga, maka yang harus dijaga dan dipelihara dalam usaha keluarga adalah adanya saling kepercayaan di antara anggota keluarga yang membangun
usaha bersama, adanya saling mencurigai dan tidak saling percaya akan mengakibatkan tidak berjalannya usaha dengan baik. Selain saling kepercayaan
yang perlu di tanam di antara ikatan keluarga adalah adanya kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
11 kompetensi yaitu meyakini dan mempercayai terhadap kemampuan antara satu
dengan yang lain dalam membangun usaha yang sedang dijalankan. Apalagi pada saat persoalan perusahaan semakin kompleks, maka setiap anggota keluarga yang
ikut dalam perusahaan dituntut memiliki kompetensi tertentu untuk dapat berkontribusi terhadap jalannya perusahaan.
Usaha yang dibangun dengan banyaknya anggota keluarga yang terlibat, maka seluruh anggota keluarga dan setiap elemen harus yakin bahwa sistem yang
ada di perusahaan telah berjalan dengan layak. Inilah yang dikenal dengan system trust. Keyakinan bahwa system telah berjalan dengan layak pada tahap ini
sangatlah penting. Perusahaan keluarga dituntut untuk memastikan siklus kepercayaan ini
berjalan dengan baik agar terjadi harmonisasi di dalam keluarga dan juga dalam hubungan antara keluarga dan perusahaan. Apabila tidak, maka dapat dipastikan
bahwa keharmonisan keluarga akan terganggu dan perusahaan akan berada pada ambang kehancuran.
Mishra Mishra 2008 mengkonseptualisasikan aspek-aspek dari kepercayaan sebagai berikut :
a. Reliability Seseorang dikatakan reliable ketika berperilaku dalam cara yang seimbang
dan konsisten. Bertanggung jawab melakukan apa yang dikatakan untuk dilakukannya. Melakukan sesuatu ketika memiliki kemauan dan akan
menunjukkannya ketika ada keinginan dan juga dapat diandalkan. Mengingat hal- hal yang penting bagi orang lain dan menjadi sumber kenyamanan dan
Universitas Sumatera Utara
12 keseimbangan dalam kehidupan orang tersebut. Kepercayaan tanpa aspek ini
membuat orang lain tidak akan memberikan kesempatan kedua. Reliability memerlukan kata-kata dan tindakan. Adanya ketidakkonsistenan antara kata-kata
dan tindakan menurunkan kepercayaan yang juga menyiratkan penjagaan komitmen seseorang. Orang-orang akan lebih mungkin untuk mempercayai
pemimpin yang reliable karena itu dapat mengurangi ketidakpastian akan perilaku pemimpin.
b. Openness Keterbukaan merupakan kemauan untuk jujur dan terbuka dalam
berhubungan dengan orang lain. Individu akan lebih mau mempercayai perkataan seseorang apabila mereka yakin bahwa orang tersebut berkatajujur. Adanya
keterbukaan dari diri sendiri juga akan mendorong orang lain untuk lebih terbuka. Jika seseorang itu jujur dengan tetangga, rekan kerja atau anggota keluarganya,
maka orang lain akan lebih mau untuk terbuka kepadanya. Menjadi terbuka juga termasuk berlaku wajar dan mau berbagi informasi atau pandangan. Pemimpin
menunjukkan openness dengan berbagi informasi dan jujur terhadap satu sama lain. Minimalnya, menjadi terbuka berarti tidak berbohong kepada pihak lain.
Sedangkan dalam level terbesarnya, openness berarti penuh penyingkapan disclosure. Sifat kepercayaan dalam istilah openness membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk dikembangkan dibandingkan dengan kepercayaan berdasarkan reliability karena tidak hanya melibatkan perkataan akan kebenaran saja, tetapi
juga pernyataan informasi mengenai maksud dan harapan seseorang, dan bagi pemimpin hal ini dapat melibatkan informasi sensitif yang tinggi. Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
13 yang jujur dan terbuka dapat mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas karena
membuat tujuan, agenda dan sasaran lebih transparan. Openness sebagai konstruk dari kepercayaan merupakan pertumbuhan informasi. Informasi dibagikan untuk
dapat menyelesaikan pekerjaan atau bersifat pribadi diantara trustee dan trustor. c.
Competence Individu tidak ingin mempercayai orang lain sampai orang tersebut dapat
melakukan pekerjaan tersebut bahkan ketika sebelumnya orang tersebut digambarkan sebagai seseorang yang reliable dan jujur. Pengalaman langsung
dengan orang lain merupakan cara yang lebih meyakinkan untuk memperlihatkan kompetensi yang dimiliki. Pemimpin menunjukkan kompetensi mereka dengan
menemukan dan melebihi harapan kinerja dan memberikan hasil yang mendukung tujuan dan sasaran strategi organisasi. Pengikut ingin tahu apakah mereka dapat
bergantung pada pemimpin mereka untuk menjadi kompeten dalam menyelesaikan masalah dan mengarahkan mereka kepada solusi. Pengikut akan
lebih mungkin untuk merespon usaha yang dikembangkan oleh pemimpin apabila mereka percaya bahwa pemimpin memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
penting untuk mengasah bakat dan kekuatan mereka. Competene mengacu pada kapabilitas dan keahlian individu untuk dapat tampil
dalam tugas-tugas yang spesifik. Perasaan mampu atau kompeten merupakan pusat dari kepercayaan dalam hubungan pemimpin dan pengikutnya karena
pengikut tidak akan mungkin mengembangkan kepercayaan terhadap pemimpin, kecuali jika mereka percaya bahwa pemimpin mampu melaksanakan peran
kepimimpinan Whitener, Korsgaard Werner, 1998. Pemimpin juga
Universitas Sumatera Utara
14 dikarakteristikkan dengan bagaimana pengikutnya mempercayai mereka untuk
membuat keputusan yang kompeten. d.
Compassion
Memiliki compassion terhadap orang lain berarti harus mau mengesampingkan kepentingan pribadi untuk bisa menjadi benar-benar empati
terhadap orang lain. Yang juga berarti harus meletakkan kepentingan orang lain sama atau di atas kepentingan sendiri. Compassion memerlukan waktu yang lama
untuk dapat ditunjukkan karena membutuhkan pemahaman atau empati terhadap kebutuhan dan kepentingan orang lain. Compassion dari pemimpin juga dapat
membangun hubungan
positif dengan
karyawannya. Pemimpin
yang menunjukkan compassion lebih mungkin untuk meningkatkan hubungan yang
membantu perkembangan individu dan pertumbuhan bersama. Seorang individu yang memiliki compassion terhadap orang lain berarti ia harus memiliki kemauan
untuk mengatur kepedulian diri sehingga bisa benar-benar berempati terhadap orang lain. Percaya dalam hal concern berarti bahwa kepentingan diri tersebut
seimbang dengan minat dalam kesejahteraan orang lain Mishra, 1996. Maxwell 2002 mengindikasikan indikator-indikator kepercayaan, yaitu:
1. Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim akan menciptakan
rasa saling percaya. 2.
Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada anggota tim berarti telah
memberikan kepercayaan
bahwa anggota
tim mampu
melaksanakannya.
Universitas Sumatera Utara
15 3.
Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki integritas atau bersikap sebenarnya truthfulness dalam bekerja.
d. Komitmen