BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baitul maal Watamwil
Baitul maal Wattamwil BMT terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Baitul maal
Wattamwil BMT sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada batasan ekonomi, sosial bahkan agama. Masyarakat
dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sistem keuangan yang lebih adil dan penting mampu menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil.
Peran BMT dalam menumbuhkembangkan usaha mikro di lingkungannya merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan nasional. BMT tidak
digerakkan dengan motif laba semata,tetapi juga dengan motif sosial. BMT beroperasi dengan pola syariah, maka mekanisme kontrolnya tidak hanya dari aspek
ekonomi saja, tetapi agama atau akidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan Heri Sudarsono, 2003.
2.1.1 Sejarah berdirinya BMT
Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia BMI timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang
menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR Syariah dan BMT yang
bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah. Dengan adanya BMT diharapkan mampu berperan aktif dalam memperbaiki
kondisi ekonomi yang tidak menentu. Dengan kondisi tersebut keberadaan BMT setidaknya mempunyai beberapa peranan, antara lain:
a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
c. Melepas ketergantungan usaha-usaha mudharib atau masyarakat yang masih
tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
2.1.2 Fungsi dan Peranan BMT
Baitul maal Wattamwil dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki fungsi dan peranan sebagai baitul maal dan baitul tamwil. Dalam fungsi baitul maal
pengelolaan BMT memiliki fungsi sebagai perantara antara muzakki orang yang berzakat, berinfaq dan bershadaqah dengan para mustahik orang yang menerima
zakat. Sedangkan dalam fungsi baitul tamwil, pengelolaan BMT memiliki fungsi sebagai perantara investor kreditur, penabung dengan debitur peminjam, usahawan
kecil. Sehingga dalam peranannya, BMT harus menjalankan fungsi optimalisasi pengelolaan ZIS dan upaya penyadaran umat akan nilai-nilai Islam dengan fungsi
bisnis ekonomi.
2.1.3 Ciri-ciri Utama BMT
Menurut M. Ridwan 2004, Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut: a. Beroperasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi
paling banyak untuk anggota dan masyarakat; b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan dan
pensyarufan dana zakat, infaq dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak; c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya.
2.1.4 Ciri-ciri Khusus BMT