Fatwa DSN Tentang Ketentuan Murabahah

keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya, si Fulan membeli unta 30 dinar, biaya-biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika menawarkan untanya, ia mengatakan: “Saya jual unta ini 50 dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar.” Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah. Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada saat pemesanan, makas si penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada menjualnya kepada si pemesan. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian setelah awal akad, baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum sekaligus.

1. Fatwa DSN Tentang Ketentuan Murabahah

Universitas Sumatera Utara Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut: a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam. c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, mislanya jika pembelian dilakukan secara utang. f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. Universitas Sumatera Utara i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank. Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa adalah sebagai berikut: 1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima membeli-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hokum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank haru dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. Universitas Sumatera Utara 7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternative dari uang muka, maka: 1 jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga; atau 2 jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; nasabah wajib melunasi kekurangannya. Widyaningsih, 2005:106

2. Rukun dan Syarat Murabahah