38
3.7 Alat dan Bahan
3.7.1 Alat Penelitian 1. Plat besi berukuran 4 x 2 cm
2. Hot Plate Magnetic stirrer 3. Beker glass
4. Gunting dan Pinset 5. Pisau cukur
6. Karton 7. Staples
8. Pot obat 9. Kandang hewan coba
10. Timbangan elektronik 11. Termometer
12. Lumpang dan Alu 13. Cawan porselen
14. Spatula 15. Stopwatch
16. Mikroskop 3.7.2 Bahan Penelitian
1. Ekstrak daun binahong Anredera cordifoliaTenoreSteenis 2. Adeps lanae
3. Vaselin album 4. Formalin
5. Eter 6. Pelarut etanol 96 .
39
3.8 Alur Penelitian
Gambar terlampir pada lampiran 5 Aklimatisasi sampel
selama 1 minggu Pemilihan sampel
Persiapan Penelitian
Pembuatan Luka Bakar pada Tikus
Pemberian salep ekstrak daun binahong, kontrol
positif, dan kontrol negatif selama 5 hari
Pembuatan salep ekstrak daun Binahong di BALITRO dan
Laboratorium Farmakologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada hari ke - 6 , dilakukan eksisi luka
Sampel jaringan ditempatkan di dalam pot lalu dikirim ke
Laboratorium Patologi Anatomi FKUI untuk dibuat preparat
Proses pengamatan histopatologi kulit di
Laboratorium Histologi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Pengolahan data hasil
pengamatan preparat histopatologi kulit
Pembuatan Laporan Hasil Penelitian
Determinasi tanaman oleh LIPI Bogor
40
3.9 Cara Kerja Penelitian
3.9.1 Pembuatan Luka Bakar pada tikus
50
3.9.2 Pembuatan Ekstrak Daun Binahong Anredera cordifolia Tenore Steenis
a. Persiapan Sampel Daun binahong diperoleh dari Pusat Penjualan Binahong
yang berlokasi di Palmerah, Jakarta Barat. Daun binahong dikeringkan selama 3 hari. Kemudian daun binahong yang
telah kering diblender hingga halus. b. Determinasi Sampel
Determinasi tanaman dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia LIPI
Bogor dengan
surat determinasi terlampir. Lampiran 1
c. Ekstrak Sampel Daun binahong basah didapatkan sebanyak 4 kg setelah
pengeringan didapatkan sebanyak 530,6 gr dan dihaluskan.
41
Sampel yang telah halus direndam dalam pelarut etanol 96 sebanyak 2500 ml dengan perbandingan 1 kg daun : 5 liter
pelarut etanol 96. Sampel sebanyak 530,6 gr yang telah direndam di dalam
etanol dikocok selama 2 – 3 jam, kemudian didiamkan
selama 24 jam. Setelah didiamkan selama 24 jam, sampel kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil filtrat
penyaringan kemudian dirotavapor. Saat dirotavapor, pelarut etanol divakum lalu didestilasi sehingga menjadi cair. Cairan
pelarut etanol dari hasil destilasi kemudian ditampung. Jika pelarut sudah menguap semua akan didapatkan ekstrak kental
daun binahong. Didapatkan ekstrak kental daun binahong sebanyak 26,2 gr.
3.9.3 Pembuatan Salep Ekstrak Daun Binahong
a. Persiapan Bahan Salep Bahan yang akan digunakan untuk membuat basis salep dan
ekstrak daun Binahong ditimbang sesuai dengan takaran. Basis Salep
Basis yang akan digunakan basis berlemak yaitu adeps lanae dan vaseline album. Sebelum dibuat basis salep,
dipanaskan lumpang dan alu di dalam oven dengan suhu 50
C hingga panas, kemudian lumpang dan alu yang telah panas dikeluarkan dari oven dan masukkan adeps lanae
terlebih dahulu dan diaduk hingga lebur kemudian dilanjutkan dengan memasukkan vaselin album dan diaduk
dengan kecepatan konstan hingga homogen dengan membentuk basis salep.
b. Pencampuran Basis Salep dengan Ekstrak Daun Binahong
Basis salep yang telah dibuat, ditambahkan dengan ekstrak daun Binahong dan diaduk hingga homogen dengan
menggunakan lumpang dan alu yang panas yang disesuaikan dengan masing
– masing konsentrasi.
42
Formula standar basis salep yang digunakan menurut Niswah Paju et al 2013 ialah :
R Adeps lanae 15 g
Vaseline Album 85 g
m.f salep 100 g
Sediaan salep yang akan digunakan pada penelitian ini memiliki masing
– masing konsentrasi ekstrak daun Binahong yaitu 10, 20 dan 40 dibuat sebanyak 30g.
a. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 10
R Ekstrak daun Binahong 3 g
Basis salep 27 g
m.f salep 30 g
b. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 20 R Ekstrak daun Binahong
6 g Basis salep
24 g m.f salep
30 g c. Formulasi salep ekstrak daun Binahong 40
R Ekstrak daun Binahong 12 g
Basis salep 18 g
m.f salep 30 g
c. Pengujian Sediaan Salep Untuk mengetahui homogenitas salep dilakukan uji
homogentitas, yaitu dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca transparan dimana sediaan diambil pada
bagian atas, tengah, dan bawah.
Gambar 3.1 Hasil Tes Homogenitas Salep Ekstrak Daun Binahong
43
Salep dikatakan homogen apabila basis salep dan ekstrak daun binahong sudah tercampur merata dan ketika
dioleskan di atas kaca tidak menggumpal. 3.9.4 Perlakuan Pada Hewan Coba
Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus. Kategori
perlakuan hewan coba, yaitu: 1.
Kontrol negatif: 5 ekor tikus diberikan salep yang hanya berisi basis salep vaselin album dan adeps
lanae 2.
Kontrol positif: 5 ekor tikus diberikan salep silver sulfadiazine SSD
3. Kelompok Perlakuan I: 5 ekor tikus diberikan salep
ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 10 4.
Kelompok Perlakuan II: 5 ekor tikus diberikan salep ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 20
5. Kelompok Perlakuan III: 5 ekor tikus diberikan
salep ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 40
Sebelum perlakuan, sampel diaklimatisasi selama 1 minggu. Setelah dilakukan pembuatan luka bakar, kelima kelompok
tersebut diberikan masing – masing sediaan salep pada pagi dan
sore hari selama 5 hari. Pada hari ke -6 dilakukan eksisi pada luka untuk menilai histopatologi kulit yang mengalami luka.
3.9.5 Persiapan Eksisi Luka
Sebelum dieksisi, hewan dianestesi dengan eter. Eksisi luka dengan cara pembedahan. Preparat luka yang telah diambil
dimasukkan kedalam larutan formalin 10 lalu dikirim ke Laboratorium
Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia FKUI. 3.9.6
Pembuatan Preparat Histopatologi Kulit
44
Pembuatan preparat dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Hematoxylin Eosin HE dan pewarnaan trichrome . Pewarnaan
HE digunakan untuk melihat sel fibroblas dan neovaskularisasi sedangkan pewarnaan trichrome untuk menilai deposit kolagen.
Pembuatan preparat dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi FKUI.
3.9.7 Pengamatan Histopatologi
Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x
– 400x di Laboratorium Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
menggunakan Mikroskop Olympus BX41 yang dilengkapi dengan software aplikasi DP2-BSW.
3.9.7.1 Cara Pengukuran
Kepadatan Deposit Kolagen
Kepadatan deposit kolagen diukur dengan membuat foto sediaan kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan
menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan dianalisis secara kuantitatif dengan mengukur serapan
warna RGB Red,Green, Blue atau format RGB menggunakan program komputer adobe Photoshop 6.
Jumlah Sel Fibroblas
Jumlah sel fibroblas diukur dengan membuat foto sediaan kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan
menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung jumlah sel
fibroblas dari 5 lapang pandang yang berbeda dan dipilih secara acak. Jumlah sel fibroblas dari kelima lapang
pandang tersebut kemudian dirata – rata.
Neovaskularisasi
Jumlah neovaskularisasi diukur dengan membuat foto sediaan kulit dorsal yang telah diberi luka bakar dengan
menggunakan mikroskop. Hasil foto disimpan dan
45
dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung jumlah pembuluh darah yang terbentuk dari 5 lapang pandang yang
berbeda dan dipilih secara acak. Jumlah neovaskularisasi dari kelima lapang pandang tersebut kemudian dirata
– rata.
3.9.7.2 Cara Penggunaan program Adobe Photoshop 6.0
Cara pengukuran kepadatan deposit kolagen menggunakan program Adobe Photoshop 6.0 adalah sebagai berikut :
1. Preparat difoto dengan kamera mikroskop fotografi
dengan pembesaran 200x. Foto – foto tersebut
kemudian disimpan. 2.
Langkah – langkah untuk memperoleh nilai mean RGB
Membuka program adobe photoshop 6.0
Buka file foto yang sudah disimpan
Klik magic wound tool terletak di sebelah kiri
Tempatkan kursor pada foto di bagian warna yang akan dihilangkan . Misal, di dalam foto tersebut
terdapat warna ungu dan warna biru. Warna ungu menggambarkan lapisan sel epitel sedangkan warna
biru menggambarkan kepadatan kolagen dengan pewarnaan trichrome. Pada penelitian ini, akan
dinilai kepadatan kolagen sehingga warna ungu harus dihilangkan. Letakan kursor pada daerah
warna ungu.
Klik menu edit, pilih submenu cut. Maka warna ungu tadi akan hilang semua. Demikian seterusnya
untuk warna lain yang akan dihilangkan. Sehingga hanya tampak warna yang akan dianalisis saja.
46
Gambar 3.2 Contoh Hasil Pengolahan Foto dengan Menggunakan Program Adobe Photoshop 6.0
A. Foto sebelum dilakukan pengolahan masih terdapat warna lain selain
warna biru B.
Foto setelah dilakukan pengolahan dominasi warna biru Pewarnaan trichrome, perbesaran 200x
Selanjutnya, klik menu image, pilih submenu
histogram. Klik blue, maka nilai mean akan tampak. Nilai mean ini merupakan jumlah titik atau
pixels yang menandakan ketebalan pulasan kolagen warna biru
Gambar 3.3 Hasil Penilaian Kepadatan Deposit Kolagen dengan Menggunakan Histogram Format RGB Blue
Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop 6.0
A B
47
3.9.7.3 Cara Menghitung Sel Menggunakan Aplikasi ImageJ
Langkah – langkah menghitung sel dengan
menggunakan aplikasi ImageJ adalah sebagai berikut : 1. Buka aplikasi ImageJ
2. Buka gambar yang akan dihitung jumlah sel nya , klik File, lalu pilih Open, pilih gambar yang akan dihitung
jumlah selnya 3. Klik Plugin, lalu pilih Analysis, selanjutnya pilih Cell
counter 4. Klik Keep original .
5. Setelah itu, pilih Initiate untuk meng-copy gambar yang akan dihitung jumlah sel nya
6. Klik Type 1 untuk menandai sel yang akan dihitung. Jika ingin menghitung lebih dari satu jenis sel bisa
memilih Type 2,Type 3 dan seterusnya. Dalam
penelitian ini, Type 1 menandakan sel fibroblas.
7. Letakan kursor pada inti sel yang akan dhitung, lalu tekan pada inti sel tersebut. Setelah ditekan akan
muncul sebuah titik yang menandakan bahwa sel tersebut sudah dihitung sehingga mengurangi resiko
terhitung kembali. 8. Jumlah sel sama dengan jumlah inti sel yang ditandai.
Banyaknya jumlah penanda akan secara otomatis terhitung dan hasilnya dapat dilihat pada Result.
3.9.7.4 Cara menghitung jumlah pembuluh darah pada foto preparat
Berikut langkah – langkah yang dilakukan untuk
menghitung jumlah pembuluh darah baru neovaskularisasi pada foto preparat, antara lain :
1. Buka aplikasi Adobe Photoshop CS3
48
2. Buka foto yang akan dihitung jumlah pembuluh
darahnya dengan cara, klik file, lalu pilih open, pilih foto yang akan dihitung jumlah pembuluh darahnya
3. Untuk memudahkan dalam penghitungan dan
meminimalisasi kesalahan dalam penghitungan gunakan garis bantu grid line.
4. Untuk memunculkan grid line, tekan Ctrl + K secara
bersamaan sehingga nanti akan muncul tampilan sebagai berikut :
Gambar 3.4 Pengaturan Grid Line pada Program Adobe Photshop CS3
Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3
5. Selanjutnya pilih Guides, Grid Slices, sehingga
akan muncul tampilan sebagai berikut :
Gambar 3.5 Pengaturan Guides, Grid Slices pada Program Adobe Photoshop CS3
Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3
49
Atur warna garis yang diinginkan dan jarak dari setiap garis, setelah itu klik OK.
6. Tekan Ctrl + „ untuk memunculkan grid line
Gambar 3.6 Grid line yang muncul pada Program Adobe Photoshop CS3
Sumber: Printscreen dari Program Adobe Photoshop CS3
7. Hitung pembuluh darah yang terlihat pada foto. Pembuluh
darah ditandai dengan adanya lumen yang dilapisi sel endotel atau lumen yang berisi sel darah baik yang terpotong secara
memanjang atau melintang. Penghitungan dilakukan pada semua kotak dimulai dari kotak paling atas kiri hingga ke kotak
paling bawah kanan. Selanjutnya jumlah pembuluh darah dari setiap kotak dijumlahkan.
3.10 Analisis Data Data hasil penelitian pengaruh pemberian salep ekstrak daun
binahong Anredera cordifoliaTenoreSteenis dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada efektifitas
yang bermakna dari masing – masing sediaan uji yang mengandung
kontrol positif, ekstrak daun Binahong dengan berbagai konsentrasi, dan kontrol negatif terhadap pembentukan jaringan granulasi pada luka
bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar 30 detik dengan plat besi.
50
Data pada penelitian ini berupa variabel kategorik- numerik lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan sehingga
menggunakan uji one way ANOVA jika distribusi normal. Jika distribusi data tidak normal maka menggunakan uji nonparametrik
yakni Uji Kruskall-Wallis. 3.11
Etika Penelitian Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik
Penelitian Kesehatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hewan coba sebanyak 25 ekor tikus Sprague dawley diberikan makanan dan
minuman secara ad libitum. Hewan ditempatkan di kandang yang sesuai dengan habitat tikus. Setiap kandang berisi 1 ekor tikus. Pada
leher hewan dipasangkan collar neck agar kepala hewan tidak mengenai luka yang ada dipunggungnya. Setelah diberikan perlakuan
selama 5 hari, pada hari ke – 6 dilakukan terminasi dengan
menggunakan anestesi eter. Anestesi ini dilakukan agar tikus tidak menderita. Selanjutnya, dilakukan pengambilan sampel jaringan kulit
bagian dorsal. Sampel jaringan kemudian dibawa ke Laboratorium Patologi Anatomi FKUI. Bagian tubuh tikus yang tidak diambil untuk
sampel jaringan
dikuburkan.
51
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara makroskopik, gambaran luka bakar pada tikus Sprague dawley yang diberikan paparan luka bakar selama 30 detik dengan plat besi terlihat kulit
tikus yang diberikan paparan luka bakar berwarna merah kecoklatan dan terdapat bula pada hari pertama setelah dibuat luka bakar. Selain itu juga terdapat beberapa
bagian kulit yang mengelupas.
Gambar 4.1 Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada tikus Sprague dawley pada hari pertama setelah pembuatan luka
Luka bakar kemudian diberikan salep ekstrak daun Binahong dengan konsentrasi 10, 20, dan 40, krim silver sulfadiazin kontrol +, dan basis
salep kontrol - selama 5 hari. Pada hari ke-5, terlihat terdapat keropeng pada luka yang berwarna kecoklatan dan bula sudah tidak terlihat. Luas luka cenderung
mengecil.
52
Gambar 4.2 Gambaran Makroskopik Luka Bakar pada tikus Sprague dawley pada hari ke -5 setelah pembuatan luka
Pada penelitian ini juga dilakukan identifikasi luka bakar secara mikroskopik, yaitu berupa pembentukan jaringan granulasi. Sel fibroblas, deposit
kolagen, dan neovaskularisasi merupakan komponen penyusun jaringan granulasi yang digunakan sebagai parameter pembentukan jaringan granulasi dalam
penelitian ini.
4.1 Kepadatan Deposit Kolagen
Berikut ini adalah gambaran histopatologi deposit kolagen dalam jaringan granulasi pada luka bakar tikus Sprague dawley dengan lama paparan luka bakar
selama 30 detik dengan plat besi. Terlihat deposit kolagen berwarna biru dengan pewarnaan trichrome.
Gambar 4.3 Deposit Kolagen biru pada Jaringan Granulasi Luka Bakar. aKelompok P1;b Kelompok P2;c Kelompok P3;d Kontrol positif;e
Kontrol negatif Pewarnaan Trichrome, Perbesaran 200X
Pada penelitian ini, data kepadatan deposit kolagen yang diambil merupakan rerata ketebalan pulasan kolagen yang dianalisis secara kuantitatif
53
dengan mengukur serapan warna RGB Red, Green, Blue menggunakan program komputer adobe photsoshop 6.0 dari semua kelompok penelitian. Data yang
diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Rerata Kepadatan Deposit Kolagen
Kelompok Perlakuan
N Rerata Kepadatan Deposit
Kolagen
P1 5
187.644 P2
5 169.1192
P3 5
183.5344
K+ 5
226.1024
K- 5
223.414
Grafik 4.1 Rerata Kepadatan Deposit Kolagen Keterangan : P1 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 10
P2 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 20 P3 = Konsentrasi ekstrak daun binahong sebesar 40
K+ = Salep Silver Sulfadiazin K- = Basis salep
Dari Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa ketebalan pulasan kolagen yang menggambarkan kepadatan deposit kolagen pada
pembentukan jaringan granulasi paling tinggi terdapat pada kelompok kontrol positif yaitu sebesar 226,1024 pixel. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok
perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kepadatan deposit kolagen pada kelompok perlakuan
yang diberikan ekstrak daun binahong terendah terdapat pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong sebesar 20 Kelompok P2.
50 100
150 200
250
Re rat
a De
pos it
K ol
age n
p ix
el
Kelompok Penelitian Grafik Rerata Kepadatan Deposit Kolagen
p1 p2
p3 k+
k-
54
Selanjutnya dilakukan penghitungan secara statistik menggunakan One-Way Anova karena distribusi data normal dan variasi data homogen. Setelah
dilakukan penghitungan didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Pengaruh Ekstrak Daun Binahong terhadap
Kepadatan Deposit Kolagen
Kelompok Perlakuan
N Mean
Standar Deviation
P Value
Kepadatan Deposit
Kolagen P1
5 187,64
12,62492 0,000
P2 5
169,12 13,21485
P3 5
183,53 9,18782
K+ 5
226,10 12,56250
K- 5
223,41 17,08568
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terdapat nilai p sebesar 0,000 p0,05 yang berarti minimal terdapat dua kelompok yang memiliki perbedaan yang bermakna.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardana 2013 menunjukkan bahwa pemberian topikal ekstrak daun binahong sebanyak 5 dapat
meningkatkan deposit kolagen pada penyembuhan luka bakar kulit derajat 3 dibandingkan dengan kontrol negatif.
41
Kandungan zat saponin pada ekstrak daun binahong dapat menstimulasi pembentukan kolagen tipe 1. Selain itu, flavonoid
yang terdapat dalam ekstrak daun binahong juga dapat menghambat proses peroksidasi lipid. Adanya penghambatan pada proses peroksidasi lipid
meningkatkan sintesis DNA pada fibroblas, mencegah kerusakan sel, dan meningkatkan serat kolagen sehingga viabilitas serat kolagen meningkat.
14
Studi lain menyebutkan bahwa serabut kolagen mulai terlihat pada hari ke- 3 pasca perlukaan yang muncul dari tepi luka. Pada fase proliferasi, serabut
kolagen diproduksi oleh fibroblas dan dipengaruhi oleh TGF β dari sel makrofag. Jenis serabut kolagen yang dihasilkan adalah kolagen tipe III. Sintesis kolagen
tipe III akan berubah menjadi kolagen tipe I yang memiliki kekuatan regang lebih kuat pada fase remodeling, yaitu pada hari ke - 14 pasca perlukaan.
34
Penelitian yang dilakukan oleh Jiang et al 2004 menunjukan bahwa pembentukan kolagen dipengaruhi oleh kadar keasaman pH.
47
Molekul kolagen berbentuk globular pada pH sekitar 2,5
– 4,5. Pada pH yang lebih tinggi yaitu