Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

(1)

Fak

PROGR

ktor yan

pa

R

RAM D IV

UNIVE

ng Menda

ada Pasa

RB. Ma

RAHM

KARYA

V BIDAN P

ERSITAS S

asari Pe

angan Us

ahdarina

Tahun 2

MI YANT

075102

A TULIS IL

PENDIDI

SUMATE

T.A 20

nentuan

sia Subu

a, Padan

2008

I SIREGA

065

LMIAH (K

IK FAKUL

ERA UTA

008

n Jarak K

ur (PUS)

g Bulan

AR

KTI)

LTAS KE

ARA MED

Kehamil

) di

EDOKTER

DAN

lan

RAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “Faktor yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina Tahun 2008”.

KTI ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana sains terapan pada Program DIV Bidan Pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan penerapan ilmu dalam mata kuliah metodologi penelitian.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Chairuddin P Lubis, DMT & H, Spa (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan FK. USU

3. dr. Murniati Manik, MSC, SpKK, selaku Ketua Pelaksanaan Program DIV Bidan Pendidik FK. USU

4. Mahdarina, AmKeb, selaku pemimpin Klinik Mahdarina, Padang Bulan

5. Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku pembimbing KTI yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis

6. dr. Arlinda, selaku penguji KTI yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis


(3)

7. Dina Indarsita, M.Kes, selaku penguji KTI yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis

8. Dosen dan seluruh Staff Administrasi DIV Bidan Pendidik

9. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik materil maupun moril kepada penulis

10.Teman-teman yang banyak membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan KTI ini

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan KTI ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan KTI ini.

Medan, 07 Juni 2008


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR SKEMA... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penentuan Jarak Kehamilan ... 6

2.2 Jarak Kehamilan ... 9

2.3 Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan ... 10

2.4 Perencanaan Kehamilan yang Sehat ... 11

2.4.1 Fase-fase dalam mengatur kehamilan ... 11

2.5 Efek Jarak Kehamilan Terlalu Dekat pada Anak ... 12

2.6 Faktor yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) ... 13

2.6.1 Umur ... 13

2.6.2 Pendidikan ... 14

2.6.3 Ekonomi ... 15

2.6.4 Sosial Budaya ... 15

2.6.5 Sumber Informasi ... 16

2.6.6 Status Kesehatan ... 17

BAB III KERANGKA KONSEP ... 18

3.1 Kerangka Konsep ... 18

3.2 Defenisi Operasional ... 18

3.2.1 Penentuan Jarak Kehamilan ... 18

3.2.2 Umur ... 19

3.2.3 Pendidikan ... 19


(5)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 20

4.1Desain Penelitian...20

4.2Populasi Dan Sampel Penelitian...20

4.3Lokasi Penelitian ………...20

4.4Waktu Penelitian...21

4.5Pertimbangan Etik ...21

4.6Instrumen Penelitian ...21

4.7Pengumpulan Data ... 22

4.8Analisis Data... 22

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

5.1 Hasil...24

5.2 Pembahasan...32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...36

6.1 Kesimpulan...36

6.2 Saran...37

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Informed Consent 2. Surat Izin Penelitian

3. Surat Keterangan Penelitian 4. Instrumen Penelitian

5. Hasil Analisa Data 6. Rekapitulasi Data


(6)

Judul : Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan

pada Pasangan Usia Subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

Nama : Rahmi Yanti Siregar NIM : 075102065

Jurusan : Program DIV Bidan Pendidik

ABSTRAK

Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 18 Januari sampai dengan 22 April 2008 di RB. Mahdarina, Padang Bulan. Sampel yang diambil sebanyak 80 pasangan usia subur dengan menggunakan tekhnik total sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan umur mayoritas pasangan usia subur yang berumur 20-30 tahun menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun. Berdasarkan pendidikan mayoritas pasangan usia subur yang berpendidikan SMA menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun, sedangkan berdasarkan status ekonomi mayoritas pasangan usia subur yang berstatus ekonomi menengah menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun.

Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan tentang penentuan jarak kehamilan yang aman pada pasangan usia subur.


(7)

Judul : Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan

pada Pasangan Usia Subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

Nama : Rahmi Yanti Siregar NIM : 075102065

Jurusan : Program DIV Bidan Pendidik

ABSTRAK

Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur. Pengumpulan data dimulai dari tanggal 18 Januari sampai dengan 22 April 2008 di RB. Mahdarina, Padang Bulan. Sampel yang diambil sebanyak 80 pasangan usia subur dengan menggunakan tekhnik total sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan umur mayoritas pasangan usia subur yang berumur 20-30 tahun menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun. Berdasarkan pendidikan mayoritas pasangan usia subur yang berpendidikan SMA menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun, sedangkan berdasarkan status ekonomi mayoritas pasangan usia subur yang berstatus ekonomi menengah menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun.

Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan tentang penentuan jarak kehamilan yang aman pada pasangan usia subur.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Meningkatnya jumlah penduduk merupakan tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menurut BPS (Biro Pusat Statistik) jumlah penduduk di Sumatera Utara pada tahun 2004 mencapai 12,12 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2005 jumlah penduduk mencapai 12,33 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tahun 2000-2005 sebesar 1,37% per tahun. Pada tahun 2006 jumlah penduduk diperkirakan menjadi 12,64 juta jiwa dengan 6.324.505 laki-laki dan 6.318.989 perempuan.

Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, dan harmonis (Syaifuddin, 2004). Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan. Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Apalagi, jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat sering menimbulkan efek yang kurang baik pada kesehatan ibu dan bayi (Masyhuri, 2007).

Komunikasi merupakan kunci dalam mengatur jumlah anak serta jarak kehamilan. Idealnya, komunikasi tentang mengatur jumlah anak dilakukan jauh hari sebelum menikah, begitu juga waktu yang dirasa tepat untuk menjalani


(9)

kehamilan, apakah langsung setelah menikah, ingin menundanya sementara waktu, atau berencana untuk tidak punya anak (Clara, 2007).

Para peneliti mengatakan bahwa wanita dengan interval yang pendek antara dua kehamilan akan mempertinggi resiko terjadinya komplikasi seperti kelahiran prematur dan keguguran. Wanita yang mempunyai jarak kehamilan kurang dari enam bulan, mengalami banyak komplikasi daripada wanita dengan jeda kehamilan lebih lama. Penelitian ini juga menunjukkan bahkan wanita yang hamil pada kesempatan pertama berjalan sehat dan tanpa masalah, mengalami komplikasi seperti kelahiran prematur dan keguguran saat mereka hamil kembali dalam interval yang dekat (Bibilung, 2007).

Banyak pasangan yang memiliki anak kembali setelah melahirkan karena ingin jarak anak yang dekat, namun ada juga yang tidak karena usia mereka semakin tua sebagai suatu masalah (Susan, 2006).

Terkejar oleh faktor usia, di Indonesia wanita diatas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berusia 35 tahun ke atas (Yolan, 2007).

Keluarga berencana adalah suatu kesadaran untuk mengatur kehamilan dan persalinan. Biasanya pengaturan kehamilan serta penggunaan metode kontrasepsi digunakan untuk membatasi jumlah anak yang dilahirkan atau menjarangkan kelahiran (Masyhuri, 2007).

Berdasarkan hasil data menurut BKKBN pada tahun 2006 di Sumatera Utara, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) peserta Keluarga Berencana (KB) sebanyak 1.940.689 orang, sedangkan PUS yang bukan peserta KB sebanyak


(10)

787.376 orang yang terdiri dari 11,35% hamil, 27,29% ingin anak segera, 27,98% ingin anak ditunda, dan 28,46% tidak ingin punya anak kembali.

Sedangkan data SDKI tahun 1997 menunjukkan persentasi wanita berstatus menikah yang tidak ingin hamil lagi dan ingin menjarangkan kehamilan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi masih cukup tinggi yaitu 9,2%.

Beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan (Diana, 2007).

Di Indonesia ibu yang memiliki risiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan persalinan serta menyebabkan kematian disebabkan oleh jarak kehamilan yang terlalu dekat (<2 tahun) mencapai 15,4%, kehamilan terlalu banyak 22%, kehamilan pada usia terlalu muda dan terlalu tua mencapai 11% dari semua ibu hamil (Nugraha, 2007).

Study menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan finansial yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS).


(11)

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah ”Bagaimana faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008 ?

1.3Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008. 1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran faktor umur yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

2. Untuk mengetahui gambaran faktor pendidikan yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

3. Untuk mengetahui gambaran faktor ekonomi yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008


(12)

1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan pendidikan ilmu metode penelitian yang didapat selama perkuliahan dan juga berguna untuk pelaksanaan kesehatan pada masyarakat nantinya

2. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah bahan bacaan/ kepustakaan bagi mahasiswa serta menjadi bahan acuan yang berhubungan dengan menentukan jarak kehamilan

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk menambah sumber informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat meningkatkan pelayanan dan informasi kepada masyarakat tentang jarak kehamilan yang aman


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Jarak Kehamilan

Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi, 2005).

Penentuan jarak kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak yang akan direncanakan diantara kehamilan satu dengan yang lain (Dwijayanti, 2005). Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk dikomunikasikan (Masyhuri, 2007).

Keinginan keluarga untuk memiliki anak sangat erat kaitannya dengan pandangan masing-masing keluaga tentang pandangan masing-masing keluarga tentang nilai anak (value of children). Semakin tinggi tanggung jawab keluarga terhadap nilai anak maka semakin tinggi pula dorongan keluarga untuk merencanakan jumlah anak ideal (BKKBN, 2007).


(14)

Keluarga yang berkualitas akan lebih mudah diwujudkan apabila pasangan yang menikah mempunyai :

- Kematangan biologis sehingga secara fisik matang untuk dibuahi dan memelihara kehamilannya

- Kematangan psikologis dimana secara emosi dan kejiwaan cukup matang untuk menjadi ayah dan ibu

- Kematangan ekonomi dalam arti memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan materil, termasuk memelihara kesehatan, pendidikan serta sosial

Menentukan jarak kehamilan tidak semua pasangan usia subur mengetahui secara jelas manfaatnya buat kehidupan jangka panjang yang lebih baik. Maka yang paling penting dalam hal ini adalah meningkatkan peran suami istri dalam memahami betul manfaat menentukan jarak kehamilan. Dimana, terdapat keadaan bahwa jarak kehamilan yang diinginkan sebagian besar wanita di negara berkembang tersebut tidak selalu terpenuhi. Hal itu diakibatkan beberapa faktor yang mungkin sangat kompleks sifatnya seperti faktor sosial budaya serta pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia, terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai-nilai tradisionalnya. Padahal tertulis dalam hak-hak reproduksi yang mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk menentukan jumlah anak yang dimiliki serta jarak kehamilan yang diinginkan (Diana, 2007).


(15)

Dalam merencanakan dan mengatur jarak kehamilan, perencanaan pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi kematangan ekonomi, umur pasangan, pengaruh sosial budaya, lingkungan, pekerjaan maupun status kesehatan pasangan (Susan, 2006).

Faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak kehamilan dimana pada saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yaitu (Manuaba, 1998) :

1. Terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun) 2. Terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun)

3. Terlalu sering hamil (anak > 3 orang berisiko tinggi) 4. Terlalu dekat jarak kehamilannya (< 2 tahun)

Oleh karena faktor usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas (Yolan, 2007).

Faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan, terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan (Dwijayanti, 2005).

Keberhasilan beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan (Diana, 2007).


(16)

Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007).

Aspek ekonomi juga faktor yang tak kalah penting, jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya, bisa juga berakibat fatal. Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh (Diana, 2007). Study menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina, 2007).

2.2 Jarak Kehamilan

Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan, terutama oleh keluarga-keluarga muda baik diperkotaan maupun di pedesaan. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan keluarga, pasangan muda dianggap lebih siap baik secara mental, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka. Tentu saja


(17)

pandangan ini masih bisa di pertanyakan mengingat penataan masa depan keluarga sangat berkaitan dengan banyak faktor (Sugiri, 2007).

Di masyarakat masih berlaku kebiasaan dimana sebagian besar suami-istri hanya berbincang tentang ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru (Rahima, 2003).

Secara medis, rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali tiga bulan setelah melahirkan. Namun berdasarkan catatan statistik penelitian bahwa jarak kelahiran yang aman antara anak satu dengan lainnya adalah 27 sampai 32 bulan. Pada jarak ini si ibu akan memiliki bayi yang sehat serta selamat saat melewati proses kehamilan (Agudelo, 2007).

Penelitian The Demographic and Health Survey, menyebutkan bahwa anak-anak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak-anak sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi daripada yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman adalah 2-5 tahun (Yolan, 2007).

2.3 Resiko dalam Menentukan Jarak Kehamilan

Wanita yang melahirkan dengan jarak yang sangat berdekatan (< 2 tahun) akan mengalami resiko antara lain (Yolan, 2007) :

- Resiko perdarahan trimester III - Plasenta previa

- Anemia


(18)

- Endometriosis masa nifas - Kematian saat melahirkan

- Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat menimbulkan resiko tinggi antara lain persalinan lama.

Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan maka diperlukan penelitian tentang hubungan umur, pendidikan maupun ekonomi terhadap penentuan jarak kehamilan.

2.4 Perencanaan Kehamilan yang Sehat

Perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga (Sugiri, 2007).

Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). KB memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa jumlahnya, jarak antar anak yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya berhenti mempunyai anak (Yolan, 2007).

2.4.1 Fase-fase dalam mengatur kehamilan

Dalam mengatur jarak kehamilan kita dapat menggunakan kontrasepsi sesuai dengan fase-fase berikut ini yaitu (Manuaba, 1998) :


(19)

- Fase menunda kehamilan

Pada fase ini, pasangan dapat memilih metode kontrasepsi antara lain :

 Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus

 Pil KB yaitu pil progestin atau pil kombinasi

 Suntikan KB yaitu suntikan progestin atau suntikan kombinasi - Fase menjarangkan kehamilan

 Metode sederhana yaitu dengan menggunakan kondom, pantang berkala, pemakaian spermisid, dan senggama terputus

 Metode mekanis yaitu Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)  Metode MKE kecuali kontap

- Fase mengakhiri kehamilan

 Metode MKE termasuk kontap  Metode sederhana

2.5 Efek jarak kehamilan terlalu dekat pada anak

Jarak kehamilan atau kelahiran yang berdekatan juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dari orang tuanya (Yolan, 2007). Banyak kakak-beradik dengan jarak kehamilan atau kelahiran terlalu pendek menimbulkan sikap iri atau cemburu. Seperti kakak tidak gembira atas kehadiran si kecil, justru sering menganggapnya musuh karena merampas jatah kasih sayang orang tuanya (Diana, 2007).


(20)

Persiapan secara mental untuk si kakak sangat penting dilakukan oleh orang tuanya terutama si ibu agar nantinya tidak merasa tersisih, yaitu dengan cara (Yanti, 2007):

1. Menjelaskan padanya secara natural bahwa kehadiran adiknya nanti tidak akan membuat perhatian orangtua padanya berkurang bahkan mungkin akan semakin sayang

2. Semakin besar usia anak maka akan semakin mudah bagi orangtua untuk menjelaskannya. Ia mungkin tertarik dengan penjelasan mengenai apa yang akan terjadi dengan tubuh ibu dan apa yang ada dalam perut ibu nantinya 3. Berjanji pada si kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan saat orangtua akan

memilih nama untuk si adik juga pada saat akan membelikan perlengkapan untuk si adik serta saat mengasuhnya.

Dengan adanya efek dari jarak kehamilan maka dilakukan penelitian tentang penentuan jarak kehamilan.

2.6 Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)

2.6.1 Umur

Terkejar oleh faktor usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berusia 35 tahun keatas (Yolan, 2007).

Faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan, terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak


(21)

maka tidak bisa hamil dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan (Dwijayanti, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Amiruddin (2006) dari 70 responden mayoritas responden berumur 20-30 tahun memilih jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 51 orang (72,8%) dan hanya 9 orang (12,8%) yang memilih jarak kehamilan <2 tahun.

2.6.2 Pendidikan

Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalin hubungan dengan orang yang statusnya lebih tinggi. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas (Hurlock, 1999).

Beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan (Diana, 2007).

Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007). Menurut Lukman (2008) juga umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya


(22)

2.6.3 Ekonomi

Study menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan (Zeverina, 2007). Salah satu keuntungan dalam mengatur jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh.

Selain kesehatan dan kejiwaan, aspek ekonomi juga tak kalah penting. Jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya bisa juga berakibat fatal (Diana, 2007).

Oleh karena itu persiapan pasangan baik dari segi fisik maupun psikis sangatlah penting untuk menentukan jarak kehamilan pada pasangan usia subur. 2.6.4 Sosial budaya

Budaya merupakan pelaksanaan norma-norma kelompok tertentu yang dipelajari dan ditanggung bersama. Yang termasuk di dalamnya adalah pemikiran, penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau pengetahuan terhadap sesuatu yang dibenarkan sepanjang waktu sehingga mempengaruhi tindakan dan keputusan (Leiningger, 1985).

Pengaruh sosial budaya juga terlibat dalam perilaku perawatan keluarga yang memiliki anak. Mempunyai anak merupakan pengalaman hidup yang kritis dan penuh dengan kepercayaan dan praktek-praktek tradisional (Alfonso, 1979 dalam Bobac dan Jansen, 1997).


(23)

Dalam perencanan kehamilan keputusan pasangan dapat dipengaruhi oleh budaya yang ada, seperti pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah anak dan jarak antara kehamilan yang dilakukan tidak oleh istri, akan tetapi oleh anggota keluarga lainnya seperti suami atau ibu mertua. Kejadian ini masih terjadi di Indonesia terutama di beberapa daerah pedalaman yang masih kuat nilai tradisionalnya (Diana, 2007).

2.6.5 Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi (Alwi, 2005).

Dengan memberikan informasi tentang bagaimana cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Selanjutnya dengan pengetahuan yang dimilikinya akan menimbulkan kesadaran masyarakat dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Nugraha (2007) salah satu faktor yang mendasari pasangan memilih jarak anak yang dekat adalah karena kurangnya informasi tentang dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat.

Dengan pengetahuan dan informasi tentang kehamilan yang aman akan memudahkan pasangan untuk mengambil keputusan kapan saat yang tepat untuk menentukan berapa jumlah anak serta jarak kehamilan yang aman (Yanti, 2007).


(24)

2.6.6 Status kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Hanafiah, 1999). Status kesehatan sangat mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang sehari-hari.

Pasangan yang tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan (Dwijayanti, 2005).

Dari beberapa faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan diatas, yang akan dibahas oleh peneliti adalah faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan umur, pendidikan dan ekonomi.


(25)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep penelitian tentang faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur adalah sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

3.2Defenisi Operasional

3.2.1 Penentuan jarak kehamilan

Adalah upaya menetapkan atau memberi batasan sela atau jeda antara satu kehamilan dengan kehamilan yang lain dengan jarak kehamilan < 2 tahun, 2-5 tahun, dan > 5 tahun (Alwi, 2005).

Pendidikan

Ekonomi Umur

Penentuan Jarak Kehamilan


(26)

3.2.2 Umur

Usia pasangan usia subur pada saat dilakukan penelitian, dengan kategori : - < 20 tahun

- 20-30 tahun - > 30 tahun

Skala ukur : Ordinal Alat ukur : Kuesioner 3.2.3 Pendidikan

Proses pendidikan terakhir yang pernah ditempuh dan diselesaikan secara formal didalam lembaga pendidikan dengan kategori :

- Pendidikan rendah : SD dan SMP - Pendidikan menengah : SMA sederajat

- Pendidikan tinggi : Akademi/Perguruan Tinggi Skala ukur : Ordinal

Alat ukur : Kuesioner 3.2.4 Ekonomi

Adalah keuangan rumah tangga atau pendapatan uang untuk kehidupan sehari-hari, dengan kategori :

- Ekonomi atas yaitu jika pendapatan > Rp 2.000.000

- Ekonomi menengah yaitu jika pendapatan Rp 850.000 - Rp 2.000.000 - Ekonomi bawah yaitu jika pendapatan < Rp 850.000

Skala ukur : Ordinal Alat ukur : Kuesioner


(27)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif, dimana akan menggambarkan secara jelas faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS).

4.2Populasi dan Sampel 1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh PUS yang berkunjung ke RB. Mahdarina, Padang Bulan pada bulan Januari-April 2008 yang telah menentukan jarak kehamilan sebanyak 80 pasangan usia subur.

2.Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang diteliti (total sampling) yaitu pasangan usia subur yang berkunjung ke RB. Mahdarina, Padang Bulan pada bulan Januari-April 2008 yang telah menentukan jarak kehamilan sebanyak 80 pasangan usia subur.

4.3Lokasi Penelitian


(28)

4.4Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dimulai pada bulan September 2007 sampai dengan bulan Juni 2008.

4.5Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari Ketua Program DIV Bidan Pendidik USU, dan permintaan izin dari Pemimpin Klinik Mahdarina, Padang Bulan untuk mendapat persetujuan. Kemudian kuesioner diberikan kepada subjek yang akan diteliti dengan menekankan masalah etika yang meliputi yaitu lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden, tujuannya adalah subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan akan menghormati haknya.

Anonimity (tanpa nama) yaitu untuk menjaga kerahasiaan identitas responden,

peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang akan diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

Confidentiality (kerahasiaan) informasi yang diberikan responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

4.6Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yaitu berisi tentang data demografi responden dan beberapa pertanyaan terbuka untuk mendukung data responden.


(29)

4.7Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari-April Tahun 2008 di R.B Mahdarina, Padang Bulan.

Beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu : 1. Mengajukan permohonan izin kepada pemimpin klinik

2. Setelah mendapat izin dari klinik, peneliti melaksanakan pengumpulan data

3. Peneliti mendekati calon responden dan menjelaskan tentang tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

4. Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia menjadi responden 5. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat

persetujuan

6. Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pernyataan yang diajukan peneliti dalam kuesioner dan diberikan waktu untuk mengisi kuesioner tersebut

7. Mengelola/menganalisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul

4.8Analisis data

Melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul. Tidak terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data


(30)

2. Coding

Diberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat mengadakan tabulasi dan analisa

3. Tabulating

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan dalam bentuk tabel

Analisis data hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan menggunakan analisis univariat yaitu untuk mengetahui distribusi faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)


(31)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian di Rumah Bersalin Mahdarina, Padang Bulan, dari 80 pasangan usia subur telah diperoleh hasil penelitian mengenai gambaran faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) berdasarkan umur, pendidikan dan ekonomi. Untuk hasil yang lebih lengkap dapat dilihat pada data-data dibawah ini :

5.1.1 Distribusi Umur

5.1.1a Berdasarkan umur suami

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa dari 80 orang suami mayoritas berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 44 orang (55 %), sedangkan yang berumur <20 tahun tidak ada (0%). Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.1.1a di bawah ini :

Tabel 5.1.1a

Distribusi Frekuensi Umur Suami di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Umur Jumlah Persentase (%)

<20 tahun 0 0

20-30 tahun 44 55

>30 tahun 36 45


(32)

5.1.1b Berdasarkan umur istri

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa dari 80 orang istri mayoritas berumur 20-30 tahun yaitu sebanyak 56 orang (70 %), sedangkan yang berumur <20 tahun tidak ada (0 %). Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.1.1b di bawah ini :

Tabel 5.1.1b

Distribusi Frekuensi Umur Istri di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008

Umur Jumlah Persentase (%)

<20 tahun 0 0

20-30 tahun 56 70

>30 tahun 24 30

Total 80 100

5.1.2 Distribusi Pendidikan

5.1.2a Berdasarkan pendidikan suami

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa dari 80 orang suami mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 39 orang (48,8%). Distribusi frekuensi pendidikan suami dapat dilihat pada tabel 5.1.2a di bawah ini :


(33)

Tabel 5.1.2a

Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 2 2,5 SMP 14 17,5 SMA 39 48,8 PT 25 31,3 Total 80 100

5.1.2b Berdasarkan pendidikan istri

Sedangkan distribusi istri berdasarkan pendidikan diperoleh hasil penelitian dari 80 orang istri mayoritas berpendidikan SMA yaitu sebanyak 49 orang (61,3%). Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel 5.1.2b di bawah ini :

Tabel 5.1.2b

Distribusi Frekuensi Pendidikan Istri di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 8 10 SMP 15 18,8 SMA 49 61,3 PT 8 10 Total 80 100


(34)

5.1.3 Distribusi Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi ekonomi dapat dilihat bahwa dari 80 responden mayoritas pasangan usia subur yang mempunyai status ekonomi yaitu sebanyak 50 orang (62,5 %), sedangkan hanya 10 orang (12,5 %) pasangan usia subur yang berstatus ekonomi atas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel yang tertera pada di bawah ini :

Tabel 5.1.3

Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Status ekonomi Jumlah Persentase (%)

Bawah 20 25,0

Menengah 50 62,5

Atas 10 12,5 Total 80 100

5.1.4 Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan berdasarkan umur, pendidikan dan ekonomi

5.1.4a Berdasarkan umur - Berdasarkan umur suami

Hasil distribusi faktor umur suami yang mendasari penentuan jarak kehamilan diperoleh bahwa suami yang berumur 20-30 tahun mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 26 orang (59,1 %).


(35)

Sedangkan yang berumur >30 tahun mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 19 orang (52,8%) dan hanya 6 orang (16,7%) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun. Distribusi faktor umur yang mendasari penentuan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1.4a

Distribusi Faktor Umur Suami yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Umur

Penentuan Jarak Kehamilan

Total <2 2-5 >5

N % N % N % N % 20-30 tahun 14 31,8 26 59,1 4 9,1 44 100

>30 tahun 6 16,7 19 52,8 11 30,5 36 100

Total 20 25 45 56,3 15 18,7 80 100

- Berdasarkan umur istri

Hasil distribusi umur istri yang mendasari penentuan jarak kehamilan diperoleh bahwa yang berumur 20-30 tahun mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 33 orang (59%). Sedangkan yang berumur >30 tahun mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 12 orang (50%), namun masih ada 9 orang (37,5%) yang menentukan jarak kehamilan < 2 tahun. Hal ini dikarenakan mayoritas beralasan menginginkan jarak anak yang dekat sebelum berumur 35 tahun ke atas.

Hal ini sesuai dengan Yolan (2007) bahwa karena faktor usia, di Indonesia wanita di atas usia 30 tahun banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka berumur 35 tahun ke atas.


(36)

Distribusi umur istri yang mendasari penentuan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1.4a

Distribusi Umur Istri yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Umur

Penentuan Jarak Kehamilan

Total <2 2-5 >5

N % N % N % N % 20-30 tahun 11 19,6 33 59 12 21,4 56 100

>30 tahun 9 37,5 12 50 3 12,5 24 100

Total 20 25 45 56,2 15 18,7 80 100

5.1.4b Berdasarkan Pendidikan - Berdasarkan pendidikan suami

Hasil distribusi pendidikan suami yang mendasari penentuan jarak kehamilan diperoleh bahwa mayoritas suami yang berpendidikan SMA menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 23 orang (59%), dan hanya 2 orang (8%) dari Perguruan Tinggi (PT) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun. Distribusi pendidikan suami yang mendasari penentuan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(37)

Tabel 5.1.4b

Distribusi Pendidikan Suami yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Pendidikan

Penentuan Jarak Kehamilan

Total <2 2-5 >5

N % N % N % N %

SD 2 100 0 0 0 0 2 100

SMP 8 57,1 6 42,9 0 0 14 100

SMA 8 20,5 23 59 8 20,5 39 100

PT 2 8 16 64 7 28 25 100

Total 20 25 45 56,2 15 18,7 80 100

- Berdasarkan umur istri

Hasil distribusi pendidikan istri yang mendasari penentuan jarak kehamilan diperoleh bahwa dari 8 orang istri yang berpendidikan SD mayoritas menentukan jarak kehamilan < 2 tahun yaitu sebanyak 6 orang (75 %). Sedangkan dari pendidikan SMA mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 34 orang (69,4%), dan hanya 1 orang (12,5%) dari Perguruan Tinggi (PT) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun.


(38)

Distribusi pendidikan istri yang mendasari penentuan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1.4b

Distribusi Pendidikan Istri yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Pendidikan

Penentuan Jarak Kehamilan

Total <2 2-5 >5

N % N % N % N %

SD 6 75 2 25 0 0 8 100

SMP 8 53,3 5 33,3 2 13,4 15 100

SMA 5 10,2 34 69,4 10 20,4 49 100

PT 1 12,5 4 50 3 37,5 8 100

Total 20 25 45 56,2 15 18,7 80 100

5.1.4c Berdasarkan Ekonomi

Hasil distribusi faktor ekonomi yang mendasari penentuan jarak kehamilan diperoleh bahwa pasangan usia subur mayoritas ekonomi menengah menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 32 orang (64%), dan hanya 11 orang (22%) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun. Dari ekonomi atas mayoritas menentukan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 5 orang (5%) dan hanya 1 orang (10%) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun.


(39)

Distribusi ekonomi yang mendasari penentuan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1.4c

Distribusi Ekonomi yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

Ekonomi

Penentuan Jarak Kehamilan

Total <2 2-5 >5

N % N % N % N %

bawah 8 40 9 45 3 15 20 100

menengah 11 22 32 64 7 14 50 100

atas 1 10 4 40 5 50 10 100

Total 20 25 45 56,2 15 18,8 80 100

5.2 Pembahasan

Pembahasan yang dimaksud disini adalah membandingkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pasangan usia subur di RB. Mahdarina dengan teori atau penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain.

5.2.1 Faktor umur yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari 80 pasangan usia subur baik istri maupun suami mayoritas yang berumur 20-30 tahun menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu suami sebanyak 26 orang (59,1 %) dan istri sebanyak 33 orang (59%). Sedangkan yang berumur >30 tahun mayoritas menentukan jarak


(40)

kehamilan 2-5 tahun yaitu suami sebanyak 19 orang (52,8%) dan istri sebanyak 12 orang (50%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2006) dari 70 responden mayoritas responden berumur 20-30 tahun memilih jarak kehamilan 2-5 tahun sebanyak 51 orang (72,8%) dan hanya 9 orang (12,8%) yang memilih jarak kehamilan <2 tahun.

Dwijayanti (2005) juga mengatakan bahwa faktor usia merupakan faktor penting dalam menentukan jarak kehamilan, terutama bagi wanita bila berusia 38 tahun dan masih menginginkan 2 orang anak maka tidak bisa hamil dengan jarak umur tiga tahun antara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak mempunyai masalah kesehatan yang membahayakan kehamilan maka masih mempunyai kesempatan untuk mengatur jarak kehamilan.

Menurut Manuaba (1999) faktor usia juga merupakan salah satu faktor dalam menentukan jarak kehamilan dimana pada saat merencanakan kehamilan yang harus dihindari antara lain empat T yang diantaranya terlalu muda untuk hamil (< 20 tahun) dan terlalu tua untuk hamil (> 35 tahun).

Menurut peneliti sesuai dengan penelitian bahwa faktor umur pasangan usia subur mendasari penentuan jarak kehamilan, walaupun masih ada dari faktor umur istri yang berumur >30 tahun yang menentukan jarak kehamilan < 2 tahun sebanyak 9 orang (37,5%), hal ini dikarenakan mayoritas beralasan menginginkan jarak anak yang dekat sebelum berumur > 35 tahun.


(41)

5.2.2 Faktor pendidikan yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS)

Berdasarkan data yang telah diperoleh pasangan usia subur baik istri maupun suami yang berpendidikan SD mayoritas menentukan jarak kehamilan < 2 tahun, dan pasangan usia subur yang berpendidikan SMA dan PT mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun.

Hal ini sesuai dengan Diana (2007) bahwa beberapa negara maju yang wanitanya berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kehamilan. Karena umumnya mereka menyadari perlunya mengatur jarak kehamilan.

Menurut Hurlock (1999) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka hidupnya akan semakin berkualitas. Menurut Lukman (2008) juga umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

Peningkatan partisipasi pasangan di bidang pendidikan akan berdampak pada pembatasan jumlah dan jarak anak yang dilahirkan, terutama disebabkan meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab dalam hidup berumah tangga (Bappenas, 2007).

Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor pendidikan mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur.


(42)

5.2.3 Faktor ekonomi yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur (PUS)

Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa pasangan usia subur yang mempunyai ekonomi menengah mayoritas menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun yaitu sebanyak 32 orang (64%). Dari ekonomi atas mayoritas menentukan jarak kehamilan >5 tahun sebanyak 5 orang (50%) dan hanya 1 orang (10%) yang menentukan jarak kehamilan <2 tahun.

Menurut Zeverina (2007) study menunjukkan pada umumnya pasangan yang tidak mau mempunyai anak beralasan bahwa mereka tidak cukup mampu menyediakan dukungan yang layak untuk membesarkan anak sebagaimana mestinya. Dengan persiapan mental maupun ekonomi dari pasangan akan mempermudah pasangan untuk menentukan jarak kehamilan, karena salah satu keuntungan dalam mengatur jarak kehamilan adalah dari segi ekonomi sosial yaitu meningkatkan derajat kualitas hidup perempuan secara menyeluruh.

Hal ini di dukung oleh pendapat Diana (2007) yang mengatakan bahwa selain kesehatan dan kejiwaan, aspek ekonomi juga tak kalah penting dalam merencanakan kehamilan. Jika tidak direncanakan terutama soal penyiapan dananya bisa juga berakibat fatal.

Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor ekonomi mendasari penentuan jarak kehamilan pada pasangan usia subur. Walaupun masih ada dari ekonomi menengah yang menentukan jarak kehamilan < 2 tahun yaitu 11 orang (22%), hal ini dikarenakan pasangan beralasan telah berumur > 30 tahun menginginkan anak kembali sebelum berumur > 35 tahun.


(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

- Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 pasangan usia subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan menggambarkan distribusi faktor umur pasangan usia subur mayoritas berumur 20-30 tahun, sedangkan distribusi faktor pendidikan pasangan usia subur mayoritas berpendidikan SMA. Berdasarkan faktor ekonomi mayoritas mempunyai status ekonomi menengah.

- Berdasarkan faktor umur yang mendasari penentuan jarak kehamilan mayoritas pasangan usia subur berumur 20-30 tahun menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun.

- Berdasarkan faktor pendidikan yang mendasari penentuan jarak kehamilan mayoritas pasangan usia subur yang berpendidikan SMA menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan menimbulkan dampak positif dalam menentukan jarak kehamilan yang aman.


(44)

- Berdasarkan faktor ekonomi yang mendasari penentuan jarak kehamilan mayoritas pasangan usia subur berstatus ekonomi menengah menentukan jarak kehamilan 2-5 tahun. Hal ini berarti bahwa kematangan ekonomi pasangan dapat memudahkan pasangan untuk menentukan jarak kehamilan.

6.2 SARAN

- Bagi Pasangan Usia Subur (PUS)

Diharapkan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat meningkatkan pengetahuan serta informasi tentang jarak kehamilan agar dapat menentukan jarak kehamilan yang aman

- Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pemberian informasi tentang penentuan jarak kehamilan yang aman bagi pasangan usia subur (PUS). Dengan pemberian informasi secara dini akan dapat mengubah cara pandang pasangan dalam menentukan jarak kehamilan, sehingga pasangan dapat menentukan jarak kehamilan yang aman

- Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar menggunakan jumlah sampel dan variabel yang lebih banyak dan menggunakan metode penelitian yang berbeda serta tempat penelitian yang berbeda


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Agudelo, 2007. Menyiapkan Kehamilan Kedua. Jakarta. http://www.conectique.com, 2 Januari

Alwi, Hasan, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Bibilung, 2007. Resiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat. Jakarta. http://www.wordpress.com, 7 agustus

BKKBN, 2007. Hasil Pendataan Keluarga. 14 Januari 2007. http : /www.bkkbn.go.id, 14 April

Curtis, Glade, 1999. Kehamilan : Apa yang Anda Hadapi Minggu per Minggu. Jakarta. Arcan

Diana, 2007. Hamillah Tiga tahun Lagi. Jakarta. http://www.yahoo.com, 7 Juli Dwijayanti, 2005. Jarak Kehamilan yang Aman bagi Ibu. Jakarta. Pustaka Setia Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik

Analisis Data. Jakarta. Salemba Medika

Hurlock, 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta. EGC

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC

Masyhuri, 2007. Be A Real Man. Jakarta. http://www.yahoo.com, 17 Juni Notoatmodjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta , 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta


(46)

Nugraha, 2007. Resiko Kehamilan. Jakarta. http://www.balipost.com. 24 Juni

Rahima, 2003. Melahirkan Bukan Menjemput Kematian. Jakarta. http://www.swararahima.co.id, 23 November

Sugiri, 2007. Alat Kontrasepsi. Jakarta. http://www.yakita.co.id, 12 Maret Susan, 2006. Birth Right. Jakarta. Trans media

Syaifuddin, 2004. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo

Wulan, 2007. Kualitas Hidup Perempuan. Jakarta. http://www.multiply.com, 5 Juli

Yanti, 2007. Mempersiapkan Anak. Jakarta. http://www.conectique.com, 19 April

Yolan, 2007. Perencanaan Kehamilan. Jakarta. http://www.anakku.net, 10 Maret Zeverina, 2006. Persiapan Menyambut Anak. Jakarta.


(47)

INFORMED CONSENT

Perihal : Pemberian informasi dan persetujuan.

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul “Faktor

yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di

Klinik Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008” sebagai salah satu syarat

menyelesaikan Program DIV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara, saya

sampaikan surat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi PUS dalam menentukan jarak kehamilan. Hasilnya

diharapkan dapat memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi PUS

dalam menentukan jarak kehamilan.

Untuk terlaksananya penelitian ini saya mohon kesediaan bapak dan ibu

untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk itu saya mohon

kerjasamanya dengan memberikan informasi dengan cara menjawab pertanyaan

yang saya ajukan sesuai dengan kemauan dan perasaan bapak dan ibu

sebenarnya..

Atas bantuan dan kerjasama yang baik, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2008

Hormat Saya


(48)

Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian

yang berjudul “Faktor yang Mendasari Penentuan Jarak Kehamilan pada Pasangan

Usia Subur (PUS) di Klinik Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008. Demikian

surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar dan tanpa paksaan siapapun.

Responden Peneliti


(49)

Kuesioner Penelitian

Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

I. Isilah data dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya:

- Umur Suami :

- Umur Istri :

- Pendidikan Terakhir Suami : ٱSD ٱSMP

ٱSMU

ٱAkademi/PT

- Pendidikan Terakhir Istri : ٱSD ٱSMP

ٱSMU

ٱAkademi/PT

- Status ekonomi : ٱ< Rp 850.000/bulan

ٱRp 850.000 - Rp 2.000.000/bulan ٱRp >2.000.000/bulan

- Apakah anda dan pasangan menentukan jarak kehamilan ?

...

- Berapa tahun anda menentukan jarak kehamilan ?

ٱ < 2 tahun

ٱ 2-5 tahun

ٱ > 5 tahun


(50)

Distribusi frekuensi

Statistics

kategori umur istri

80 0 Valid

Missing N

kategori umur istri

56 70.0 70.0 70.0

24 30.0 30.0 100.0

80 100.0 100.0

20-30 >30 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Statistics

kategori umur suami 80

0 Valid

Missing N

kategori umur suami

44 55.0 55.0 55.0

36 45.0 45.0 100.0

80 100.0 100.0

20-30 >30 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(51)

Statistics pendidikan suami 80 0 Valid Missing N pendidikan suami

2 2.5 2.5 2.5 14 17.5 17.5 20.0 39 48.8 48.8 68.8 25 31.3 31.3 100.0 80 100.0 100.0

SD SMP SMA PT Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Statistics pendidikan istri 80 0 Valid Missing N pendidikan istri

8 10.0 10.0 10.0 15 18.8 18.8 28.8 49 61.3 61.3 90.0 8 10.0 10.0 100.0 80 100.0 100.0

SD SMP SMA PT Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Statistics kategori ekonomi 80 0 Valid Missing N


(52)

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur suami * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

kategori umur suami * jarak kehamilan Crosstabulation

Count

14 26 4 44

6 19 11 36

20 45 15 80

20-30 >30 kategori umur suami Total

<2 2-5 >5 jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur istri * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

kategori umur istri * jarak kehamilan Crosstabulation

Count

19 31 6 56

1 14 9 24

20 45 15 80

20-30 >30 kategori umur istri

Total

<2 2-5 >5 jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

pendidikan suami * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(53)

pendidikan suami * jarak kehamilan Crosstabulation

Count

2 0 0 2

8 6 0 14

8 23 8 39

2 16 7 25

20 45 15 80

SD SMP SMA PT pendidikan suami Total

<2 2-5 >5 jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0% pendidikan istri *

jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

pendidikan istri * jarak kehamilan Crosstabulation

Count

6 2 0 8

8 5 2 15

5 34 10 49

1 4 3 8

20 45 15 80

SD SMP SMA PT pendidikan istri Total

<2 2-5 >5 jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0% kategori ekonomi

* jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

kategori ekonomi * jarak kehamilan Crosstabulation

Count

8 9 3 20

11 32 7 50

1 4 5 10

20 45 15 80

bawah menengah atas kategori ekonomi Total

<2 2-5 >5 jarak kehamilan


(54)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori umur suami *

kategori ekonomi 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur suami * kategori ekonomi Crosstabulation

Count

kategori ekonomi

Total

bawah menengah atas

kategori umur suami

20-30 14 27 3 44

>30 6 23 7 36

Total 20 50 10 80

Distribusi faktor umur pasangan usia subur yang mendasari penentuan jarak kehamilan

Umur Pasangan Penentuan Jarak Kehamilan Jumlah < 2 tahun 2-5 tahun > 5 tahun

N % N % N % N %

20-30 tahun 16 34 27 57 4 9 47 100 > 30 tahun 4 12,1 20 60,6 9 27,3 33 100


(1)

Kuesioner Penelitian

Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada Pasangan Usia Subur (PUS) di RB. Mahdarina, Padang Bulan

Tahun 2008

I. Isilah data dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya: - Umur Suami :

- Umur Istri :

- Pendidikan Terakhir Suami : ٱSD ٱSMP

ٱSMU

ٱAkademi/PT

- Pendidikan Terakhir Istri : ٱSD ٱSMP

ٱSMU

ٱAkademi/PT

- Status ekonomi : ٱ< Rp 850.000/bulan

ٱRp 850.000 - Rp 2.000.000/bulan ٱRp >2.000.000/bulan

- Apakah anda dan pasangan menentukan jarak kehamilan ?

... - Berapa tahun anda menentukan jarak kehamilan ?

ٱ < 2 tahun ٱ


(2)

Distribusi frekuensi

Statistics kategori umur istri

80 0 Valid

Missing N

kategori umur istri

56 70.0 70.0 70.0

24 30.0 30.0 100.0

80 100.0 100.0

20-30 >30 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Statistics kategori umur suami

80 0 Valid

Missing N

kategori umur suami

44 55.0 55.0 55.0

36 45.0 45.0 100.0

80 100.0 100.0

20-30 >30 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Statistics pendidikan suami

80 0 Valid

Missing N

pendidikan suami

2 2.5 2.5 2.5

14 17.5 17.5 20.0

39 48.8 48.8 68.8

25 31.3 31.3 100.0

80 100.0 100.0

SD SMP SMA PT Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Statistics pendidikan istri

80 0 Valid

Missing N

pendidikan istri

8 10.0 10.0 10.0

15 18.8 18.8 28.8

49 61.3 61.3 90.0

8 10.0 10.0 100.0

80 100.0 100.0

SD SMP SMA PT Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur suami * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

kategori umur suami * jarak kehamilan Crosstabulation Count

14 26 4 44

6 19 11 36

20 45 15 80

20-30 >30 kategori umur suami Total

<2 2-5 >5

jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur istri * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

kategori umur istri * jarak kehamilan Crosstabulation Count

19 31 6 56

1 14 9 24

20 45 15 80

20-30 >30 kategori umur istri

Total

<2 2-5 >5

jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

pendidikan suami * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(5)

pendidikan suami * jarak kehamilan Crosstabulation Count

2 0 0 2

8 6 0 14

8 23 8 39

2 16 7 25

20 45 15 80

SD SMP SMA PT pendidikan suami

Total

<2 2-5 >5

jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

pendidikan istri * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pendidikan istri * jarak kehamilan Crosstabulation Count

6 2 0 8

8 5 2 15

5 34 10 49

1 4 3 8

20 45 15 80

SD SMP SMA PT pendidikan istri

Total

<2 2-5 >5

jarak kehamilan

Total

Case Processing Summary

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori ekonomi * jarak kehamilan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases


(6)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori umur suami *

kategori ekonomi 80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

kategori umur suami * kategori ekonomi Crosstabulation

Count

kategori ekonomi

Total

bawah menengah atas

kategori umur suami

20-30 14 27 3 44

>30 6 23 7 36

Total 20 50 10 80

Distribusi faktor umur pasangan usia subur yang mendasari penentuan jarak kehamilan

Umur Pasangan Penentuan Jarak Kehamilan Jumlah < 2 tahun 2-5 tahun > 5 tahun

N % N % N % N %

20-30 tahun 16 34 27 57 4 9 47 100

> 30 tahun 4 12,1 20 60,6 9 27,3 33 100