Efek tak terbatas masih diyakini punya pengaruh yang kuat dalam “membentuk” benak audience. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan alasan,
yaitu: a.
Redundancy pengulangan Pengulangan sering dilakukan oleh iklan-iklan di televisi khususnya, artinya
iklan itu diulang-ulang sampai tiga kali dalam durasi 30 detik. Harapan pemasang iklan itu agar iklan yag disiarkan berdampak pada diri penonton
televisi dan juga tidak hanya pada tayangan iklannya, tetapi dialog yang dilakukan pemeran iklan tersebut. Pengulangan dilakukan agar terjadi efek
nyata pada diri komunikan. Salah satu sisi, pengulangan menjadi bukti nyata bahwa komunikan tidak punya kekuatan untuk menolak pesan media massa
sedangkan di sisi lain, media massa mempunyai kekuatan yang luar biasa. Jadi efek tak terbatas bisa terjadi karena terjadi pengulangan dalam pesan-pesan
yang disebarkannya. b.
Mengidentifikasi dan memfokuskan pada audience tertentu yang ditargetkan. Cara lain yang bsa dijadikan alasan munculnya efek tak terbatas adalah jika
suatu media ditujukan pada sasaran tertentu dan akan merasa bahwa program yang disiarkan mewakili dirinya sehingga perlu ditiru.
2. Efek Terbatas
Efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper yang pernah menulis diser
tasi dan mempublikasikannya dengan judul “Pengaruh Media Massa” pada tahun 1960. Klaper menyimpulkan bahwa media massa mempunyai
efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik dan percobaan pada desain pesan yang bersifat persuasif. Dalm pandangan
Klaper, hasil dari semua penelitian ini bisa dikemukakan dalam satu kesimpulan yaitu ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang
bisa mengubah pandangan dan perilaku audience. Joseph Klaper dalam buku The Effect of Mass Commmuncation1960
menunjukkan faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruhi dalam proses
Universitas Sumatera Utara
penerimaan pesan dari media massa. Faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok dan keberadaan pemimpin opini. Ada dua
alasan yang bisa dikemukakan mengapa efek terbatas bisa terjadi, yaitu rendahnya terpaan media massa dan perlawanan.
3. Efek Moderat
Model efek moderat ini mempunyai implikasi positif bagi pengembangan studi media massa. Bagi para praktisi komunkasi, akan menggugah kesadaran
baru bahwa sebelum sebuah pesan disiarkan perlu direncanakan dan diformat secara matang dan lebih baik. Sebab bagaimanapun juga, pesan tetap mempunyai
dampak tetapi pesan juga tidak serta merta diterima audience dengan begitu saja. Artinya ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan.
Ini artinya efek dipunyai media massa, tetapi penerimaan efek itu juga dipengaruhi faktor lain tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, sistem
nilai yang dianutnya. Jadi bisa dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan inividu semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media
massa.
2.3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efek
Wujud efek bisa berwujud dalam tiga hal yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral. Dalam perkembangan komunikasi saat ini, proses pengaruh
tersebut tidak dapat berdiri sendiriNurudin : 214. Dengan kata lain, ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan.
Ada 2 faktor utama yang bisa diperbincangkan yakni faktor individu dan faktor sosial, yaitu:
a. Faktor Individu
Faktor individu yang ikut berpengaruh pada proses penerimaan pesan lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikologi. Seorang psikologi akan
melihat faktor pribadi sesorang ikut menentukan proses efek yang terjadi. Ada banyak faktor pribadi yang ikut mempengaruhi proses komunikasi antara lain
Universitas Sumatera Utara
selection attention, selective perception, selective retention, motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan,
kepribadian dan penyesuaian diri. b.
Faktor Sosial Seperti yang kita ketahui kalau psikolog melihat faktor pribadi yang ikut
mempengaruhi efek media massa yang terjadi diri audience lain dengan sosiolog. Sosiolog lebih melihat individu sebagai gejala sosial. Artinya, bagaimana individu
tersebut berhubungan dengan orang lain. Ada faktor yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan adalah umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan,
pekerjaan dan pendapatan, agama dan tempat tinggal.
2.3.1.4 Efek Pesan Media Massa
Penelitian tentang efek pesan ini menjadi pusat perhatian berbagai pihak baik para praktisi maupun para teoretisi. Mereka berusaha untuk mencari dan
menemukan media yang paling efektif untuk mempengaruhi orang banyak. Efek pesan media massa meliputi efek kognitif, efek afektif dan efek
behavioralArdianto,2004 : 51. a.
Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat
dan mengembangkan keterampilan kognitifnya.
b. Efek Afektif
Efek ini bisa dikatakan lebih tinggi dari efek kognitif dikarenakan tujuannya bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari
itu dan khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah. Contohnya adalah setelah mendengar dan menonton video parodi
Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic, maka muncullah perasaan lucu, kesal atau emosi. Dari banyaknya perasaan yang digunakan dalam efek ini, para peneliti
berhasil menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas ransangan emosional pesan media massa, yang antara lain: suasana emosional, skema
Universitas Sumatera Utara
kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.
c. Efek Behavioral
Efek behavioral adalah akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama untuk menjelaskan
variabel-variabel yang akan diteliti Bungin, 2005: 57. Konsep juga merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus Lubis, 1998:
10. Kerangka konsep dari suatu gejala sosial yang memadai diperlukan untuk menyelesaikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena
variabel-variabel yang penting harus didefinisikan dengan jelas Rakhmat, 2004: 12.
Adapun komponen yang digunakan dalam penelitan ini adalah: Persepsi mahasiswa FISIP USU terhadap video parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic
karya Eka Gustiwana di Youtube. Berdasarkan komponen tersebut, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian, sebagai berikut:
Gambar 2 Kerangka Konsep
Persepsi Mahasiswa FISIP USU
Video Parodi Vicky Praseyto dan Zaskia Ghotic karya Eka
Gustiwana di Youtube
Universitas Sumatera Utara
2.5 Operasional Konsep
Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Tayangan Video Parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic karya Eka Gustiwana di Youtube
2. Persepsi mahasiswa FISIP USU.
3. Karakteristik responden.
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, departemen, angkatan dan frekuensi menonton.
Agar konsep penelitian dapat diukur maka konsep penelitian harus dijelaskan ke dalam konsep operasional serta dijelaskan parameter atau indikator-
indikatornya. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan penelitian perlu dibuat operasionalisasi
konsep sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Konsep Operasional
Konsep Operasional Operasionalisasi Konsep
1. Video Parodi Vicky Prasetyo dan
Zaskia Ghotic karya Eka Gustiwana di Youtube
2. Persepsi Mahasiswa FISIP USU
3. Karakteristik Responden
1 Efek Kognitif
2 Efek Afektif
3 Efek Behavioral
1 Faktor Fungsional
2 Faktor Struktural
3 Faktor situasional
4 Faktor Personal
1 Jenis kelamin
2 Departemen
3 Angkatan
4 Frekuensi menonton video
2.6 Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep.
Untuk memudahkan peneliti dalam meletakkan konsep-konsep dalam dataran operasional maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:
1. Video parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic
a. Efek kognitif adalah pengetahuan yang diterima oleh mahasiswa mengenai
video tersebut b.
Efek Afektif adalah sesuatu yang dirasakan oleh mahasiswa setelah melihat video tersebut.
c. Efek Behavioral adalah efek yang akan terjadi pada mahasiswa setelah
menonton video tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Persepsi Mahasiswa FISIP USU
a. Faktor Fungsional adalah karakteristik mahasiswa yang menjadi objek
penelitian dalam memberikan respon setelah melihat video tersebut. b.
Faktor Struktural adalah pendapat dan pemikiran mahasiswa setelah melihat isi video parodi tersebut.
c. Faktor Situasional adalah reaksi mimik atau ekspresi mahasiswa terhadap
video parodi tersebut. d.
Faktor Personal adalah pendapat yang melatar belakangi video tersebut.
3. Karakteristik Responden
a. Jenis kelamin dari mahasiswa FISIP USU, yaitu perempuan dan laki –
laki. b.
Departemen Program Reguler S1 yang ada di FISIP USU, yakni Administrasi Negara, Antropologi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik,
Kesejahteraan Sosial, Sosiologi dan Administrasi NiagaBisnis. c.
Angkatan yaitu mahasiswa FISIP USU angkatan 2012 d.
Frekuensi menonton video yaitu frekuensi mahasiswa FISIP USU yang pernah menonton video parodi
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus
USU, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, dengan No. Telp. 061 8211965 dan Fax. 8217168.
3.1.1 Sejarah Singkat FISIP USU
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang
berdiri pada tahun 1980. Saat itu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan setahun lamanya berubah menjadi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial IIS. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi FKG Universitas Sumatera Utara. Meskipun FISIP USU baru resmi terbentuk, tetapi cikal bakal FISIP USU
sudah muncul, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181PT.05C.80 pada tanggal 1 Juli 1980, dengan mengadakan perkuliahan
pertamakalinya dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980. Jumlah mahasiswa yang berhasil dalam mengikuti ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 yaitu sebanyak 75
orang Hutapea, 2010: 62. Namun, dalam proses perkembangannya tidak semua pembentukan jurusan
di FISIP dibuka secara bersamaan, disebabkan oleh ketersediaan para staf pengajar dan didasarkan pada pilihan mahasiswa yang disesuaikan dengan
kebutuhan dalam bidangnya masing-masing. Berdasarkan hal itu, pada tahun ajaran 19801981, FISIP USU hanya membuka 2 dua jurusan saja, yaitu jurusan
Ilmu Komunikasi dan jurusan Ilmu Administrasi Negara. Pada tahun ajaran 19831984, FISIP USU membuka lagi jurusan lainnya, yaitu jurusan Sosiologi,
Universitas Sumatera Utara