Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik di Harian Analisa Medan (Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI Pada Harian Analisa)

(1)

Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik

di Harian Analisa Medan

(Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap

Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI

Pada Harian Analisa)

S K R I P S I

O l e h :

Fanisyah M.N. Harahap

NIM. 080922061

Jurusan : Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 0


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :

Nama : FANISYAH MARIAMA NAMIRA HARAHAP

NIM : 080922061

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul : Persepsi Mahasiswa FISIP USU terhadap Berita Politik di

Harian Analisa Medan (Studi Deskriptif mengenai

Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR-RI Pada Harian Analisa)

Dosen Pembimbing, Ketua

Departemen Ilmu Komunikasi,

Drs. Hendra Harahap, M.Si

NIP : 19671002 199403 1 002 NIP : 19510219 198701 1 001

Drs. Amir Purba, M.A

Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

NIP : 19590809 198601 1 002 Drs. Humaizi, M.A


(3)

ABSTRAKSI

PERSEPSI MAHASISWA FISIP USU TERHADAP BERITA POLITIK DI HARIAN ANALISA MEDAN

(Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI

Pada Harian Analisa)

Oleh :

Fanisyah M.N. Harahap

Penelitian ini khusus dilakukan kepada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara jurusan Komunikasi angkatan 2007 sampai 2009 yang mengetahui Pemberitaan tentang perilaku dan sikap anggota pansus Century selaku anggota DPR-RI. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 72 orang yang didapat melalui rumus Arikunto dari sebanyak 360 orang jumlah populasi penelitiannya. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dan accidental sampling.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberitaan mengenai perilaku dan sikap anggota Pnasus Century telah menjadi perhatian mahasiswa FISIP USU. Hal ini dikarenakan karena banyaknya informasi mengenai pemberitaan mengenai Bank Century tentang pembahasannya, mengenai apa saja dan sejauh apa kasus tesebut telah digali, siapa saja yang terlibat di dalamnya sampai kepada sikap dan perilaku anggota Pansus yang ditugasi untuk menuntaskan kasus tersebut.

Pemberitaan mengenai pansus Century maupun kasus Bank Century itu sendiri sudah diketahui masyarakat luas mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Dikarenakan Pansus Century merupakan wakil rakyat yang dipercayakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.

Masyarakat sebagai pemantau pemerintahan merasa sangat kecewa dengan pemerintahan karena dianggap menyelewengkan dana masyarakat untuk kepentingan pribadi. Pada saaat sidang Paripurna kemarin sempat terjadi kericuhan antara anggota DPR, yang semakin menambah panas masyarakat yang mendemo di luar kantor DPR-RI. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat kecewa dengan sikap pemerintahan dan anggota DPR yang terkesan telalu lambat menyelesaikan kasus Bank Century.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan oleh kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis akan menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak guna kesempurnaan skripsi ini.

Penulis merasa sangat berterimakasih atas dukungan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada: 1. Suami yang saya cintai, Arminsani Aprianta Sitompul atas dukungan,

dorongan, bantuan, serta doanya hingga terselesaikan nya Skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang saya sayangi H. Hasrul Harahap dan Hj. Betty Siregar yang tidak henti-hentinya memberi dukungan, semangat, kasih sayang dan doanya.

3. Kedua mertua saya yang saya hormati, H. Rasmin Sitompul dan Hj. Nurinsani Tamabunan yang selalu bertanya perihal wisuda saya dan kapan waktu wisuda saya, yang membuat saya tetap semangat dan tetap maju.

4. Drs. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(5)

5. Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah banyak memberikan bantuan dan masukan serta nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, memberikan masukan, meluangkan waktu, saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebaik-baiknya.

7. Dra. Dewi Kurniawati yang telah banyak memberi sarana serta dapat meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Drs. Humaizi,MA selaku Pembantu Dekan I yang telah banyak memberi saran dan meluangkan waktu hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Sahabat saya Frilla Nola Sari yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu dan menemani saya saat pegerjaan skripsi ini.

10.Kak Ros dan Maya yang telah banyak membantu penulis.

11.Semua teman-teman seangkatan penulis, Ardynee, Noviandre, Danny, Rito, Iqbal yang dimana memeberi semangat untuk berkuliah dan mendukung dalam menyelesaikan tulisan ini

Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan adalah milik saya sebagai makhluk ciptaan-Nya. Dengan segala kerendahan hati Penulis persembahkan skripsi ini untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembentukan persepsi.

Medan, Juni 2010 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 9

1.6 Kerangka Konsep... 11

1.7 Metode Teoritis... 11

1.8 Operasional Konsep ... 12

1.9 Definisi Operasional ... 12

1.10 Metodelogi Penelitian ... 13

1.10.1 Metode Penelitian ... 13

1.10.2 Lokasi Penelitian ... 14

1.11 Populasi dan Sampel ... 14

1.11.1 Populasi ... 14

1.11.2. Sampel ... 14

1.12. Teknik Penarikan Sampel... 15

1.13. Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.14. Teknik Analisa Data ... 17

BAB II URAIAN TEORITIS ... 18

2.1 Pengertian dan Sejarah Surat Kabar Indonesia ... 18

2.1.1 Pengertian Surat Kabar ... 18


(7)

2.2 Fungsi, Bentuk dan Ciri Surat Kabar ... 23

2.2.1 Fungsi Surat Kabar ... 23

2.2.2 Bentuk Surat Kabar ... 24

2.2.3 Ciri Surat Kabar ... 25

2.3 Sifat Surat Kabar... 26

2.4 Pers Sebagai Sarana Kegiatan Jurnalistik ... 27

2.4.1 Pengertian Pers ... 27

2.4.2 Fungsi Pers ... 28

2.5 Berita ... 30

2.5.1 Defenisi Berita ... 30

2.5.2 Unsur-unsur Berita ... 31

2.5.3 Bentuk Berita ... 32

2.5.4 Berita Politik ... 34

2.6 Efek Komunikasi Massa ... 36

2.7 Efek Kognitif Komunikasi Massa ... 38

2.8 Efek Afektif Komunikasi Massa ... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 41

3.1 Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Harian Analisa 43 3.2 Misi Harian Analisa ... 45

3.3 Komposisi Berita di Harian Analisa ... 50

3.4 Mass Media yang Digemari Masyarakat... 51

3.5 Sejarah Singkat Fisip USU ... 51

BAB IV ANALISA DAN INTERPRETASI DATA ... 58

4.1 Analisa ... 58

4.2. Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP ... 84

5.1. Kesimpulan ... 84

5.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 JENIS KELAMIN ... 59 4.2 USIA RESPONDEN ... 60

4.3 FREKUENSI RESPONDEN MENGKONSUMSI MEDIA

CETAK ... 60

4.4 FREKUENSI RESPONDEN MENGKONSUMSI TELEVISI .. 63

4.5 FREKUENSI RESPONDEN MENGKONSUMSI RADIO... 64

4.6 FREKUENSI INTENSITAS MEMBACA BERITA PANSUS

CENTURY SELAMA BULAN JANUARI S/D MARET DI

HARIAN ANALISA ... 67

4.7 FREKUENSI WAKTU MEMBACA ATAU

MEMBUTUHKAN SURAT KABAR ... 68

4.8 YANG MENJADI MINAT RESPONDEN MEMBACA

BERITA BANK CENTURY ... 69

4.9 BERITA KASUS CENTURY DI HARIAN ANALISA

OBJEKTIF ... 69

4.10 PEMBERITAAN TENTANG CENTURY TIDAK SESUAI

DENGAN FAKTA ... 70

4.11 PEMBERITAANNYA TIDAK MEMBERIKAN INSENTIF

POLITIK NYATA ... 71 4.12 PEMBERITAAN TENTANG SIKAP DAN PERILAKU

ANGGOTA PANSUS CENTURY JUMLAHNYA

MEMADAI ... 71

4.13 PEMBERITAANNYA LEBIH TERFOKUS KEPADA

ANGGOTA PANSUS CENTURY ... 72 4.14 PENYAJIAN BERITA DISERTAI DIMENSI EMOSIONAL .. 73

4.15 BERITA PERILAKU ANGGOTA DPR DI ANALISA


(9)

4.16 PEMBERITAAN KASUS PANSUS CENTURY

DIBERITAKAN SECARA KONTINYU ... 74

4.17 PEMBERITAAN KASUS BANK CENTURY

MENIMBULKAN DIKOTOMI ... 74

4.18 PEMBERITAAN TENTANG BANK CENTURY

BERIMPLIKASI NEGATIF KEPADA KEPERCAYAAN

MASYARAKAT ... 75

4.19 MENGGUNAKAN KATA-KATA KASAR DAN KURANG

SOPAN SAAT BERDEBAT ... 76 4.20 SALING MENYINDIR ANTARA PARPOL ... 76

4.21 INTERUPSI YANG TERLALU INGIN MENANG SENDIRI

(INGIN SELALU DI DENGAR/EGOIS) ... 77

4.22 MENYERANG KETUA DPR DENGAN

MENDATANGINYA SAMBIL MEMBANTING BOTOL

AQUA ... 78

4.23 PANSUS CENTURY MELANGGAR ETIKA SEBAGAI

ANGGOTA DEWAN ... 78 4.24 BERNYANYI-NYANYI DALAM RUANG SIDANG... 79 4.25 KRITIS YANG BERLEBIHAN (HIPERKRITIS) ... 80

4.26 CARA MEMBERI PERTANYAAN DAN PERNYATAAN

TERKESAN MEMOJOKKAN DAN MENGHAKIMI ... 80 4.27 SIDANG PANSUS CENTURY SEPERTI “REALITY SHOW”. 81 4.28 BERBICARA SAHUT-SAHUTAN BERULANG KALI ... 81

4.29 MERUSAK PROPERTY YANG ADA DI RUANGAN


(10)

ABSTRAKSI

PERSEPSI MAHASISWA FISIP USU TERHADAP BERITA POLITIK DI HARIAN ANALISA MEDAN

(Studi Deskriptif mengenai Pemberitaan atas Perilaku dan Sikap Anggota Pansus Century Selaku Anggota DPR –RI

Pada Harian Analisa)

Oleh :

Fanisyah M.N. Harahap

Penelitian ini khusus dilakukan kepada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara jurusan Komunikasi angkatan 2007 sampai 2009 yang mengetahui Pemberitaan tentang perilaku dan sikap anggota pansus Century selaku anggota DPR-RI. Jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 72 orang yang didapat melalui rumus Arikunto dari sebanyak 360 orang jumlah populasi penelitiannya. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dan accidental sampling.

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pemberitaan mengenai perilaku dan sikap anggota Pnasus Century telah menjadi perhatian mahasiswa FISIP USU. Hal ini dikarenakan karena banyaknya informasi mengenai pemberitaan mengenai Bank Century tentang pembahasannya, mengenai apa saja dan sejauh apa kasus tesebut telah digali, siapa saja yang terlibat di dalamnya sampai kepada sikap dan perilaku anggota Pansus yang ditugasi untuk menuntaskan kasus tersebut.

Pemberitaan mengenai pansus Century maupun kasus Bank Century itu sendiri sudah diketahui masyarakat luas mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Dikarenakan Pansus Century merupakan wakil rakyat yang dipercayakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.

Masyarakat sebagai pemantau pemerintahan merasa sangat kecewa dengan pemerintahan karena dianggap menyelewengkan dana masyarakat untuk kepentingan pribadi. Pada saaat sidang Paripurna kemarin sempat terjadi kericuhan antara anggota DPR, yang semakin menambah panas masyarakat yang mendemo di luar kantor DPR-RI. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat kecewa dengan sikap pemerintahan dan anggota DPR yang terkesan telalu lambat menyelesaikan kasus Bank Century.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang memiliki kekhususan atau spesifikasi tersendiri apabila dibandingkan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini terjadi karena kodrat dari manusia itu sendiri berbeda dengan makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Dikatakan sebagai makhluk sosial adalah karena manusia tidak dapat dianggap sebagai manusia apabila tidak melakukan interaksi sosial dengan orang lainnya. Interaksi sosial yang terjalin ataupun terciptanya hub sosial antar manusia mustahil akan dapat terlaksana tanpa adanya komunikasi.

Dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar karangan Soerjono Soekamto, tercantum suatu penelitian yang dilaksanakan oleh Kingsley Davis seorang Sosiolog terkemuka di jajaran ilmu sosial perihal seorang anak manusia yang berusia lima tahun yang bernama Anna, dimana hampir seluruh hidupnya Anna disekap dalam sebuah kamar di daerah pertanian di Pensylvania. Anak yang bernama Anna tersebut, menunjukkan sifat-sifat yang berlainan sama sekali dengan anak lain yang seusianya, dia tidak dapat melakukan kegiatannya secara wajar sebagaimana anak-anak lainnya yang sebaya dengannya.

Prof.M.Adham Nasution menyatakan dalam buku yang berjudul Sosiologi tentang perlunya interaksi sosial tersebut, dimana dikatakannya : “Manusia baru


(12)

dapat menjadi manusia yang sebenarnya, jika ia hidup bersama dengan manusia lainnya”.1

Syarat lain yang harus dimiliki oleh komunikasi massa adalah bahwa audiencenya bersifat heterogen artinya serba aneka yaitu terdiri dari berbagai komposisi, misalnya umur yang berbeda, status sosial ekonomi yang berbeda, adat istiadat yang berbeda, dan berbagai perbedaan-perbedaan lainnya. Selain itu,

Selanjutnya dengan mengutip pendapat Ashley Montagu, seorang ahli psikologi yang beranggapan bahwasanya manusia tidak dapat dikatakan sebagai manusia, sebelum manusia tersebut berkomunikasi dengan orang lainnya.

Demikianlah pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Bagaimana mungkin manusia dapat menyampaikan ataupun menerima berbagai informasi tanpa adanya komunikasi dengan orang lain, sedangkan kita ketahui bahwa informasi adalah merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan ini.

Komunikasi massa adalah merupakan salah satu bentuk spesialisasi dari komunikasi. Disebut sebagai komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan ciri khas tersendiri. Adapun ciri khas atau karakteristik komunikasi itu atau komunikasi massa itu menurut Charles Wright berisikan pengertian bahwasanya komunikator dalam komunikasi massa adalah berbentuk organisasi dan biasanya menggunakan biaya yang sangat besar. Selain itu mengenai isi dari komunikasi massa haruslah disiarkan secara umum kepada publik, penyampaian secara timaly dan simultan.

1


(13)

audience dari komunikasi massa juga bersifat anonim yaitu tidak adanya norma-norma yang mengikat diantara mereka. Maksudnya antara audience yang satu dengan yang lainnya tidak merupakan suatu kesatuan organisasi, bahkan sering sekali diantara sesama audience tersebut tidak saling mengenal sesamanya.

Pers adalah merupakan salah satu media yang termasuk bagian dari media massa. Pers sebagai media massa lahir lebih dahulu daripada media massa lainnya seperti ; televisi, radio dan film. Baik dalam scope Nasional maupun dalam scope Internasional. Secara umum empat fungsi utama dari pers yaitu :

1. Information 2. Education 3. Persuasion 4. Entertainment

Pada abad keduapuluh muncul fungsi baru dari dunia pers yang tidak kalah pentingnya dengan keempat fungsi tersebut diatas yaitu fungsi control. Fungsi ini adalah fungsi yang dijalankan pers sesuai dengan kepentingan masyarakat banyak atau orang awam. Pers sebagai lembaga kemasyarakatan selain menyampaikan peraturan-peraturan dan kebijakan pemerintah, juga harus dapat menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah. Dengan perkataan lain pers dapat menciptakan suatu jalan komunikasi yang berlangsung dua arah, yaitu Top-down communication dan Bottom up communication.

Khusus di Indonesia kelima fungsi pers di atas diupayakan agar berjalan secara efektif dengan pengertian tiap-tiap fungsi mempunyai porsi masing-masing di setiap surat kabar sesuai dengan bentuk perwajahan masing-masing surat kabar tersebut.


(14)

Dalam penyampaian dan mendapatkan berbagai informasi, setiap surat kabar harus mencakup berbagai aspek kehidupan. Hal ini terjadi oleh karena pergaulan antar manusia, semua persoalan hidup itu juga menjadi isi pikiran, kerisauan dan harapan serta kesedian dan kegembiraan.

Salah satu sebab mengapa orang membaca surat kabar adalah karena perlu mengetahui perkembangan lingkungan dan masyarakat tempat hidupnya. Keperluan itu menjadi suatu keharusan agar dapat bertahan hidup. Jika banyak kejadian dan masalah diberikan, termasuk perspektif perkembangannya disamping latar belakang dan kaitannya, maka tidaklah mengherankan jika orang dapat membuat studi tentang arus kecenderungan masyarakat dengan menganalisa isi surat kabar.

Orang membaca surat kabar bukan hanya untuk mengetahui suatu kejadian, melainkan untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan tersebut. Dengan mengetahui perkembangan, seseorang tidak hanya mempunyai pengetahuan tentang situasi, tetapi ia juga dapat menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut atau malahan mencoba menguasai situasi itu untuk kepentingannya.

Salah satu dari berbagai macam dan jenis informasi atau berita yang dimuat di surat kabar adalah berita politik. Pengertian politik disini adalah dalam arti yang luas, yakni sebagai ilmu pemerintahan negara, jadi tidak hanya terbatas kepada pengertian partai politik dan kegiatannya, melainkan seluruh masalah-masalah kenegaraan sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum, krisis-krisis kabinet, sampai pada masalah-masalah politik yang timbul di daerah-daerah.

Pada masa sebelum orde baru, yakni pada masa orde lama pemberitaan politik yang seru yang tercermin di berbagai harian di ibukota disebabkan karena hampir semua harian-harian yang ada dikuasai atau dikontrol oleh partai-partai


(15)

politik, sehingga harian-harian itu lalu menjadi terompet partai, yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan dari partai politik yang menguasainya. Demikianlah misalnya sering sekali terlihat pada masa orde lama tersebut terjadinya polemik-polemik antara berbagai harian mengenai masalah-masalah politik yang kadang-kadang demikian berlarut-larut sehingga membahayakan kesatuan dan ketentraman umum akhirnya pihak pemerintah terpaksa mengambil tindakan yang akan menertibkannya.

Pemberitaan politik itu mengalami pasang surutnya pada saat-saat terjadinya sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat, sidang-sidang Dewan Permusyawaratan Rakyat , Kongres-kongres Partai serta pada waktu menghadapi pemilihan umum.

Pada zaman reformasi ini, pers diharapkan dapat pula membantu pemerintah dalam menyampaikan berbagai jenis berita yang salah satunya adalah berita politik. Adapun tujuan utama penyampaian berita-berita politik ini adalah agar masyarakat Indonesia lebih mengetahui tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang bertanggung jawab. Karena surat kabar juga memiliki kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengkritisi pemerintahan. Polemik-polemik yang terjadi dimana orde lama hendaknya menjadi contoh tauladan agar tidak akan berulang kembali. Pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen harus terpelihara dan harus terjamin keberlangsungannya. Oleh karena itulah maka pers sebaliknya menggunakan bahasa yang jelas, tegas, juga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh khalayak umum. Akibatnya dapat diharapkan bahwa informasi politik tersebut dapat menyentuh aspek psikologis untuk menentukan sikap dan tingkah lakunya, setelah mengadakan media exposure terhadap informasi tersebut.


(16)

Penggunaan metode persuasif sangat sesuai dalam upaya pers untuk mengajak khalayak ramai dalam menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Republik Indonesia.

Penggunaan metode persuasif dimaksudkan untuk mempengaruhi dan mengendalikan sikap dan tingkah laku masyarakat melalui manipulasi aspek psikologis. Bagaimana caranya mengajak masyarakat untuk turut serta berperan dalam melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah tanpa masyarakat merasa dipaksa, melainkan masyarakat seolah-olah menginginkan kebijakan tersebut.

Andaikata pers dapat melaksanakan metode persuasif dengan baik, maka dapatlah masyarakat Indonesia untuk melaksanakan hak dan kewajiban dengan sebaik-baiknya, dan oleh karena itulah pemerintah menyadari pentingnya eksistensi pers sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat, sehingga dikenal bahwasanya pers sebagai kekuatan keempat (the fourth estate) setelah lembaga eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif.

1.2Perumusan Masalah

Pada uraian sebelumnya, penulis telah menguraikan mengenai pentingnya media cetak khususnya surat kabar dalam menyampaikan informasi politik kepada masyarakat.

Adapun perumusan masalah yang penulis susun adalah sebagai berikut : “Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap pemberitaan atas perilaku dan sikap anggota Pansus Century selaku anggota DPR –RI pada harian Analisa?"


(17)

1.3Pembatasan Masalah

Guna untuk mendapatkan kemudahan dan menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan tujuan penelitian ini, maka penulis berupaya membuat batasan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya akan membahas masalah berita politik yang terdapat di

Harian Umum Analisa yang membahas masalah Bank Century 2. Surat kabar yang diteliti adalah Harian Umum Analisa Medan

3. Efek berita yang dikaji adalah persepsi mahasiswa tentang berita politik

4. Objek atau sasaran dari penelitian ini adalah mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU jurusan Komunikasi.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuatu yang dikerjakan dan dilaksanakan harus mempunyai tujuan sebagai akhir usaha atau kegiatan yang dilakukan. Begitu juga halnya penulis membuat kegiatan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kata lain dalam setiap penulisan karya ilmiah kita tidak bisa terlepas dari tujuan penelitian, karena sangat erat kaitannya dengan kegiatannya dengan kegiatan penulisan.

Untuk hal itulah maka pada kesempatan ini penulis ingin meneliti pelaksanaan peranan pers tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh Harian Umum Analisa dalam menyampaikan berbagai informasi yang berhubungan dengan politik dan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Republik Indonesia, agar khalayak umum dapat mengetahuinya.


(18)

Dengan perkataan lain, tujuan utama dari penelitian ini adalah bahwasanya penulis ingin mendalami pengetahuan tentang opini ataupun persepsi masyarakat khususnya mahasiswa dalam berpolitik dengan mengetahui: “Bagaimanakah keberadaan Harian Umum Analisa, lewat informasi mengenai pemberitaan atas perilaku dan sikap anggota Pansus Century selaku anggota DPR-RI dalam membentuk persepsi maupun opini politik publiknya, khususnya pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”.

Tujuan lain yang ingin penulis capai antara lain :

1. Guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Melalui penulisan karya ilmiah ini penulis ingin memberikan masukan (input) bagi Harian Umum Analisa, terutama sekali dalam merealisasikan salah satu fungsinya yaitu sebagai penyebar informasi kepada khalayak.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dilihat dari signifikan akademik penelitian ini bertujuan mengembangkan teori-teori sosial yang ada pada umumnya, dan khususnya pada teori ilmu komunikasi, diharapkan melalui penelitian ini didapatkan suatu pandangan baru berupa sumbangan pikiran dari hasil penelitian yang ada bagi laju perkembangan ilmu komunikasi.

2. Tulisan ini juga merupakan sumbangan pikiran dari penulis kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi, dengan harapan kiranya dapat berguna bagi pembaca dan pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik.


(19)

1.5Kerangka Teori

Untuk menguji hipotesa diperlukan teori-teori yang telah diakui kebenarannya sebagai salah satu kebenaran yang umum. Hal ini dijadikan sebagai landasan pemikiran dan sebagai kerangka teori dalam memecahkan masalah yang dilakukan melalui suatu penelitian.

Teori adalah sebagai serangkaian konsep, defenisi, dan proposisi yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena.2

Dalam buku Publisistik Pers karangan Oey Hong Lee, ada dikutip pendapat Willian Albig mengenai arti komunikasi yaitu : “Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti diantara individu”.

Beberapa teori yang mendasari penulis untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang dijadikan penuntun nantinya adalah :

3

Dalam buku yang sama seperti diatas, ada lagi pendapat tokoh lain yaitu Noel Gist, yang menyatakan : “Bilamana interaksi sosial meliputi pengoperan arti dengan jalan menggunakan lambang-lambang, maka ini dinamakan komunikasi”.4

Dalam buku Dimensi-dimensi Komunikasi karangan Onong Uchyana Effendi, ada dikutip pendapat Adinegoro tentang Komunikasi yaitu : “Komunikasi adalah ilmu pernyataan antar manusia yang secara umum lagi aktual, dan bertugas menyelidiki secara ilmiah pengaruh pernyataan itu dari mulanya ditimbulkan

2

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendy (Ed)., Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta, 1989, hal. 25.

3

Oey Hong Lee, Publisistik, Ikhtiar, Jakarta, 1965, hal. 15. 4


(20)

orang sampai tersiar dalam pers, radio, dan sebagainya serta akibatnya kepada si penerima pernyataan itu”.5

DR. Willard C. Bleyer, dalam bukunya “Newspaper Writing dan Editing”, menyatakan : “Berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca tersebut”.6

1.6Kerangka Konsep

Setiap anggota masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam proses politik, apakah partisipasi itu bersifat aktif ataupun partisipasi itu bersifat pasif, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu, maka kebutuhan dan kepentingan mereka akan tersalurkan, atau dengan ikut sertanya mereka dalam proses politik mereka percaya bahwa kegiatan mereka tersebut mempunyai efek, dan hal ini dinamakan Political Effifacy.

Demikianlah isi dari ungkapan Miriam Budiarjo dalam tulisannya yang berjudu l Partisipasi dan Partai Politik.

Kerangka sebagai hasil dari pemikiran yang rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep memuat komponen-komponen yang akan di teliti beserta indikatornya untuk memperjelas penelitian yang akan dicapai.

5

Onong Uchyana Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, Alumni, Bandung, 1981, hal. 4. 6


(21)

Berdasarkan kerangka teori yang telah ada, dapat di tentukan pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual. Kerangka konsep merupakan definisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena atau pun fenomena alam.

Komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Komponen berita politik yang berhubungan dengan sikap dan perilaku anggota Pansus Century selaku anggota DPR RI

2. Komponen persepsi mahasiswa terhadap berita politik yang memberitakan perilaku dan sikap anggota DPR

1.7Metode Teoritis

Berdasarkan komponen yang ditetapkan,maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut:

1.8Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka konsep dan kerangka teori yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional konsep yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian penelitian, yaitu:

Variabel Persepsi Mahasiswa

Fisip USU Variabel

Pemberitaan tentang Sikap dan Perilaku Anggota DPR di harian


(22)

VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

1. Variabel Bebas ( X )

Pemberitaan tentang sikap dan perilaku anggota Pansus Century selaku anggota DPR

1. Pemberitaan di Media Massa 2. Pemberitaan atas sikap dan perilaku

anggota DPR

3. Siaran maupun dokumentasi yang menunjukkan kerusuhan anggota DPR pada saat sidang

2. Variabel Terikat ( Y)

Persepsi Mahasiswa Fisip USU

1. Sensasi 2. Atensi 3. Interpretasi

1.9Definisi Operasional

Dalam defenisi operasional, akan disampaikan beberapa pengertian diantaranya:

1. Berita politik yang membahas tentang anggota Pansus Century sikap dan perilaku yang mereka tunjukkan selaku anggota DPR pada saat sidang Paripurna

a. Pemberitaan di media massa, yaitu betapa kekanak-kanakannya anggota DPR dalam menghadapi suatu kasus dan menimbulkan kericuhan pada saat sidang Paripurna membahas masalah Century.

b. Cuplikan ataupun siaran ataupun foto-foto yang menunjukkan tindakan dan tingkah laku anggota DPR.

2. Persepsi Mahasiswa Fisip USU (Y) :

a. Sensasi, menunjukkan rangsangan yang diterima responden melalui media massa


(23)

b. Atensi, menunjukkan perhatian responden terhadap rangsangan pesan media massa

c. Interpretasi, menunjukkan bagaimana responden menginterpretasikan makna rangsangan dari media massa.

1.10 Metodelogi Penelitian

1.10.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis memakai metode deskriptif, maksudnya metode yang hanya memaparkan variabel demi variabel dengan apa adanya.

Adapun tujuan penelitian secara deskriptif secara umum adalah untuk : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala

yang ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku

3. Membuat perbandingan atau elevasi

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan, rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.7

1.10.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

7


(24)

1.11 Populasi dan Sampel 1.11.1 Populasi

Menurut Masri Singarimbun “Populasi (universe) adalah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan dapat diduga”.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dari jurusan Komunikasi.

Berdasarkan hasil para peneltian yang penulis lakukan, jumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dari jurusan Komunikasi dimulai dari angkatan 2007-2009 adalah 360 orang.

Tabel 1.1 Populasi Mahasiswa Fisip USU jurusan Komunikasi angkatan 2007-2009

No Departemen Tahun Akademik Jumlah

2007 2008 2009

1 Ilmu Komunikasi 113 134 113 360

Sumber : K.a Bagian Pendidikan Fisip USU

1.11.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari yang akan diteliti. Hadari Nawawi mengatakan bahwa sebagian individu yang diselidiki itu disebut sampel.

Sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan area yakni dengan mengambil mahasiswa yang masih aktif berkuliah di FISIP USU di jurusan Komunikasi. Disebabkan populasi yang banyak dan tidak mungkin untuk diambil semua maka jumlah penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan : “Untuk sekedar ancar-ancar


(25)

maka apabila populasi kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian itu merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 5 s/d 15% atau 20 s/d 25% atau lebih.

Berdasarkan ketentuan di atas maka dalam penelitian ini penulis menetapkan sampelnya sebesar 20% dari 360 jumlah mahasiswa, maka sampel dari penelitian ini adalah berjumlah 72 orang.

1.12 Teknik Penarikan Sampel

Adapun kriteria yang diambil untuk teknik penarikan purposive sampling adalah mahasiswa FISIP USU jurusan Komunikasi angkatan 2007-2009 yang masih aktif mengikuti perkuliahan dan yang membaca harian Analisa.

Accidental Sampling, pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara

memilih siapa saja yang kebetulan ditemukan dilokasi penelitian untuk dijadikan sampel. 8

1.13 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang pe nulis pergunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan (library research) merupakan cara untuk mendapatkan data sekunder yaitu literatur-literatur yang ilmiah, berbagai buku yang berhubungan dengan hal yang akan dibahas. Sedangkan penelitian lapangan (field research) merupakan cara untuk memperoleh data primer yang dilaksanakan dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan.

8 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hal. 156


(26)

Hal ini biasa disebut dengan sampling area atau area sampel. Dalam penulisan ini, penulis menetapkan area sampelnya di FISIP USU jurusan Komunikasi.

Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui instrumen penelitian berbentuk kuesioner yaitu suatu alat pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk diisi guna mendapatkan informasi dalam rangka memperoleh data yang diperlukan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan serta karangan ilmiah yang memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis mengadakan kegiatan : 1. Pengamatan (observasi) terhadap objek yang akan diteliti

2. Penyebaran angket atau daftar quesioner untuk mendapatkan data

3. Wawancara secara langsung terhadap beberapa pihak yang dianggap mempunyai hubungan dalam penelitian yang penulis lakukan.

1.14 Teknik Analisa Data

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Data-data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder akan disusun dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel tunggal.


(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Ide surat kabar usianya sudah setua zaman Romawi Kuno, dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acta Diurna”, yang terjemahan bebasnya adalah “kegiatan harian”. Itulah koran paling pertama yang pernah dibuat orang. Merupakan ide kantor keuangan di Eropa Tengah, dimana berita-berita luar daerah/luar negerinya ditangani dengan sirkulasi laporan berkala.

Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad kelima belas, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.

Pengertian dan Sejarah Surat Kabar Indonesia Pengertian Surat Kabar

Untuk memperoleh pengertian surat kabar yang baku sehingga dapat dijadikan sebagai standarisasi dalam menelaah persoalan-persoalan ilmiah, sampai saat ini kelihatannya belum ada. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya aspek yang melatari yang harus dijadikan perhatian. Sebab itu pula dalam tinjauan teoritis ini penulis mencoba mengemukakan pengertian surat kabar dari beberapa ahli yang penulis anggap sesuai dengan penelitian ini. Tapi, sebelum sampai pada pengertian surat kabar, mungkin ada baiknya kita kemukakan terlebih dahulu kata surat kabar secara etimologis.


(28)

Secara etimologis, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Inggris “newspaper” dan bahasa Belanda “courante” yang dipinjam pula oleh orang Belanda dari bahasa Perancis “courant”.

Surat kabar terdiri dari dua kata “surat dan kabar”. Pengertian surat adalah kertas yang ditulis yang mempunyai isi tertentu serta ditujukan kepada pihak tertentu dan kata kabar diketahui berasal dari bahasa Arab “khabar” yang berarti berita.9

“Surat kabar ialah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara tetap”.

Chusaeri, dalam bukunya berjudul Riwayat Persuratkabaran, mencoba memberi pengertian surat kabar.

10

“Surat kabar adalah kertas yang dicetak dan disebarkan secara harian atau mingguan dan berisi tentang berita, opini dalam bentuk artikel, karangan khas, dan periklanan”.

Sedangkan pengertian surat kabar yang terdapat pada New Universal

Dictionary, sebagai berikut :

“Newspaper is a paper printed and distributed use daily or weekly and

containing news, articles of opinion, features and advertising”.

Terjemahannya :

11

Menurut Vander Hout bahwa surat kabar tidak membeda-bedakan golongan atau kebangsaan. Surat kabar mempunyai pengaruh besar terhadap para

9

Drs. Yanuar Abdullah, Dasar-dasar Kewartawanan, Teori dan Praktek, Angkasa Raya, Padang, 1992, hal. 12.

10

Chusaeri, Riwayat Persuratkabaran, Mutiara, Jakarta, 1979, hal. 4. 11


(29)

pembacanya dan karena itu surat kabar mirip dengan “warung pengetahuan”. Jelas disini surat kabar bukan hanya sebagai alat penghubung tetapi juga sebagai alat pendidikan dan alat kontrol sosial, karena pemberitaannya meliputi segala aspek kemasyarakatan.

Selain itu, surat kabar juga sebagai penyambung lidah rakyat, pelaksana kehendak rakyat yang memberikan penerangan dan pendidikan kepada rakyat.

Menurut Mr. Sumanang, bahwa surat kabar bukan sekedar memberikan informasi juga membuat pikiran-pikiran, pandangan-pandangan dan pendapat-pendapat orang.

Uraian di atas sangat sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Teguh Meinanda bahwa :

“Surat kabar adalah alat atau media cetak yang mempunyai peranan sebagai penghubung bathiniah dan santapan rohaniah sebagai bekal pengetahuan manusia. Selain itu surat kabar berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang memberikan penerangan kepada masyarakat, serta mendidiknya untuk kehidupan di kemudian hari”.12

Sejarah Surat Kabar Indonesia

Di Indonesia, pertama kali diterbitkan pada awal abad ke-15. Saat itu beberapa daerah di Indonesia dikuasai oleh kompeni Hindia Belanda (VOC). Waktu itu, antara tahun 1715 – 1744, semua berita di Eropa diterima oleh Jan Pieterszoon Coon, pendiri Batavia.

Pada tanggal 7 Agustus 1744, koran pertama yang dicetak diterbitkan di Batavia dengan nama Bataviase Nouvelles. Penanggung jawab adalah pegawai

12


(30)

Sekretariat Gubernur Jenderal Imhoff, yakni J.E. Jordans. Koran ini beroplah sedikit dan hanya berusia dua tahun.

Tiga tahun kemudian, pemerintah menerbitkan Vendu Nieuws. Koran ini memuat pengumuman resmi dari pihak kompeni serta iklan-iklan dari pelelangan swasta. Walaupun hanya terdiri dari beberapa eksemplar, koran ini disensor sangat ketat.

Gubernur Jenderal Daendels, mengadakan perombakan di segala bidang. Dan bukan itu saja ternyata dia jugalah yang menerbitkan surat kabar resmi yang kedua di Hindai Belanda. Terbit pertama kali di Jakarta pada 5 Januari 1819, dengan nama Bataviasche Courant.

Pada tahun 1829, nama Bataviasche Courant diganti Jasvasche Courant terbit tiga kali seminggu, memuat pengumuman resmi serta peraturan pemerintah. Terbitan berlangsung sampai perang dunia kedua ketika Jepang menduduki Indonesia.

Surat kabar terkenal yang terbit di Sumatera adalah Deli Courant (1885) dan Sumatra Post (1899). Sedangkan Borneo Advertentieblod dan Celebes

Courant terbit di Banjarmasin, Ujung Pandang dan Manado.

Selama yang berbahasa Belanda, sejak pertengahan abad ke-19 diterbitkan pula surat kabar berbahasa Indonesia. Yang pertama di Surakarta. Yang tertua termasuk Bromartani (Surakarta, 1862), Djoeroe Martani (Surakarta, 1864), Bianglala (Batavia, 1897), Bintang Djohar (Batavia, 1873), Retno Dhoemilah (Jogja, 1895). Meskipun berbahasa Indonesia dan beberapa dengan huruf Jawa, namun umumnya redakturnya masih orang Belanda.


(31)

Diantara beberapa koran Indonesia berhaluan nasionalis dan radikal yang terbit di Jawa adalah Darmo-Kondo (Solo, 1904, Liberal), Oetoesan Hindia (Surabaya, 1914, Radikal), Neratja (Batavia, 1917, Radikal), Sri Djojobojo (Kediri, 1920, Radikal Islam), Sinar Hindia (Semarang, 1921, Komunis), Boedi Oetomo (Jogja, 1920, Nasional).

Di luar Jawa : Tjaja – Soematra (Padang, 1914, Liberal), Benih Merdeka (Medan, 1919, Radikal Islam), Hindia Sepakat (Sibolga, 1920, Radikal Nasionalis), Oetoesan Islam (Gorontalo, 1927, Radikal Islam), Oetoesan Borneo (Pontianak, 1927, Liberal).

Surat kabar terkenal yang diterbitkan oleh Indonesia – Cina dalam abad ke-20 adalah IK-PO (Solo, 1914), Sin Po (Batavia, 1910), Tjhoen Tjioe (Surabaya, 1914). Sedangkan surat kabar Cina yang memperhatikan gerakan nasional dan menganggap dirinya sebagai bagian dari pers Indonesia adalah Sin Tit Po (Surakarta, 1929). Hanya satu dari koran-koran Cina tersebut yang berbahasa Cina yaitu IK-PO, sedangkan yang lainnya berbahasa Melayu.

Surat kabar berbahasa Arab yang redaksinya Indonesia – Arab adalah Al-Achbar (Padang, 1913), Al-Ihbal (Surabaya, 1914), dan Boroboedoer (Weltervreden, 1925).

Antara tahun 1902 sampai 1930, jumlah koran yang diterbitkan bangsa Indonesia meningkat secara teratur. Baik pers Indonesia – Cina maupun Indonesia – Arab menerbitkan pula koran-koran dalam bahasa Cina-Arab. Selain itu, di Jawa terbit juga surat kabar lain yang menggunakan bahasa jawa dengan huruf Jawa.


(32)

Menurut sensus tahun 1920, Indonesia kurang lebih dihuni oleh 50 juta orang, dimana yang 170.000 terdiri dari orang-orang Eropa. Pada tahun 1920-1930 tersedia 32 harian berbahasa Belanda bagi orang-orang Eropa. Dan pada waktu yang sama, ada 39 harian berbahasa Indonesia. Kira-kira 20% dari bangsa Indonesia dapat membaca bahasa Belanda waktu itu. Jumlah harian berbahasa Belanda seluruhnya kurang lebih 6000 sampai 9000 eksemplar. Sedangkan surat kabar berbahasa Indonesianya beredar kurang dari 1000 eksemplar per hari.

Fungsi, Bentuk dan Ciri Surat Kabar Fungsi Surat Kabar

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi ternama, pernah mengemukakan pendapatnya bahwa fungsi surat kabar telah mempercepat kemajuan pembangunan suatu negara, surat kabar juga dapat memberikan ide, gagasan, pandangan-pandangan, mengajak berpartisipasi dan mengangkat harkat dan martabat manusia.

Lebih lanjut Wilbur Schramm mengatakan fungsi media massa untuk negara berkembang yang semula hanya pemberi informasi, kini telah bertambah fungsi baru media massa terutama surat kabar dalam hal, perubahan sosial, mempercepat perkembangan keadaan, menampung pendapat dan memberikan kesempatan mengeluarkan pendapat serta pendidikan dan hiburan.

Teguh Meinanda dalam bukunya berjudul, Pengantar Ilmu Komunikasi, mengemukakan lima fungsi surat kabar :13

13


(33)

a. Publishing The News

Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Disini berita harus dilaporkan secara lengkap dan benar untuk memberi kepuasan kepada para pembacanya. Namun demikian ada surat kabar yang menyiarkan hanya sebahagian dari beritanya. Hal ini karena policy dari staf redaksinya, mungkin untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu, suatu pemberitaan harus dilaporkan secara teliti dan disiarkan dengan fair.

b. Commenting On The News

Disini si pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk memberikan komentarnya. Misalnya melalui editorial, tajuk rencana, dan lain-lain.

c. Entertaining Readers

Banyak hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikel-artikel dalam surat kabar mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel-artikel ini dapat memberikan hiburan kepada para pembacanya. Dengan demikian fungsi surat kabar disini adalah memberikan hiburan kepada para pembacanya.

d. Helping Readers

Fungsi ini dapat membantu si pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu. Misalnya mengenai resep makanan.

e. Publishing Advertising

Melalui fungsi ini dapat dipertemukan antara penawar dengan si pembeli suatu barang atau jasa. Selain itu merupakan support bagi penerbitan surat kabar. Untuk itu disini harus diciptakan pedoman AIDDA, yaitu : Attention, Interest, Desire, Decision dan Action.

Bentuk Surat Kabar

Prof. Albert F. Henning membagi surat kabar menjadi empat bentuk :14 a. Surat kabar umum

Meliputi surat kabar yang terbit tiap hari dan biasanya menurut berita-berita yang bermanfaat dari kejadian-kejadian yang terjadi di tempat atau daerah dimana surat kabar itu terbit, dan penyajiannya dipandang aktual, penting, menarik bagi pembaca daerah tersebut.

14


(34)

b. Surat kabar yang memuat berita khusus.

Surat kabar ini ditujukan kepada publik tertentu atau publik khusus. Misalnya tentang berita ekonomi, agama dan lain-lain.

c. Surat kabar yang terbit satu kali seminggu, dua kali seminggu dan seterusnya. Surat kabar semacam ini biasanya hanya memuat berita-berita/ penerangan-penerangan seperti kebudayaan, mode dan lain-lain.

d. Surat kabar kecil (Tabloides)

Biasanya bersifat sensasional, berita-berita yang dimuatnya bersifat emosional dan menghebohkan.

Ciri Surat Kabar

Ciri media yang dipergunakan dalam rangka kegiatan jurnalistik amat berpengaruh kepada komponen-komponen proses komunikasi lainnya, jurnalistik surat kabar berbeda dengan jurnalistik majalah, berbeda pula dengan jurnalistik radio dan jurnalistik televisi meskipun dalam hal-hal tertentu ada kesamaannya.

Karena yang bobotnya dibicarakan disini adalah surat kabar, maka yang akan dibahas adalah media tersebut.

Adapun ciri surat kabar menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA., sebagai berikut :15

a. Publisitas

Pengertian publisitas adalah bahwa surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas yang menerbitkannya secara berkala

15

Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remadja Rosda Karya, Bandung, 1993, hal. 154-155.


(35)

dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas tersebut. b. Universalitas

Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik di dalam negeri untuk meliput berita-berita nasional maupun diluar negeri guna meliput berita-berita internasional. Untuk itu ada wartawan olahraga, wartawan politik, wartawan ekonomi, wartawan kriminalitas, wartawan perang dan lain-lain.

c. Aktualitas

Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan dari bahasa Belanda, actualiteit. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan.

d. Periodisitas

Yang berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus teratur.

Sifat Surat Kabar

Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komuniksi sifat surat kabar adalah sebagai berikut :16

1. Terekam

Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam

16


(36)

sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif

Berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di atas kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Kenyataan tersebut berbeda dengan proses penyiaran berita radio dan televisi dimana setiap berita dibacakan oleh penyiar dan para pendengar serta pemirsa tinggal menangkapnya saja dengan perangkat mental yang pasif. Lebih-lebih lagi berita radio dapat didengarkan oleh pendengar sambil makan, sambil mandi, sambil bekerja bahkan sambil mengemudikan mobil. Karena berita surat kabar menyebabkan pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif, maka wartawan yang menyusunnya harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim sehingga para pembaca mudah mencernakannya. Hal ini erat kaitannya dengan sifat khalayak surat kabar yang heterogen, yang tingkat pendidikannya tidak sama dan mayoritas dari mereka rata-rata berpendidikan rendah sampai menengah.

Pers Sebagai Sarana Kegiatan Jurnalistik Pengertian Pers

Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).


(37)

Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita.

Kenyataan bahwa radio dan televisi termasuk ke dalam lingkup pers ialah jika diadakan jumpa pers, maka yang meliputi berita dalam pertemuan itu bukan hanya wartawan-wartawan surat kabar, majalah dan kantor berita, melainkan juga wartawan-wartawan radio dan televisi. Hal ini ialah karena pada radio dan televisi terdapat kegiatan jurnalistik yang hasilnya berbentuk berita seperti yang dimuat dalam surat kabar.

Meskipun pers mempunyai dua pengertian seperti diterangkan di atas, pada umumnya orang menganggap pers itu media massa cetak, surat kabar dan majalah. Anggapan umum seperti itu disebabkan oleh ciri khas yang terdapat pada media itu dan tidak dijumpai pada media lain.

Fungsi Pers

Pers di negara-negara bebas, termasuk di Indonesia merupakan perusahaan yang jelas mencari keuntungan finansial. Meskipun demikian, dalam upayanya mencari keuntungan finansial itu pers tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai lembaga yang dinamakan pers. Pers harus idealisme, dalam arti kata tidak hanya mengejar keuntungan finansial belaka. Idealisme yang melekat pada pers sebagai lembaga kemasyarakatan ialah melakukan sosial control dengan menyatakan pendapatnya secara bebas, tetapi sudah tentu dengan rasa tanggung jawab.


(38)

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :17

a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiranorang lain, apa yang dilakukan oleh orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya.

b. Fungsi mendidik (to educate)

Fungsi kedua dari pers ialah mendidik, sebagai sarana pendidikan massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.

c. Fungsi menghibur (to entertain)

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar dan majalah yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, teka-teki silang, pojok, karikatur, features dan kadang-kadang tajuk rencana.

d. Fungsi mempengaruhi (to influence)

Fungsinya yang keempat inilah, yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

Mengenai fungsi pers di Indonesia sudah jelas landasan dan pedomannya disamping fungsi pers secara universal sebagaimana dipaparkan di atas. Hal tersebut dapat dikaji dalam Pasal 2 Undang-undang Pokok Pers No.40 Tahun 2000 yang kemudian ditambah dengan ayar baru berdasarkan Undang-undang No.4 Tahun 2002 sehingga bunyinya sebagai berikut :

a. Pers nasional adalah alat perjuangan nasional dan merupakan mass media yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif informatoris dan mempunyai

17


(39)

fungsi kemasyarakatan, pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan progresif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia.

b. Dalam rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunan, pers berfungsi sebagai penyebar informasi yang objektif, menyalurkan aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat serta melakukan kontrol sosial yang konstruktif. Dalam hal ini perlu dikembangkan interaksi positif antara pemerintah, pers dan masyarakat.

Berita

Defenisi Berita

Menurut Prof. Curtis Mac Dougal, dalam buku berjudul Memburu Uang dengan Jurnalistik, tulisan Muh Ngafuan :

“Berita adalah apa saja yang ingin diketahui oleh pembaca. Apa saja asal cukup banyak orang yang ingin membacanya. Yang tentunya bukan sesuatu yang melanggar undang-undang atau yang berbau penghinaan. Berita adalah apa saja yang terjadi dan menarik perhatian orang, dan yang banyak dipergunjingkan orang. Makin hebat orang mempergunjingkan, makin besar pula harganya sebagai berita. Berita adalah segala sesuatu yang benar-benar terjadi, penemuan-penemuan baru, pikiran atau pendapat yang baru. Berita adalah sesuatu yang mampu mempengaruhi keselamatan umum dan mampu menyebutkan terjadinya sesuatu”.18

“Berita adalah kenyataan-kenyataan yang perlu tentang apa saja yang terjadi, kejadian-kejadian yang mampu menyentuh perasaan manusia (human interest) dan yang dapat mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaan manusia. Berita haruslah yang hangat dan aktual dan menarik perhatian umum”.

Muh Ngafuan sendiri mendefenisikan berita sebagai berikut :

19

18

Muh Ngafuan, Memburu Uang Dengan Jurnalistik, CV. Aneka Solo, 1995, hal. 21. 19


(40)

Kalau Neil Macneil, Assistant Night Managing Editor dari New York Time, lebih mendekati apa yang dimaksud dengan berita. Berita adalah sebuah kompilasi (susunan) kenyataan-kenyataan tentang kejadian sekarang yang menarik perhatian atau berarti penting bagi para pembaca surat kabar yang memuat berita-berita itu.

Unsur-unsur Berita

Sebelum menyusun dan menulis berita, seorang wartawan harus tahu terlebih dahulu secara pasti dengan “apa” atau materi informasi yang hendak disampaikannya kepada khalayak.

Guna mengetahui dengan tepat apa yang hendak disampaikan atau hendak disiarkan dalam bentuk berita, seorang wartawan harus mampu menjawab enam buah pertanyaan pokok terlebih dahulu.

Daftar pertanyaan yang digunakan untuk memastikan materi berita yang hendak ditulis seorang wartawan adalah sebagai berikut :20

Rumus ini digunakan oleh seluruh wartawan sebagai patokan dalam menyusun berita, dikenal dengan sebutan 5W + 1H. Agar sesuai dengan bahasa Indonesia dalam hal digunakan akronim, seperti yang tertulis dalam tanda kurung di atas hingga terbaca ASDIBIMEGA.

What = Apa (A)

Who = Siapa (S)

Where = Dimana (DI) When = Bilamana (BI)

Why = Mengapa (ME)

How = Bagaimana (GA)

20


(41)

Seorang wartawan dikatakan sudah tahu dengan persis tentang apa yang hendak disiarkannya, ia harus mampu menjelaskannya dengan rinci bila diajukan ASDIBIMEGA. Bisa dikatakan, ASDIBIMEGA merupakan alat ukur bagi wartawan bahwa bahan beritanya sudah siap ia susun untuk kemudian disiarkan.

Bentuk Berita

Sesudah mengetahui dan mencatat jawaban atas enam pertanyaan pokok ASDIBIMEGA, seorang wartawan akan melangkah kepada proses penyusunan pengiriman dan pemuatan/penyiaran berita.

Menyusun berita adalah pekerjaan yang paling banyak menyita waktu terutama bagi wartawan pemula atau calon wartawan.

Setelah berita ditulis dan disusun sedemikian rupa dan disiarkan, akan terlihatlah bentuk berita tersebut. Bentuk-bentuk berita yang biasa kita lihat adalah:21

a. Piramida Terbalik

Piramida terbalik adalah salah satu bentuk berita yang umum atau paling banyak digunakan wartawan dalam menyusun beritanya. Terutama berita-berita yang dimuat di halaman satu surat kabar. Bagian akhir berita-berita atau penutup, biasanya tidak terlalu penting, sebab bagian-bagian penting dari berita tersebut telah dituliskan di teras berita dan tubuh berita.

Penutup berita hendaknya selalu siap untuk dipotong oleh Redaktur Pelaksana, seandainya halaman atau ruang (kaveling) suratkabar yang tersedia sempit.

21


(42)

Bentuk berita piramida terbalik biasanya dipakai untuk menyusun berita yang mengandung unsur aksi dan dinamik, atau berita yang harus berpacu dengan waktu yang terbatas untuk dapat disiarkan segera. Umumnya berita kebakaran, gunung meletus, pabrik meledak dan sebagainya biasa disusun dengan bentuk piramida terbalik.

b. Bentuk Piramida

Bentuk berita piramida, pada bagian atas atau teras beritanya tidak banyak mengandung informasi, namun yang ditetapkan dalam mengisi teras beritanya adalah unsur-unsur untuk menarik perhatian. Baru ketika menyusun tubuh berita diperhitungkan untuk menyusun fakta-fakta yang merupakan informasi yang hendak disampaikan mulai dari bagian atas tubuh berita, semakin ke bawah, nilai informasinya semakin penting. Bentuk penulisan ini jarang terpakai dalam penyusunan berita langsung (stright news). Tetapi akan mudah terlihat atau terbaca di saat membaca berita yang dikerjakan oleh wartawan muda atau calon wartawan yang tengah berlatih.

Sebaliknya akan mudah terbaca bagi kita disaat membaca berita yang disusun wartawan dalam bentuk reportase atau berita kisah (news story).

c. Bentuk Paralel

Bentuk berita paralel, struktur tubuh beritanya terlihat agak bebas, namun ia akan terlihat paralel, dimana setiap alinea mempunyai nilai informasi yang hampir sama pentingnya. Bentuk ini biasanya digunakan untuk menulis berita yang disusun secara kronologis, berita kisah, laporan perjalanan, kutipan pidato dan sebagainya.


(43)

Klimaks atau fakta yang paling dramatis, biasanya ditempatkan pada bagian akhir.

Penutup penulisan berita dalam bentuk feature (karangan khas), yang biasanya menggunakan anatomi piramida dan paralel, penutupnya berperan penting.

Penutup bisa ditulis dengan membuat paragraf terakhir yang berisikan, kata (kalimat) yang relevan dengan pembukaan atau topik, menyinggung adegan-adegan puncak, atau isi-isi penting dari fakta yang dipaparkan sebelumnya. Bisa berbentuk kesimpulan. Juga bisa ditulis dengan memasukkan hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya hingga bisa mengagetkan atau menjadikan paragraf terakhir itu sebuah kejutan.

Bisa pula penutup itu hanya sekedar menjelaskan kembali, dari bagian-bagian yang diperkirakan sebelumnya kurang jelas sehingga tulisan itu betul-betul utuh.22

Berita Politik

Untuk mengetahui berita politik, maka perlu dipahami terlebih dahulu tentang politik itu sendiri. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan).23

22

Drs. Yanuar Abdullah, Op.Cit, hal. 38 23


(44)

Sedangkan Dan Nimmo menyebutkan bahwa proses politik senantiasa melibatkan kekuasaan (negara), pengaruh, konflik, tujuan, serta sarana dan cara untuk melaksanakan tujuan tersebut.24

a. Hubungan antara individu dengan individu satu sama lain yang diatur dengan negara dan undang-undang.

Selanjutnya G.A. Jacobson dan W.H. Lipman dalam bukunya “Political

Science, Term and Basic Theories, Institutions and Practice” mengemukakan :

Ilmu politik adalah ilmu tentang negara. Hal ini bertalian dengan :

b. Hubungan-hubungan antara individu atau kelompok orang-orang dengan negara.

c. Hubungan antar negara dengan negara.25

Dengan demikian jelas bahwa politik adalah pengetahuan tentang negara dan dasar-dasar pemerintahan yang bertalian dengan pengaturan hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok orang, dan hubungan antara satu negara dengan negara lain.

Dalam kondisi masyarakat yang demokratis, aspirasi politik tidak hanya terkanalisasi melalui saluran organisasi sosial politik yang ada, tapi ada berbagai alternatif saluran, salah satunya adalah pers. Salah satu fungsi pers adalah menyampaikan informasi/berita kepada masyarakat. Melalui berita-berita politik masyarakat dapat mengetahui perilaku politik, keputusan politik, peristiwa dan pernyataan politik.

Pada dasarnya berita-berita politik itu meliputi aspek-aspek tentang pemilihan umum, kegiatan partai politik, masalah-masalah kenegaraan, sidang-sidang kabinet, diplomasi internasional dan masalah-masalah politik yang timbul di daerah-daerah.

24

Dan Nimmo, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1989, hal. 76.

25


(45)

Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa berita politik merupakan laporan fakta maupun opini tentang kegiatan suatu negara yang menyangkut kekuasaan, hubungan kelompok masyarakat dan studi tentang lembaga kekuasaan yang penting, baru dan menarik perhatian.

Berita politik juga membahas tentang lembaga-lembaga politik dengan fungsi dan peranannya, tindakan/perilaku dari aktor/pelaku politik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, negara, kebijaksanaan dan konflik-konflik politik.

Efek Komunikasi Massa

Surat kabar seperti sudah menjadi santapan biasa bagi kita, manusia zaman sekarang. Surat kabar sudah bukan barang konsumsi mahal. Koran sudah masuk desa. Surat kabar sudah merupakan bagian dari kebutuhan manusia akan informasi, baik untuk dirinya sendiri, keluarganya dan usaha bisnisnya. Dengan kata lain, kita percaya bahwa surat kabar dapat menambah pengetahuan kita.

Kita juga menaruh perhatian pada peranan televisi dalam menanamkan mentalitas pembangunan, sehingga kita bersedia meminjam uang untuk membeli satelit komunikasi. Semuanya didasarkan pada asumsi bahwa komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayaknya.

Waktu menjelaskan perkembangan penelitian efek komunikasi massa, kita telah melihat pasang surut efek media massa pada pandangan peneliti. Ada satu saat ketika media massa dipandang sangat berpengaruh, tetapi ada saat lain ketika media massa dianggap sedikit, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya sama sekali.


(46)

Perbedaan pandangan ini tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis, atau latar belakang historis, tetapi juga karena perbedaan mengartikan kata “efek” itu sendiri.

Seperti dinyatakan Donald K. Robert : “Ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa”.26

“Ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku ; atau dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan behavioral, pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa-bangsa”.

Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan peranan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun dengan media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee :

27

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Efek efektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

26

Drs. Jalaluddin Rakhmat, MSc., Psikologi Komunikasi, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung, 1996, hal. 218

27 Ibid.


(47)

Misalnya, setelah menyaksikan wawancara seorang transmigran dengan reporter TVRI, mungkin kita mengetahui prosedur transmigrasi (efek kognitif), atau mungkin kita terbaru karena mendengar keberhasilan mereka dan mendukung digalakkannya transmigrasi (efek efektif), atau mungkin kita segera mendaftarkan diri untuk ikut transmigrasi (efek behavioral).

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas masalah efek kognitif dan efek afektif komunikatif massa.

Efek Kognitif Komunikasi Massa

Bila televisi, radio dan surat kabar menyampaikan informasi atau nilai-nilai yang berguna, apakah khalayaknya akan memperoleh manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat ? Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif.

Efek radio, surat kabar, majalah, lebih-lebih buku dalam menyebarkan informasi dan menanamkan pengertian telah terbukti, baik dengan penelitian lapangan maupun penelitian historis. Banyak orang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang bidang yang diminatinya dari berita dan pandangan yang ditampilkan dalam surat kabar. Majalah-majalah, terutama majalah khusus yang diterbitkan untuk profesi atau kalangan tertentu, telah menjadi sumber informasi dan rujukan bagi pembacanya. Buku sudah menjadi tempat penyimpanan memori peradaban manusia sepanjang zaman. Pada buku orang menyimpan pengetahuan dan dari buku mereka memperoleh pengetahuan. Dalam perkembangan peradaban manusia, dalam mewariskan nilai-nilai dan perbendaharaan pengetahuan manusia, media massa apapun telah memberikan kontribusinya.


(48)

Efek Afektif Komunikasi Massa

Ketika Carl I Hovland meneliti pengaruh film pada kelompok angkatan bersenjata di Amerika, ia ingin mengetahui efek media massa dalam pembentukan dan perubahan sikap. Sayang sekali, peristiwa itu hanya sampai di laboratorium. Selama bertahun-tahun setelah itu, seperti dinyatakan Walter Wriss (1969 : 101).

“Kebanyakan penelitian yang biasanya dikutip dalam membicarakan efek komunikasi massa terhadap pendapat dan sikap, telah dilakukan dengan prosedur eksperimental yang mencakup penerpaan seecara paksa khalayak terpilih pada komunikasi yang tunggal. Hasil penelitian umumnya menunjukkan sedikit sekali bukti yang menunjukkan adanya efek media massa pada perubahan sikap”.28

Pada tahun 1960, Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum :29

a. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok.

b. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.

c. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konversi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain. d. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada

bidang-bidang tertentu, misalnya pada iklan komersial.

e. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus dipertegas.

Sesungguhnya, efek afektif bukan tidak pernah dibuktikan dalam penelitian ilmiah. Penelitian dalam bidang komunikasi politik, khususnya peranan

28

Ibid, hal. 231-232 29


(49)

media massa dalam sosialisasi politik, telah berulang kali menunjukkan korelasi yang berarti antara terpaan media massa dengan sikap-sikap pada pemimpin negara, sikap pada politisi, erat kaitannya dengan terpaan televisi, radio dan surat kabar.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Harian Analisa

Menyadari akan perkembangan dan pertumbuhan dunia persurat kabaran di Indonesia, kita tidak dapat melupakan daerah Sumatera Utara, khususnya Medan. Hal ini disebabkan sejak zaman kolonialisme hingga zaman pemerintahan Dai Nippon atau Jepang sampai kini, persurat kabaran di Medan tetap memegang peranan aktif, baik dalam usaha merebut kemerdekaan maupun mempertahankannya. Bahkan zaman penggunaan teknologi dewasa ini, peranan surat kabar sangat dibutuhkan negara dan bangsa Indonesia.

Salah satu surat kabar termuda di Medan adalah Harian Analisa. Harian Analisa mulai terbit pada tanggal 23 Maret 1972 di Medan Sumatera Utara. Dengan usia yang relatif muda Harian Analisa telah mencapai berbagai berbagai kemajuan, serta mampu menyebarkan berita atau informasi kepada masyarakat luas khususnya Medan.

Pada mula pertama terbit Harian Analisa masih terbentuk tabloid. Meskipun Surat Izin Terbit (SIT) berlaku untuk harian, namun untuk sementara Harian Analisa terbit sebagai Mingguan setiap hari Sabtu, hal ini hanya berlangsung satu tahun saja, dan masih secara Hand-Set. Pada tanggal 21 Maret 1973 Harian Analisa terbit penuh sebagai harian yang terbit tujuh kali seminggu. Bentuknya tidak lagi tabloid tetapi sudah berbebtuk Boads-Sheet (seperti bentuk harian biasa) dan cetak offset.


(51)

Motivasi menerbitkan Harian Analisa ketika itu adalah ingin memajukan dunia pers. Khususnya persuratkabaran di Medan. Hal ini mengingat bahwa di Jawa khususnya Jakarta, banyak surat kabar harian yang maju dan bertiras (Oplaq) besar. Pemilihan nama memang tidak mudah, menjelang penerbitannya 34 (tiga puluh empat) tahun yang lalu pemilihan nama dimusyawarahkan oleh F.N. Zainoeddin, H. Sofyan yang mengusulkan nama Analisa, H. Narsin Suti mengusulkan nama Tinjauan (Observer) dan H. Manan Karim yang mengusulkan nama Sikap. Atas kesepakatan bersama dipilihlah nama Analisa. Nama yang dipilih ini diusulkan kepada pendiri dan Pimpinan Umum Harta Susanto, dan menyetujuinya. Sejak itu dipakailah nama Harian Umum Analisa. Jenis huruf yang dipergunakan hingga sekarang dipilih oleh F.N. Zainoeddin, Pimpinan Redaksi yang pertama adalah F.N.Zainoeddin, tidak lama kemudian F.N. Zainoeddin meninggal dunia pada tahun 1972, sebelum Analisa terbit sebagai Harian Analisa. Sebagai pengganti pimpinan redaksi maka diangkat H.Sofyan sebagai Pimpinan Redaksi yang baru hingga kini.

Wakil Pimpinan Redaksi adalah H.Narmin Suti dan H.A.Kaman Karim, pada tahun 1983 H.A.Kaman Karim meninggal dunia dan digantikan oleh H. Ali Soekardi. Perlu dicatat bahwa pada saat menjadi harian penuh, Analisa merupakan harian yang pertama di daerah ini yang terbit dengan delapan halaman. Sejak September 1973 meningkat menjadi dua belas halaman, kemudian pada tahun 1991 bulan Oktober meningkat menjadi enam belas halaman. Harian ini diterbitkan oleh Yayasan Sikap dengan motto : “Membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan”. Selain menyajikan berita-berita dari daerah,


(52)

nasional dan internasional yang faktual dan aktual lengkap dengan foto-foto juga ada tulisan/artikel ilmiah, feature, serta ruang khusus seperti :

- Ekonomi Keuangan - Bisnis

- Olahraga - Kesehatan

- Seni budaya (Rebana) - Mimbar Agama Islam - Khotbah Mingguan

- Hukum

- Politik - Universitaria - Hiburan - Pariwisata - Dan lain-lain

3.1.2 Misi Harian Analisa

Adapun yang menjadi misi Harian Analisa adalah : “Membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan”. Hal ini bermakna bahwa Harian Analisa menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dengan tidak memihak kepada salah satu golongan tertentu sebagai salah satu contoh. Pada saat kampanye Pemilihan Umum, Harian Analisa tidak menyampaikan berita yang tidak memihak ke salah satu organisasi/peserta Pemilihan Umum. Harian Analisa menyajikan berita ataupun informasi yang berasal dari pemerintah apakah berupa pengumuman


(53)

ataupun kebijakan yang harus dipatuhi masyarakat. Harian ini memberi kesempatan kepada pembaca untuk menanggapinya dalam kolom Surat Pembaca, sehingga terdapat keseimbangan antara berita dari Pemerintah dengan para pembaca atau masyarakat dengan, pengertian harian ini tidak memihak pemerintah, Harian Analisa juga tidak mendiskreditkan pemerintah.

Dikatakan Analisa sebagai Tinjauan (Observer) atau menjunjung tinggi kebenaran, terlihat dari penyajian berbagai masalah yang dimuat di harian tersebut baik dari segi berita atau ilustrasi, maupun iklannya. Harian Analisa tidak akan mendustai pembacanya dengan kabar bohong melainkan berusaha memaksimal untuk menyampaikan sesuatu , yang benar valid dengan bukti-bukti yang konkrit (nyata).

Harian Analisa menyadari bahwa penyampaian berita bohong akan merugikan masyarakat, sementara Analisa bertujuan memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Sumatera Utara benar-benar menjadi masyarakat/manusia yang “Well Informed”. Para pelaksana harian ini menyadari sebagai salah satu surat kabar yang mampu berada di barisan paling depan diantara berbagai surat kabar yang berada di daerah khususnya di Sumatera Utara. Analisa harus bernaung dan tunduk kepada Undang-undang Pokok Pers yang menegaskan bahwa : “Pers sebagai suatu lembaga kemasyarakatan (a social force) mengingat fungsinya yang penting sebagai alat pembentuk dan penyalur pendapat umum”. Bila melihat berita yang disajikan di harian ini hanya masalah agama saja, maka Harian Analisa berarti tidak lagi bersifat umum melainkan sudah mengabdi kepada salah satu agama atau kepercayaan tertentu.


(54)

Harian Analisa tidak menganut salah satu faham di atas melainkan harian ini tetap berpegang teguh pada prinsip umum. Dengan demikian maka Harian Analisa menyampaikan berbagai berita dari seluruh aspek kehidupan masyarakat

3.1.3 Komposisi Berita di Harian Analisa

Pada pernyataan sebelumnya telah dikemukakan bahwasannya Harian Analisa bersifat umum, pernyataan itu yang telah tercantum pada setiap terbitan, harian ini yang dicetak di halaman terdepat di atas nama platnya.

Adapun yang dimaksud dengan umum, bahwasanya Harian Analisa ditujukan kepada sasaran khalayak yang luas, tidak terkecuali kepada suatu golongan tertentu. Oleh karena itu jugalah maka berita yang disampaikan haruslah yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Harian Analisa tidak hanya menyampaikan satu jenis berita saja misalnya berita ekonomi saja berarti harian ini mengabdi kepada segi bisnis semata-mata. Ataupun bila berita yang disajikan harian ini hanya masalah agama saja, maka harian ini berarti tidak lagi bersifat umum melainkan sudah mengabdi kepada suatu agama atau kepercayaan tertentu.

Harian Analisa tidak menganut salah satu faham diatas melainkan harian ini tetap berpegang teguh pada prinsip umumnya dengan demikian maka Harian Analisa menyampaikan berbagai berita dari seluruh aspek kehidu pan masyarakat.

Adapun komposisi berita yang selalu disajikan pada bentuk perwajahan ataupun Make-Up Harian Analisa sebagai berikut :

1. a. Kekerasan sosial politik b. Malapetaka


(55)

2. a. Politik dan pemerintahan

b. Ilmu pengetahuan dan teknologi c. Lingkungan hidup

d. Ekonomi dan keuangan e. Hukum dan kriminal f. Human interest

1) Olahraga 2) Kesenian 3) Pariwisata

4) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Mengenai prosentase dari tiap-tiap berita yang disebutkan di atas, tidak ada patokan yang pasti. Dengan pengertian adakalanya berita politik lebih banyak jumlahnya dan prosentasenya dari berita ekonomi dan bisnis lebih banyak jumlah dan prosentasenya dari berita politik. Demikian juga halnya dengan berita-berita lainnya, yang pasti komposisi berita di Harian Analisa tetap ada dan kompleks. Dengan pengertian harian ini tetap menyampaikan hal-hal yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Biasanya pada hari-hari tertentu Harian Analisa menyajikan hal-hal yang khusus pada hari Senin, ada halaman khusus.

Adapun keadaan berita politik di Harian Analisa selama bulan Maret 1997 adalah sebagai berikut :


(56)

TABEL 1

KEADAAN BERITA POLITIK HARIAN ANALISA

Halaman Frekuensi Jenis politik Keterangan

Luas Prosentase Dalam negeri Luar negeri

I ¼ 25 15 10 -

II 1 100 - 100 -

III 1/8 12,5 12,5 - -

IV ½ 50 25 25 -

V 1/8 12,5 12,5 - -

VI 1/10 10 5 5 -

VII 1/8 12,5 12,5 - -

VIII - - - - -

IX - - - - -

X - - - - -

XI 1/10 10 5 5 -

XII - - - - Olahraga

XIII - - - - -

XIV - - - - -

XV - - - - -

Sumber : Harian Analisa

Halaman pertama atau yang biasa disebut halaman depan di bagian atas biasanya merupakan berita yang paling aktual dan menarik, berita ini disebut “Head Line” atau kepala berita, ada kalanya berisi keadaan yang terbaru. Dan paling menarik di luar negeri, namun jarang juga berisikan keadaan yang paling hangat di dalam negeri.

Khusus tentang Tajuk Rencana atau Editorial adalah merupakan hal yang paling permanen letak dan susunannya. Dengan pengertian bahwa tajuk rencana ini tetap diberitakan atau diletakkan berdasarkan Lay Out atau tata letak pada


(57)

halaman IV. Hal ini penulis ketahui berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak H. Wardjamil. Tajuk rencana diulas oleh orang-orang yang khusus bertugas di bagian Tajuk Rencana, yaitu sebuah berita-berita yang diulas berasal dari dalam negeri yang biasanya tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan tanggapan yang diajukan masyarakat, dan satu lagi berita yang sudah ulas tentang keadaan luar negeri. Di atas Tajuk Rencana biasanya tercantum suatu kalimat atau motto yang sesuai dengan isi dari Tajuk Rencana itu dan merupakan pendapat dari tokoh-tokoh internasional atau tokoh-tokoh dunia yang tidak asing lagi.

Berita-berita lain selain Tajuk Rencana tidak ada atau tidak harus permanen letaknya, misalnya di halamn XII yang pada umumnya berisikan tentang olahraga, apakah mengenai pertandingan olahraga ataupun tentang kepengurusan olahraga dan berita-berita lain yang bertopik olahraga, namun sering terjadi halaman XII terdapat atau tercantum berita-berita lain, dan kadangkala juga terdapat iklan ataupun berita-berita tentang daerah Sumatera Utara.


(58)

Struktur Organisasi Harian Analisa

Pemimpin Umum

Wakil Pemimpin Umum I

Wakil Pemimpin Umum II

Pemimpin Perusahaan

Pemimpin Percetakan Pemimpin Redaksi

Administrasi Cetak

Setting Lay Out

Repro/Pembuatan Plate

Wakil Pemimpin Redaksi I

Wakil Pemimpin Redaksi II

Managing Editor Sekr. Redaksi Diklatbang Perpustakaan Fotografi Radio/TV Telex/Fax Dalam kota Loper Agen eceran Luar kota Dalam negeri Luar negeri

Distribusi Administrasi

Pembukuan Bendahara Iklan Perwakilan Red.Mingguan Red.Nasional Koresponden

Red. Luar Negeri

Red. Features Red. Ekonomi Red. Olahraga Red. Kota Red. Sumut Red. Aceh


(1)

4. Walaupun anggota Pansus Centruy diklaim melanggar etika sebagai anggota Dewan, tetapi masyarakat tetap masih mempercayakan anggota Pansus dalam penyelesaian masalah Bail-Out bank Century.

Saran

1. Agar kiranya mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) mampu mencari kebenaran akan suatu informasi dalam menyikapi suatu pemberitaan media massa.

2. Agar anggota DPR-RI sebagai payung besar dalam menyampaikan aspirasi dan perwakilan masyrakat lebih teratur dan beretika saat menyampaikan aspirasi. Karena anggota Dewan yang terpilih adalah orang yang berpendidikan tinggi dan berintelektual. Sehingga dengan adanya ilmu dan pendidikan dapat menyampaikan aspirasi masyarakat sesuai dengan aturan.

3. Agar responden mahasiswa maupun masyarakat luas lebih selektif dalam menggunakan hak suaranya dalam memilih anggota DPR-RI selain akan mempengaruhi hasil kerja di Pemerintahan juga agar tidak menciptakan pandangan negatif dari luar negeri ke Indonesia tercinta ini.

4. Agar Harian Analisa sebagai salah satu media cetak yang digenari masyarakat agar dapat tetap menjaga kontinuitas, atau kesinambungan berbagai berita khususnya berita politik. Serta tetap konsekuensi terhadap keberadaannya dalam arti tetap tidak akan menyampaikan dan memuat


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Dja’far, H., Jurnalistik Masa Kini, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985. Budiarjo, Miriam, Partisipasi dan Partai Politik, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta, 1982.

Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik Deskriptif, LP3ES, Jakarta, 1973.] Effendi, Onong U., Dimensi-dimensi Komunikasi, Alumni, Bandung, 1981 Lee, Oey Hong, Publisistik Pers, Ikhtiar, Jakarta, 1965

Minanda, Teguh, Pengantar Ilmu Komunikasi, Armico, Bandung, 1981. Nasution, M. Adham, Sosiologi, Alumni, Bandung, 1981

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada, University Press, Yogyakarta, 1983.

Oetama, Jacob, Perspektif Pers Indonesia., LP3ES, Jakarta, 1987.

Rakhmad, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1984

_________________, Psikologis Komunikasi, Remaja Karya Bandung, 1986. Singarimbun, Masri dan Efendy, Sofyan, Metode Penelitian Survey, LP3ES,

Yogyakarta, 1989

Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali, Jakarta, 1982.

Susanto, Astrid, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Binacipta, Bandung, 1977.

Wright, Charles, Sosiologi Komunikasi Massa, Remaja Karya, Bandung, 1985. Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi., Kencana Prenada


(3)

7. Bagaimana penilaian sdr/i atas pemberitaan kasus Century di Harian Analisa

No Pernyataan

Penilaian Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju 1 Berita kasus Century di Harian Analisa

Objektif

2 Pemberitaan tentang Pansus Century tidak sesuai dengan fakta

3 Pemberitaannya tidak memberikan insentif politik nyata

4 Pemberitaan tentang sikap dan perilaku anggota Pansus Century jumlahnya memadai 5 Pemberitaannya lebih terfokus kepada

Anggota Pansus Century

6 Penyajian berita disertai dimensi emosional 7 Berita perilaku anggota DPR di Analisa

berlebihan atau dramatisasi

8 Pemberitaan kasus Pansus Century diberitakan secara kontinyu

9 Pemberitaan Kasus Bank Century menimbulkan dikotomi

10 Pemberitaan tentang Bank Century berimplikasi negatif kepada kepercayaan masyarakat


(4)

8. Penilaian atas pemberitaan mengenai sikap dan perilaku anggota DPR selaku anggota Pansus Century

No Pernyataan

Penilaian Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju

Tidak Setuju 1 Menggunakan kata-kata kasar dan kurang

sopan saat berdebat

2 Saling menyindir antara Parpol

3 Interupsi yang terlalu ingin menang sendiri (ingin selalu di dengar/egois)

4 Menyerang ketua DPR dengan

mendatanginya sambil membanting botol Aqua

5 Pansus Century melanggar etika sebagai anggota Dewan

6 Bernyanyi-nyanyi dalam ruang sidang 7 Kritis yang berlebihan (hiperkritis) 8 Cara memberi pertanyaan dan pernyataan

terkesan memojokkan dan menghakimi 9 Sidang Pansus Century seperti “Reality

Show”

10 Berbicara sahut-sahutan berulang kali 11 Merusak property yang ada di ruangan

sidang

9. Bagaimana menurut sdr/i tentang pemberitaan sikap dan perilaku anggota Pansus Cnetury selaku anggota DPR?

i. ii. iii.


(5)

FORTRON COBOL

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU Medan

Telp. (061) 8217168

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama

: Fanisyah M. N. Harahap

NIM

: 080922061

Pembimbing

: Drs. Hendra Harahap,M.Si

NO. TGL PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

24 Maret 2010 26 Maret 2010 26 Maret 2010 29 Maret 2010 10 Mei 2010 22 Mei 2010 24 Mei 2010 26 Mei 2010 28 Mei 2010 10 Juni 2010 18 Juni 2010

ACC Seminar Proposal Seminar Proposal Pengajuan Bab I Perbaikan Bab I ACC Bab I

Pengajuan Bab II, III Pengajuan Kuesioner Perbaikan Kuesioner ACC Kuesioner Pengajuan Bab IV, V ACC Bab IV, V


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

FANISYAH MARIAMA NAMIRA HARAHAP

Jl. Ampera 8 No.44 Medan

HP : 0813.620.99.222 / Flexi : 061 774.770.10

DATA PRIBADI

 Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 11 Juli 1985

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Status : Menikah

 Agama : Islam

 Kebangsaan : Indonesia

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

 Tahun 1991 – 1997 SD Swasta Harapan 1 Medan

 Tahun 1997 – 2000 SLTP Negeri 10 Medan

 Tahun 2000 – 2003 SMU Negeri 1 Medan

 Tahun 2003 – 2004 D-I Business Stream Kensington University of Hawai, Medan

 Tahun 2004 – 2007 D-III Ilmu Administrasi Perpajakan FISIP USU Medan

 Tahun 2008 - 2010 S1 Ilmu Komunikasi FISIP USU Medan

PENGALAMAN KERJA DAN ORGANISASI

 Pengurus JCI (Junior Chamber International) Tahun 2005

 Premier Marketing ABN Amro Bank Medan 2007-2008

 Funding Manager Permata Bank 2008-2009

 Sales Manager AMEX Card Bank Danamon Tahun 2009

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung jawabkan.


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Komunikasi FISIP USU Terhadap Proses Komunikasi Dalam Bimbingan Skripsi)

4 95 99

Berita Demonstrasi Mahasiswa di Harian Waspada dan Harian Analisa (Analisis Framing Terhadap Berita Demonstrasi Mahasiswa Terkait Kebijakan Naiknya Harga BBM di Harian Waspada dan Harian Analisa)

1 42 153

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

1 66 107

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Pemberitaan Pansus Century Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Pansus Century di Kompas Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 32 108

Pemberitaan Terorisme dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional tentang hubungan antara Pemberitaan Terorisme di tvOne dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 181

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

Marketing politik calon anggota DPR RI Ledia Hanifa Amaliah dalam pemilihan anggota DPR RI periode 2014-2019

1 15 154

Media Dan Politik (Analisis Korelasi Pengaruh Berita Politik Dalam Harian Tribun-Medan Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa FISIP USU)

0 10 120