yang lama yaitu sekitar 6-8 minggu. Saat ini ada pemeriksaan biakan yang hasilnya dapat diperoleh lebih cepat 1-3 minggu, yaitu pada medium cairan
selektif dengan menggunakan nutrien radiolabel sistem radiometrik BACTEC, dan kerentanan obat dapat ditentukan dalam 3-5 hari tambahan Starke, 2012;
Rahajoe dan Setyanto, 2010.
2.5.4. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang
telah terinfeksi TB maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin, dan
terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan. Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat menentukan tingkat aktivitas dan beratnya proses
penyakit Rahajoe dan Setyanto, 2010. Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml
tuberkulin PPD Purified Protein Derivative secara intrakutan di bagian volar lengan dengan arah suntikan memanjang lengan longitudinal. Reaksi indurasi
transversal diukur 48-72 jam setelah penyuntikan, apabila tidak ada indurasi ditulis dengan 0 mm. Uji tuberkulosis positif jika indurasi ≥10 mm, meragukan
dan perlu diulang dalam jarak waktu minimal 2 minggu jika indurasi 5-9 mm, negatif jika indurasi 5mm. Hasil positif pada anak menunjukkan adanya infeksi
TB. Akan tetapi, reaksi tuberkulin tidak digunakan untuk memantau pengobatan karena akan bertahan lama hingga bertahun-tahun, walaupun pasien sudah
sembuh Calistania dan Indawati, 2014.
2.5.5. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran foto toraks TB pada anak sering tidak khas, kelainan-kelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain. Namun, diagnosis TB
Paru pada anak tetap memerlukan hasil pemeriksaan radiografi toraks karena beberapa hal, yaitu gejala klinis yang sering tidak spesifik, pemeriksaan apusan
Universitas Sumatera Utara
BTA dan kultur yang sering mendapat hasil negatif, serta asimtomatik Smith dan John, 2012.
Anak memiliki perbedaan pada ukuran tubuh, struktur anatomi, dan fisiologi tubuh dengan dewasa. Sebagai contoh, interpretasi mediastinum pada
foto toraks sering dikaburkan dengan adanya timus. Teknik pemeriksaan Roentgen pada anak juga berbeda dengan dewasa, pada dewasa sering dipakai
teknik PA posteroanterior sedangkan pada anak AP anteroposterior dan lateral kanan Andronikou, Vanhoenacker, dan De Backer, 2009.
Menurut Icksan dan Luhur 2008, secara radiologis TB paru dibedakan atas :
a. TB Paru Primer b. TB Paru postprimer reactivation TB, reinfection TB, secondary TB
TB Paru Fokal Tuberculous lobar pneumonia dan Bronkopneumonia
TB Endobronkial Tuberkuloma
TB milier
c. Pleuritis TB Tuberkulosis primer sering disebut sebagai childhood tuberculosis
tuberkulosis pada anak sedangkan tuberkulosis postprimer disebut adult tuberculosis tuberkulosis pada dewasa Amin dan Bahar, 2014. TB primer
memang pada umumnya menyerang anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV, Diabetes
Melitus, Systemic Lupus Erytematosus SLE dan sebagainya Icksan dan Luhur S, 2008.
a. TB primer Pada TB primer, Kelainan foto toraks yang dominan adalah berupa
limfadenopati hilus dan mediastinum. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2. lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, terutama di daerah lobus
bawah, lobus tengah dan lingula serta segmen anterior lobus atas. Paru kanan lebih sering terkena karena struktur anatomis bronkus kanan yang lebih vertikal
Universitas Sumatera Utara
dan mengakibatkan basil TB lebih sering masuk ke daerah tersebut Franco et al., 2003. Limfadenopati sering terjadi pada hilus ipsilateral, dan dilaporkan terjadi
pada 13 kasus. Limfadenopati merupakan gambaran tipikal pada anak usia 5 tahun Smith dan John, 2012.
Gambaran TB primer lebih sering dijumpai pada anak yang lebih muda sebelum remaja. Menurut WHO definisi remaja dalam hal ini adalah anak
dengan usia 10 – 19 tahun. Dari hasil studi oleh Weber, et al. tahun 2000
dilaporkan bahwa hanya terdapat 10 remaja adolescent saja yang memiliki gambaran limfadenopati. Gambaran yang lebih sering dijumpai pada anak remaja
adalah kavitas yang mirip dengan gambaran TB pada dewasa seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4. Smith dan John, 2012.
Hasil penelitian Anna et al., tahun 2011 menggambarkan distribusi frekuensi gambaran radiologis pada remaja sebagai berikut : infiltrat 53,3;
kavitasi 32,4; konsolidasi 27; pembesaran lymph node pada hilus 3,2 gambar 2.3.; atelektasis 1,9. Hasil ini menunjukkan bahwa bentuk TB primer
terjadi pada anak dengan usia lebih muda dan bentuk postprimer pada remaja yang lebih tua.
Gambar 2.2. Limfadenopati Hilus, A anteroposterior, B lateral. Sumber: dikutip dari Smith dan John, 2012.
A B
Universitas Sumatera Utara
b. TB post primer TB paru post primer biasanya terjadi akibat dari infeksi laten sebelumnya.
Selama infeksi primer kuman terbawa aliran darah ke daerah apeks dan segmen posterior lobus atas dan ke segmen superior lobus bawah, untuk selanjutnya
terjadi reaktivasi infeksi di daerah ini karena tekanan oksigen di lobus atas tinggi Icksan dan Luhur S, 2008.
Gambaran foto toraks yang dicurigai aktif : 1. Bayangan berawannodular di segmen apikoposterior atas dan superior
lobus bawah. 2. Kavitas lebih dari satu dan dikelilingi konsolidasi atau nodul
3. Bercak milier 4. Efusi pleura bilateral
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi tidak aktif : 1. Fibrosis
2. Kalsifikasi 3. Penebalan pleura
Gambar 2.4. Infiltrat, kavitas, atelektasis
Sumber: dikutip dari Franco et al., 2003.
Gambar 2.3. Infiltrat dan Limfadenopati hilus.
Sumber: dikutip dari Laya, 2014
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi TB post primer secara radiologis Icksan dan Luhur S, 2008: 1. Lesi minimal
Luas lesi yang terlihat tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apek dan iga 2 depan, lesi soliter dapat berada dimana saja,
tidak ditemukan adanya kavitas. 2. Lesi lanjut sedang
Luas sarang-sarang yang berupa bercak tidak melebihi luas satu paru, bila ada kavitas ukurannya tidak lebih 4 cm, bila ada konsolidasi tidak
lebih dari satu lobus. 3. Lesi sangat lanjut
Luas lesi melebihi lesi minimal dan lesi lanjut sedang, tetapi bila ada kavitas ukuran lebih dari 4 cm.
c. Pleuritis TB Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-15 ml. Efusi pleura
terjadi akibat produksi cairan yang berlebihan karena reaksi hipersensitif dengan protein Mycobacterium tuberculosis serta eliminasi cairan pleura yang berkurang
akibat adanya obstruksi limfatik di pleura parietalis Hwang, 2011. Efusi pleura Gambar 2.5. TB post primer: kavitas apeks
paru kiri Sumber: dikutip dari Laya, 2014.
Universitas Sumatera Utara
bisa terdeteksi dengan foto toraks PA dengan memperlihatkan tanda meniscus atau ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus efusi pleura
sudah bisa dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal dan pada posisi lateral efusi pleura bisa terlihat bila jumlah cairannya 100 cc. Pada posisi supine
efusi pleura bisa terdeteksi bila jumlahnya 500 ml. Penebalan pleura di apikal relatif biasa pada TB paru atau bekas TB paru. Efusi pleura sering dijumpai pada
pasien TB yang disertai lesi luas di paru, tapi bisa berdiri sendiri tanpa ada lesi di paru Icksan dan Luhur, 2008.
2.6. Pengertian Tuberkulosis dengan HIV