2.3. Penularan dan Penyebaran
Mycobacterium  tuberculosis  ditularkan  dari  orang  ke  orang  melalui  jalan pernapasan.  Walaupun  mungkin  terjadi  jalur  penularan  lain  dan  kadang-kadang
terbukti,  tidak  satupun  yang  penting.  Basilus  tuberkel  di  sekret  pernapasan membentuk  nuklei  droplet  cairan  yang  dikeluarkan  selama  batuk,  bersin,  dan
berbicara.  Droplet  keluar  dalam  jarak  dekat  dari  mulut,  dan  sesudah  itu  basilus yang ada tetap berada di udara untuk waktu yang lama. Infeksi pada pejamu yang
rentan  terjadi  bila  terhirup  sedikit  basilus  ini.  Jumlah  basilus  yang  dikeluarkan oleh  kebanyakan  orang  yang  terinfeksi  tidak  banyak,  diperlukan  kontak  rumah
tangga  selama  beberapa  bulan  untuk  penularannya  Daniel,  2014;  Amin  dan Bahar, 2014.
Infeksi  tuberkulosis  berkaitan  dengan  jumlah  kuman  pada  sputum  yang dibatukkan,  luasnya  penyakit  paru,  dan  frekuensi  batuk.  Mikobakteirum  rentan
terhadap penyinaran ultraviolet, dan penularan infeksi di luar rumah jarang terjadi pada  siang  hari.  Ventilasi  yang  memadai  merupakan  tindakan  yang  terpenting
untuk  mengurangi  tingkat  infeksi  dari  lingkungan.  Sebagian  besar  pasien  tidak menjadi  infeksius  dalam  dua  minggu  setelah  pemberian  kemoterapi  yang  tepat
karena  penurunan  jumlah  kuman  yang  dikeluarkan  dan  berkurangnya  batuk Daniel, 2014.
2.4. Patogenesis
Penularan  tuberkulosis  paru  terjadi  karena  kuman  dibatukkan  atau dibersinkan keluar menjadi nuklei droplet dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam  udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar  ultraviolet,  ventilasi  yang  buruk  dan  kelembaban.  Dalam  suasana  lembab
dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi  ini  terisap  oleh  orang  sehat,  ia  akan  menempel  pada  saluran  napas  atau
jaringan  paru.  Partikel  dapat  masuk  ke  alveolar  bila  ukuran  partikel  5 mikrometer.  Hal  ini  menimbulkan  respon  peradangan  akut  nonspesifik  yang
jarang  diperhatikan  dan  biasanya  disertai  dengan  sedikit  atau  sama  sekali  tanpa gejala.  Kuman  akan  dihadapi  pertama  kali  oleh  neutrofil,  kemudian  makrofag.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan  partikel  ini  akan  mati  atau  dibersihkan  oleh  makrofag  keluar  dari percabangan  trakeobronkial  bersama  gerakan  silia  dengan  sekretnya  Amin  dan
Bahar, 2014; Daniel, 2014. Selama 2-8 minggu setelah infeksi  primer, saat  basilus terus berkembang
biak  di  lingkungan  intraselulernya,  timbul  hipersensitivitas  pada  pejamu  yang terinfeksi.  Limfosit  yang  cakap  secara  imunologik  memasuki  daerah  infeksi,  di
daerah tersebut limfosit menguraikan faktor kemotaktik, interleukin dan limfokin. Sebagai responsnya, monosit masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan
bentuk menjadi makrofag dan selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersusun  menjadi  granuloma.  Mikobakterium  dapat  bertahan  dalam  makrofag
selama bertahun-tahun walaupun terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel  ini,  namun  multiplikasi  dan  penyebaran  selanjutnya  biasanya  terbatas.
Kemudian  terjadi  penyembuhan,  seringkali  dengan  kalsifikasi  granuloma  yang lambat yang kadang meniggalkan lesi sisa yang tampak pada foto Roentgen paru.
Kombinasi  lesi  paru  perifer  terkalsifikasi  dan  kelenjar  limfe  hilus  yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks Ghon sarang primer. Daniel, 2014
Kompleks  Ghon  ini  dapat  terjadi  di  setiap  bagian  jaringan  paru.  Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk
melalui  saluran  gastrointestinal,  jaringan  limfe,  orofaring,  dan  kulit,  terjadi limfadenopati  regional  kemudian  bakteri  masuk  ke  dalam  vena  dan  menjalar  ke
seluruh  organ  seperti  paru,  otak,  ginjal,  tulang.  Bila  masuk  ke  arteri  pulmonalis maka  terjadi  penjalaran  ke  seluruh  bagian  paru  menjadi  TB  milier.  Dari  sarang
primer  akan  timbul  peradangan  saluran  getah  bening  menuju  hilus  limfangitis fokal,  dan  juga  diikuti  pembesaran  kelenjar  getah  bening  hilus  limfadenitis
regional.  Sarang  primer  limfangitis  fokal  +  limfadenitis  regional  =  kompleks primer Amin dan Bahar, 2014
Waktu  yang  diperlukan  sejak  masuknya  kuman  TB  hingga  terbentuknya kompleks  primer  secara  lengkap  disebut  sebagai  masa  inkubasi.  Hal  ini  berbeda
dengan  pengertian  masa  inkubasi  pada  proses  infeksi  lain,  yaitu  waktu  yang diperlukan  sejak  masuknya  kuman  hingga  timbulnya  gejala  penyakit.  Masa
inkubas i  TB  bervariasi  selama  2−12  minggu,  biasanya  berlangsung  selama  4−8
Universitas Sumatera Utara
minggu.  Selama  masa  inkubasi  tersebut,  kuman  berkembang  biak  hingga mencapai  jumlah  10
3
–10
4
,  yaitu  jumlah  yang  cukup  untuk  merangsang  respons imunitas seluler KEMENKES, 2013.
Semua  kejadian  di  atas  tergolong  dalam  perjalanan  tuberkulosis  primer. Kuman  yang  dormant  pada  TB  primer  akan  muncul  bertahun-tahun  kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa tuberkulosis post primer = TB  pasca primer = TB  sekunder. TB  sekunder terjadi  karena imunitas menurun
seperti  malnutrisi,  alkohol,  penyakit  maligna,  diabetes,  AIDS,  gagal  ginjal.  TB pasca  primer  ini  dimulai  dengan  sarang  dini  yang  berlokasi  di  region  atas  paru
bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru Amin dan Bahar, 2014.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel  Histiosit  dan  sel  Datia-Langhans  sel  besar  dengan  banyak  inti  yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bertbagai jaringan ikat. TB pasca primer juga
dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia muda elderly tuberculosis.  Tergantung  dari  jumlah  kuman,  virulensi-nya  dan  imunitas  pasien
Amin dan Bahar, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Catatan: 1.  Penyebaran  hematogen  umumnya  terjadi  secara  sporadic  occult  hematogenic  spread.
Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi mengalami reaktivasi di kemudian hari.
2.  Komplek  primer  terdiri  dari  fokus  primer  1,  limfangitis  2,  dan  limfadenitis  regional 3.
3.  TB  primer  adalah  proses  masukknya  kuman  TB,  terjadinya  penyebaran  hematogen, terbentuknya  kompleks  primer  dan  imunitas  seluler  spesifik,  hingga  pasien  mengalami
infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer. 4.  Sakit  TB  pada  keadaan  ini  disebut  TB  pascaprimer  karena  mekanismenya  bisa  melalui
proses  reaktivasi  fokus  lama  TB  endogen  atau  reinfeksi  infeksi  sekunder  dan seterusnya oleh kuman TB dari luar eksogen.
Gambar 2.1. Patogenesis TB. Sumber: dikutip dari Rahajoe dan Setyanto, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Diagnosis Tuberkulosis Anak