2 Pembayaran ganti rugi harus dilakukan secara tunai dan dibayarkan langsung
kepada yang berhak, dilakukan di muka beberapa orang saksi, untuk mencegah
entuan tersebut di atas, perlu mendapat perhatian semua pihak alam proses melaksanakan pembebasan tanah, baik pembebasan tanah untuk
erluan swasta yang memerlukan lahan yang as seperti untuk kawasan industri dan kawasan pariwisata, dan dipergunakan
sebagai pedoman oleh para BupatiWalikotanya Kepala Daerah yang melakukan pembebasan tanah.
Hukum Terhadap
per teg
men Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun dihukum:
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan Inpres Nomor 9 Tahun 1973; 3
Dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1973 Pasal 6 ayat 2, tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi sehubungan dengan
Pencabutan Hak Atas tanah itu tidak mengalami kemunduran baik dalam bidang sosial maupun pada tingkat ekonominya.
Ketentuan-ket d
keperluan Instansi, lebih-lebih untuk kep lu
B. Kebijakan Hukum Pidana Mengenai Perlindungan
Korban Kasus-Kasus Pertanahan.
Dalam ketentuan hukum pidana materi KUHPidana pengaturan mengenai lindungan hukum bagi korban kasus-kasus pertnahan belum diatur secara jelas dan
as.
100
Mengenai kasus-kasus pertanahan yang terjadi di dalam masyarakat selalu gaitkan ke dalam Pasal 385 KUHPidana yang menyatakan:
100
Ediwarman, Op cit, hal. 218
Universitas Sumatera Utara
1e. ar, atau menjadikan tanggungan utang sesuatu hak
2e. k rakyat dalam memakai tanah pemerintah atau tanah
in;
4e. edang
kan kepada pihak yang lain bahwa tanah itu telah digadaikan. Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri atau orang lain dengan
melawan hak menjual, menuk rakyat dalam memakai tanah pemerintah atau tanah partikulir atau sesuatu rumah,
pekerjaan, tanaman atau bibit di tanah tempat orang menjalankan hak rakyat memaki tanah itu, sedangkan diketahuinya bahwa orang lain yang berhak atau
turut berhak atas barang itu; Barang siapa dengan maksud yang serupa menjual, menukar atau menjadikan
tanggungan utang sesuatu ha partikulir atau sebuah rumah, perbuatan tanaman atau bibit di tanah tempat ornag
menjalankan hak rakyat dalam memakai tanah itu, sedang tanah dan barang itu memang sudah dijadikan tanggungan utang, tetapi ia tidak memberitahukan hal
itu kepada pihak yang la 3e. Barang siapa dengan maksud yang serupa menjadikan tanggungan utang sesuatu
hak rakyat dalam mamakai tanah pemerintah atau tanah partikulir dengan menyembunyikan kepada pihak yang lain, bahwa tempat orang menjalankan hak
itu sedang digadaikan; Barang siapa dengan maksud yang serupa menggadaikan atau menyewakan
sebidang tanah tempat orang menjalankan hak rakyat memakai tanah itu, s diketahui, bahwa orang lain yang berhak atas tanah itu; barang siapa dengan
maksud yang serupa menjual atau menukarkan sebidang tanah tempat orang menjalankan hak rakyat memakai tanah itu yang telah digadaikan, tetapi tidak
memberitahu
Universitas Sumatera Utara
5e. Barang siapa dengan maksud yang serupa menjual atau menukarkan sebidang tanah tempat orang menjalankan hak rakyat memakai tanah itu yang telah
digadaikan, tetapi tidak memberitahukan kepada pihak lain, bahwa tanah itu telah digadaikan.
. Bar
ntuk masa itu juga telah disewakan pada orang lain
tah men
dal dengan Pasal
pat memberikan engan hukuman kurungan
denda setinggi-tingginya Rp. 10.000. ggaran.
i: 6e
ang siapa dengan maksud yang serupa menyewakan sebidang tanah tempat orang menjalankan hak rakyat memakai tanah itu untuk sesuatu masa, sedang
diketahuinya bahwa tanah itu u .
Pasal ini hanya mengatur tentang kejahatan ”stellionnaat” yang berarti penggelapan hak atas barang-barang yang tidak bergerak onrolrende goederen
misalnya tanah, sawah, gedung.
101
Kemudian di samping ketentuan pidana tersebut di atas di dalam UUPA No. 5 un 1960 mengenai kejahatan di bidang pertanahan tidak diatur, yang ada hanya
gatur ketentuan pidana yang sifatnya pelanggaran saja, sebagaimana diuraikan am Pasal 52 UUPA No. 5 Tahun 1960 yang menyatakan:
1. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Perundangan yang dimaksud 19, 22, 24, 26 ayat 1, 46, 47, 48, 49 ayat 3 dan 50 ayat 2 da
ancaman pidana dan pelanggaran peraturannya d selama-lamanya 3 bulan danatau
2. Tindakan pidana dalam ayat 1 dan 2 Pasal ini adalah pelan
Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 52 tersebut terdiri dar
101
Ibid, hal. 222
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeliharaan tanah dan kerusakannya Pasal 15
b. Pendaftaran tanah Pasal 19
c. Terjadinya hak milik menurut hukum adat Pasal 22
d. Penggunaan tanah milik oleh bukan pemiliknya Pasal 24
n pemberian dengan wasiat,
g.
hpersuasif, kemungkinan alasannya karena delik-delik pidana mengenai rtana
t M. Yahya harahap terjadinya korban kasus-kasus pertanahan baik untuk kepentingan umum maupun swasta akibat tidak diterapkannya prinsip-prinsip
e. Mengenai jual beli, penukaran, pengubaha
pemberian menurut hukum adat Pasal 26 f.
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan Pasal 46 Hak guna air pasal 47
h. Mengenai hak guna ruang angkasa pasal 48
i. Hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial Pasal 49
j. Mengenai HGU, HGB, Hak Pakai dan Hak Sewa Pasal 50.
Kasus-kasus tindak pidana pertanahan yang diperoses oleh aparat penegak hukum dari tahun ke tahun terjadi penurunan, dan kasus pidana tersebut tidak sampai
ke pengadilan karena sering penyelesaiaannya dilakukan dengan cara musyawara
pe han tidak diatur secara jelas dan rinci dalam Undang-undang Pertanahan.
UUPA hanya mengatur hal yang sifatnya pelanggaran saja, sehingga proses penyelesaian yang ada pada pihak penyidik akhirnya diselesaikan dengan cara
nonpenal. Menuru
keseimbangan equiblibrium dan prinsip keseimbangan itu harus dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
fa eguivalensi” equivalent dan postulat ”equity” yakni kepatutan, manusia dan
peradaban. ktor ”
cat ”
tan yuridis faktual berupa pendekatan sosiologis, historis dan kompa
pidana atau politik hukum adalah:
102
Pemerintah harus melindungi kepentingan semua warga negara, pemberian perlindungan itu tidak boleh pilih kasih, perlindungan individu individual
protection, perlindungan masyarakat protection of public interest, perlindungan negara protection of state dalam kehidupan negara hukum tidak boleh mengandung
ca diskriminasi kategoris” dan diskriminasi normatif, setiap orang mempunyai
hak memperoleh perlindungan yang sama atau ”legal protection before the law”.
103
Dalam penerapan perlindungan hukum bagi kasus-kasus pertanahan perlu adanya asas keseimbangan dengan didasarkan atas faktor equity yakni nilai kepatutan,
adil, kemanusiaan dan peradaban sehingga tercapai suatu keadaan yang resfonsif. Kebijakan hukum pidana tidak semata-mata pekerjaan teknik perundang-undangan
yang dapat dilakukan secara yuridis normatif dan sistematis-dogmatik, tetapi juga memerlukan pendeka
ratif bahkan memerlukan pula pendekatan konprehensif dari berbagai disiplin ilmu sosial lainnya.
Penerapan hukum pidana tidak terlepas dari politik hukum pidana itu sendiri. Menurut Prof. Sudarto kebijakan hukum
102
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Tentang Permasalahan Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 214
103
Ediwarman, Op cit, hal. 230
Universitas Sumatera Utara
1. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan
atau situasi pada suatu saat.
104
2. Keb
syarat keadilan dan daya guna, karena melaks
n
kan bagian
u tahap penegakan hukum in abstrcto oleh badan pembuat Undang-undang, tahap ini disebut dengan tahap kebijakan legislatif.
ijakan Negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan Peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa dipergunakan untuk
mengekspresikan apa yaang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
105
Selanjutnya Prof. Sudarto menyatakan bahwa melaksanakan ”Politik Hukum Pidana” berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan
pidana yang paling baik dalam arti memenuhi anakan politik hukum pidana berarti sesuai denga keadaan dan situasi pada
suatu waktu dan untuk masa yang akan datang.
106
Oleh karena itu politik hukum pidana menagndung arti bagaimana mengusahakan atau membuat atau merumuska
suatu perundang-undangan yang baik. Menurut Muladi, penegakan kebijakan hukum pidana merupa
integral dari kebijakan mencapai kesejahteraan masyarakat. Penegakaan hukum pidana pada hakikatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahap:
107
1. Tahap formulasi, yait
104
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1981, hal. 159
105
Sudarto, Hukum dan Perkembangan Masyarakat, Bandung: Sinar Baru, 1983, hal. 20
106
Barda Nawawi Arief, Bunga rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 28
107
Muladi, Kapita Selekta Sistim Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 1995, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap aplikasi, yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat penegak hukum
mulai dari kepolisian sampai pengadilan, tahap ini disebut dengan tahap kebijakan yudikatif.
3. Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana secara konkrit oleh
aparat-aparat pelaksana pidana, tahap ini disebut dengan tahap kebijakan eksekutif atau administratif.
asal 28 ayat 1 dan 2, yaitu:
Usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 Ha, dengan ket
tertentu guna keperluan perusahaan pertanian, perikanan, dan peternakan. Jadi Hak
C. Perlindungan Hukum Terhadap Tanah HGU PTPN II Perkebunan Sampali