1. Dayat Limbong, Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara yang berjudul: Alas Hak Atas Tanah Yang Dikuasai Rakyat Pada Areal PTPN II Di Kabupaten Deli Serdang.
2. Elfachri Budiman, Tinjauan Hukum Terhadap Pengeluaran Areal Hak Guna
Usaha Dan Pelepasan asset Negara Atas Tanah Yang Dikuasai Oleh PTPN II. Meskipun terdapat kesamaan lokasi penelitian, akan tetapi dilihat dari titik
permasalahan yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya terdapat adanya perbedaan khususnya pada permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Dengan demikian penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara
ilmiah atau secara akademik.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini masih bersifat
sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti secara realitas. Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan juga
dapat dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian hukum sosiologis atau empiris.
17
Sedangkan teori hukum merupakan suatu keseluruhan pernyataan
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 127
Universitas Sumatera Utara
yang saling berkaitan dengan sistim konseptual aturan-atuiran hukum dan putusan- putusan hukum dan sistim tersebut untuk sebagian yang penting untuk dipositifkan.
18
Konsep dasar tentang tentang kasus-kasus pertanahan platform dari filosofis konstitusional tercermin dalam perumusan sila ke lima Pancasila yaitu “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kemudian dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 ”Bumi dan air dan kekeayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, yang pelaksanaannya melahirkan UUPA No.5 Tahun 1960. UUPA No.5 Tahun 1960 ini
merupakan induk dari segala peraturan mengenai hukum pertanahan sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 2 UUPA.
19
Hak pada seseorang berkolerasi dengan kewajiban pada orang lain untuk tidak mengganggu kemerdekaan. Dan mengenai hak-hak yang berhubungan barang-barang
yang dimiliki seseorang biasanya bisa dialihkan, sedangkan kewajiban dapat berupa kewajiban positif dan kewajiban negatif. Kewajiban positif menghendaki
dilakukannya perbuatan positif dan kewajiban negatif adalah kewajiban yang menghendaki agar suatu pihak tidak melakukan sesuatu seperti kewajiban seseorang
untuk tidak melakukan sesuatu yang mengganggu milik orang lain.
20
Salmond mengatakan, bahwa hak merupakan kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum. Memenuhi kepentingan itu merupakan suatu kewajiban
18
J.J. H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 160
19
Ediwarman, Perlindungan Hukum Bagi Korban Kasus-Kasus Pertanahan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003, cet I, hal. 35
20
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996, hal 52
Universitas Sumatera Utara
sedangkan melalaikannya adalah suatu kesalahan. Kemudian Allen merumuskan hak itu sebagai suatu kekuasaan berdasarkan hukum yang dengannya seseorang dapat
melaksanakan kepentingannya. Sedangkan Holland melihat hak itu sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perbuatan atau tindakan seseorang tanpa
menggunakan wewenang yang dimilikinya tetapi didasarkan atas suatu paksaan masyarakat yang terorganisir.
21
Menurut Salmond ada beberapa karakteristik atau cirri-ciri hak yang diatur oleh hukum, yaitu:
a. Melekat pada seseorang, orang ini disebut sebagai pemilik hak The owner of
the right atau pemegang hak The subject of the it, the person entitled, or the person inherence.
b. Seseorang yang terkena oleh hak itu terikat oleh suatu kewajiban tertentu.
Orang ini disebut memiliki kewajiban The person bound to atau subjek dari kewajiban The subject of duty or the person of inicidence.
c. Hak ini mewajibkan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
kepentingan bagi kepentingan pemegang hak. d.
Melakukan atau tidak melakukan perbuatan tadi berkaitan dengan suatu objek tertentu Object and subject matter of the right.
21
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum, Apakah Hukum Itu, Bandung: PT Ramaja Rosdakarya, 1991, hal. 66
Universitas Sumatera Utara
e. Setiap hak memiliki titel atau fakta-fakta atau peristiwa –peristiwa yang atas
dasar itu hak tersebut, melekat pada seseorang.
22
Menurut Lili Rasjidi ada empat macam yang tergolong ke dalam jenis hak, antara lain:
a. Hak dalam arti sempit
b. Kebebasan-kebebasan liberties
c. Kekuasaan power
d. Kekebalan
Hak dalam arti sempit akan meletakkan suatu kewajiban bagi yang terkena oleh hak itu. Hak yang merupakan kebebasan akan melahirkan tidak ada hak no
rights. Hak yang berupa kekuasaan akan berhadapan dengan pertanggungjawaban liabilities. Dan hak kekebalan ini sebagai kekebalan terhadap kekuasaan atas dasar
hukum yang dimiliki orang lain. Kekebalan ini merupakan pengecualian dari adanya hubungan hukum tertentu yang diubah oleh yang lain.
23
Adapun kewajiban ialah perbuatan seseorang yang harus dilakukannya, perbuatan yang bertentangan
dengannya adalah kesalahan. Menyuruh melakukan kewajiban pada seseorang berarti orang itu harus melakukan suatu perbuatan tertentu.
24
Kemudian jika dikaitkan dengan situasi dan kondisi dalam kasus-kasus pertanahan, maka faktor-faktor penyebabnya antara lain:
22
Ibid, hal. 68
23
Ibid, hal. 71
24
Ediwarman, Op cit, hal. 44
Universitas Sumatera Utara
1. Penyimpangan prilaku hukum
25
2. Disintegrasi dari peraturan hukum
26
3. Faktor politik, ekonomi, social budaya, keamanan dan ketertiban baik secara
nasional, regional, dan global. Penyimpangan dalam kasus-kasus pertanahan yang disebabkan oleh
disintegrasi dari rule of law dapat terjadi akibat keabsahan dari hukum itu sendiri cenderung goyah, efektivitas hukum yang melemah serta bobot hukum yang merosot.
Ketiga gejala ini saling berkaitan. Keabsahan dari suatu hukum baru itu sendiri cenderung goyah misalnya sering dalam penyusunan dan penjabarannya diimbangi
sedemikian rupa dengan mencantumkan pasal-pasal ketetapan pengecualian dan meniadakan sanksi-sanksi yang efektif dalam rangka memenuhi keberatan dari para
penentang hukum baru, yaitu dengan cara memperkecil peluang efektifitas hukum tersebut.
27
Proses perubahan sosial yang tengah berlangsung dalam masyarakat yang begitu kompleksitas menimbulkan berbagai macam perubahan sebagaimana yang
dikemukakan Mulyana W. Kusumah.
28
Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan politik, ekonomi dan sosial serta perubahan-perubahan nilai-nilai dan pranata-pranata
sosial yang menyertainya melahirkan sejumlah permasalahan yang menyangkut berbagai ketidakharmonisan, ketidakseimbangan dan ketidakmerataan yang
25
Donal Black, The Behavior Of Law, Academic Press, 1976, hal. 9
26
A.A.G. Peters, Hukum Dan Pertimbangan Sosial, Buku Teks Sosiologi Hukum Buku III, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, hal. 323
27
Ediwarman, Op cit hal. 45
28
Mulyana W. Kusumah, Kejahatan Dan Penyimpangan Suatu Persfektif Kriminologi, Yogyakarta: Yayasan LBH, 1998, hal. 65
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor-faktor sosio-struktural, faktor interaksi menyimpang meliputi kejahatan maupun delinkuensi.
Menurut Sri Sumantri Martosoewignjo mengemukakan bahwa sebagai negara hukum harus memenuhi 4 empat kriteria, yaitu:
29
1. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasarkan atas hukum atau perundang-undangan, 2.
Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negara, 3.
Adanya pembagian kekuasaan dalam negara, 4.
Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan rechterlejke controle,. Dari kriteria negara hukum tersebut di atas, maka hukum yang dibuat harus
dapat melindungi warganya serta bermanfaat bagi masyarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh aliran Utility dari Jeremy Bentham dalam konsepsinya menyatakan
hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat guna mencapai hidup bahagia.
30
Teori Utilitas adalah hukum bertujuan mewujudkan apa yang berfaedah, kebahagian
terbesar untuk jumlah terbanyak. “The Greatest Happiness For The Greatest Number”, hukum bisa dikatakan berhasil guna apabila sebanyak mungkin dapat
mewujudkan keadilan
31
.
Teori ini berpendapat bahwa: tujuan hukum adalah mengayomi kepentingan manusia secara aktif mendapatkan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam
29
Antje M. Ma’mun, Pendaftran Tanah Sebagai Pelaksanaan UU Untuk Mencapai Kepastian Hukum Hak-Hak Atas tanah Di Kodya Bandung, UNPAD, 1996, hal. 68
30
R. otje Salaman, Sosiologi Hukum, suatu pengantar, 1983, hal. 11
31
Ibid, hal. 49
Universitas Sumatera Utara
proses yang berlangsung secara wajar dan pasif mengupayakan pencegahan tindakan sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak. Pengayoman yag
dimaksudkan dalam teori ini meliputi: 1. Mewujudkan ketertiban dan keteraturan
2. Mewujudkan kedamaian sejati 3. Mewujudkan keadilan
4. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial warga masyarakat selama tidak melanggar hak dan merugikan orang lain.
Apabila pendapat tersebut dikaitkan dengan pendapat Satcipto Rahardjo
32
, maka kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk
mengintegrasikan dan mengkordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertubrukan satu sama lain oleh hukum dengan diintegrasikan sedemikian rupa
sehingga tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Garis politik kebijakan petanahan dalam GBHN tahun 1999-2004
33
telah diwujudkan sebagai visi dan misi dalam Program Pembangunan Nasional propenas
sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Undang-undang RI nomor 25 Tahun 2000 adalah: ”Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan pemanfaatan
dan penggunaan tanah secara adil, transfaran dan produktif dengan mengutamakan
32
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 52
33
Ketetapan-ketetapan MPR RI, Hasil Sidang Umum MPR 1999, hal. 62
Universitas Sumatera Utara
hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat dan masyarakat adat serta berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang”.
34
Mengingat sengketa pertanahan bersifat multi dimensi, maka teori atau pendekatan yang dapat menjelaskan secara holistik atau secara sistematik mengenai
penyelesaian kasus-kasus pertanahan tersebut adalah teori kontrol sosial yang dikembangkan oleh Hirschi 1972 di Amerika Serikat. Salah satu alasan penting
dalam hal ini teori ini dapat diuji secara konkrit empiris, dibandingkan teori-teori kriminologi lain dan disamping itu juga memberikan sumbangan penting untuk
menjelaskan prilaku seseorang. Menurut Hirschi ada 4 unsur dari kontrol sosoial antara lain:
35
1. Attachment, diartikan sebagai keterikatan seseorang pada orang lain orang tua
atau lembaga sekolah dapat mencegah atau, menghambat yang bersangkutan untuk melakukan kejahatan.
2. Involvement, berarti bahwa frekuensi kegiatan seseorang akan memperkecil
kecendrungan yang bersangkutan untuk terlibat dalam kejahatan. 3.
Commitment, diartikan bahwa sebagai suatu investasi seseorang dalam masyarakat antara lain dalam bentuk pendidikan, reputasi yang baik kemajuan
dalam bidang wiraswasta akan memperkecil seseorang untuk terlibat dalam kejahatan.
34
Undang-undang RI No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Propenasa Tahun 2000-2004, Jakarta, CV. Eko Jaya, 2001, hal. 76
35
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: PT Erisco, 1992, hal. 36
Universitas Sumatera Utara
4. Belief, merupakan unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan norma-
norma yang baik dan adil dalam masyarakat. Unsur ini menyebabkan seseorang mengahargai norma-norma dan aturan-aturan serta merasakan adanya kewajiban
moral untuk mentaatinya. Di samping teori kontrol sosial yang dikemukakan oleh Hirschi, ada lagi teori
kontrol sosial yang dikemukakan oleh Donald Black tentang prilaku hukum seseorang yang relevan untuk diterapkan dalam rangka penyelesaian kasus-kasus
sengketa pertanahan. Dalam teori kontrol sosial yang dikemukakan olah Donald Black, ada 4
empat macam bentuk kontrol sosial yaitu pidana penal, ganti rugi conpensatory, pemeriksaan therapeutic, penyelesaian conciliatory0.
Teori ini berusaha menjelaskan bentuk perlidungan kasus-kasus pertanahan, baik terhadap pemilik tanah maupun yang membutuhkan tanah. Teori ini memandang
bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki moral yang murni oleh karena itu setiap individu bebas berbuat sesuatu dan kebebasan ini akan membawa seseorang
pada tindakan yang bermacam-macam yang lazimnya didasarkan pada pilihan taat pada hukum atau melanggar aturan-aturan hukum. Taat pada hukum, maka segala
bentuk pelanggaran ataupun kejahatan akan terhindar terhadap seseorang untuk melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsepsi