Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Idealnya, dalam system self assessment apabila semua pihak dan instrument yang terlibat dan terkait dalam system perpajakan bekerja dengan baik tidak ada kelainan, ibarat permainan robot tidak akan terjadi tunggakan pajak. Pada scenario tersebut anggota masyarakat yang wajib berpatisipasi dalam pembiayaan Negara dan pembangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku menghitung sendiri jumlah yang harus dikontribusikan. Pembayaran atas jumlah yang dimaksud sebagian dilakukan sendiri secara berkala, maupun bersifat final, dan sebagian lagi melalui pungutan dan potongan oleh pihak ketiga. Pada akhir tahun dilakukan perhitungan kembali antara jumlah yang senyatanya harus dibayar dengan jumlah yang telah dibayar sendiri dan dipungut dipotong oleh pihak ketiga. Resultan dari perhitungan tersebut dapat berupa kekurangan atau kelebihan bayar. Sementara kekurangan dilunasi tepat pada waktunya, kelebihan bayar dikembalikan restitusi oleh administrasi pajak dengan cepat , tepat, murah, dan mudah. Hal serupa dilakukan juga oleh para pemotong dan pemungut pajak. Namun, dalam praktek idealism dimaksud masih memerlukan waktu dan proses untuk sampai kesana. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan terdapat beberapa anggota masyarakat yang semestinya melalukan kewajiban perpajakan, tetapi belum melaksanakan sepenuhnya. Demikian juga dengan mereka yang Universitas Sumatera Utara seharusnya atau telah melakukan pungutan dan potongan pajak belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik. Untuk mendorong masyarakat kearah ideal tersebut, system self assessment sangat perlu dilengkapi juga dengan “Official Assessment” dengan memberikan kesempatan kepada administrasi pajak dalam keadaan tertentu untuk menerbitkan ketetapan pajak. Ketetapan pajak kurang bayar diterbitkan berdasarkan pemeriksaan atau data lain yang diperoleh administrasi pajak. Beberapa dari ketetapan tersebut, jumlah kurang bayarnya dilunasi tepat waktu. Selebihnya dengan berbagai alasan beberapa ketetapan tidak dilunasi oleh masyarakat. Akibatnya terjadi tunggakan pajak yang kian lama makin membesar jumlahnya. Dengan adanya tunggakan pajak, kegiatan penagihan pajak menjadi penting untuk dapat ditindak lanjuti kegiatan assessment pajak tanpa tindakan nyata penagihan, boleh jadi jumlah pajak yang tercantum dalam ketetapan pajak tetap tinggal merupakan jumlah di atas kertas belaka. Jika kita melihat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24PMK.032008 tanggal 2 Februari 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85PMK.032010 diatur bahwa mengenai saat penerbitan Surat Teguran, tergantung dari ada tidaknya sengketa dalam penetapan pajak, Seperti Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan Universitas Sumatera Utara SKPKBT, Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan, Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding,Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding, Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.,Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 tujuh hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut. Universitas Sumatera Utara Maka dari paragraf diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pentingnya surat teguran dalam mencairkan tunggakan pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah melewati jatuh tempo. Tetapi kenyataannya sejak dari sebelum tahun 1983, secara kumulatif sampai sekarang jumlah total tunggakan pajak diperkirakan mencapai sekitar Rp 6 triliyun. Berdasarkan informasi yang tidak terpublikasi, selanjutnya penambahan bruto tunggakan tiap tahun adalah sekitar Rp 1 triliyun lebih, sedangkan jumlah pencairan sekitar Rp 0,8 triliyun. Pencairan tersebut mewakili sekitar lebih dari 10 total tunggakan. Tentu saja secara logika financial, last-in-first-out-system munkin berlaku dalam pencairan tersebut. Selanjutnya tunggakan terdahulu first in boleh jadi si alamatnya sudah mutasi entah kemana lagi atau “harta benda” orang yang bersangkutan tidak ada dan bahkan perusahannya sudah bubar dan tidak dikenali lagi. Dengan melihat perbedaan antara das sollen cita-cita dengan das sein kenyataan di atas, sehingga ada dua masalah yang timbul yang dapat diangkat oleh penulis yaitu : 1. Jumlah Surat Teguran yang diterbitkan tidak sama banyaknya dengan jumlah wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak. Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak berdasarkan dari jumlah Surat Teguran yang sudah diterbitkan. Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk menulis topik penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan judul “ Pelaksanaan Surat Teguran Dalam Peningkatan Pajak Negara Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri