BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan sendiri tidak terbatas hanya pada
pendidikan formal yang menawarkan berbagai kajian teori tetapi lebih dari itu termasuk di dalamnya norma-norma yang ada di masyarakat. Jauh sebelum
manusia mengenal teori-teori pendidikan sebenarnya mereka sudah melaksanakan praktek pendidikan secara sederhana sebagaimana yang
diungkapkan Sumadi Suryabrata Sejak manusia lahir ke dunia, usaha-usaha pendidikan telah mulai
dilakukan. Manusia mulai berusaha mendidik anak-anaknya walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia
saling bergaul, telah ada usaha-usaha dari orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk mempengaruhi orang lain, untuk
kepentingan kemajuan orang-orang bersangkutan.
1
Usaha-usaha tersebut dapat berupa nasihat atau berupa bimbingan kepada orang lain yang membutuhkan.
1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, Cet, ke-16, h. 1.
1
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa usaha untuk mempengaruhi, mendidik, membimbing sebenarnya sudah dipraktekan atau terjadi sejak
pertama manusia ada di dunia meski hal itu dilakukan dalam bentuk yang sederhana.
Pendidikan merupakan kegiatan membimbing yang bersumber pada diri individu. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya
sering menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti persoalan yang satu dapat diatasi lalu persoalan yang lain timbul, oleh karena itu bimbingan
sangat dibutuhkan dalam membantu individu yang sedang mengalami persoalan.
Layanan bimbingan dewasa ini telah menjadi salah satu layanan pendidikan yang dirasakan sangat diperlukan dan sudah merupakan bagian
integral dari suatu program instutusional yang disajikan di sekolah-sekolah. Melalui layanan bimbingan ini diharapkan siswa mampu bertindak dan
bertingkah laku sesuai dengan tuntunan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Layanan bimbingan bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah. Pendidikan yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta pada
dasarnya sama, yakni memiliki tugas untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional dalam meningkatkan sumberdaya manusia yang telah dirumuskan
dan dipikirkan secara bijaksana. Karena itu Pendidikan memiliki fungsi dan tujuan yang amat penting dalam proses pembentukan bangsa. Hal ini
sesuai dengan UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk w a t a k s e r t a p e r a d a b a n b a n g s a y a n g b e r ma r t a b a t
d a l a m r a n g k a mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
2
Namun untuk mencapai tujuan yang terdapat dalam fungsi pendidikan nasional di atas tidak mudah karena sekolah dituntut menjalankan perannya
membentuk dan mengembangkan pribdi siswa sehinga diperlukan kerja keras dan langkah yang terencana. Salah satu cara yang sudah dikenal dan banyak
dirintis di sekolah-sekolah di Indonesia adalah dengan membentuk lembaga yang disebut bimbingan dan konseling.
Menurut sejarah perkembangannya, bimbingan dan konseling mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1962 yang diterapkan khusus pada
tingkat sekolah menengah atas SMA.
3
Namun sejalan dengan perkembangannya bimbingan dan konseling juga di terapkan di sekolah-
sekolah tingkat menengah pertama, sebagai salah satu program bimbingan dalam mengemban tugas mewujudkan tujuan dan fungsi pendidikan yaitu
membimbing anak didik menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagiankomponen penting dalam proses pendidikan yang diselenggarakan sekolah. Bimbingan dan
konseling sebagai suatu layanan memberi dampak positif dan dirasa sangat diperlukan dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar,
pribadi, sosial dan memilih sekolah lanjutan atau karirnya. Kegiatan bimbingan dan konseling harus dilakukan secara
berkesinambungan. Hal itu dikatakan Hallen A : Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dari seorang pembimbing kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media
2
..., Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV. MINI JAYA ABADI, 2003, Cet. 1, h. 9
3
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Padang: Angkasa Raya, 1986, cet. 3, h. 69
dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi lingkungannya.
4
Untuk mencapai hasil yang optimal sebagaimana disebutkan di atas, maka dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah diperlukan
pendidikguru lulusan program pendidikan professional konselor yang juga handal kualitasnya dan memadai jumlahnya serta kerja sama yang baik
dengan kepala sekolah, dan guru wali kelas yang merupakan tiga pilar pendidikan yang saling berkaitan.
Idealnya “seorang guru pembimbing mengasuh 150 – 225 orang siswa”
5
dan merupakan lulusan FIP Fakultas Ilmu Psikologi yang menguasai bidang ilmu seperti ilmu pendidikan, psikologi umum, psikologi perkembangan,
psikologi kepribadian, teori dan praktek penyuluhan, kesehatan mental, metode-metode mengajar terkadang harus bertindak sebagai guru.
Demikian pula seorang guru bimbingan dan konseling harus memiliki syarat sifat supel, ramah dan fleksibel, sehingga mudah menyesuaikan diri dan
mudah dipercayai sehingga mampu mewujudkan suasana bimbingan yang menyenangkan, aman dan nyaman pada saat menghadapi siswa dan membuat
peserta didik merasa senang; senang masuk kelas, senang belajar, senang mengejar prestasi. Bukan sebaliknya senang ketika bel istirahat berbunyi,
senang ketika jam pelajaran usai, dan sangat senang ketika guru tidak masuk kelas.
Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling benar-benar dituntut memiliki kepribadian yang menyenangkan dan sikap terbuka serta kinerja yang
tinggi agar dapat memberikan solusi permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa utamanya masalah dalam kesulitan belajar serta pengaruh-pengaruh
kehidupan masyarakat yang banyak mengalami perubahan saat ini, Baik perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun dalam bidang politik
4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 9
5
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta DidikKlien, Jakarta: Kizi Brother’s, 2008, Cet. 1, h. 105
yang secara tidak langsung bisa memberikan pengaruh negatif terhadap gaya hidup siswa. Menurut Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah :
Kesulitan atau masalah yang sering terjadi pada seorang siswa atau mahasiswa, berupa kesulitan dalam menangkap pelajaran, kesulitan dalam
memilih sekolah lanjutan, kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan baru, cepat putus asa, merasa kecewa, pesimis dalam
kehidupannya, serta masih banyak jenis kesulitan yang lain yang mungkin ditemuinya.
6
Lebih lanjut Achmad Juntika memberikan contoh tindakan negatif yang sering masyarakat lakukan khususnya bagi pelajar yang sangat merugikan
bahkan dapat menghancurkan masa depannya antara lain adalah: a
Mencuri yang menyebabkan pelakunya dipenjara. b
Merokok yang menyebabkan pelakunya menderita kanker. c
Meminum alkohol yang menyebabkan pelakunya kehilangan kesadaran dan lebih jauh lagi akan menyebabkan kehancuran otak.
d Menggunakan kartu kredit di luar kemampuan untuk membayarnya, yang
menyebabkan pelakunya banyak utang. e
Melakukan seks bebas yang akan menyebabkan pelakunya menderita penyakit kelamin.
f Berpesta walaupun besok mau ujian, yang menyebabkan pelakunya gagal
ujian. g
Makan berlebihan daripada mengatur makan untuk menjaga kesehatan, yang menyebabkan pelakunya banyak menderita penyakit.
7
Tindakan-tindakan sebagaimana disebutkan di atas merupakan bagian kecil dari sekian banyak masalah yang sering terjadi dikalangan para pelajar baik
tingkat menengah SMP maupun tingkat atas SMA. Dalam hal ini peranan bimbingan dan konseling menjadi amat penting karena melalui layanan BK
seyogyanya dapat memberikan solusi atau jalan yang lebih baik terhadap kebutuhan, bakat, minat dan masalah yang dihadapi siswa.
6
Elfi Mu’awanah Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, Cet. 2, h. 24
7
Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, Cet. 1, h. 69
Namun berdasarkan observasi penulis di salah satu sekolah swasta yaitu SMP YPI Bintaro yang sebelumnya bernama SLTP KOSGORO program
bimbingan dan konseling belum berjalan secara optimal. Bimbingan dan konseling yang dirintis sejak awal berganti nama yaitu pada tahun 1990 itu
hanya memiliki 2 orang guru bimbingan dan konseling hingga saat ini, sementara menurut data penerimaan siswa baru SMP YPI Bintaro, jumlah
siswa yang mendaftar di sekolah tersebut pada setiap ajaran baru terus bertambah, bahkan ada sejumlah siswa yang tidak diterima karena dari
jumlah kelas yang telah disediakan sebanyak 6 kelas tidak cukup menampung siswa yang mendaftar sehingga wajar manakala ada siswa yang tidak
diterima. Pada saat ini “Priode 20092010 siswa SMP YPI Bintaro secara keseluruhan dari kelasVII, VIII dan IX tercatat berjumlah 655 siswa yang
terbagi dalam 17 kelas.”
8
Berdasarkan penjelasan di atas jelas tergambar bahwa jumlah guru bimbingan konseling dan banyaknya siswa tidak seimbang karena seorang
guru BK harus melayani 327 orang siswa. sementara itu, sebagaimana gambaran siswa pada umumnya, siswa di SMP YPI Bintaro juga mengalami
berbagai problem seperti kurangnya minat siswa pada bidang studi tertentu seperti bahasa inggris, matematika, bolos, pendiam, mengobrol dan
bercanda pada saat pelajaran berlangsung. Selain itu beberapa penyimpangan lain yang dilakukan siswa seperti: merokok, pacaran, tidak mengikuti
program sholat jamaah, pencurian bahkan ada yang membawa miras minuman keras ke sekolah.
Efektifitas layanan bimbingan dan konseling yang diberikan tentu perlu dikaji ulang terutama bagi siswa yang menerima bimbingan. Dalam hal ini
penting untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling yang diberikan, sehingga guru BK dapat
memperoleh umpan balik dalam meningkatkan peran mereka sebagai pembimbing dan konselor.
8
Dikutip dari Buku Arsip Siswa SMP YPI Bintaro TahunPeriode 20092010.
Berdasarkan penjabaran tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti
dan mengkaji mengenai “Persepsi tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Diri Siswa SMP YPI Bintaro
”.
B. Identifikasi Masalah