untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 23 mg besihari Saifuddin, 2002.
Sedangkan menurut Mochtar 1998 penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi malnutrisi, kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah
yang banyak pada saat persalinan yang lalu, haid yang berlebihan, juga penyakit penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, serta malaria.
2.1.5 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut : 1. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur zat besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaaknya besi ke luar dari
badan, misalnya perdarahan. Keperluan akan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam
trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi zat besi, lebihlebih pada
kehamilan kembar. 2. Anemia Megaloblastik
Universitas Sumatera Utara
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik pteroylglutamic acid, jarang sekali karena defisiensi vitamin B
12
cyanocobalamin. 3. Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat selsel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan. 4. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil, apabila ia hamil, maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis
hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia Wiknjosastro, 1999.
2.1.6 Diagnosa Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dengan menggunakan alat sahli. Menurut
Manuaba 2002 hasil pemeriksaan haemoglobin dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Hb ≥ 11 gr disebut tidak anemia.
Universitas Sumatera Utara
b. Hb 910 gr disebut tanemia ringan.
c. Hb 78 gr disebut anemia sedang. d. Hb ≤ 7 gr disebut anemia berat.
2.1.7 Kebutuhan Zat Gizi Pada Ibu Hamil