f. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut Notoatmodjo, 2003.
2.2. Kanker Serviks 2.2.1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi
pertumbuhan sel-sel baru neoplastic cells yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali Mills, 2002. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada daerah
serviks, yaitu terjadinya perubahan sel-sel menjadi abnormal pada organ genitalia wanita yaitu serviks. Karsinoma serviks atau yang biasa disebut kanker serviks
adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan bertanggung jawab untuk 6 dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat Price
Wilson, 2005. Kanker servikal ini sebagian besar 90 adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya 10 adalah adenokarsinoma. Tipe lain yang jarang
adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang, melanoma maligna, sarcoma dan limfoma maligna Price Wilson, 2005.
Puncak insiden karsinoma in situ adalah usia 20 hingga 30 tahun pada perempuan keturunan Afrika-Amerika maupun Kaukasian. Perempuan yang lebih
tua dari 65 tahun dilaporkan 25 menderita karsinoma servikal invasif dan 40
Universitas Sumatera Utara
hingga 50 kematian terjadi akibat karsinoma servikal Price Wilson, 2005.
2.2.2. Penyebab Kanker Serviks Sampai saat ini, kejadian kanker serviks belum diketahui penyebabnya
secara pasti. Namun kejadian kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia HPV yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi di seluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam
perkembangan kanker serviks Bosch, 1995. Lebih dari 20 tipe HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal. Penelitian
memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV-16, 18 dan 31 mempunyai angka neoplasia intraepithelial servikal CIN yang lebih tinggi Cancer Net, 2001.
Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV strain 18 memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk
Schwartz, 2001. Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik abnormal yang terletak di antara
perbatasan sel-sel squamouscolumnar serviks yang asli dengan sel-sel yang baru terbentuk akibat metaplasia sel columnar menjadi sel squamous Azis, 2002. Hal
ini berhubungan dengan riwayat seksual. Faktor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah
pasangan seksual yang meningkat, status sosioekonomi yang rendah dan merokok Cancer Net, 2001. Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan
ditularkan secara seksual. Kanker serviks invasif telah teridentifikasi sebagai suatu kondisi penentu HIV. Kemudian faktor risiko, selain usia dini saat
melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia sangat muda, dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
banyak pasangan seksual, termasuk pemajanan terhadap human papilomavirus HPV, infeksi HIV, merokok, dan pemajanan terhadap dietilstilbestrol DES in
utero Brunner Suddarth, 2001.
2.2.3. Perkembangan Kanker Serviks Perjalanan penyakit kanker serviks dimulai dari stadium 0 pada serviks
merupakan karsinoma in situ dengan 100 harapan hidup 5 tahun, kemudian stadium I terbatas pada uterus dengan 85 harapan hidup 5 tahun, lalu stadium II
menyerang luar uterus tapi pelvis tidak dengan 60 harapan hidup 5 tahun, selanjutnya stadium III meluas ke dinding pelvis dan atau sebenarnya sepertiga
bawah vagina atau hidronefrosis dengan 33 harapan hidup 5 tahun, dan akhirnya stadium IV menyerang mukosa kandung kemih atau rectum atau meluas keluar
pelvis sebenarnya dengan 7 harapan hidup 5 tahun Price Wilson, 2005. Perkembangan kanker serviks yaitu:
a. Didahului oleh lesi prekanker yang disebut displasia Cervical Intraepithel Neoplasm. Displasia ditandai dengan adanya perubahan morfologi berupa
gambaran sel-sel imatur, inti sel yang atipik, perubahan rasio inti sitoplasma dan kehilangan polaritas yang normal. Displasia bukan merupakan suatu
bentuk kanker tetapi akan mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi Hacker, 2005.
Displasia dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan perkembangan luas perubahan morfologi yang terjadi pada epitel leher rahim. yaitu:
1. Displasia ringan CIN I, pada displasia ringan sel-sel yang mengalami perubahan morfologi hanya sebatas 13 bagian atas dari lapisan epithelium
serviks;
Universitas Sumatera Utara
2. Displasia sedang CIN II, pada displasia sedang ditandai dengan perubahan morfologi sel yang telah mencapai 23 bagian dari lapisan atas epithelium
serviks; 3. Displasia berat CIN III, pada displasia berat ditandai dengan lebih
banyaknya variasi dari sel dan ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, dan hiperkromasi yang telah melebihi 23 lapisan atas epithelium serviks, namun
belum menginvasi jaringan stroma di bawahnya. b. Perkembangan terakhir adalah bila perubahan displasia berlanjut hingga
menginvasi jaringan stroma di bawahnya, maka perubahan ini disebut karsinoma in situ atau kanker Aziz, 2002.
2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks Tidak ada tanda atau gejala spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma
servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan secret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah
gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat-saaat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering mendesak, hematuria, atau
perdarahan rectum Price Wilson, 2005. Kanker serviks dapat dideteksi ketika pasien mengeluh adanya rabas,
perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, tetapi penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Rabas vagina pada kanker
serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi encer dan akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi. Perdarahan,
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi pada interval yang tidak teratur, antara periode menstruasi metoragia, atau setelah menopause, mungkin hanya sedikit bercak darah hanya
cukup tampak pada celana dalam dan biasanya terjadi setelah trauma ringan seperti hubungan seksual, irigasi, atau defekasi. Sejalan dengan berlanjutnya
penyakit, perdarahan dapat menetap dan meningkat Brunner Suddarth, 2001. Dengan berkembangnya kanker, jaringan di luar serviks dapat terkena,
termasuk kelenjar limfe anterior ke sacrum. Pada sepertiga pasien dengan kanker serviks invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri. Saraf-saraf pada region
ini dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam pada punggung dan tungkai yang hilang hanya dengan analgesic opioid dosis besar. Tahap akhir bila penyakit
tidak diobati, menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami
ulserasi dan pembentukan fistula Brunner Suddarth, 2001. Interval waktu antara timbulnya lesi prekanker dan terjadinya kanker leher
rahim membutuhkan waktu yang cukup panjang. Menurut Robbins dan Kumar 1995, diperkirakan 80 dari displasia akan menjadi karsinoma in situ dalam
waktu 10-15 tahun. Selama interval waktu yang panjang tersebut dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian terapi secara dini
Husain Hoskin, 2002.
2.2.5. Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan
primer, sekunder dan tersier Sukardja, 2000. a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses
karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV Sukardja, 2000.
b. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker
serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear, kolposkopi,
servikografi, Pap net dengan komputerisasi, dan inspeksi visual dengan asam asetat IVA Sukardja, 2000. Pap Smear merupakan standar emas program
skrining karena pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Selain itu, Pap Smear juga
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 WHO,
2005. Pendeteksian dini dapat menggunakan pulasan Pap Smear sebagai uji
penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Deteksi dini dapat dilakukan dengan uji Pap Smear dan diketahui kanker serviks bila hasil Pap Smear disertai
adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten, yang diikuti dengan hasil biopsi yang mengidentifikasi adanya neoplasia intra-epitel CIN atau lesi intra epitel
skuamosa tingkat tinggi HGSIL. Istilah ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi servikal premalignant Brunner Suddarth, 2001. Pulasan yang abnormal
ditindaklanjuti dengan biopsi untuk mendapatkan jaringan yang digunakan untuk pemeriksaan sitologis. Karena serviks mempunyai tampilan normal, kolposkopi
digunakan untuk menentukan daerah yang abnormal atau daerah untuk pengambilan contoh jaringan. Dilakukan biopsi tusuk pada daerah yang terpisah
atau biopsi kerucut pengambilan bagian jaringan dengan bentuk kerucut dari serviks yang hampir semuanya termasuk dalam daerah perpindahan seluruh
persambungan skumokolumnar Price Wilson, 2005. Bentuk displasia serviks
Universitas Sumatera Utara
prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut
yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan
inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia fungsi hati dan ginjal, foto toraks, sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan CT scan Price Wilson, 2005.
c. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah,
terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut Price Wilson, 2005.
2.3. Pemeriksaan Pap Smear 2.3.1. Pengertian Pemeriksaan Pap Smear