prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut
yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan
inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia fungsi hati dan ginjal, foto toraks, sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan CT scan Price Wilson, 2005.
c. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah,
terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut Price Wilson, 2005.
2.3. Pemeriksaan Pap Smear 2.3.1. Pengertian Pemeriksaan Pap Smear
Pap Smear adalah suatu test yang aman dan murah yang telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada di sel-sel leher rahim. Test ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicoloau sehingga
dinamakan Pap Smear Test. Pap Smear Test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop
untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel-sel tersebut. Perubahan- perubahan yang terdeteksi secara dini akan menurunkan kejadian kanker serviks.
Pap Smear dapat mendeteksi dini kanker serviks dengan melihat penemuan perkembangan sel-sel abnormal serviks Brunner Suddarth, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
skrining dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih
mudah dan murah Price Wilson, 2005. Manfaat Pap Smear dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapatkan kemoterapi dan radiasi.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkinan keguguran pada hamil muda. d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri atau jamur Manuaba, 2005.
2.3.3. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear Prosedur pemeriksaan Pap Smear Test dimulai dengan tindakan pasien
dibaringkan telentang kemudian diatur dalam posisi lithotomic, lalu masukkan alat spekulum ke dalam liang senggama yaitu alat yang menyerupai moncong bebek
yang bertujuan untuk membuka liang senggama sehingga dapat terlihat jelas dinding leher rahim dan alat ini bertujuan untuk menahan vagina agar tetap
terbuka. Setelah itu sel-sel leher rahim diambil dengan cara mengusap leher rahim
Universitas Sumatera Utara
dengan spatula yaitu suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, kemudian dioleskan apusan leher rahim tersebut pada object glass, dan kemudian dikirim ke
bagian laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan teliti yaitu dengan dipulas dengan Papanicoloau dan diperiksa adanya sel kanker atau tidak Price
Wilson, 2005. Prosedur pemeriksaan Pap Smear Soepardiman, 2002 dan Manuaba,
2005 yaitu: a.
Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi formulir konsultasi sitologi, speculum bivalve cocor bebek, spatula Ayre, kaca objek object
glass yang telah diberi label pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan alkohol 95 ;
b. Persiapkan pasien untuk berbaring dengan posisi ginekologi;
c. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak dengan jelas
vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri dan kanalis servikalis; d.
Memeriksa serviks apakah normal atau tidak; e.
Spatula Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360
searah jarum jam; f.
Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentu sudut 45
satu kali usapan; g.
Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95 selama 10 menit;
h. Sediaan diletakkan pada wadah kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi.
Prosedur pemeriksaan ini akan memberikan rasa tidak nyaman tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan ini dilakukan 1 tahun sekali dan secara
teratur. Pap Smear Test sebaiknya dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi wanita yang sudah menopause maka dapat
melakukan pemeriksaan ini kapan saja. Pap Smear ditunda sampai pengobatan
Universitas Sumatera Utara
selesai pada pasien dengan peradangan berat. Pap Smear tidak dilakukan lagi bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim histerektomi dengan
riwayat penyakit jinak dan bukan merupakan lesi prekanker. Selain itu Pap Smear juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun dengan
syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir Azis, 2002. Pap Smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun
menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun Husain Hoskins, 2002. Pap Smear sebaiknya tidak dilakuan pada wanita yang baru
menikah atau aktif secara seksual kurang dari 3 tahun karena dapat menimbulkan pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel abnormal yang bersifat
sementara. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual 2-3 hari sebelum pemeriksaan, kemudian dianjurkan untuk tidak menggunakan
pengobatan melalui vagina atau mencuci vagina dengan cairan seperti spermicidal foams, creams dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan Pap Smear. Setelah pemeriksaan Pap Smear, pasien dapat langsung kembali mengerjakan aktivitas-aktivitasnya sehari-hari Schoendstadt,
2006. Menurut rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricans and
Gynecologist dan The American Cancer Society, pemeriksaan Pap Smear dianjurkan untuk diulang setahun sekali secara teratur seumur hidup. Bila
pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter
Hillegas, 2005. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda abnormal maka
dilakukan pengobatan lanjutan dengan pemanasan sinar laser, atau dengan cone biopsy . Dan apabila terjadi prekanker maka tindakan yang dilakukan adalah
dengan operasi dan radioterapi Price Wilson, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Interpretasi Pap Smear Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap Smear, yaitu
sistem Papanicolau, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm, dan sistem Bethesda Garcia, 2007.
Klasifikasi Papanicolaou adalah sistem yang pertama kali ditemukan oleh Papanicolaou. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas Manuaba,
2005, yaitu: a. Kelas I
: Tidak ada sel atipik atau sel abnormal; b. Kelas II
: Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan; c. Kelas III
: Gambaran sitologi dicurigai keganasan; d. Kelas IV
: Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit; e. Kelas V
: Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.
Perkembangan sitologi di bidang diagnostik ahli menganjurkan untuk
mengganti klasifikasi Papanicolaou karena sistem ini dianggap tidak mencerminan pengertian neoplasia serviksvagina, tidak mempunyai padanan
dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan tidak menunjukkan suatu
pernyataan diagnosis. Sistem displasia Cervical Intraepithel Neoplasm dipublikasikan pertama
kali oleh Richart RM 1973 di Amerika Serikat. Sistem CIN menegaskan kembali bahwa lesi precursor kanker serviks ini membentuk rangkaian
berkelanjutan menuju karsinoma, sehingga semua derajat CIN yaitu CIN I, II, dan III wajib diobati Tierner Whooley, 2002.
Sistem Bethesda pertama sekali diperkenalkan oleh Bethesda pada tahun 1988, dan disempurnakan oleh National Cancer Institute USA. Klasifikasi sistem
Bethesda adalah sebagai berikut: Untuk sel squamous dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance ASCUS; b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions LGSIL, yang meliputi displasia
ringan CIN I, koilositosis, dan flat condyloma;
Universitas Sumatera Utara
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesions HSGIL, yang meliputi CIN II dan CIN III;
d. Squamous Cells Carcinoma. Rosevear, 2002. Untuk sel glandular, sistem Bethesda dibagi menjadi:
a. Sel endometrial pada wanita menopause;
b. Atypical Glandular Undetermined Significance AGUS;