Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR

Oleh:

RINAL BAHARSYAH HRP 070100199

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA TENTANG DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

RINAL BAHARSYAH HRP 070100199

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor

Nama : RINAL BAHARSYAH HRP

Nim : 070100199

Pembimbing Penguji I

(dr. Zulkarnain Rangkuti, M.Si) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc) NIP : 19520917 198112 1 001 NIP : 19700109 199702 2 001

Penguji II

(dr. Sufitni, M. Kes) NIP : 19720404 200112 2 001

Medan, 13 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara-negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita dan mortalitas kanker serviks sebesar 40%. Namun, di Indonesia banyak penduduk wanita yang tidak melakukan pemeriksan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan

relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

proportional cluster random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara

merata. Pengumpulan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package

for Social Science) versi 17.0.

Dari 105 responden, kelompok terbesar responden berusia 39-47 tahun (40,0%) dan berpendidikan tinggi (41,9%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita yang berusia 21-65 tahun mengenai pemeriksaan Pap smear berada dalam kelompok sedang, yaitu sebesar 64,76%.


(5)

ABSTRACT

Pap Smear is one of the method for cervical cancer screening which is effective, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced from 45 case per 100.000 until 15 case per 100.000 women’s and the mortality has been decreased around 40%. But in Indonesian, many women population who haven’t do regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear.

This study aimed to know the women’s knowledge level about Pap Smear. This is a descriptive observationa study done throughl cross sectional design method. The amount of the subjects was 105 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and propotional cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaiers are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program versi 17.0.

From 105 respondents, most of them were 39-47 years old (40,0%) with high education level (41,9%).

Result of this study indicates that the knowledge level of women aged 21-65 years old on Pap smear is in medium category 64,76 %.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai suatu syarat kelulusan untuk memperoleh sarjana kedokteran di Universitas Sumatra Utara.

Saya menyadari penulisan karya tulis ini akan sulit terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD- KGEH;

2. dr. Zulkarnaen Rangkuti, M.Si, selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta pemikirannya dalam penyelesaian proposal serta hasil karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Tetty Aman Nasution, M. Med, Sc. dan dr. Sufitni, M. Kes., selaku dosen penguji saya yang telah menyediakan waktu, dan tenaganya untuk penyelesaian hasil karya tulis ilmiah ini;

4. dr. Ramona Duma Sari Lubis,SpKK, sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen CRP dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan dr. Rina Amelia, M.Kes, yang selalu memberikan pengarahan kepada saya, serta seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran USU yang telah mendidik dan membimbing saya selama masa penyusunan proposal dan hasil penelitian.

5. Pihak Kelurahan Medan Johor yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas kepada peneliti ketika melakukan penelitian di tempat tersebut.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, atas doa, perhatian, dan dukungan yang tidak pernah putus sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.


(7)

7. Terima kasih tak lupa pula saya ucapkan kepada teman kelompok bimbingan karya tulis ilmiah yaitu Rabithah Irham, Riri Karina, Kurnia yang selalu bersama-sama memberikan pengertian, dorongan serta saling membantu dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian karya tulis ilmiah ini.

8. Kepada teman-teman baik saya Donny, Nesty, Fahmy, Noni, Dadan, Nanda, Aida, Mita, Iwan dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas saran dan kesediaannya membantu, bertukar pikiran dan selalu membuat saya menjadi semangat dalam penyelesaian karya tulis ini.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi ilmu kedokteran.

Medan, 22 November 2010 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK………...……… ... ii

ABSTRACT………...……… iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR……… . x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Masalah Penelitian ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 5

2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 5

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2.1.4. Tingkatan Pengetahuan ... 7

2.2 Kanker Serviks ... 9

2.2.1 Pengertian Kanker Serviks ... 9

2.2.2 Penyebab Kanker Serviks ... 10

2.2.3 Perkembangan Kanker Serviks... 11

2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks ... 12


(9)

2.3 Pemeriksaan Pap Smear ... 15

2.3.1 Pengertian Pemeriksaan Pap Smear ... 15

2.3.2 Manfaat Pemeriksaan Pap Smear ... 16

2.3.3 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear ... 16

2.3.4 Interpretasi Pemeriksaan Pap Smear... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2 Definisi Operasional ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Rancangan Penelitian ... 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.3.1 Populasi ... 24

4.3.2 Sampel ... 24

4.4 Metode Pengumpulan Data... 25

4.4.1 Data Primer... 25

4.4.2 Data Sekunder ... 26

4.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 28

5.3 Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... 29

5.3.1 Hasil Analisa Data ... 29


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner 27

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteriktik Responden

Berdasarkan Usia 29

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tingkat Pendidikan 29

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

mengenai Pap Smear 30

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden mengenai Pemeriksaan

Pap Smear 30

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pengetahuan Berdasarkan

Kelompok Usia 31

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan 32


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep Penelitian “ Gambaran Tingkat 21 Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4. Surat Izin Penelitian


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AGUS Atypical Glandular Undetermined Significance ASGUS Atypical Squamous Cells Undetermined Significance CIN Cervical Intraepithel Neoplasm

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DNA Deoxyribonucleic Acid

HGSIL High Grade Squamos Intraephitelial Lesions

HPV Human Pavilomavirus

IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat

LGSIL Low Grade Squamos Intraephitelial Lesions

Pap Papanicolaou

SPSS Statistic Package for Social Science WHO World Health Organization


(15)

ABSTRAK

Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara-negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita dan mortalitas kanker serviks sebesar 40%. Namun, di Indonesia banyak penduduk wanita yang tidak melakukan pemeriksan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi

cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 105 orang dengan tingkat ketepatan

relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik

proportional cluster random sampling. Sampel kemudian didistribusikan secara

merata. Pengumpulan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package

for Social Science) versi 17.0.

Dari 105 responden, kelompok terbesar responden berusia 39-47 tahun (40,0%) dan berpendidikan tinggi (41,9%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita yang berusia 21-65 tahun mengenai pemeriksaan Pap smear berada dalam kelompok sedang, yaitu sebesar 64,76%.


(16)

ABSTRACT

Pap Smear is one of the method for cervical cancer screening which is effective, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced from 45 case per 100.000 until 15 case per 100.000 women’s and the mortality has been decreased around 40%. But in Indonesian, many women population who haven’t do regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear.

This study aimed to know the women’s knowledge level about Pap Smear. This is a descriptive observationa study done throughl cross sectional design method. The amount of the subjects was 105 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and propotional cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaiers are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program versi 17.0.

From 105 respondents, most of them were 39-47 years old (40,0%) with high education level (41,9%).

Result of this study indicates that the knowledge level of women aged 21-65 years old on Pap smear is in medium category 64,76 %.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker atau dalam bahasa medisnya biasa disebut Karsinoma adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan tidak normal (Price & Wilson, 2005). Kanker dapat dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya proses karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau, sedangkan mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon, dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society, 2008).

Pada wanita kanker juga dapat menyerang berbagai organ reproduksi. Salah satunya yaitu kanker serviks. Kanker reproduktif wanita ini diperkirakan membunuh lebih dari 26.400 wanita di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kanker ini, sekitar 15.800 adalah kasus baru kanker serviks invasif yang dapat menyebabkan 4800 kematian. Kanker serviks merupakan kanker reproduktif wanita ketiga yang paling umum dan merupakan bentuk neoplasma yang menduduki salah satu tempat teratas dalam daftar sebab kematian akibat tumor ganas pada wanita (Brunner & Suddarth, 2001).

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti kanker serviks. Kanker serviks paling sering terjadi pada usia 30 sampai 45 tahun tetapi dapat terjadi di usia dini yaitu 18 tahun. Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kanker serviks seperti hubungan seksual bebas, kehamilan dini, riwayat partus dini dan multi partus, pemajanan infeksi, personal hygine yang buruk dan gaya hidup yang tidak sehat (Price & Wilson, 2005). Penyakit kanker biasanya menunjukkan gejala


(18)

yang spesifik pada stadium lanjut, sehingga sangat kecil kemungkinan harapan hidup penderita. Akan tetapi meski beberapa kanker sulit untuk dideteksi, maka lain halnya dengan kanker serviks yang dapat dilakukan pendeteksian dini dengan uji pulasan Papanicolaou (Pap) (Depkes RI, 2008).

Pap Smear Test adalah suatu test yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada di sel-sel leher rahim. Prosedur Pap Smear dapat menurunkan kejadian kanker serviks dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Penelitian menganjurkan untuk melakukan deteksi dini selain juga untuk pengobatan yang lebih efektif. Di Amerika, uji Pap Smear telah menurunkan angka kematian akibat kanker serviks secara signifikan yaitu angka kematian menurun 70 % dari tahun 1950-1970 dan 40 % dari tahun 1970-1995 (Price & Wilson, 2005).

Rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricians and

Gynecologist dan the American Cancer Society adalah untuk melakukan

pemeriksaan pelvis dan penapisan pulasan Pap Smear setiap tahun bagi semua perempuan yang telah aktif secara seksual atau telah mencapai usia 18 tahun. Setelah tiga kali atau lebih secara berturut-turut hasil pemeriksaan tahunan ternyata normal, uji Pap Smear dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijaksanaan dokter (Brunner & Suddarth, 2001).

Berbeda dengan di Indonesia, Pap Smear yang telah dikenal sejak tahun 70-an belum mampu menjawab permasalahan kanker serviks. Di Indonesia setiap tahun terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal karena penyakit tersebut (Depkes RI, 2008). Di samping itu, laporan dari Pusat Patologi di Indonesia juga menunjukkan bahwa kanker serviks masih merupakan kanker dengan frekuensi tertinggi yaitu 36 % dari seluruh kanker yang diderita oleh seluruh wanita di Indonesia (Aziz, 2002). Di negara berkembang, walaupun deteksi kanker serviks pada stadium yang sangat dini (dan dapat disembuhkan)


(19)

dapat dilakukan dengan menggunakan uji pulasan Pap Smear, akan tetapi banyak perempuan yang tidak melakukannya. Diperkirakan sekitar sepertiga perempuan yang memenuhi syarat tidak melakukan pulasan Pap Smear. Tujuh puluh persen perempuan dengan kanker serviks invasif yang baru didiagnosis, tidak melakukan pulasan Pap Smear selama 5 tahun terakhir (Price & Wilson, 2005).

Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran wanita akan pentingnya pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear (Soepardiman, 2002). Berdasarkan realitas ini jika lebih banyak wanita memahami bahwa pemeriksaan Pap Smear dapat sebagai pendeteksian dini kanker serviks, maka dapat menyelamatkan banyak jiwa dan menurunkan angka kejadian kanker serviks pada wanita.

1. 2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan usia;


(20)

2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan tingkat pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah tingkat pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear;

2. Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor sehingga dapat direncanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjutinya, baik berupa advokasi, sosialisasi maupun edukasi;

3. Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian kedokteran mengenai gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear sehingga dapat memberikan ide selanjutnya bagi penelitian kedokteran untuk meneliti cara-cara yang efektif untuk meningkatkan tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang siap pakai membantu seseorang untuk berpikir cepat dan tepat (Notoadmojo, 2003). Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, pengetahuan (knowledge) didefenisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Depdiknas, 2005).

2.1.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Berbagai macam cara yang telah digunakan sepanjang sejarah manusia untuk memperoleh pengetahuan maka dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional (non ilmiah) melalui cara coba salah (trial and error), kekuasaan atau otoritas, pengalaman pribadi, jalan pikiran dan dengan modern (cara ilmiah) (Notoadmojo, 2005).

Cara tradisional yang pertama yakni cara coba-salah dipakai orang sebelum mengenal kebudayaan bahkan mungkin peradaban. Cara coba-salah ini digunakan dalam pemecahan masalah dan apabila tidak berhasil kemungkinan pemecahan yang lain, begitu seterusnya. Cara tradisional lain yakni kekuasaan atau otoritas adalah pengetahuan yang diperoleh berdasarkan kehidupan sehari-hari dan tradisi-tradisi yang dilaukan orang tanpa adanya penalaran apakah yang


(22)

dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini selalu diwariskan turun-temurun ke generasi berikutnya. Berdasarkan pengalaman pribadi adalah pengetahuan tersebut diperoleh setelah terjadi pada seseorang dan diulangi lagi keadaan tersebut untuk memecahkan masalah seperti yang lalu (Notoadmojo, 2005).

Sumber pengetahuan dapat didefinisikan dari beberapa aspek, diantaranya kepercayaan berdasarkan tradisi, kesaksian orang lain, panca indera, rasionalisme dan intuisi (Suhartono, 2005). Kepercayaan berdasarkan tradisi, merupakan pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan yang menunjukkan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui cara mewarisi apa saja yang ada di dalam suatu kehidupan masyarakat, adat istiadat, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan kehidupan dalam beragama atau dengan kata lain pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pemahaman atas situasi baru dengan berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Kesaksian orang lain, termasuk pengetahuan yang masih tetap ada dalam susunan kehidupan yang terdahulu pada orang-orang tertentu yang dapat dipercaya, karena sudah dianggap memiliki pengetahuan yang benar, lalu menjadi panutan yang handal bagi orang lain pada umumnya dalam hal-hal bagaimana memandang, bersikap dan cara hidup serta bagaimana bertingkah laku (Suhartono, 2005).

Panca indera bagi manusia merupakan alat vital dalam kehidupan sehari-hari, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh persoalan hidup sehari-hari bisa diatasi dengan menggunakan alat panca indera. Rasionalisme merupakan sumber satu-satunya dari pengetahuan manusia berdasarkan akal budi. Rasio mampu mengetahui melalui observasi. Sedangkan intuisi merupakan pengetahuan yang berasal dari dalam diri kita sendiri (Suhartono, 2005).


(23)

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, yang bertujuan untuk mencerdaskan manusia. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas dimana seseorang akan berpikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya.

b. Media

Media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam memperoleh pengetahuan. Contohnya: televisi, radio, koran, dan majalah.

c. Paparan Informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari (Meliono, 2007).

2.1.4. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai beberapa tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Sunaryo, 2004).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)


(24)

sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa digunakan antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang sudah paham suatu materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Misalnya penggunaan rumus, hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Biasanya menggunakan kata kerja membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


(25)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Kanker Serviks

2.2.1. Pengertian Kanker Serviks

Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi

(pertumbuhan) sel-sel baru (neoplastic cells) yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali (Mills, 2002). Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada daerah serviks, yaitu terjadinya perubahan sel-sel menjadi abnormal pada organ genitalia wanita yaitu serviks. Karsinoma serviks atau yang biasa disebut kanker serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan bertanggung jawab untuk 6 % dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat (Price & Wilson, 2005). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma. Tipe lain yang jarang adalah karsinoma sel adenoskuamosa, karsinoma sel terang, melanoma maligna, sarcoma dan limfoma maligna (Price & Wilson, 2005).

Puncak insiden karsinoma in situ adalah usia 20 hingga 30 tahun pada perempuan keturunan Afrika-Amerika maupun Kaukasian. Perempuan yang lebih tua dari 65 tahun dilaporkan 25 % menderita karsinoma servikal invasif dan 40 %


(26)

hingga 50 % kematian terjadi akibat karsinoma servikal (Price &Wilson, 2005).

2.2.2. Penyebab Kanker Serviks

Sampai saat ini, kejadian kanker serviks belum diketahui penyebabnya

secara pasti. Namun kejadian kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi di seluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker serviks (Bosch, 1995). Lebih dari 20 tipe HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal. Penelitian memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV-16, 18 dan 31 mempunyai angka

neoplasia intraepithelial servikal (CIN) yang lebih tinggi (Cancer Net, 2001).

Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV strain 18 memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk (Schwartz, 2001).

Faktor risiko kanker serviks adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan inisiasi transformasi atipik serviks dan perkembangan dari displasia. Transformasi atipik merupakan daerah atipik (abnormal) yang terletak di antara perbatasan sel-sel squamouscolumnar serviks yang asli dengan sel-sel yang baru terbentuk akibat metaplasia sel columnar menjadi sel squamous (Azis, 2002). Hal ini berhubungan dengan riwayat seksual. Faktor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosioekonomi yang rendah dan merokok (Cancer Net, 2001). Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan ditularkan secara seksual. Kanker serviks invasif telah teridentifikasi sebagai suatu kondisi penentu HIV. Kemudian faktor risiko, selain usia dini saat melakukan hubungan seksual, melahirkan pada usia sangat muda, dan memiliki


(27)

banyak pasangan seksual, termasuk pemajanan terhadap human papilomavirus (HPV), infeksi HIV, merokok, dan pemajanan terhadap dietilstilbestrol (DES) in utero (Brunner & Suddarth, 2001).

2.2.3. Perkembangan Kanker Serviks

Perjalanan penyakit kanker serviks dimulai dari stadium 0 pada serviks

merupakan karsinoma in situ dengan 100 % harapan hidup 5 tahun, kemudian stadium I terbatas pada uterus dengan 85% harapan hidup 5 tahun, lalu stadium II menyerang luar uterus tapi pelvis tidak dengan 60% harapan hidup 5 tahun, selanjutnya stadium III meluas ke dinding pelvis dan atau sebenarnya sepertiga bawah vagina atau hidronefrosis dengan 33% harapan hidup 5 tahun, dan akhirnya stadium IV menyerang mukosa kandung kemih atau rectum atau meluas keluar pelvis sebenarnya dengan 7% harapan hidup 5 tahun (Price & Wilson, 2005).

Perkembangan kanker serviks yaitu:

a. Didahului oleh lesi prekanker yang disebut displasia (Cervical Intraepithel

Neoplasm). Displasia ditandai dengan adanya perubahan morfologi berupa

gambaran sel-sel imatur, inti sel yang atipik, perubahan rasio inti/ sitoplasma dan kehilangan polaritas yang normal. Displasia bukan merupakan suatu bentuk kanker tetapi akan mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi (Hacker, 2005).

Displasia dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan perkembangan luas perubahan morfologi yang terjadi pada epitel leher rahim. yaitu:

1. Displasia ringan (CIN I), pada displasia ringan sel-sel yang mengalami perubahan morfologi hanya sebatas 1/3 bagian atas dari lapisan epithelium serviks;


(28)

2. Displasia sedang (CIN II), pada displasia sedang ditandai dengan perubahan morfologi sel yang telah mencapai 2/3 bagian dari lapisan atas epithelium serviks;

3. Displasia berat (CIN III), pada displasia berat ditandai dengan lebih banyaknya variasi dari sel dan ukuran inti, orientasi yang tidak teratur, dan hiperkromasi yang telah melebihi 2/3 lapisan atas epithelium serviks, namun belum menginvasi jaringan stroma di bawahnya.

b. Perkembangan terakhir adalah bila perubahan displasia berlanjut hingga menginvasi jaringan stroma di bawahnya, maka perubahan ini disebut karsinoma in situ atau kanker (Aziz, 2002).

2.2.4 Tanda dan Gejala Kanker Serviks

Tidak ada tanda atau gejala spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma

servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan secret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat-saaat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum (Price & Wilson, 2005).

Kanker serviks dapat dideteksi ketika pasien mengeluh adanya rabas, perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, tetapi penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala. Rabas vagina pada kanker serviks lanjut meningkat secara bertahap dan menjadi encer dan akhirnya berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi. Perdarahan,


(29)

yang terjadi pada interval yang tidak teratur, antara periode menstruasi (metoragia), atau setelah menopause, mungkin hanya sedikit bercak darah (hanya cukup tampak pada celana dalam) dan biasanya terjadi setelah trauma ringan (seperti hubungan seksual, irigasi, atau defekasi). Sejalan dengan berlanjutnya penyakit, perdarahan dapat menetap dan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).

Dengan berkembangnya kanker, jaringan di luar serviks dapat terkena, termasuk kelenjar limfe anterior ke sacrum. Pada sepertiga pasien dengan kanker serviks invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri. Saraf-saraf pada region ini dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam pada punggung dan tungkai yang hilang hanya dengan analgesic opioid dosis besar. Tahap akhir bila penyakit tidak diobati, menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai dengan demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami ulserasi dan pembentukan fistula (Brunner & Suddarth, 2001).

Interval waktu antara timbulnya lesi prekanker dan terjadinya kanker leher rahim membutuhkan waktu yang cukup panjang. Menurut Robbins dan Kumar (1995), diperkirakan 80 % dari displasia akan menjadi karsinoma in situ dalam waktu 10-15 tahun. Selama interval waktu yang panjang tersebut dapat dilakukan berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian terapi secara dini (Husain & Hoskin, 2002).

2.2.5. Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks

Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan

primer, sekunder dan tersier (Sukardja, 2000). a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan


(30)

menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV (Sukardja, 2000).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear, kolposkopi, servikografi, Pap net (dengan komputerisasi), dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Sukardja, 2000). Pap Smear merupakan standar emas program skrining karena pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Selain itu, Pap Smear juga memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO, 2005).

Pendeteksian dini dapat menggunakan pulasan Pap Smear sebagai uji penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Deteksi dini dapat dilakukan dengan uji Pap Smear dan diketahui kanker serviks bila hasil Pap Smear disertai adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten, yang diikuti dengan hasil biopsi yang mengidentifikasi adanya neoplasia intra-epitel (CIN) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL). Istilah ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi servikal premalignant (Brunner & Suddarth, 2001). Pulasan yang abnormal ditindaklanjuti dengan biopsi untuk mendapatkan jaringan yang digunakan untuk pemeriksaan sitologis. Karena serviks mempunyai tampilan normal, kolposkopi digunakan untuk menentukan daerah yang abnormal atau daerah untuk pengambilan contoh jaringan. Dilakukan biopsi tusuk pada daerah yang terpisah atau biopsi kerucut (pengambilan bagian jaringan dengan bentuk kerucut dari serviks yang hampir semuanya termasuk dalam daerah perpindahan) seluruh persambungan skumokolumnar (Price & Wilson, 2005). Bentuk displasia serviks


(31)

prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia (fungsi hati dan ginjal), foto toraks, sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan CT scan (Price & Wilson, 2005).

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah, terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut (Price & Wilson, 2005).

2.3. Pemeriksaan Pap Smear

2.3.1. Pengertian Pemeriksaan Pap Smear

Pap Smear adalah suatu test yang aman dan murah yang telah dipakai

bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada di sel-sel leher rahim. Test ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicoloau sehingga dinamakan Pap Smear Test. Pap Smear Test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel-sel tersebut. Perubahan-perubahan yang terdeteksi secara dini akan menurunkan kejadian kanker serviks. Pap Smear dapat mendeteksi dini kanker serviks dengan melihat penemuan perkembangan sel-sel abnormal serviks (Brunner & Suddarth, 2001).


(32)

2.3.2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear

Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring

(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah (Price & Wilson, 2005).

Manfaat Pap Smear dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut: a. Diagnosis dini keganasan

Pap Smear berguna dalam mendeteksi kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

b. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapatkan kemoterapi dan radiasi.

c. Interpretasi hormonal wanita

Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkinan keguguran pada hamil muda.

d. Menentukan proses peradangan

Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri atau jamur (Manuaba, 2005).

2.3.3. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Prosedur pemeriksaan Pap Smear Test dimulai dengan tindakan pasien

dibaringkan telentang kemudian diatur dalam posisi lithotomic, lalu masukkan alat spekulum ke dalam liang senggama yaitu alat yang menyerupai moncong bebek yang bertujuan untuk membuka liang senggama sehingga dapat terlihat jelas dinding leher rahim dan alat ini bertujuan untuk menahan vagina agar tetap terbuka. Setelah itu sel-sel leher rahim diambil dengan cara mengusap leher rahim


(33)

dengan spatula yaitu suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, kemudian dioleskan apusan leher rahim tersebut pada object glass, dan kemudian dikirim ke bagian laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan teliti yaitu dengan dipulas dengan Papanicoloau dan diperiksa adanya sel kanker atau tidak (Price & Wilson, 2005).

Prosedur pemeriksaan Pap Smear (Soepardiman, 2002 dan Manuaba, 2005) yaitu:

a. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi formulir konsultasi sitologi, speculum bivalve (cocor bebek), spatula Ayre, kaca objek (object

glass) yang telah diberi label pada satu sisinya, dan wadah berisi larutan

alkohol 95 %;

b. Persiapkan pasien untuk berbaring dengan posisi ginekologi;

c. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehingga tampak dengan jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri dan kanalis servikalis; d. Memeriksa serviks apakah normal atau tidak;

e. Spatula Ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum jam;

f. Sediaan lendir serviks dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan membentu sudut 450 satu kali usapan;

g. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam larutan alkohol 95 % selama 10 menit;

h. Sediaan diletakkan pada wadah kemudian dikirim ke ahli patologi anatomi. Prosedur pemeriksaan ini akan memberikan rasa tidak nyaman tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan ini dilakukan 1 tahun sekali dan secara teratur. Pap Smear Test sebaiknya dilakukan seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi. Bagi wanita yang sudah menopause maka dapat melakukan pemeriksaan ini kapan saja. Pap Smear ditunda sampai pengobatan


(34)

selesai pada pasien dengan peradangan berat. Pap Smear tidak dilakukan lagi bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan seluruh rahim (histerektomi) dengan riwayat penyakit jinak dan bukan merupakan lesi prekanker. Selain itu Pap Smear juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun dengan syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir (Azis, 2002).

Pap Smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun (Husain & Hoskins, 2002). Pap Smear sebaiknya tidak dilakuan pada wanita yang baru menikah atau aktif secara seksual kurang dari 3 tahun karena dapat menimbulkan pengobatan yang berlebihan akibat gambaran sel abnormal yang bersifat sementara. Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual 2-3 hari sebelum pemeriksaan, kemudian dianjurkan untuk tidak menggunakan pengobatan melalui vagina atau mencuci vagina dengan cairan seperti spermicidal

foams, creams dan jellies. Hal ini perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi

hasil pemeriksaan Pap Smear. Setelah pemeriksaan Pap Smear, pasien dapat langsung kembali mengerjakan aktivitas-aktivitasnya sehari-hari (Schoendstadt, 2006).

Menurut rekomendasi terbaru dari American College of Obstetricans and

Gynecologist dan The American Cancer Society, pemeriksaan Pap Smear

dianjurkan untuk diulang setahun sekali secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang atas kebijakan dokter (Hillegas, 2005).

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda abnormal maka dilakukan pengobatan lanjutan dengan pemanasan sinar laser, atau dengan cone

biopsy . Dan apabila terjadi prekanker maka tindakan yang dilakukan adalah


(35)

2.3.4. Interpretasi Pap Smear

Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap Smear, yaitu

sistem Papanicolau, sistem Cervical Intraepithel Neoplasm, dan sistem Bethesda (Garcia, 2007).

Klasifikasi Papanicolaou adalah sistem yang pertama kali ditemukan oleh Papanicolaou. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Manuaba, 2005), yaitu:

a. Kelas I : Tidak ada sel atipik atau sel abnormal;

b. Kelas II : Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan; c. Kelas III : Gambaran sitologi dicurigai keganasan;

d. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit; e. Kelas V : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.

Perkembangan sitologi di bidang diagnostik ahli menganjurkan untuk

mengganti klasifikasi Papanicolaou karena sistem ini dianggap tidak mencerminan pengertian neoplasia serviks/vagina, tidak mempunyai padanan dengan terminologi histopatologi, tidak mencantumkan diagnosis non kanker, tidak menggambarkan interpretasi yang seragam, dan tidak menunjukkan suatu pernyataan diagnosis.

Sistem displasia/ Cervical Intraepithel Neoplasm dipublikasikan pertama kali oleh Richart RM (1973) di Amerika Serikat. Sistem CIN menegaskan kembali bahwa lesi precursor kanker serviks ini membentuk rangkaian berkelanjutan menuju karsinoma, sehingga semua derajat CIN yaitu CIN I, II, dan III wajib diobati (Tierner & Whooley, 2002).

Sistem Bethesda pertama sekali diperkenalkan oleh Bethesda pada tahun 1988, dan disempurnakan oleh National Cancer Institute USA. Klasifikasi sistem Bethesda adalah sebagai berikut:

Untuk sel squamous dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASCUS);

b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesions (LGSIL), yang meliputi displasia ringan (CIN I), koilositosis, dan flat condyloma;


(36)

c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesions (HSGIL), yang meliputi CIN II dan CIN III;

d. Squamous Cells Carcinoma. (Rosevear, 2002).

Untuk sel glandular, sistem Bethesda dibagi menjadi: a. Sel endometrial (pada wanita menopause);

b. Atypical Glandular Undetermined Significance (AGUS); c. Lesi intraepitel glandular;

d. Adenokarsinoma endoserviks; e. Adenokarsinoma endometrium; f. Adenokarsinoma ekstrauterin;

g. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (Rosevear, 2002).

Sistem Bethesda lebih sering digunakan karena sistem ini mampu memfasilitasi komunikasi antara laboratorium dengan klinikus dan sistem ini juga mampu menjelaskan derajat abnormalitas sel yang tidak jelas (Soepardiman, 2002).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan

wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear”

3.2. Definisi Operasional

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui responden mengenai

pengertian, manfaat, prosedur, dan interpretasi pemeriksaan Pap Smear dalam pendeteksian dini penyakit kanker serviks. Pengukuran tingkat pengetahuan reponden tentang pendeteksian kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan responden pada kuesioner, dengan menggunakan sistem scoring dan skala pengukuran ordinal (Arikunto, 2007). Penilaian terhadap tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear yang dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan scoring 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, dikategorikan sebagai berikut:

a. Skor 8-11 : baik b. Skor 4-7 : sedang c. Skor 0-3 : kurang

Tingkat Pengetahuan


(38)

Responden dalam penelitian ini adalah wanita dengan rentang usia 21-65 tahun yang sudah memiliki riwayat menikah dan usia pernikahan lebih dari 3 tahun. Hal ini berkaitan dengan prosedur Pap Smear yaitu Pap Smear mulai dapat dilaksanakan pada wanita yang telah 3 tahun menikah atau aktif secara seksual, tetapi usianya tidak dibawah 21 tahun (Husain & Hoskins, 2002). Selain itu Pap Smear juga tidak dilakukan lagi pada wanita yang telah berusia di atas 70 tahun dengan syarat hasilnya 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir (Azis, 2002).

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang terakhir dijalani. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi :

Rendah : apabila responden tidak sekolah atau tamat SD sederajat Sedang : apabila responden tamat SMP atau SMA sederajat


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan

pendekatan “Cross Sectional” (studi potong lintang), yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Johor dari bulan

Juni 2010 sampai Agustus 2010. Alasan pemilihan lokasi adalah karena Kelurahan Gedung Johor berada dalam kawasan Kotamadya Medan, sehingga dengan gambaran bahwa kota Medan yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia diharapkan dapat menjadi gambaran dari hasil penelitian. Selain itu Kelurahan Gedung Johor dalam fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat hanya memiliki satu puskesmas pembantu sedangkan puskesmas berada di kecamatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa fasilitas kesehatan merupakan titik awal dari usaha untuk memberikan pengetahuan dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat. Selain itu alasan pemilihan lokasi adalah karena penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks ini belum pernah diteliti sebelumnya di daerah ini padahal bila dilihat dari survey penduduk Kelurahan Gedung Johor memiliki jumlah rumah tangga yang banyak dengan jumlah wanita yang banyak berisiko untuk terkena kanker serviks.


(40)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi penelitian ini adalah para wanita yang merupakan penduduk di Kelurahan Gedung Johor pada perhitungan tahun 2009. Dari hasil peninjauan lokasi awal Kelurahan Gedung Johor diketahui memiliki 13 Lingkungan dengan 1 Lurah dan 13 Kepala Lingkungan dengan jumlah 2900 kepala rumah tangga.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah bahagian dari populasi yang berada di

lingkungan Kelurahan Gedung Johor selama penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

proportional cluster random sampling yang dilakukan dengan cara memilih 20 %

dari populasi, yaitu 3 dari 13 lingkungan di Kelurahan Gedung Johor secara acak (Notoatmodjo, 2005). Jumlah subjek dari masing-masing lingkungan disesuaikan dengan jumlah rumah tangga dari lingkungan tersebut. Pada perhitungan tahun 2009, hasil peninjauan lokasi awal Kelurahan Gedung Johor diketahui memiliki 13 Lingkungan dengan 1 Lurah dan 13 Kepala Lingkungan dengan jumlah 2900 kepala rumah tangga.

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini:

n =

2

) ( 1 N d

N

+

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan dalam penelitian ini digunakan 10 %


(41)

n = 2

) 1 , 0 ( 2900 1

2900

+ = 96

Jumlah sampel penelitian ini adalah jumlah sampel minimal ditambah dengan substitusi 10% dari jumlah sampel minimal. Substitusi adalah jumlah subjek dalam persen yang mungkin drop out.

n2 = n1 + (10 % x n1)

= 96 + (10 % x 96 )

= 105

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 105 subjek.

Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:

• Wanita berusia 21-65 tahun

• Sudah menikah

• Usia pernikahan lebih dari 3 tahun

• Warga kelurahan Gedung Johor

• Bersedia menjadi responden.

Sedangkan kriteria ekslusi sampel penelitian ini adalah:

• Wanita berusia di bawah 21 tahun dan lebih dari 65 tahun

• Belum pernah menikah

• Bukan warga kelurahan Gedung Johor

• Tidak bersedia menjadi responden

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.


(42)

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pemerintah di Kelurahan

Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan.

4.4.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner yang akan dipergunakan dalam penelitian ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha). Uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner tingkat pengetahuan wanita dalam pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear pernah dilakukan untuk penelitian sebelumnya tentang gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang Pap Smear di Kelurahan Medan Petisah dengan hasil 0,790. Suatu instrumen dikatakan reliable jika hasil reliabilitasnya lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Sedangkan uji validitas dan reliabilitas untuk kuesioner sikap wanita dalam pendeteksian dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear akan dilakukan sebelum penelitian ini terhadap seluruh responden.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reabilitas kuesioner dilakukan di Kelurahan Kedai Durian, Kecamatan Medan Johor pada bulan Agustus 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dan reabilitas yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.


(43)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Variabel No.

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status Pengetahuan 1 0.718 Valid 0, 765 Reliabel

2 0.711 Valid Reliabel

3 0.633 Valid Reliabel

4 0.530 Valid Reliabel

5 0.692 Valid Reliabel

6 0.758 Valid Reliabel

7 0.576 Valid Reliabel

8 0.718 Valid Reliabel

9 0.625 Valid Reliabel

10 0.846 Valid Reliabel

11 0.858 Valid Reliablel

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Setelah kuesioner valid dan mendapat izin penelitian lalu peneliti akan

mulai membagikan kuesioner pada responden di lokasi penelitian pada waktu yang ditetapkan. Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kemudian menjelaskan tujuan, manfaat penelitian dan proses pengisian kuesioner kepada responden sebelum membrikan kuesioner. Lalu peneliti meminta responden untuk mengisi lembar informed consent. Setelah kuesioner diisi akan dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila jumlah responden telah mencapai jumlah sampel minimal maka proses pencarian responden dapat dihentikan. Kemudian setelah data terkumpul semua dilanjutkan dengan proses pengolahan data.

Metode pengolahan data pada penelitian ini akan menggunakan software SPSS versi 17.0. Analisis statistik untuk data deskriptif akan dilakukan dengan mean (data numerik) serta persentase (data kategorik). Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel.


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kelurahan Gedung Johor. Kelurahan Gedung Johor merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan luas geografinya, Kelurahan Gedung Johor memiliki luas wilayah sebesar 315 ha yang terbagi menjadi 13 lingkungan dengan letak sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Mansyur Kecamatan Medan Johor;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli Kecamatan Medan Amplas; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Namo Rambe Kecamatan Deli Tua

Kabupaten Deli Serdang;

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Babura Kecamatan Medan Tuntungan.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan bulan Desember 2008, jumlah penduduk di Kecamatan Medan Johor adalah 101.889 jiwa, dan kepadatan penduduk 6.988,2 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Gedung Johor adalah 26.216 jiwa dengan penyebaran penduduk berjenis kelamin wanita sebanyak 15.303 orang. Sementara laki-laki berjumlah 10.913 orang.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat sebanyak 105 respoden yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi usia dan tingkat pendidikan.

Ditinjau dari karakteristik usia, nilai tengah (median) dari usia responden penelitian ini adalah 43 tahun dengan rentang usia berada diantara 21 tahun dan 65 tahun. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi usia responden dapat dilihat pada tabel 5.1


(45)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteriktik Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia f %

21 – 29 18 17,1

30 – 38 29 27,6

39 – 47 42 40,0

48 – 56 6 5.7

57 – 65 10 9,5

Total 105 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar berada pada rentang usia 39 – 47 tahun, yaitu sebanyak 42 orang (40,0%) dan terendah pada usia 57 – 65 tahun, yaitu sebanyak 6 orang (5,7%).

Sedangkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan f %

Rendah 26 24,8

Sedang 35 33,3

Tinggi 44 41,9

Total 105 100

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 44 orang (41,9%) dan yang paling sedikit berasal dari kelompok yang rendah yaitu sebanyak 26 orang (24,8%), sedangkan sisanya berada pada kelompok dengan tingkat pendidikan yang sedang, yaitu sebanyak 35 orang (33,3%).

5.3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan 5.3.1. Hasil Analisa Data

Hasil uji terhadap tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai Pap Smear yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.


(46)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Pap Smear

Variabel Kategori f %

Pengetahuan Kurang 24 22,86

Sedang 68 64,76

Baik 13 12,38

Total 105 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiiki persentase paling besar yaitu sebanyak 68 orang (64,76%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 24 orang (22,86%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 13 orang (12,38%).

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai Pap Smear dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemeriksaan Pap Smear No Pertanyaan

Tahu Tidak

Tahu

f % f %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Pengertian pemeriksaan Pap Smear 87 82,9 18 17,1

Tujuan pemeriksaan Pap Smear 90 85,7 15 14,3

Tempat pemeriksaan Pap Smear 38 36,2 67 63,8

Tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear

6 5,7 99 94,3

Usia untuk melakukan Pap Smear 53 50,5 52 49,5

Pemeriksaan dini kanker leher rahim dilakukan pada wanita dengan riwayat hubungan seksual lebih dari 3 tahun

43 41 62 59

Pap smear sebaiknya diulang 1 tahun sekali 68 64,8 37 35,2 Pada saat melakukan Pap Smear, sebaiknya

wanita dalam keadaan tidak haid (menstruasi)

70 66,7 35 33,3

Tidak boleh mencuci bagian kewanitaan sebelum melakukan Pap Smear

11 10,5 94 89,5

Tidak boleh melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum melakukan Pap smear

56 53,3 49 46,7

Setelah melakukan pemeriksaan Pap Smear maka pasien dapat beraktivitas seperti semula tanpa ada halangan


(47)

Dari tabel 5.4 terlihat bahwa 82,9 % responden mengetahui pengertian Pap Smear dan 85,7 % mengetahui tujuannya. Namun, hanya 36,2% responden yang mengetahui tempat pemeriksaan Pap Smear dan hanya 5,7% responden yang mengetahui tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear. Sebanyak 50,5% responden mengetahui usia yang terbaik untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear dan 64,8% responden mengetahui bahwa Pap Smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun sekali. Dalam persiapan pasien sebelum melakukan Pap Smear, hanya 10,5% responden yang mengetahui bahwa pasien tidak boleh mencuci bagian kewanitaannya sebelum melakukan Pap Smear dan sebanyak 53,3% responden mengetahui bahwa 1 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Usia

Kelompok Usia

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

21 – 29 0 0 9 13,2 9 37,5 18

30 – 38 2 15,4 25 36,8 2 8,3 29

39 – 47 7 53,8 28 41,2 7 29,2 42

48 – 56 2 15,4 4 5,9 0 0 6

57 – 65 2 15,4 2 2,9 6 25 10

Total 13 100 68 100 24 100 105

Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi terbesar, yaitu 53,8% responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan Pap Smear memiliki usia dalam rentang 39 – 47 tahun. Sementara untuk tingkat pengetahuan yang sedang, mayoritas responden berusia 39 – 47 tahun juga, yaitu


(48)

sebesar 41,2%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebagian besar berasal dari kelompok usia 21 – 29 tahun, yaitu sebesar 37,5%.

Distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

Rendah 1 7,7 17 25,0 8 33,3 26

Sedang 3 23,1 21 30,9 11 45,8 35

Tinggi 9 69,2 30 44,1 5 20,8 44

Total 13 100 68 100 24 100 105

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang tingkat pengetahuannya baik mengenai pemeriksaan Pap Smear memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak sebesar 69,2%. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan sedang juga berasal dari tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 44,1%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan yang sedang, yakni sebesar 45,8%.

5.3.2. Pembahasan

Menurut Roger dan Notoatmojo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila dilihat dari hasil penelitian, ternyata 12,38% wanita di Kelurahan Gedung Johor memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai Pap Smear, sedangkan wanita yang berpengetahuan sedang mengenai Pap Smear terdapat sebesar


(49)

Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di poliklinik RSUP-CM Jakarta, didapatkan hanya 2,9 % responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai pemeriksaan Pap Smear, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan sedang sebesar 21,6 % dan yang berpengetahuan kurang sebesar 75,5 %. Akan tetapi dari hasil penelitian Wismer, (1998) yang dilakukan di Amerika Serikat pada warga Negara Amerika keturunan Korea pada bulan April 1998, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,1 % responden memiliki pengetahuan baik mengenai Pap Smear.

Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut dapat disebabkan perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima masyarakat setempat. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan Pap Smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks serta informasi mengenai cara pencegahan dan deteksi dini.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang. Sehingga dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear perlu dilakukan sosialisasi mengenai Pap Smear yang dapat diterima melalui televisi, radio, majalah, serta kader atau petugas kesehatan dalam masyarakat yang merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas.

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik usia dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa proporsi terbesar wanita yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 53,8% berusia 39 – 47 tahun. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika (2006) di rumah susun Klender Jakarta juga memperlihatkan hasil yang hampir sama, dimana 42,9 % wanita yang memiliki pengetahuan baik memiliki rentang usia 45-54 tahun.

Hal ini dapat disebabkan karena risiko tertinggi bagi seorang wanita untuk terkena kanker serviks adalah pada usia dekade 40-an (Husain dan Hoskins, 2002). Jadi wanita yang berusia sekitar 40-50 tahun memiliki tingkat kewaspadaan yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya kanker serviks,


(50)

sehingga informasi yang mereka cari dan peroleh mengenai pencegahan kanker serviks, termasuk pemeriksaan Pap Smear menjadi lebih baik.

Akan tetapi, berbeda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Klug (2005) di Jerman yang memperlihatkan bahwa 42,7 % wanita yang berusia 20-29 tahun memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap Smear. Perbedaan ini jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin dibandingkan dengan wanita-wanita di negara Jerman.

Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan diperoleh bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan Pap Smear sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 69,2%. Responden yang berpengetahuan sedang mayoritas juga berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan yang tinggi, yakni sebesar 44,1%. Sedangkan, responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak berpendidikan sedang, yakni sebesar 45,8%.

Penelitian yang dilakukan oleh Kayika (2006) memperlihatkan hasil yang berbeda, dimana mayoritas responden yang berpengetahuan baik, mayoritas berasal dari kelompok responden yang memiliki tingkat pendidikan yang sedang 50%. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang mengenai Pap Smear tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, namun lebih dipengaruhi oleh paparan informasi yang diperolehnya.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan wanita mengenai pemeriksaan Pap Smear

dikategorikan:

• Baik sebanyak 13 orang (12,38%);

• Cukup sebanyak 68 orang (64,76%);

• Kurang sebanyak 24 orang (22,86%).

2. Berdasarkan karakteristik usia, tingkat pengetahuan wanita tentang Pap Smear dikategorikan:

• Baik sebanyak 7 orang (53,8%) dengan usia 39 – 47 tahun;

• Sedang sebanyak 28 orang (41,2%) dengan usia 39 – 47 tahun juga;

• Kurang sebanyak 9 orang (37,5%) dengan usia 21 – 29 tahun.

3. Berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan wanita mengenai Pap Smear dikategorikan:

• Memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 9 orang (69,2%);

• Memiliki tingkat pengetahuan sedang dengan tingkat pendidikan yang tinggi sebanyak 30 orang (44,1%).

• Memiliki pengetahuan yang kurang dengan tingkat pendidikan sedang sebanyak 11 orang (45,8%).

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan wanita di Kelurahan Gedung Johor mengenai pemeriksaan Pap Smear. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, media elektronik, maupun penyuluhan-penyuluhan.

2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel - variabel


(52)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society., 2001. Cervical Cancer. Available from:

[Accessed 28 Maret 2010.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis. Edisi Revisi

VI. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, M.F., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Ramli. H.M. et

al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 97-110.

Azwar, S., 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bosch, et.al., 2001. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H., et

al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1294-1296.

Brunner & Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim. Available from: February 2010].

Departemen Pendidikan Nasional., 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Garcia, A.A., 2007. Cervical cancer, University of Southern California. Available

from:

[Accessed 28 February 2010].

Hacker, N.F., 2005. Cervical Cancer. In: Weinberg, R. ed Practical Gynecologist

Oncolog. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 337-342

Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H.,

et al, eds. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.


(53)

Husain, A. & Hoskins, W.J., 2002. Screening for Cervical Cancer. In: Aziz, K. &

Wu, G.Y., eds. Cancer Screening: A Practical Guide for Physicians.

Totowa: Humana Press Inc.,27-4.

Kayika, I. P.G., et. al. 2007. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perempuan yang

sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Majalah

Kedokteran Indonesia, 57 (7): 57-64.

Klug, J. S., et al. 2005. Screening for Breast and Cervical Cancer in Large

German City: Knowledge, Participation, and Motivation. Europe Public

Health, 15 (1): 70-75.

Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L., eds.

Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.

Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FE UI, 33-35.

Mills, K., 2002. Molecular Analysis of cancer. In: Boultwood, J. & Fidler, C.,

eds. Methods in Molecular Medicine, vol 68. Totowa: Humana Press, 1-4

Moegni, E. M.2006. Penilaian Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pasien

Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo tentang Pap Smear. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia, 213 (8).

Notoadmojo, Soekidjo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Kineka Cipta.

Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba.

Polit, D.F. & Hunger, B.P., 1995. Nursing Research: Principles and Methods (5th

edition). Philadelphia: J.B Lippincott Company.

Price & Wilson., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi


(54)

Robbins, S.L. & Kumar, V., 1995. Sistem Genitalia Wanita dan Payudara. In:

Oswari, J.etal, eds. Buku Ajar Patologi II. Jakarta: EGC, 377-382.

Rosevear, S.K., 2002. Cervical Screening and Premalignant Disease of the

Cervix. In: Hand Book of Gynaecology Management. Osney Mead:

Black Wall Science LTD, 80-83.

Schoenstadt, A., 2006. Cervical Cancer Screening. Available from: [Accessed 18 Maret 2010]

Schwartz, et.al., 2001. Cervical Cancer. In: Weinberg, R. ed Practical

Gynecologist Oncology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William &

Wilkins, 337-342.

Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M. et al, eds,

Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 123-129.

Suhartono, S., 2005. Masalah Pengetahuan. In: Shaleh, A.Q., ed. Filsafat Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 65-72.

Sukardja, I.D.G., 2000. Prevensi Kanker. In: Tutiek, K., ed. Onkologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press, 171-174.

Tierner & Whooley., 2002. Cervical Screening and Premalignant Disease of the

Cervix. In: Hand Book of Gynaecology Management. Osney Mead:

Black Wall Science LTD, 84-87.

Wismer, B., et al. 1998. Rates and Independent Correlates of Pap Smear Testing


(55)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rinal Baharsyah Hrp

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan / 28 Mei 1988

Agama : Islam

Alamat : Komplek Taman Setia Budi Indah Blok SS No. 19

Medan

Riwayat Pendidikan :1. TK Indra Murni Padangsidimpuan (1994-1995)

2. Sekolah Dasar Negeri 26 Padangsidimpuan

(1995-2001)

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1

Padangsidimpuan (2001-2004)

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Padangsidimpuan

(2004-2007)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( 2007-Sekarang )

Riwayat Organisasi :1. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa SCORA Fakultas


(56)

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Kuesioner ini ditujukan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Gedung Johor.

Isi kuesioner ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu: kuesioner identitas responden, dan kuesioner pengetahuan,. Silahkan mengisi kuesioner ini sesuai petunjuk yang diberikan.

A. Identitas Responden

Petunjuk Pengisian:

Isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. 1. Nomor Responden :...

2. Nama Responden :………

3. Umur :...tahun 4. Pendidikan terakhir (√) :.Tidak sekolah

Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat

Tamat Perguruan Tinggi atau sederajat

5. Riwayat pernah melakukan pemeriksaan pap smear (√): Pernah

Belum Pernah Catatan: (√) checklist yang sesuai.

B. Kuesioner Pengetahuan

Petunjuk : Berilah tanda lingkar (O) pada pilihan jawaban di bawah ini yang menurut anda paling benar.

1. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara dimasukkan alat ke dalam bagian leher rahim alat kelamin wanita untuk diperiksa disebut :

a. Pemeriksaan Radioterapi b. Pemeriksaan USG


(57)

c. Pemeriksaan Pap Smear (pemeriksaan sel leher rahim) d. Tidak tahu

2. Pemeriksaan sel-sel leher rahim bertujuan untuk:

a. Mendeteksi kanker leher rahim secara dini sehingga dapat diberikan pengobatan sesegera dan seoptimal mungkin

b. Mengetahui perkembangan janin

c. Melihat adanya infeksi saluran pencernaan d. Tidak tahu

3. Untuk melakukan pemeriksaan dini kanker leher rahim, kita dapat melakukannya di:

a. Rumah sakit besar, klinik dokter, bidan dan perawat yang memiliki fasilitas lengkap dan izin

b. Tempat praktek dukun beranak c. Posyandu anak

d. Tidak tahu

4. Pemeriksaan Pap Smear (sel leher rahim) dilakukan oleh:

a. Dokter spesialis kandungan, perawat dan bidan yang sudah ahli b. Mahasiswa kedokteran

c. Siapa saja d. Tidak tahu

5. Pemeriksaan Pap Smear (sel leher rahim) dapat dilakukan pada wanita dengan usia:

a. Segala usia b. 21-65 tahun c. 12-18 tahun d. Tidak tahu

6. Pemeriksaan dini kanker leher rahim dilakukan pada:

a. Wanita dengan riwayat hubungan seksual lebih dari 3 tahun b. Semua wanita

c. Semua pria d. Tidak tahu


(58)

7. Pemeriksaan sel apus leher rahim sebaiknya dilakukan berapa kali setahun: a. 1 x setahun secara teratur

b. 5 x setahun

c. Lebih sering lebih baik d. Tidak tahu

8. Pada saat melakukan Pap Smear, sebaiknya wanita dalam keadaan: a. Tidak haid (menstruasi)

b. Hamil

c. Haid (menstruasi) d. Tidak tahu

9. Sebelum dilakukan Pap Smear, pasien diwajibkan untuk: a. Mencuci daerah kewanitaannya dengan cairan pencuci b. Tidak mencuci daerah kewanitaannya dengan cairan pencuci c. Tidak ada kewajiban

d. Tidak tahu

10. Sebaiknya persiapan pasien sebelum pemeriksaan kanker leher rahim adalah: a. Tidak melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum pemeriksaan b. Puasa

c. Tidak ada persiapan d. Tidak tahu

11. Setelah melakukan pemeriksaan Pap Smear maka pasien: a. Diwajibkan istirahat total, minimal 2 hari

b. Dapat beraktivitas seperti semula tanpa ada halangan c. Dapat beraktivitas ringan


(59)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :……….

Umur :……….

Pekerjaan :……….

Alamat :……….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan


(60)

Lampiran 5

DATA INDUK RESPONDEN

No Usia rentang T.Pendidikan

Pap

Smear P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Total Pengetahuan

1 25 21-29 Sedang tidak 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 7 sedang

2 34 30-38 Sedang tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 sedang

3 29 21-29 Sedang tidak 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 6 sedang

4 38 21-29 Rendah tidak 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5 sedang

5 23 21-29 Tinggi tidak 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 rendah

6 39 39-47 Sedang tidak 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 7 sedang

7 59 57-65 Rendah tidak 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 rendah

8 36 30-38 Sedang tidak 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6 sedang

9 23 21-29 Rendah tidak 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 rendah

10 40 39-47 Sedang tidak 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 7 sedang

11 60 57-65 Rendah tidak 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 sedang

12 34 30-38 Rendah tidak 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 sedang

13 35 30-38 Sedang tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 6 sedang

14 29 21-29 Sedang tidak 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 sedang

15 40 39-47 Sedang pernah 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 9 tinggi

16 58 57-65 Sedang tidak 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 rendah

17 36 30-38 Rendah tidak 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 5 sedang

18 43 39-47 Sedang tidak 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 6 sedang

19 26 21-29 Sedang tidak 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 rendah


(61)

21 58 57-65 Sedang tidak 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 rendah

22 60 57-65 Tinggi tidak 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 rendah

23 47 39-47 Sedang tidak 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 7 sedang

24 39 39-47 Tinggi tidak 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 4 sedang

25 30 30-38 Rendah tidak 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 4 sedang

26 46 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 6 sedang

27 27 21-29 Rendah tidak 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 rendah

28 40 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 5 sedang

29 42 39-47 Rendah tidak 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 tinggi

30 31 30-38 Tinggi tidak 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4 sedang

31 29 21-29 Rendah tidak 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 rendah

32 50 48-56 Sedang tidak 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 7 sedang

33 43 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 5 sedang

34 32 30-38 Rendah tidak 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 4 sedang

35 24 21-29 Rendah tidak 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 rendah

36 28 21-29 Rendah tidak 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 rendah

37 33 30-38 Tinggi tidak 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 sedang

38 38 30-38 Sedang tidak 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 7 sedang

39 47 39-47 Rendah tidak 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 rendah

40 44 39-47 Tinggi pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 8 tinggi

41 33 30-38 Sedang tidak 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 7 sedang

42 45 39-47 Rendah tidak 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 sedang

43 45 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 7 sedang

44 32 30-38 Rendah tidak 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 4 sedang


(62)

46 53 48-56 Sedang tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 sedang

47 31 30-38 Rendah tidak 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 5 sedang

48 54 48-56 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 sedang

49 31 30-38 Sedang tidak 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 rendah

50 59 57-65 Tinggi pernah 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 8 tinggi

51 47 39-47 Tinggi tidak 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 6 sedang

52 57 57-65 Tinggi tidak 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 6 sedang

53 33 30-38 Rendah tidak 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 5 sedang

54 45 39-47 Sedang pernah 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 8 tinggi

55 40 39-47 Sedang tidak 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 7 sedang

56 39 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 sedang

57 24 21-29 Rendah tidak 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4 sedang

58 42 39-47 Tinggi tidak 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 6 sedang

59 37 30-38 Tinggi tidak 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 6 sedang

60 35 30-38 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 6 sedang

61 44 39-47 Sedang tidak 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 rendah

62 46 39-47 Rendah tidak 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 4 sedang

63 37 30-38 Tinggi pernah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 tinggi

64 24 21-29 Sedang tidak 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 sedang

65 45 39-47 Sedang tidak 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 rendah

66 47 39-47 Rendah tidak 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 5 sedang

67 38 30-38 Sedang tidak 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 sedang

68 47 39-47 Tinggi tidak 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 7 sedang

69 45 39-47 Tinggi tidak 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 6 sedang


(1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

P1 6.00 6.947 .674 .718

P2 6.15 6.661 .698 .710

P3 6.05 7.208 .513 .736

P5 6.10 7.463 .382 .751

P6 6.20 6.905 .581 .726

P7 6.20 6.589 .715 .707

P8 6.15 7.292 .434 .745

P9 6.00 6.947 .674 .718

P10 6.20 6.905 .581 .726

P11 6.15 6.555 .744 .704

P12 6.30 11.695 -.926 .884

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

1.

Karakteristik Responden

Pengetahuan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid rendah 24 22.86 22.86 22.9

sedang 68 64.76 64.76 87.6

tinggi 13 12.38 12.38 100.0

Total 105 100.0 100.0

Rentang Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-29 18 17.1 17.1 17.1

30-38 29 27.6 27.6 44.8

39-47 42 40.0 40.0 84.8

48-56 6 5.7 5.7 90.5

57-65 10 9.5 9.5 100.0

Total 105 100.0 100.0

T.Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rendah 26 24.8 24.8 24.8

Sedang 35 33.3 33.3 58.1

Tinggi 44 41.9 41.9 100.0


(3)

Kelompok Usia * Pengetahuan Responden Crosstabulation Pengetahuan Responden

Total rendah sedang tinggi

Kelompok Usia 21-29 Count 9 9 0 18

Expected Count 4.1 11.7 2.2 18.0

30-38 Count 2 25 2 29

Expected Count 6.6 18.8 3.6 29.0

39-47 Count 7 28 7 42

Expected Count 9.6 27.2 5.2 42.0

48-56 Count 0 4 2 6

Expected Count 1.4 3.9 .7 6.0

57-65 Count 6 2 2 10

Expected Count 2.3 6.5 1.2 10.0

Total Count 24 68 13 105

Expected Count 24.0 68.0 13.0 105.0

T.Pendidikan * Pengetahuan Responden Crosstabulation Pengetahuan Responden

Total rendah sedang tinggi

T.Pendidikan Rendah Count 8 17 1 26

Expected Count 5.9 16.8 3.2 26.0

Sedang Count 11 21 3 35

Expected Count 8.0 22.7 4.3 35.0

Tinggi Count 5 30 9 44

Expected Count 10.1 28.5 5.4 44.0


(4)

2. Pertanyaan

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 18 17.1 17.1 17.1

1 87 82.9 82.9 100.0

Total 105 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 15 14.3 14.3 14.3

1 90 85.7 85.7 100.0

Total 105 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 67 63.8 63.8 63.8

1 38 36.2 36.2 100.0

Total 105 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 99 94.3 94.3 94.3

1 6 5.7 5.7 100.0


(5)

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 52 49.5 49.5 49.5

1 53 50.5 50.5 100.0

Total 105 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 62 59.0 59.0 59.0

1 43 41.0 41.0 100.0

Total 105 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 37 35.2 35.2 35.2

1 68 64.8 64.8 100.0


(6)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 35 33.3 33.3 33.3

1 70 66.7 66.7 100.0

Total 105 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 94 89.5 89.5 89.5

1 11 10.5 10.5 100.0

Total 105 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 49 46.7 46.7 46.7

1 56 53.3 53.3 100.0

Total 105 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 50 47.6 47.6 47.6

1 55 52.4 52.4 100.0


Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013

0 9 79

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Guru Wanita yang sudah Menikah tentang Pap Smear sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks di Yayasan Pendidikan Katolik Mariana

0 23 62

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PEMERIKSAAN Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DAN TINDAKAN PEMERIKSAAN Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Sidanegara Kabupaten Cilacap.

0 2 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP WANITA TERHADAP PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA JETIS KELURAHAN KWARASAN SUKOHARJO.

0 1 14

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Guru Wanita yang sudah Menikah tentang Pap Smear sebagai Deteksi Dini Kanker Serviks di Yayasan Pendidikan Katolik Mariana

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER LEHER RAHIM DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI PAP SMEAR DI KELURAHAN SURYODININGRATAN YOGYAKARTA

0 0 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PAP SMEAR DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA WANITA USIA 35-55 TAHUN DI PEDUKUHAN TEJOGAN HARGOREJO KOKAP KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang PAP Smear dengan Sikap Deteksi Di

0 0 12

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS UMBULHARJ0 1 YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan PAP Smear

0 0 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS UMBULHARJO II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan Pap

0 1 11