31
Tabel 3.1 Komposisi Pulp Daun Lidah Mertua dan Kulit pisang Perbandingan Bahan
Pulp Daun Lidah Mertua Kulit pisang
Berat Kering Massa gr
Berat Kering Massa gr
100 35,0
20 7,0
80 28,0
40 14,0
60 21,0
60 21,0
40 14,0
80 28,0
20 7,0
100 35,0
3.4.4. Pencetakan Lembaran Kertas
Proses pencetakan lembaran kertas dimulai dengan melakukan pengenceran, yakni pulp daun lidah mertua dan kulit pisang yang telah dicampurkan pada komposisi
yang telah ditentukan pada Tabel 3.1, direndam dengan air selama 24 jam, lalu dilakukan penghalusan agar menjadi campuran yang homogen dengan
memblender pada kecepatan maximal selama 60 sekon. Hal ini dilakukan untuk mencegah putusnya serat daun lidah mertua dan kulit pisang penyusun kertas
tersebut yang berarti mengurangi kualitas kertas. Jika ingin memberikan pewarnaan pada kertas, dapat dilakukan sebelum proses penghalusan dan
diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Kemudian dilakukan pencetakan dengan ukuran cetakan
30x21 cm. Pulp yang diperoleh dilap dengan spons untuk mengurangi kadar airnya. Karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang
dihasilkan sangat variatif antar lembarannya. Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan manual ini dapat menghasilkan ketebalan kertas yang
relative baik dan sama. Proses akhir dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui rendemen kertas campuran daun lidah mertua dan kulit pisang. Dalam keadaan terik matahari, selama 2 jam kertas sudah dalam
keadaan kering. Kertas yang dihasilkan dalam peneitian ini kemudian dilakukan pengujian sifat mekanik dan fisis, yakni Tearing Strength Tester uji ketahanan
sobek, Tensile Strength Tester uji ketahanan tarik, gramatur, dan densitas.
32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Hasil penelitian berupa sampel kertas yang dibuat dari pulp daun lidah mertua dan kulit pisang dengan komposisi 0 : 100; 20 : 80; 40 : 60; 60 : 40; 80
: 20; 100 : 0 telah diuji sifat mekanik dan fisisnya. Sampel kertas dapat dihasilkan, khusus komposisi 0 pulp daun lidah mertua dan 100 kulit pisang
ternyata sampel kertas tidah terbentuk. Hal ini terjadi karena kulit pisang merupakan jenis serat pendek sehingga tidak saling mengikat. Hal ini terbukti
pada saat proses pencetakan kulit pisang tidak menyatu sehingga tidak terbentuk lembaran kertas.
Pengujian sifat mekanik yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengujian kuat tarik, kuat sobek, dan pengujian sifat fisis yang dilakukan yakni
gramatur dan densitas. Hasil pengujian sifat fisis dan sifat mekanik yang dilakukan yaitu sebagai berikut:
4.1.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis
4.1.1.1 Gramatur Kertas
Gramatur adalah massa lembaran kertas atau karton dalam gram dibagi dengan satuan luasnya dalam meter persegi dinyatakan dalam grm
2
, diukur dalam kondisi standard dengan metoda SNI ISO:538-2010. Pengujian dilakukan di Balai Besar
Pulp dan Kertas BBPK Bandung. Secara matematis nilai gramatur juga dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5. Hasil perhitungan gramatur kertas
campuran pulp daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran B dapat dinyatakan seperti pada Tabel. 4.1.
33
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dan Pengukuran Gramatur Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposis Campuran Massa Kertas
gr Luas
m
2
Gramatur Kertas
grm
2
Pulp Daun Lidah Mertua
Kulit pisang
100 -
- -
20 80
0,601 0,01
60,1 40
60 0,508
0,01 50,8
60 40
0,753 0,01
75,3 80
20 0,662
0,01 66,2
100 0,920
0,01 92,0
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa gramatur kertas yang paling besar terdapat pada komposisi 100 pulp daun lidah mertua dan 0 kulit pisang yang besarnya
adalah 92,0 grm
2
dan gramatur kertas terkecil terdapat pada komposisi 40 pulp daun lidah mertua dan 60 kulit pisang yang memiliki nilai 50,8 grm
2
. Hasil pengujian nilai gramatur yang dilakukan di BBPK Bandung dapat dilihat pada
Lampiran C. Nilai hasil pengujian dan hasil perhitungan untuk gramatur kertas daun lidah mertua dan kulit pisang ternyata sama. Hubungan hasil perhitungan
nilai gramatur pada Tabel 4.1 dan hasil pengujian pada Lampiran C terhadap komposisi daun lidah mertua dan kulit pisang dapat digambarkan dalam bentuk
grafik seperti pada Gambar 4.1.
34
Gambar 4.1 Hubungan Komposisi Pulp Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Gramatur Kertas grm
2
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa gramatur kertas daun lidah mertua dan kulit pisang bervariasi. Adanya perbedaan gramatur mengindikasikan pada
pemakaian komposisi serat daun lidah mertua dan kulit pisang. Semakin kecil gramatur, maka komposisi pulp daun lidah mertua semakin sedikit sedangkan
komposisi kulit pisang semakin banyak. Perbedaan gramatur, ketebalan dan densitas kertas memiliki hubungan yang erat satu sama lain, begitu pula dengan
panjang dan lebar kertas. Hal ini disebabkan karena fomulasi gramatur didapat dari perbandingan massa kertas gr dengan luas kertas tersebut m
2
, sedangkan untuk densitas merupakan perbandingan antara gramatur grm
2
dengan tebal kertas m.
Dalam kaitannya dengan densitas, ketebalan dan gramatur, maka ketiga factor tersebut berpengaruh dalam sifat-sifat lembaran kertas. Selain itu, pengaruh
komposisi pulp serat pendek dan serat panjang akan mempengaruhi densitas lembaran dan ketebalan kertas. Gambar 4.1 adanya penyimpangan pada komposisi
60 : 40 dan 20 : 80 pulp daun lidah mertua dan kulit pisang diakibatkan sebaran serat tidak merata pada lembaran kertas.
4.1.1.2 Ketebalan Kertas
Tebal kertas adalah jarak tegak lurus antara kedua permukaan kertas bila diberi tekanan pada tekanan tertentu. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Fisika
Dasar LIDA USU dengan menggunakan micrometer. Hasil pengukuran ketebalan kertas campuran pulp daun lidah mertua dan kulit pisang terhadap komposisi serat
dapat dilihat seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Ketebalan Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Ketebalan Kertas
mm Pulp Daun Lidah Mertua
Kulit pisang
100 -
20 80
0,10 40
60 0,25
60 40
0,27
35
80 20
0,30 100
0,35 Tabel 4.2 diperoleh bahwa ketebalan kertas yang paling besar terdapat
pada komposisi 100 pulp daun lidah mertua dan 0 kulit pisang yang besarnya adalah 0,35 mm dan ketebalan kertas terkecil terdapat pada komposisi 20 pulp
daun lidah mertua dan 80 kulit pisang yang nilainya 0,10 mm. Hubungan antara ketebalan kertas dengan komposisi pulp daun lidah mertua dan kulit pisang dapat
digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hubungan Komposisi Pulp Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Ketebalan Kertas mm
Ketebalan kertas akan mempengaruhi sifat-sifat kertas. Ketebalan kertas dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya: gramatur, tekanan dan densitas.
Gambar 4.2 dapat dianalisis bahwa ketebalan kertas daun lidah mertua dan kulit pisang bervariasi. Perbedaan ketebalan kertas ini disebabkan karena variasi
gramatur lembaran kertas untuk masing-masing penambahan komposisi serat dalam kertas dan juga dipengaruhi oleh penekanan pada kertas. Ketabalan kertas
yang paling tebal terdapat pada komposisi 100 pulp daun lidah mertua dan 0 kulit pisang. Hal ini disebabkan juga karena daun lidah mertua memiliki serat
panjang dimana hemiselulosa pada serat pajang tidak mudah larut ketika proses pemasakan dibanding hemiselulosa pada serat pendek yang dimiliki kulit pisang.
36
Serat pendek mengandung lebih banyak lignin dari pada serat panjang, dan ketika proses pemasakan serat pendek akan menghasilkan sedikit serat dibandingkan
dengan serat panjang karena pada proses pemasakannya lignin terlarut. Maka, semakin banyak kandungan serat panjang pada kertas akan semakin tinggi
ketebalan kertas tersebut.
4.1.1.3 Densitas Kertas
Densitas kertas diperoleh dengan membagi gramatur dengan tebal lembaran kertas. Secara matematis dapat dituliskan seperti pada Persamaan 6. Hasil
perhitungan gramatur kertas campuran pulp daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran B dapat dinyatakan seperti pada Tabel. 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Densitas Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Gramatur
Kertas grm
2
Tebal kertas
m Densitas Kertas
grm
3
Pulp Daun Lidah Mertua
Kulit pisang
100 -
- -
20 80
60,1 10
-4
601,0 x 10
3
40 60
50,8 25x10
-5
203,2 x 10
3
60 40
75,3 27x10
-5
278,8 x 10
3
80 20
66,2 30x10
-5
220,6 x 10
3
100 92,0
35x10
-5
262,8 x 10
3
Tabel 4.3 diatas dapat diperoleh bahwa densitas kertas yang paling besar terdapat pada komposisi 20 pulp daun lidah mertua dan 80 kulit pisang yang
besarnya adalah 601,0 x 10
3
grm
3
601,0 Kgm
3
. Sedangkan densitas kertas terkecil terdapat pada komposisi 40 pulp daun lidah mertua dan 60 kulit
pisang yang nilainya 203,2 Kgm
3
. Hubungan hasil perhitungan nilai densitas kertas terhadap komposisi daun lidah mertua dan kulit pisang dapat digambarkan
dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.3.
37
Gambar 4.3 Hubungan Komposisi Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Densitas Kgm
3
Meningkatnya nilai densitas kertas akan menghasilkan peningkatan ketahanan tarik tetapi akan menurunkan ketahanan sobek dan porositas kertas.
Densitas mempunyai hubungan erat dengan dayajumlah ikatan antar serat yang nantinya berpengaruh pada saat pencetakan. Densitas dipengaruhi oleh porositas
kertas dan jumlah ikatan serat. Gambar 4.3 menunjukkan bahwa densitas tertinggi berada pada komposisi 20 daun lidah mertua dan 80 kulit pisang. Sifat dari
serat pendek kulit pisang pada komposisi yang lebih banyak dapat mengisi kekosongan yang dibentuk oleh serat panjang dari daun lidah mertua yang lebih
sedikit sehingga serat lebih terdistribusi secara merata. Nilai densitas kertas dipengaruhi juga oleh nilai gramatur dan ketebalan. Hasil penelitian yang
diperoleh adanya perbedaan ketebalan kertas disebabkan karena adanya pengaruh komposisi campuran pengisi serat, metode pembuatan dan dipengaruhi oleh
penekanan pressing pada lembaran kertas.
4.1.2 Hasil Pengujian Sifat Mekanik
4.1.2.1 Pengujian Kuat Tarik Tensile Strength Tester
Ketahanan tarik kertas dapat didefenisikan sebagai kemampuan kertas untuk mempertahankan keadaannya agar tidak mudah putus bila dikenakan regangan
38
diukur pada kondisi standar dengan metode SNI ISO 1924.2 : 2010. Pengukuran dilakukan di Balai Besar Pulp dan Kertas BBPK Bandung menggunakan alat
Tensile Strength Test. Hasil pengujian ketahanan tarik kertas campuran pulp daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran C dan dapat dinyatakan
seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tarik Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Ketahanan Tarik
kNm Pulp Daun Lidah Mertua
Kulit pisang
100 -
20 80
0,85 40
60 0,59
60 40
0,73 80
20 0,78
100 0,67
Tabel 4.4 diatas diperoleh bahwa ketahanan tarik yang paling besar adalah pada komposisi 20 pulp daun lidah mertua dan 80 kulit pisang besarnya
adalah 0,85 x 10
3
Nm dan ketahan tarik yang terkecil terdapat pada komposisi 40 pulp daun lidah mertua dan 60 kulit pisang yang besarnya adalah 0,59 x
10
3
Nm. Hasil pengujian nilai ketahanan tarik kertas terhadap komposisi pulp daun lidah mertua dan kulit pisang ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik
seperti pada Gambar 4.4.
39
Gambar 4.4 Hubungan Komposisi Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Ketahanan Tarik kNm
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan tarik adalah arah serat kertas, jumlah dan kualitas ikatan antar serat serta panjang serat. Ikatan serat yang
disebabkan karena proses penggilingan akan mempengaruhi kekuatan serat. Peningkatan ikatan disebabkan oleh peningkatan penggilingan, tetapi
penggilingan yang berlebihan cenderung akan terjadi kerusakan struktur serat dan akan menyebabkan terjadinya penurunan ketahanan tarik, yang mungkin
disebabkan terjadinya disintegrasi serat. Serat yang terlalu panjang melebihi 5 mm akan menyebabkan ketahanan kertas menurun kerana serat tersebut cenderung
membentuk gumpalan dan akan menghasilkan pembuatan kertas yang tidak baik. Perbedaan ketahanan tarik pada Gambar 4.4 yang diteliti disebabkan
adanya perbedaan panjang serta yang menyusun kertas tersebut. Peningkatan kuat tarik kertas pada komposisi 20 pulp daun lidah mertua dan 80 kulit pisang
seperti yang dinyatakan sebelumnya, apabila densitas meningkat maka sifat fisik kertas juga akan meningkat. Hal ini disebabkan karena komposisi kulit pisang
lebih tinggi, dimana dalam kulit pisang mengandung pati yang mampu mengikat bahan-bahan penyusun kertas untuk meningkatkan kualitas kertas. Pati akan
meningkatkan keelastisan kertas yang diproduksi dan akan mengisi pori kertas sehingga menghasilkan kuat tarik yang besar.
40
4.1.2.2 Indeks Ketahan Tarik
Indeks tarik kertas adalah ketahanan tarik dibagi dengan gramatur kertas. Secara matematis dapat dilihat pada Persamaan 4. Hasil perhitungan indeks tarik kertas
daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan terlampir pada
Lampiran B.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Indeks Tarik Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Gramatur
grm
2
Ketahanan Tarik
kNm Indeks
Tarik Nmgr
Pulp Daun Lidah Mertua
Kulit pisang
100 -
- -
20 80
60,1 0,85
14,14 40
60 50,8
0,59 11,61
60 40
75,3 0,73
9,69 80
20 66,2
0,78 11,78
100 92,0
0,67 7,28
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa indeks tarik yang paling besar terdapat pada komposisi 20 daun lidah mertua dan 80 kulit pisang yang besarnya
adalah 14,14 Nmgr dan indeks tarik terkecil terdapat pada 100 daun lidah mertua dan 0 kulit pisang yakni 7,28 Nmgr. Dari hasil perhitungan indeks tarik
untuk kerta daun lidah mertua dan kulit pisang ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik hubungan antara indeks tarik kertas dengan komposisi campuran
pulp daun lidah mertua dengan kulit pisang seperti pada Gambar 4.5.
41
Gambar 4.5 Hubungan Komposisi Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Indeks Tarik Nmgr
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada komposisi 20 daun lidah mertua memiliki indeks tarik yang besar, hal ini dapat disebabkan karena pada komposisi
tersebut mengandung 80 kulit pisang yang banyak mengandung pati yang memiliki sifat dapat meningkatkan retensi, draines dan kekuatan kertas. Sehingga,
semakin banyak kandungan pati semakin kuat kertas tersebut. Sedangkan pada komposisi 80 pulp daun lidah mertua dan 20 kulit pisang terjadi
penyimpangan peningkatan indeks tarik. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya kandungan air saat masih lembaran pulp kering
lebih besar dibandingkan saat setelah menjadi lembaran kertas dan juga karena pencetakan yang dilakukan dengan cara manual sangat dimungkinkan kekurang
terampilan yang berakibat serat tidak tersebar secara merata keseluruh permukaan kertas sehingga mempengaruhi gramatur kertas yang dihasilkan. Dimana Indeks
tarik adalah perbandingan antara ketahanan tarik dibagi dengan gramatur kertas.
4.1.2.3 Pengujian Kuat Sobek Tearing Strength Tester
Ketahanan sobek ialah gaya dalam satuan gram gayagram force gf atau miliNewton mN, yang diperlukan untuk menyobek lembaran pulp pada kondisi
42
standar SNI 0436 : 2009. Pengukuran dilakukan di Balai Besar Pulp dan Kertas menggunakan alat Tearing Strength test. Hasil pengujian kuat sobek kertas
campuran daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran C dan dapat dinyatakan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Sobek Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Ketahanan Sobek
mN Pulp Daun Lidah
Mertua Kulit pisang
100 -
20 80
894,20 40
60 578,93
60 40
715,36 80
20 1073,96
100 1331,16
Tabel 4.6 diatas diperoleh bahwa ketahanan sobek yang paling besar adalah pada komposisi 100 pulp daun lidah mertua dan 0 kulit pisang yang memiliki
nilai sebesar 1331,16 mN dan ketahan sobek yang terkecil terdapat pada komposisi 40 pulp daun lidah mertua dan 60 kulit pisang yang memiliki nilai
578,93 mN. Hasil pengujian nilai ketahanan sobek kertas terhadap komposisi pulp daun lidah mertua dan kulit pisang ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik
seperti pada Gambar 4.6.
43
Gambar 4.6 Hubungan Komposisi Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Ketahanan Sobek mN
Nilai ketahanan sobek berbanding lurus terhadap ketebalan kertas, artinya semakin tinggi ketebalan kertas maka akan diikuti oleh kekuatan sobek dan
prioritas yang tinggi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan sobek ialah ikatan antar serat, tingkatlamanya penggilingan serat, dan panjang serat.
Sehingga ketahanan sobek lembaran kertas meningkat seiring dengan peningkatan panjang serat. Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada komposisi 100 pulp daun
lidah mertua dan 0 kulit pisang memiliki ketahan sobek yang besar disebabkan oleh serat panjang pada daun lidah mertua. Hal ini terjadi karena serat-serat
panjang dapat menyebar ke daerah perusakan ikatan daripada serat pendek saat dilakukan penyobekan. Ketahanan sobek kertas rendah terjadi pada karton yang
memiliki serat pendek dan halus, keadaan ini akan menurunkan ketahanan sobek kertaskarton.
4.1.2.4 Indeks Ketahanan Sobek
Indeks sobek kertas adalah ketahanan sobek kertas dalam mili newton dibagi dengan gramatur. Secara matematis dapat dilihat pada Persamaan 2. Hasil
44
perhitungan indeks sobek kertas daun lidah mertua dan kulit pisang dapat dilihat pada Lampiran B dan dapat dinyatakan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Indeks Sobek Kertas Daun Lidah Mertua dan Kulit Pisang
Komposisi Campuran Gramatur
grm
2
Ketahanan Sobek
mN Indeks
Sobek Nm
2
gr Pulp Daun
Lidah Mertua Kulit
pisang
100 -
- -
20 80
60,1 894,20
0,014878 40
60 50,8
578,93 0,011396
60 40
75,3 715,36
0,009500 80
20 66,2
1073,96 0,016223
100 92,0
1331,16 0,014469
Dapat dianalisis bahwa pada Tabel 4.7 menunjukkan indeks sobek yang paling besar adalah pada komposisi 80 daun lidah mertua dan 20 kulit pisang
yang besarnya adalah 0,016223 Nm
2
gr dan indeks sobek terkecil terdapat pada 60 daun lidah mertua dan 40 kulit pisang yakni 0,009500 Nm
2
gr. Hasil perhitungan nilai indeks sobek kertas terhadap komposisi pulp daun lidah mertua
dan kulit pisang ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4.7.
45
Gambar 4.7 Hubungan Komposisi Lidah Mertua dan Kulit Pisang dengan Indeks Sobek Kertas Nm
2
gr
Indeks sobek kertas didapat dari hasil perbandingan antara ketahanan sobek terhadap gramatur kertas. Indeks sobek kertas bergantung pada jumlah
ikatan antar serat. Semakin banyak ikatan antar serat maka akan semakin tinggi indeks sobek. Indeks sobek berlawanan dengan densitas dimana semakin tinggi
densitas lembaran kertas atau karton maka akan semakin rendah indeks sobek kertas tersebut, hal ini disebabkan karena kepadatan yang tinggi pada kertas akan
menurunkan indeks sobek. Pada Gambar 4.7 terjadi punurun atau kenaikan grafik yang tidak seharusnya sehingga tidak teratur, hal ini terjadi karena pengaruh
pencetakan dan pencampuran serat yang tidak merata.
46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan