3.3.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable Y
Variabel terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah keseluruhan pinjaman atau total kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa
Tengah. Data total permintaan kredit ini diambil dari data yang dikeluarkan Bank Indonesia yang dinyatakan dalam juta rupiah berdasarkan perhitungan bulanan
pada tahun 2006-2010.
3.4 Model Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode ordinary least square OLS. Dalam penelitian ini
pengujian dilakukan dengan bantuan software computer E-views 6.0 dan pembahasan analisis secara deskriptif.
Adapun Fungsi dari Determinan kredit di Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
PK = Fungsi Suku bunga kredit, Inflasi, Nilai Tukar dan Krisis Global
Model ekonometri dari fungsi permintaan kredit adalah sebagai berikut :
LogY = α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ Logβ
3
X
3
+β4Dm + ε
Keterangan
:
Y = Permintaan kredit Pada bank umum juta Rp X
1
= Tingkat suku bunga kredit X
2
= Inflasi X
3
= Nilai tukar Rp terhadap US RpUS
Dm= Krisis global 0 = Sebelum Krisis global
1 = Setelah Krisis global α = Konstanta
β
1
= Koefisien Regresi Faktor X
1
β
2
= Koefisien Regresi Faktor X
2
β
3
= Koefisien Regresi Faktor X
3
ε = disturbance error faktor penggangguresidual
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Uji Statistik
Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen serta meneliti signifikansi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen baik secara individu maupun secara simultan. Uji ini meliputi Uji t, Uji F dan Uji Koefisien Determinan R
2
.
1. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat
Kuncoro, 2007:81. Dalam penelitian ini variabel yang diuji adalah tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar Rp terhadap US terhadap
permintaan kredit di Jawa Tengah tahun 2006-2010. Langkah-langkah dalam Uji t adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis : -
Ho : β = 0, variabei independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
- Ha : β ≠ 0, variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. 2.
Menentukan tingkat signifikansi α yang digunakan, α = 5 3. Kriteria penerimaan dan penolakan Hipotesis:
- Jika t-hitung t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. - Jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
- Jika probabilitas 0.05, Maka Ho diterima dan Ha ditolak - Jika probabilitas 0.05, Maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel terikat Kuncoro, 2007:82. Langkah-langkah uji F yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis : Ho : β
1
= β
2
= β
3
= βi = 0, maka variabel independen secara bersama- sama simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.
Artinya bahwa tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan krisis global tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan kredit pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006-2010.
Ha : β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama- sama simultan mempengaruhi variabel dependen. Artinya
bahwa tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan krisis global berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan
kredit pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006- 2010.
2. Menentukan tingkat signifikansi α yang digunakan, α = 5
3. Membuat Keputusan Jika F-hitung F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti
variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika F-hitung F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti variabel-variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
3. Koefisien Determinasi R
2
Koefisisien Determinasi R
2
pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel
–variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum
koefisien determinasi untuk data silang tempat relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan
untuk data runtut waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi Kuncoro, 2007:84.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. Uji normalitas hanya digunakan jika
jumlah observasi adalah kurang dari 30, untuk mengetahui error term mendekati normal. Jika jumlah observasi lebih dari 30, maka tidak perlu
dilakukan. Sebab, normalitas error term telah mendekati normal Ajija, dkk, 2011:41
1. Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna dan pasti di antara atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi,
Indikasi awal adanya multikolinieritas adalah standard error yang tinggi dan nilai T-statistik yang rendah Gujarati,1997:157. Sedangkan menurut
Hasan 2002:292 multikolinieritas berarti antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dalam model regresi saling berkorelasi
linier. Multikolinieritas dapat muncul apabila model yang dipakai merupakan
model yang kurang bagus. Selain indikasi awal tersebut, multikolinieritas dapat dilihat dari nilai R
2
, nilai F hitungnya tinggi, sementara nilai t statistiknya banyak yang tidak signifikan. Dalam penelitian ini cara
melakukan uji multikolinieritas adalah metode klien, yaitu dengan membandingkan koefisien determinan parsial r
2
dengan koefisien determinan majemuk R
2
regresi awal. Jika R
2
r
2
maka tidak terjadi multikolinieritas. Dalam penelitian ini pengujian terhadap multikolinieritas
dengan menggunakan bantuan software E-views 6.0.
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS
bernilai konstan Yuwono, 2005:121. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang tempat dari pada runtut waktu, maupun
juga sering muncul dalam analisis yang menggunakan data rata-rata Ananta dalam Kuncoro, 2007:96.
Masalah Heteroskedastisitas muncul apabila residual dari model regresi yang diamati memiliki varians yang tidak konstan dari satu observasi ke
observasi lain. Dalam penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji White dalam program Eviews yaitu dengan White
heteroskedasticity cross term .
Pengambilan keputusan terdapat heteroskedastisitas atau tidak dalam hasil estimasi model maka harus ditentukan dahulu df
χ
2
-hitung dan nilai df χ
2
-tabel . Di mana chi-square
=
ObsR R
2
dikalikan jumlah data. Menurut Ghozali 2009:44 penentuan derajat kebebasan degree of freedom di
mana df sama dengan jumlah variabel independen dalam model tidak termasuk konstanta.
Hipotesis menentukan ada tidaknya Heteroskedastisitas : - Ho : Tidak ada heteroskedastisitas
- Ha : Ada heteroskedastisitas Apabila
χ
2
- hitung χ-tabel, maka Ho ditolak dan dari hasil uji white
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa model bebas dari masalah heteroskedastisitas
ditolak. Sebaliknya jika χ
2
- hitung χ-tabel
maka dapat disimpulkan jika hipotesis yang menyatakan model bebas dari masalah heteroskedastisitas diterima.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu residual pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari observasi ke observasi lainnya Ghozali, 2009:79.
Dalam penelitian ini Uji autokorelasi yang digunakan adalah uji LM metode Bruesch Godfrey. Salah satu cara untuk menghilangkan pengaruh
autokorelasi tersebut adalah dengan memasukkan lag variabel dependen ke dalam model regresi. Keputusan ada tidaknya autokorelasi sangat
tergantung dari kelambanan yang dipilih maka dari itu dilakukan metode
trial and errors . Untuk memilih panjangnya lag yang digunakan
menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Akaike dan Schwars yaitu mencari nilai absolut Akaike info criterion terkecil sebagai lag yang
digunakan Widarjono, 2009:149. Kriteria dalam pengukuran autokorelasi dengan uji LM adalah
membandingkan nilai chi-square hitung dengan chi-square tabel serta probabilitas dari chi-square
dengan α. Hipotesis menentukan ada tidaknya autokorelasi :
- Ho = Tidak ada Autokorelasi - Ha = Ada Autokorelasi
Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai beikut : -
Jika χ
2
-hitung χ
2
-tabel maka hipotesis yang menyatakan model bebas dari masalah autokorelasi ditolak.
- Jika χ
2
-hitung χ
2
-tabel maka hipotesis yang menyatakan model bebas dari masalah autokorelasi diterima.
- Jika probabilitas χ
2
-hitung 0,05 maka hipotesis yang menyatakan model bebas dari masalah autokorelasi diterima.
- Jika probabilitas χ
2
-hitung 0,05 maka hipotesis yang menyatakan model bebas dari masalah autokorelasi ditolak.
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN