DETERMINAN SIMPANAN MASYARAKAT DI PERBANKAN WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH (Suatu Pendekatan Ekonomi Makro Tahun 2002-2010)

DETERMINAN SIMPANAN MASYARAKAT DI PERBANKAN WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH (Suatu Pendekatan Ekonomi Makro Tahun 2002-2010)

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: KHOIRUN NIKMAH F0108081 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Saya persembahkan kepada:

Keluarga yang paling Saya sayangi, Simbahku, Ibuk, Bapak, Mbah Ti’ah, Kakak-kakakku; Mbak Ruroh, Mbak Mika, Mas Juned, Ponakanku; Salman, Umar, Niza, my Brother in law; Mas Roni, Mas

Joko.

Keluarga keduaku disini; Putri & keluarga yang selalu baik dan ga pernah nolak klo dimintain tolong, Nurul teman ngobrol dikost dan penggembiraku :D, mbak Lina yang yaa cukup membawa hoki,hhe, mbak Ega yang imutt, mbak Estik yang cerewet, Arif, Hestik, Pipik,

Paull, Asa, Devi, Dini, Memel, Furi, Gilang, Juma,Aci, Fadil, Isna, Amel, Rhena, dan semua teman EP08 kalian pernah mewarnai riwayat kehidupanku.

Special one: Nur Yusep Paramika yang selalu memberi dukungan dan semangat, kebersamaan kita sangat berarti untukku. You make my world so colorful, I've never had it so good, My love, I thank you for all the love you gave to me.

Almamaterku , Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta JJJ

MOTTO

Be Positive, baik dalam perilaku, sikap maupun pikiran. Karna menjadi positif sangat menyenangkan dan tidak melelahkan, (Khoirun Nikmah)

Amati, Tiru, Modifikasi (Fahsion Blogger)

KATA PENGANTAR

Alhamdulllah, segala puji bagi Allah SWT karena dengan rahmatnya skripsi dengan judul “Determinan Simpanan Masyarakat di Perbankan

Wilayah Propinsi Jawa Tengah (Suatu Pendekatan Ekonomi Makro Tahun

2002-2010)” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan masyarakat di perbankan. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr.Supriyono, SE, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. Julianus Johnny Sarungu, M.S, selaku pembimbing yang selalu memberikan saran dan bimbingan selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Terima kasih kepada kedua orang tua saya Bapak Tasmin dan Ibu Ngatmi yang tiada hentinya mendukung dan memberikan semangat serta doa bagi penulis untuk menyelesaikan studi.

5. Kakak-kakakku, mbak Ruroh, Mbak Mika, Mas Juned, yang selalu menyemangati dan senantiasa mendukung penulis menyelesaikan studi.

6. Mas Mika yang selalu memberi dukungan serta menemani hari-hari yang penuh dengan perjuangan.

7. Teman-teman Ekonomi Pembanguan ’08, banyak kenangan yang kita lalui bersama.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis menunggu kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

4. Tingkat Inflasi ..........................................................

B. Penelitian Terdahulu .......................................................

C. Kerangka teoritis .............................................................

D. Hipotesis penelitian .........................................................

33 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................

A. Desain dan Lingkup Penelitian ......................................

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................

C. Model Penelitian ............................................................

D. Teknik Analisis Data .....................................................

1. Metode Data Panel .................................................

2. Estimasi Model Data Panel ...................................

3. Pemlilihan Metode Estimasi Data Panel ............

4. Pemilihan Model Data Panel ................................

5. Uji Statistik ............................................................

50 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..........................

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian .........................

1. Aspek Geografis ....................................................

2. Aspek Kependudukan ...........................................

3. Aspek Pendidikan ..................................................

4. Aspek Perekonomian .............................................

B. Deskripsi Variabel Penelitian .......................................

1. Simpanan Masyarakat di Perbankan ................. .

2. Pendapatan Per Kapita .........................................

3. Tingkat Suku Bunga ..............................................

4. Tingkat Inflasi .......................................................

76

C. Analisis Data dan Pembahasan ..................................

79

1. Hasil Estimasi Data Panel ....................................

79

2. Hasil Pemilihan Model ..........................................

85

3. Hasil Regresi Pendekatan Fixed Effect ..............

88

4. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................

90 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................

94

A. Kesimpulan ..................................................................

94

B. Saran ...........................................................................

95

C. Keterbatasan ...............................................................

96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

4.1 Penduduk Jawa Tengah Menurut Kabupaten/Kota, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur Tahun 2010 ...............................................................…………… 56

4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Pendidikan Tertinggi di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010 ..................................................................................... 59

4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah Tahun 2010 ........................................................... 62

4.4 Simpanan Masyarakat pada Bank Umum di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 ........................................................................... 66

4.5 Proporsi Simpanan Masyarakat pada Bank Umum di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 ........................................................................... 69

4.6 Pertumbuhan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 .......................................................................... 72

4.7 Tingkat Suku Bunga Tabungan Bank Persero Tahun 2001-2010 ……………………………………………

4.8 Tingkat Inflasi Berdasarkan Perubahan Deflator PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010.................................................

77

4.9. Hasil Estimasi Data Panel Pendekatan OLS (Common) ……..... 79

4.10. Hasil Estimasi Data Panel Pendekatan Fixed Effect …………..... 80

4.11. Hasil Estimasi Data Panel Pendekatan Random Effect ................ 83

4.12. Hasil Uji t ....................................................................................

89

4.13 Perbandingan Antara Hipotesis dan Temuan Empirik …...........…. 91

4.14. Nilai Fixed Effect Tiap Kabupaten/Kota Wilayah Propinsi Jawa Tengah ...........................................……… 92

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fungsi Tabungan Klasik .............................................................. 13 Gambar 2.2 Fungsi Tabungan Keynes ............................................................. 15 Gambar 2.3 Kerangka pemikiran ..................................................................... 33

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perkembangan Simpanan Masyarakat Rupiah dan Valuta Asing pada Bank Umum di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010.

2. PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010.

3. PDRB per Kapita atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2001-2010.

4. Tingkat Suku Bunga Nominal Tabungan Berasarkan Jenis Bank.

5. Deflator PDRB Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Propinsi Jawa Tengah.

6. Inflasi Berdasarkan Perubahan Deflator PDRB Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Propinsi Jawa Tengah.

7. Hasil Estimasi Regresi dengan Pendekatan Common Effect.

8. Hasil Estimasi Regresi dengan Pendekatan Fixed Effect.

9. Hasil Estimasi Regresi dengan Pendekatan Random Effect.

10. Hasil Uji Correlated Random Effects – Hausman Test.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan pembangunan, Indonesia sebagai emerging country menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yang selalu ada dari waktu ke waktu adalah bagaimana strategi dan cara untuk membiayai pembangunan nasional dimana modal yang dibutuhkan cenderung meningkat seiring dengan perkembangan perekonomian. Kekurangan modal dalam rangka untuk membiayai pembangunan telah menjadi karakteristik umum dari negara berkembang.

Modal pembangunan tersebut dapat berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Modal yang berasal dari luar negeri dapat berupa pinjaman, hibah, dan utang pemerintah, sedangkan yang berasal dari dalam negeri salah satunya adalah sumber dana dari masyarakat yang dihimpun oleh perbankan. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang berpotensi dalam menghimpun dana masyarakat.

Pada zaman sekarang ini, rasa aman untuk menyimpan uang di bank oleh masyarakat semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak stabil di Indonesia. Kondisi ini mengarahkan masyarakat untuk lebih merasa aman menyimpan uangnya di bank daripada menyimpan di brankas rumah ataupun dalam bentuk saham, obligasi, maupun surat berharga lainnya.

Perbankan dengan fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat mulai belomba untuk meningkatkan sumber dana yang berasal dari masyarakat ini. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting dalam kegiatan operasi Perbankan dengan fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat mulai belomba untuk meningkatkan sumber dana yang berasal dari masyarakat ini. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting dalam kegiatan operasi

Simpanan masyarakat di perbankan akan disalurkan kembali kepada masyarakat yang mengalami kekurangan modal untuk usaha dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Sesuai dengan kegiatan usaha bank yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 10 tentang Perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya simpanan masyarakat di perbankan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara. Untuk itu guna memperoleh dana yang dibutuhkan untuk proses pembangunan perlu dilakukan usaha-usaha mobilisasi tabungan melalui lembaga keuangan yang berfungsi menyalurkan dana masyarakat kepada pihak yang memerlukan dana untuk keperluan usaha maupun konsumsi.

Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat mengejutkan para pelaku ekonomi Indonesia. Untuk mengatasi krisis tersebut pemerintah meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF) yang menghasilkan ketetapan untuk melikuidasi 16 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), kemudian berlanjut dengan penetapan modal minimal bank umum Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang sangat mengejutkan para pelaku ekonomi Indonesia. Untuk mengatasi krisis tersebut pemerintah meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF) yang menghasilkan ketetapan untuk melikuidasi 16 Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), kemudian berlanjut dengan penetapan modal minimal bank umum

Hal tersebut berakibat pada keraguan masyarakat terhadap perbankan nasional. Nasabah maupun mitra perbankan semakin menipis tingkat kepercayaanya terhadap sejumlah BUSN tertentu yang dianggap masih memilik masalah, terutama masalah likuiditas, makin berusaha memperkecil resiko transaksi terhadap BUSN bersangkutan dengan cara mengurangi secara bertahap dana yang disimpan di BUSN tersebut. Pada saat bank-bank ramai hendak merger, justru direspon negatif oleh kalangan nasabah. Trauma likuidasi bank begitu membekas dikalangan deposan, sehingga ‘berita baik’ tentang merger pun diinterpretasikan sebagai sinyal hilangnya dana yang disimpan di bank yang bersangkutan (Astuti, 1999:36-46).

Setelah masa krisis berlalu, sektor perbankan memasuki era baru dimana pada tanggal 22 September 2004, presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, terbentuk lah LPS, suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS paling tinggi sebesar

Rp 2 milyar per nasabah per bank sejak tanggal 13 Oktober 2008. Sejak saat itu kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin pulih. Namun apakah tingkat suku bunga dan tingkat inflasi tetap menjadi faktor yang mempengaruhi simpanan masyarakat di perbankan masih perlu dikaji lebih lanjut.

Pemikiran yang berkembang tentang simpanan masyarakat di perbankan menunjukkan bahwa simpanan masyarakat di perbankan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan pendapatan. Pemikiran ini berasal dari dua pemikiran tentang faktor penentu tabungan yang kontradiktif, yakni pemikiran Klasik dan Keynes.

Aliran klasik menyatakan bahwa tingkat suku bunga akan menetukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam tingkat suku bunga akan menyebabkan pula perubahan dalam tabungan rumahtangga dan investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga akan terus-menerus berlangsung sebelum kesamaan di antara jumlah tabungan dan jumlah investasi tercapai. Pengusaha akan mengurangi permintaan terhadap tabungan rumahtangga apabila suku bunga tinggi dan sebaliknya. Rumahtangga akan menawarkan lebih banyak tabungan apabila tingkat suku bunga bertambah tinggi dan sebaliknya.

Berlawanan dengan aliran Klasik, aliran Keynesian menyatakan bahwa besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumahtangga tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumahtangga tersebut. Semakin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan. Apabila jumlah pendapatan rumahtangga tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap jumlah tabungan yang Berlawanan dengan aliran Klasik, aliran Keynesian menyatakan bahwa besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumahtangga tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumahtangga tersebut. Semakin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan. Apabila jumlah pendapatan rumahtangga tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat suku bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap jumlah tabungan yang

Di dalam teori diduga bahwa ketidakpastian ekonomi yang lebih besar dapat meningkatkan tabungan karena konsumen menghindari resiko dengan menyimpan modalnya sebagai tindakan pencegahan dalam menghadapi kemungkinan perubahan yang kurang baik pada pendapatan dan faktor-faktor lain (Skinner 1988 dan Zeldes 1989 dalam Loayza et. Al. 2000). Inflasi merupakan hal yang mewakili ketidakpastian (ekonomi makro) di dalam literatur empiris mengenai tabungan dan pertumbuhan. Walaupun demikian, hanya sedikit dari banyak studi panel yang mengikutsertakan variabel inflasi kemudian menemukan hubungan positif dan signifikan pada tingkat tabungan swasta. Edwards (1996) dan Loayza et. al. (2000) melengkapi bukti yang membenarkan pandangan ini. Oleh karena itu terdapat dugaan sementara bahwa simpanan masyarakat di perbankan juga ditentukan oleh inflasi sebagai ketidakpastian dalam perekonomian.

Teori standar makroekonomi menyatakan bahwa kebijakan moneter — dalam penelitian ini berhubungan dengan tingkat suku bunga— sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan memiliki efek yang merata secara nasional, namun hal ini dalam kehidupan nyata seringkali tidak terjadi. Suatu negara pada umumnya memiliki daerah dengan karakteristik yang berbeda- beda sehingga efek kebijakan moneter tidak selalu sama dan cenderung memiliki efek yang berbeda tiap daerah. Hasil penelitian Rizal dan Soesilo (2005) Teori standar makroekonomi menyatakan bahwa kebijakan moneter — dalam penelitian ini berhubungan dengan tingkat suku bunga— sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan memiliki efek yang merata secara nasional, namun hal ini dalam kehidupan nyata seringkali tidak terjadi. Suatu negara pada umumnya memiliki daerah dengan karakteristik yang berbeda- beda sehingga efek kebijakan moneter tidak selalu sama dan cenderung memiliki efek yang berbeda tiap daerah. Hasil penelitian Rizal dan Soesilo (2005)

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan penghimpunan DPK pada tahun 2010 secara akumulatif sampai dengan Mei 2010 meningkat sebesar 4,03% (ytd). Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) Perbankan Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh KBI Semarang, pertumbuhan DPK ini dinilai masih relatif lambat, karena sebagian masyarakat ada yang mulai memilih altenatif instrumen investasi lain yang memiliki imbal hasil lebih tinggi daripada produk simpanan bank. Selain itu, relatif lambatnya penghimpun DPK diperkirakan disebabkan datangnya tahun ajaran baru bagi anak sekolah dan momentum Pilkada di 12 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Hal ini diduga mempengaruhi perilaku masyarakat dan pemerintah yang cenderung menarik dana simpanannya di perbankan, sehingga turut menyumbang lambatnya pertumbuhan DPK.

Penghimpunan DPK terutama bersumber dari kenaikan tabungan. Pada posisi triwulan II-2010 (posisi Mei 2010), tabungan tumbuh sebesar 15,95% (yoy), sementara giro dan deposito juga mengalami pertumbuhan positif masing- masing sebesar 12,85% (yoy) dan 7,22% (yoy). Peningkatan tabungan ini akibat Penghimpunan DPK terutama bersumber dari kenaikan tabungan. Pada posisi triwulan II-2010 (posisi Mei 2010), tabungan tumbuh sebesar 15,95% (yoy), sementara giro dan deposito juga mengalami pertumbuhan positif masing- masing sebesar 12,85% (yoy) dan 7,22% (yoy). Peningkatan tabungan ini akibat

Struktur atau komposisi DPK di Jawa Tengah tidak berubah, tabungan masih memiliki porsi yang tertinggi yaitu 45,24% dari keseluruhan DPK Bank Umum. Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp42,92 Triliun, diikuti deposito sebesar Rp36,40 Triliun (38,37%) dan giro sebesar Rp15,56% (16,40%). Faktor yang mempengaruhi tingginya porsi tabungan antara lain adalah untuk motif transaksi menggunakan layanan perbankan (ATM, transfer, kartu debet) dan berjaga-jaga. Hal tersebut karena tabungan merupakan produk perbankan yang fleksibel dan mudah untuk dilakukan penarikan dan penyetoran dana dibandingkan dengan deposito dan giro. Hal ini ditunjukkan pula dari komposisi DPK berdasarkan kepemilikannya, dimana sebesar 76,56% DPK bank umum di Jawa Tengah dimiliki oleh nasabah perorangan. Sementara itu, porsi deposito di bank umum Jawa Tengah juga cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sebagian deposan masih menganggap bahwa menyimpan dana dalam bentuk deposito masih menguntungkan dan cukup aman.

Dari FGD Perbankan Jawa Tengah, diketahui bahwa high cost deposits seperti deposito diduga mempunyai andil dibalik lambatnya penurunan suku bunga kredit. Biaya dana yang cukup tinggi dikeluarkan perbankan di Jawa Tengah untuk menarik para deposan besar, yang biasanya adalah perusahaan- perusahaan besar nasional maupun institusi besar lainnya. Deposan utama tersebut biasanya meminta special rate diatas ketentuan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), atau bonus lain sebagai kompensasi dari dananya yang disimpan di Dari FGD Perbankan Jawa Tengah, diketahui bahwa high cost deposits seperti deposito diduga mempunyai andil dibalik lambatnya penurunan suku bunga kredit. Biaya dana yang cukup tinggi dikeluarkan perbankan di Jawa Tengah untuk menarik para deposan besar, yang biasanya adalah perusahaan- perusahaan besar nasional maupun institusi besar lainnya. Deposan utama tersebut biasanya meminta special rate diatas ketentuan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), atau bonus lain sebagai kompensasi dari dananya yang disimpan di

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini mengambil judul “DETERMINAN SIMPANAN MASYARAKAT DI PERBANKAN WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH (SUATU PENDEKATAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2002-2010)”. Berikut ini disajikan perumusan masalah, tujuan, dan manfaat dari penelitian yang dilakukan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dihasilkan perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pendapatan per kapita terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah?

2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah?

3. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah.

2. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah.

3. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap simpanan masyarakat di perbankan wilayah Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi simpanan masyarakat wilayah Jawa Tengah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat juga digunakan oleh pihak pengambil kebijakan sebagai acuan untuk menetukan kebijakan yang efisien terkait dengan simpanan masyarakat.

3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh dari berbagai literatur selama mengikuti perkuliahan.

4. penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian serupa di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik

1. Teori Simpanan

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, Simpanan adalah dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

a. Giro (demand deposits) adalah simpanan yang penarikan dananya dapat dilakukan pada jam dan hari kerja dengan menggunakan cek, bilyet, giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

b. Tabungan (saving deposits) adalah simpanan yang penarikannya dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

c. Deposito (time deposits) adalah jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan (deposan) dengan bank.

Faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal dihasilkan oleh rumah tangga keluarga. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dijual kepada rumah tangga perusahaan dimana pemilik faktor produksi tersebut mendapatkan upah atau gaji, bunga, dan sewa. Selanjutnya pendapatan Faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal dihasilkan oleh rumah tangga keluarga. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dijual kepada rumah tangga perusahaan dimana pemilik faktor produksi tersebut mendapatkan upah atau gaji, bunga, dan sewa. Selanjutnya pendapatan

Prosesnya adalah perusahaan menghasilkan barang dan jasa dengan menyewa faktor produksi dari sektor rumah tangga dan sektor rumah tangga memperoleh pendapatan dari sektor perusahaan berupa upah atau gaji, bunga, sewa. Pendapatan tersebut oleh sektor rumah tangga tidak dibelanjakan seluruhnya untuk konsumsi, ada yang dialokasikan untuk tabungan atau simpanan. Dengan adanya simpanan atau tabungan maka tidak semua barang yang dihasilkan oleh perusahaan terjual. Namun, perusahaan tidak hanya menghasilkan barang konsumsi saja tetapi juga barang-barang keperluan perusahaan sendiri dan persediaan. Pengeluaan perusahaan untuk tujuan ini disebut investasi. Untuk membiayai keperluan ini dibutuhkan dana. Oleh sebab itu ada lembaga keuangan yang berfungsi menghubungkan dana yang tersedia dari sektor rumah tangga untuk disalurkan kepada sektor lain yang membutuhkan dana.

Pendekatan terhadap teori simpanan dapat dilakukan dengan beberapa cara yang bebeda. Cara yang pertama adalah pandangan klasik atau neoklasik dimana menekankan tingkat suku bunga yang paling berpengaruh terhadap simpanan. Cara yang kedua adalah pendekatan yang dilakukan oleh Keynes dan ahli ekonomi modern lainnya yang menekankan pendapatan sebagai faktor yang berpengaruh dalam minat menabung. Namun disamping itu, ada pula yang melihat kedua faktor tersebut dengan faktor-faktor lainnya baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi minat menabung.

1) Pandangan Klasik

Dalam Sukirno (1999: 76-79), aliran klasik menyatakan bahwa tingkat suku bunga akan menentukan besarnya simanan maupu investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam tingkat suku bunga akan menyebabkan pula perubahan dalam simpanan rumahtangga dan investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga akan terus-menerus berlangsung sebelum kesamaan diantara jumlah simpanan dengan jumlah investasi tercapai. Pengusaha akan mengurangi permintaan terhadap simpanan rumah tangga apabila tingkat suku bunga tinggi da sebaliknya. Rumah tangga akan menawarkan lebih banyak tabungan apabila tingkat suku bunga bertambah tinggi dan sebaliknya.

Keadaan keseimbangan diantara tabungan dan investasi adalah keadaan yang selalu terjadi dalam perekonomian. Oleh sebab jumlah tabungan rumahtangga pada waktu perekonomian mencapai penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) akan selalu sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Maka dalam perekonomian, pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh.

Gambar 2.1 Fungsi Tabungan Klasik Sumber: Pengantar Teori Makroekonomi, Sukirno

Jika keadaan yang terjadi adalah berbeda daripada keadaan keseimbangan, penyesuaian-penyesuaian akan terus menerus berlangsung dalam perekonomian sehingga tercapai keadaan keseimbangan. Selama belum terjadi keseimbangan antara penawaran dan permintaan tabungan, penurunan dalam tingkat suku bunga akan terus berlangsung sehingga pada akhirnya jumlah yang ingin ditabung oleh rumah tangga adalah sama dengan jumlah yang ingin dipinjam dan diinvestasikan oleh para pengusaha. Dalam keadaan ini tingkat suku bunga tidak akan mengalami perubahan lagi dan keadaan keseimbangan tercapai.

Hal demikian menunjukkan bahwa apabila terdapat ketidaksamaan diantara penawaran dan permintaan tabungan oleh pengusaha, akan terjadi perubahan-perubahan dalam tingkat bunga. Berdasarkan fleksibilitas tersebut, para ahli ekonomi klasil yakin bahwa perubahan dalam tingkat suku bunga ini pada akhirnya akan menciptakan keadaan dimana tabungan Hal demikian menunjukkan bahwa apabila terdapat ketidaksamaan diantara penawaran dan permintaan tabungan oleh pengusaha, akan terjadi perubahan-perubahan dalam tingkat bunga. Berdasarkan fleksibilitas tersebut, para ahli ekonomi klasil yakin bahwa perubahan dalam tingkat suku bunga ini pada akhirnya akan menciptakan keadaan dimana tabungan

2) Pandangan Ahli Ekonomi Modern.

Berbeda dengan pandangan klasik, yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tabungan, maka pandangan ekonomi modern lebih menekankan pada faktor pendapatan yang berpengaruh terhadap tabungan. Namun dalam pendekatan yang dilakukan terhadap tabungan yang dipengaruhi oleh faktor pendapatan terdapat beberapa pula pendapat. Masing-masing dengan asumsi dan keyakinan serta sudut pandang sendiri-sendiri.

a) Pandangan Keynes

Besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga tersebut. Semakin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga, semakin besar pula jumlah tabungan yang akan dilakukan. Apabila jumlah tabungan rumahtangga tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap jumlah tabungan yang akan dilakukan. Menurut pendapat Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumahtangga yang menjadi penentu utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumahtangga (Sukirno, 1999: 76-79).

Gambar 2.2 Fungsi Tabungan Keynes Sumber: Pengantar Teori Makroekonomi, Sukirno

Keterangan:

1) Selama pendapatan nasional masih di bawah Y 0 saat break even point (BEP), maka tabungan masyarakat negatif. Keadaan ini berarti masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu untuk

membiayai hidupnya. Setelah pendapatan nasional melebihi Y 0 saat BEP, maka masyarakat mulai menabung sebagian dari pendapatannya.

2) Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak tabungan masyarakat. Apabila pendapatan nasional adalah Y 1, maka

tabungan adalah S 1 . sedangkan apabila pendapatan nasional Y f ,

maka jumlah tabungan adalah S f .

b) Pandangan Friedman

Pandangan Milton Friedman mirip dnegan pendekatan yang dilakukan oleh Keynes. Perbedaan utama adalah, Friedman tidak melihat dari pada pendapatan yang sedang dirasakan (current income) Pandangan Milton Friedman mirip dnegan pendekatan yang dilakukan oleh Keynes. Perbedaan utama adalah, Friedman tidak melihat dari pada pendapatan yang sedang dirasakan (current income)

Kelemahan dari model Friedman dalam menganalisis tabungan terletak pada sulitnya data yang tersedia untuk dihitung secara empiris. Konsekuensinya adalah model ini jarang sekali digunakan dalam pendekatan empiris.

c) Pandangan Modigliani-Brumberg-Ando

Sama seperti Keynes dan Friedman, Modigliani-Brumberg- Ando juga melakukan pendekatan terhadap tabungan dengan faktor pendapatan. Namun disini mereka melihat dari sudut pandang fluktuasi hidup atau “Life-Cycle Hypotesis” (Sturm, 1983: 147-196). Tujuan dari pandangan ini adalah melihat pola tabungan dari sisi kelompok umur, yaitu bila seseorang telah masuk dalam kelompok angkatan kerja atau kelompok produktif apakah akan mempengaruhi pola tabungan yang ada. Secara matematis dapat ditulis:

(Sh/Pop) = a0 + a1 (Yd/Pop) (Sh/Pop) = a0 + a1 (Yd/Pop)

umur.

(Yd/Pop) = pendapatan per kapita rumah tangga menurut kelompok

umur. Pendekatan Modigliani-Brumberg-Ando jarang digunakan dalam penelitian mengenai tabungan karena terlalu sempitnya asumsi- asumsi yang digunakan, antara lain: asumsi bahwa seseorang tidak akan menerima maupun memberikan warisan, yang pada kenyataannya keadaan ini jarang dijumpai (Soebroto, 1988), serta kurangnya penjelasan dari hasil empiris itu sendiri. Seperti analisa yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan tabungan dengan pertumbuhan populasi dalam angkatan kerja.

d) Pandangan U Tun Wai

Pendekatan yang dilakukan oleh U Tun Wai agak berbeda dengan pandangan-pandangan sebelumnya. Dia menyatakan bahwa tabungan itu dipengaruhi oleh tingkat kemampuan, tingkat kemauan, serta besarnya kesempatan yang ada (Wai, 1973: 86-87). Faktor-faktor tersebut dapat diterangkan melalui variabel ekonomi maupun non ekonomi. Secara matematis pandangan U Tun Wai mengenai tabungan dapat ditulis sebagai berikut:

S = f(A, W, O)

Dimana,

A = tingkat kemapuan W = tingkat kemauan O = tingkat kesempatan.

Setiap variabel independen dari persamaan tersebut merupakan fungsi dari variabel-variabel lain. Atau penjabaran secara jelasnya:

A = f (Y, N, K)

dimana Y = tingkat pendapatan, N=struktur dari populasi, dan K=kekayaan.

W = f (i, L, C) dimana i=tingkat suku bunga, L=life=cycle, dan C=faktor-faktor kultural.

O = f(F, Ir) dimana F=banyaknya lembaga perbankan yang ada, dan Ir=kemungkinan untuk menggunakan dana sendiri untuk investasi (Marginal Efficiency of Capital).

Secara keseluruhan, maka pendekatan yang dilakukan oleh U Tun Wai terhadap teori tabungan merupakan pendekatan yang paling lengkap dari pendekatan- pendekatan sebelumnya. Terlihat bahwa semua faktor yang dikatakan, baik oleh pandangan klasik maupun pandangan ekonom modern lainnya mengenai tabungan tercakup oleh pendekatan ini. Fungsi dari tabungan yang dibentuk mencakup faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi. Namun dalam Secara keseluruhan, maka pendekatan yang dilakukan oleh U Tun Wai terhadap teori tabungan merupakan pendekatan yang paling lengkap dari pendekatan- pendekatan sebelumnya. Terlihat bahwa semua faktor yang dikatakan, baik oleh pandangan klasik maupun pandangan ekonom modern lainnya mengenai tabungan tercakup oleh pendekatan ini. Fungsi dari tabungan yang dibentuk mencakup faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi. Namun dalam

(S/P)t = f { (Y/P)t, (i)t, (In)t } Dimana, (S/P)t= tabungan riil periode t, (Y/P)t= pendapatan riil periode t, i= tingkat bunga riil, In= inflasi.

Pendekatan yang dilakukan oleh U Tun Wai telah diuji melalui suatu regresi dengan mengambil observasi negara-negara maju maupun berkembang (Ibid: 121-124). Sehingga model tersebut dirasakan cocok digunakan untuk penelitian yang menganalisa mengenai tabungan.

2. Pendapatan per Kapita

Dalam penelitian ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah definisi dari variabel pendapatn per kapita. Produk domestik bruto dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu negara atau wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha ekonomi di negara atau wilayah tersebut dalam satu tahun tertentu. Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dapat digunakan untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi dan untuk menentukan tingkat kemakmuran masyarakat dan perkembangannya, tercermin dalam Dalam penelitian ini, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah definisi dari variabel pendapatn per kapita. Produk domestik bruto dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu negara atau wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha ekonomi di negara atau wilayah tersebut dalam satu tahun tertentu. Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dapat digunakan untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi dan untuk menentukan tingkat kemakmuran masyarakat dan perkembangannya, tercermin dalam

Melalui pendekatan pengeluaran dalam perhitungan pendapatan nasional dijelaskan jenis pengeluaran PDB yang dilakukan oleh masyarakat untuk; konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi atau pemebentukan modal tetap, dan ekspor neto. Semuanya merupakan permintaan terhadap barang dan jasa, juga merupakan macam penggunaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Dengan kata lain produk domestik bruto (PDB) digunakan untuk keperluan konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik (investasi) dan ekspor neto (Y=C+I+G+NX).

3. Hubungan Pendapatan Perkapita dengan Simpanan

Salah satu faktor ekonomi yang sangat mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal, dimana sumber pengarahan modal dalam negeri yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan, salah satunya adalah melalui tabungan sukarela masyarakat. Yang dimaksud dengan tabungan sukarela masyarakat adalah bagian dari pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang secara sukarela disisihkan dan tidak digunakan untuk konsumsi (Sukirno, 1999).

Untuk menjelaskan hubungan antara pendapatan dan simpanan bisa menggunakan teori absolute income hypothesis. Teori ini merupakan hasil pemikiran Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara pendapatan dengan konsumsi dan simpanan. Oleh karena itu simpanan Untuk menjelaskan hubungan antara pendapatan dan simpanan bisa menggunakan teori absolute income hypothesis. Teori ini merupakan hasil pemikiran Keynes yang menjelaskan tentang hubungan antara pendapatan dengan konsumsi dan simpanan. Oleh karena itu simpanan

4. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu (Boediono, 1985). Dapat juga dikatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara 1 rupiah sekarang dengan 1 rupiah nanti (misal 1 tahun lagi) dimana dengan jangka waktu tersebut bisa terjadi hal- hal yang tidak diinginkan (resiko), seperti keterlambatan membayar kembali atau tidak membayar sama sekali, adanya pengaruh inflasi yang menurunkan nilai mata uang serta adanya biaya transaksi.

a. Teori Keynes tentang tingkat suku bunga

Keynes menjelaskan bahwa tingkat suku bunga merupakan imbalan jasa (harga) yang harus dibayarkan kepada penabung agar dia bersedia untuk melepas bagian kekayaannya dalam bentuk tabungan yang disimpan untuk selanjutnya digunakan untuk investasi. Dengan kata lain bunga merupakan harga yang harus dibayar agar dana likuiditas tidak disimpan melainkan dilepaskan untuk investasi (Djojohadikusumo, 1990). Boediono (1985) mengatakan bahwa tingkat suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.

Menurut pandangan Keynes, tingkat suku bunga merupakan titik pencerminan dari supply tabungan di satu pihak dan permintaan untuk investasi di pihak lain. Tingkat suku bunga merupakan faktor lepas (independen) dari pasokan tabungan dan permintaan investasi. Tingkat tabungan merupakan suatu fenomena moneter semata-mata dan tergantung dari hasrat orang untuk menahan tabungannya dalam bentuk likuiditas. Tingkat suku bunga tergantung dari hasrat likuiditas atau liquidity preference. Disinilah diungkapkan istilah pengertian baru dalam konsep Keynes, LP dalam kaitannya dengan tingkat suku bunga (Djojohadikusumo, 1990). Artinya bahwa perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP (Nopirin, 1992). Disamping itu menurut Keynes tingkat suku bunga sangat sensitif terhadap penghimpunan dana masyarakat.

b. Teori Klasik tentang tingkat suku bunga

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Sedangkan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, keinginan pengusaha untuk berinvestasi juga semakin kecil, alasannya adalah seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat suku bunga yang dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Semakin Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Sedangkan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, keinginan pengusaha untuk berinvestasi juga semakin kecil, alasannya adalah seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat suku bunga yang dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Semakin

Menurut ekonom klasik adanya tabungan masyarakat tersebut bukan berarti dana hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pengusaha untuk membiayai investasinya dan penabung mendapatkan bunga atas tabungannya sedangkan pengusaha bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (misalnya jika tabungan meningkat maka pengeluaran investasi juga meningkat) adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan mengadakan investasi oleh pengusaha sama dengan keinginan menabung dari masyarakat, sehingga menurut teori klasik diperoleh persamaan S=I dimana tabungan adalah fungsi dari tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk menabung (Nopirin, 1992).

5. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Simpanan

Bunga adalah “harga” dari loanable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk dipinjamkan”. Menurut teori ini bunga adalah harga yang terjadi di pasar dana investasi. Hubungan tingkat suku bunga dan simpanan dapat dijelaskan dalam teori loanable funds yaitu merupakan sisi suplí dari loanable funds yang menerangkan hubungan antara tingkat suku bunga dan simpanan, dimana hubungan kedua variabel tersebut bersifat positif. Semakin tinggi tingkat bunga akan semakin meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menyimpan dananya pada lembaga perbankan, sehingga jumlah simpanan masyarakat pada lembaga perbankan akan naik.

Rumah tangga akan menyimpan lebih banyak dananya di bank apabila tingkat suku bunga tinggi. Pada tingkat suku bunga rendah, masyarakat cenderung menyimpan dananya lebih sedikit karena mereka merasa lebih baik mengkonsumsikan uangnya (Sukirno, 1999: 100-104). Namur demikian hubungan positif juga dapat terjadi akibat adanya substitution and income effect . Dornbusch, Fischer, dan Startz (1998) menyimpulkan bahwa pengaruh tingkat suku bunga terhadap simpanan adalah kecil dan sukar ditemukan karena ambigu atau bermakna ganda.

6. Tingkat Inflasi

a. Pengertian

Definisi dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali jika kenaikan tersebut mengakibatkan Definisi dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali jika kenaikan tersebut mengakibatkan

Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:

1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa-jasa di pasar, yang dibeli untuk menunjang kebutuhan sehari- hari.

2. Indeks Harga Produsen (Producer Price Index), adalah suatu indeks dari harga bahan-bahan baku (row materials), barang setengah jadi (intermediate products) dan peralatan modal serta mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaanGNP deflator.

b. Macam-macam Inflasi

Laju inflasi dapat berbeda dari negara satu dengan negara lain atau dalam satu negara dengan waktu yang berbeda. Menurut besarnya inflasi dapat dibagi dalam tiga kategori (Nopirin, 2000:27):

1) Inflasi Merayap (creeping inflation), ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun), kenaikan harga berjalan lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang sangat lama.

2) Inflasi Menengah (galloping inflation), ditandai dengan keniakan harga yang cukup besar dan terjadi dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.

3) Inflasi Tinggi (hyperinflation), merupakan inflasi yang paling parah akibatnya (laju inflasi di atas 100%), ditandai dengan semakin merosotnya nilai uang sehingga masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi.

Adapun jenis-jenis inflasi menurut sebabnya adalah (Nopirin, 2000:28):

1) Inflasi Tarikan Permintaan (Demands-pull inflation), Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total di samping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output).

2) Inflasi Dorongan Biaya (Cost-push Inflation), inflasi yang terjadi akibat kenaikan biaya produksi yang mengakibatkan penurunan penawaran. Kenaikan biaya produksi ini ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) Persatuan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah, (2) Industri yang bersifat monopolistis, sehingga dapat menggunakan kekuasaanya di pasar untuk menentukan harga yang lebih tinggi, (3) kenaikan harga bahan baku industri.

3) Inflasi Struktural (Structural Inflation), adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kekuatan struktural yang menyebabkan penawaran dalam perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.

4) Inflasi Sebagai Akibat Kebijakan (Policy Induced Inflation), adalah inflasi yang disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga dapat merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaan.

5) Inflasi Dasar (Core Inflation), adalah inflasiyang cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang mengakibatkan perubahan. Jika inflasi terus bertahan dan tingkat inflasi ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.

c. Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori inflasi yang masing-masing membicarakan aspek-aspek tertentu dari proses inflasi antara lain (Boediono, 1994: 166):

1. Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectation). Inti dari teori ini adalah inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral). Selain itu laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.

2. Teori Keynes

Menurut Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya, sehingga permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Penyebab terjadinya kenaikan permintaan ini, menurut Keynes adalah akibat dari keniakan jumlah uang beredar, peningkatan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor netto.

3. Teori Strukturalis