Pendekatan EBLUP Baku untuk Pendugaan Pengeluaran per Kapita di Kabupaten dan Kota Bogor

56 pengukuran peubah penyerta. Dengan demikian, kemampuan pendekatan nonparametrik menjadi kurang memberikan makna untuk mengatasi pola hubungan antara peubah respon yang menjadi perhatian dengan peubah penyerta.

4.5. Pendekatan EBLUP Baku untuk Pendugaan Pengeluaran per Kapita di Kabupaten dan Kota Bogor

Peubah yang diamati dan menjadi perhatian dalam kajian ini adalah rata-rata pengeluaran perkapita rumah tangga. Sumber data yang digunakan adalah Susenas 2005 dengan materi informasi berbasis rumah tangga, serta Podes 2005 sebagai sumber data peubah penyerta. Peubah penyertanya adalah peubah-peubah yang diasumsikan mempengaruhi dan atau menggambarkan pengeluaran rumah tangga pada suatu wilayah, meliputi: 1 status administrasi desakelurahan, 2 persentasi rumah tangga petani, 3 persentasi buruh tani, 4 persentasi rumah tangga pelanggan listrik PLN, 5 persentasi luas daerah yang digunakan untuk persawahan, 6 persentasi rumah tangga penerima surat jaminan kesehatan, 7 jarak ke pusat kota, dan 8 waktu tempuh ke pusat kota. Kajian dilakukan pada 105 desakelurahan contoh yang disurvei pada Susenas 2005 dengan total rumah tangga sebanyak 1705. Sebaran contoh untuk masing-masing Kabupaten dan Kota Bogor disajikan pada Tabel 4.2. Secara lengkap hasil analisis data disajikan pada Lampiran 4. Berdasarkan sebaran RRMSE seperti disajikan pada Gambar 4.2, hasil kajian dengan metode EBLUP memberikan dugaan RRMSE yang lebih bervariasi, diperlihatkan oleh bentang boxplot yang lebih panjang. Selain itu, median RRMSE berdasarkan metode EBLUP juga lebih besar dibandingkan dengan RRMSE berdasarkan metode pendugaan langsung. 57 Tabel 4.2 Sebaran contoh desakelurahan pada Susenas 2005 di Kabupaten dan Kota Bogor KabupatenKota Ukuran contoh Populasi desakelurahan 3201 Kab. Bogor 68 426 3271 Kota Bogor 37 68 Total 105 494 Kondisi tersebut menunjukkan bahwa metode pendugaan langsung relatif lebih bisa diterima dibandingkan dengan metode EBLUP. Namun demikian, secara teori semestinya metode EBLUP akan memberikan perbaikan pendugaan jika asumsi-asumsi yang mendasarinya terpenuhi. Gambar 4.2 Boxplot RRMSE penduga langsung dan EBLUP Analisis sisaan berdasarkan model yang digunakan pada EBLUP menunjukkan bahwa model kurang baik seperti disajikan pada Gambar 4.3 sampai dengan Gambar 4.6. Plot sisaan dengan prediksi model menunjukkan pola yang mengindikasikan sisaan masih membentuk pola tertentu. Sedangkan histogram dan boxplot menunjukkan pola sisaan yang menceng ke sisi kanan, begitu pula plot quantil-quantil yang tidak membentuk pola linier. Kondisi tersebut mengindikasikan 58 perlunya penanganan transformasi data terlebih dahulu, setidaknya pada peubah respon sebelum dilakukan pendugaan berdasarkan metode SAE. Gambar 4.7 memperjelas kondisi ini, dimana histogram peubah yang menjadi perhatian menunjukkan pola kemencengan yang cukup besar. Gambar 4.3. Plot sisaan baku vs prediksi pada model dasar Gambar 4.4. Boxplot sisaan baku pada model dasar Prediksi S is a a n b a k u 600000 500000 400000 300000 200000 7.5 5.0 2.5 0.0 Sisaan baku 7.5 5.0 2.5 0.0 59 Gambar 4.5. Histogram sisaan baku pada model dasar Gambar 4.6. Plot QQ – sisaan baku pada model dasar Gambar 4.7. Histogram data asal peubah respon Sisaan baku D e n s it y 7.50 6.25 5.00 3.75 2.50 1.25 0.00 -1.25 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 Sisaan baku P e rc e n t 10.0 7.5 5.0 2.5 0.0 -2.5 -5.0 99.99 99 95 80 50 20 5 1 0.01 Data asal Fr e q u e n c y 2800000 2400000 2000000 1600000 1200000 800000 400000 400 300 200 100 60

4.6. Kesimpulan