3.7.1 Metode analisis Deskriptif
Metode deskriftif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian
Kuncoro, 2003: 8. Tujuan dari penelitian deskriftif sendiri adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki. Analisis yang akan dilakukan dengan cara:
3.7.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan oleh peneliti biasanya masih berupa data mentah dan bercerai berai sehingga sulit untuk
dideskripsikan. Data yang dikumpulkan perlu dikelompokkan dengan cara menyusunnya ke dalam kelas-kelas tertentu.
Daftar yang memuat data berkelompok disebut dengan distribusi frekuensi. Distribusi Frekuensi adalah susunan data
menurut kelas-kelas interval tertentu atau dalam sebuah daftar Sanusi, 2013: 116. Dengan kata lain distribusi
frekuensi dibuat untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga ketika disajikan kepada para pembaca dapat
mudah dipahami atau dinilai.
3.7.1.2 Tabulasi SilangCross Tabulation
Tabulasi silang hanya memerlukan sedikit pengetahuan kuantitatif, yang dibutuhkan hanya kemampuan menghitung
persentase Kuncoro, 2009: 219. Analisis tabulasi silang
meliputi dua jalur tabulasi frekuensi. Dalam tabel silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel
yang berbeda ke dalam suatu matriks. Agar mudah dibaca, variabel terikat variabel dependen biasanya disusun pada
garis row, sedangkan variabel bebas variabel independen disusun pada garis kolom.
3.7.1.3 GambarGrafik
Grafik tidak lain adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun
lambang. Jadi dalam penyajian data angka melalui grafik, angka itu dituliskan dalam bentuk lukisan garis, gambar atau lambang
tertentu, dengan kata lain angka itu divisualisasikan.
3.7.1.4 Tabel Komparasi
Penelitian komparasi bahwa dalam penelitian ini bermaksud mengadakan perbandingan kondisi. Penelitian komparasi
dijelaskan tampaknya ada nilai kemanfaatan hanya apabila yang dibandingkan menunjukkan variabel dinamis Arikunto,
2010: 6. Dalam penelitian ini tabel komparsi menggambarkan perbandingan jumlah tenaga kerja sebelum
dan sesudah menerima pembiayaan dari BPR Syariah, pendapatan UKM sebelum dan sesudah menerima
pembiayaan dari BPR Syariah dan disversifikasi produk UKM sebelum dan sesudah menerima pembiayaan dari BPR
Syariah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan
PT BPRS Sindanglaya Kotanopan berlokasi dijalan Perintis Kemerdekaan No.14-A Kelurahan Pasar Kotanopan, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten
Mandailing Natal. Mulai beroperasi pada tanggal 5 Agustus 2005 dengan surat izin operasional No. 002SLVIII2005 tertanggal 5 Agustus 2005.
BPR Syariah ini bertujuan untuk membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah untuk melayani kebutuhan pembiayaan bagi golongan ekonomi
lemah yang tidak terjangkau oleh bank umum. BPR Syariah ini menjadi lembaga yang akan memberikan layanan perbankan syariah kepada masyarakat dan
memberi solusi permodalan bagi pengusaha kecil dan menengah. Sebagai langkah awal dalam mendirikan PT BPRS Sindanglaya
Kotanopan menyediakan dana awal sebesar Rp. 500.000.000 lima ratus juta Rupiah untuk memberikan dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan
tujuan untuk menyediakan pembiayaan kepada para petani dan pedagang kecil yang akan menjadi faktor penting dalam upaya meningkatkan pendapatan
masyarakat. PT BPRS Sindanglaya Kotanopan berdudukan di Kecamatan Kotanopan.
Pemegang sahamnya antara lain PT BPRS Sindanglaya Kotanopan, DR. H. Maslim Batubara, Drs. H. Ali Umar Lubis, Prof. Dr. H. M. Thamrin Tanjung.
4.2 Struktur Organisasi BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan
Struktur Organisasi PT BPRS Sindanglaya Kotanopan dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: PT BPRS Sindanglaya Kotanopan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT BPRS Sindanglaya Kotanopan
RUPS
Dewan Komisaris 1.
H. Maslin Batubara 2.
Dr. H. Thamrin Tanjung 3.
H. Ali Umar Lubis
Direktur Utama M. Ikhsan Lubis, BSc
Dewan Syariah Syahbuddin Lubis
Direktur Operasional Anni Batubara
Internal Audit M. Syarif
Marketing Ahmad Johan
UmumSDI Permbukuan
M. Taslim
Keamanan M. Saleh Lubis
Adm. Pembiayaan M. Zulfi Syahrin
TellerTabungan Aida Herawati
Struktur organisasi BPRS Sindanglaya Kotanopan menunjukkan struktur organisasi garis yang mengenal suatu komando, sehingga tiap-tiap tugas dalam
organisasi hanya mengenal satu pemimpin. Dengan demikian ketegasan dalam perintah dan disiplin lebih terjamin.
Kebaikan struktur organisasi garis yang dikenal sebagai komando adalah sebagai berikut:
1. Garis yang ditunjukkan dalan strukrur organisasi tersebut merupakan
tanggung jawab langsung yang diberikan pimpinan kepada bawahannya dan bersifat sederhana serta mudah untuk dimengerti.
2. Disiplin dan pengawasan dipermudah karena jelasnya saluran perintah
yang diberikan pimpinan kepada bawahannya dan keputusan dapat diberikan secara cepat.
3. Jika digunakan secara tepat, dapat memiliki fleksibilitas terhadap
perubahan keadaan. Keburukan dari struktur organisasi daris yang dikenal sebai komando ini
adalah sebagai berikut: 1.
Pertumbuhan fungsi garis tanpa perkembangan fungsi staf akan membebani tanggung jawab administratif secara berlebih.
2. Sulit untuk memperoleh dana dan melatih karyawan yang serbabisa.
3. Diperlukan pemimpin organisasi yang tegas dan memiliki pengetahuan
yang luas. 4.
Sering kali terjadi kesalahan karena kurang adanya koordinasi atau komunikasi langsung anter bagian secara horizontal.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Profail Pengusaha
Perkembangan pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan sangat memberi keuntungan bagi para pengusaha dengan adanya pemberian pembiayaan dari
BPRS Sindanglaya. Salah satu faktor yang mendukung pengusaha UKM untuk menjalankan usahanya adalah dengan adanya pemberian pembiayaan kepada
pengusaha UKM, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Crosstab Usia Responden – Jumlah Pembiayaan dari BPR Syariah
Umur Jumlah Pembiayaan
15-31 32-47
48-64 65
Total Rp10.000.000
Rp10.001.000 – Rp30.000.000 1
3 4
Rp30.001.000 – Rp50.000.000 2
13 5
20 Rp50.001.000 – Rp75.000.000
1 6
4 11
Rp75.001.000 – Rp100.000.000 3
5 2
10 Total
4 25
14 2
45 Sumber: Diolah dari data primer
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada responden yang menerima jumlah pembiayaan dari BPRS Rp10.000.000, untuk yang menerima jumlah
pembiayaan dari BPRS Rp 10.001.000 - Rp 30.000.000 adalah 4 responden, yang menerima jumlah pembiayan dari BPRS Rp 30.001.000 – Rp 50.000.000 adalah
20 responden, untuk jumlah pembiayaan dari BPRS Rp 50.001.000 – Rp 75.000.000 adalah 11 responden dan yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp
75.001.000 – Rp 100.000.000 adalah 10 responden. Hal ini juga menunjukkan dimana usia 32-47 tahun yang menerima pembiayaan dari Rp. 30.001.000 – Rp.
50.000.000 paling banyak menerima pembiayaan dari BPR Syariah yaitu sebanyak 13 responden.
Tabel 4.2 Crosstab Jumlah Pembiayaan – Pendidikan Pengusaha dan Lama Usaha
Jumlah Pembiayaan
Pendidikan Pengusaha Total
Lama Usaha Total
SD SMP SMA
PT
5 Thn
6-10 Thn
11-15 Thn
16 Thn
Rp. 10.000.000 Rp.10.001..000-
Rp.30.000.000 3
1 4
3 1
4 Rp.30.001.000-
Rp.50.000.000 5
12 3
20 8
10 2
20 Rp.50.001.000-
Rp.75.000.000 2
6 3
11 2
5 4
11 Rp.75.001.000-
Rp.100.000.000 1
2 6
1 10
1 3
4 2
10 TOTAL
3 7
27 8
45 14
19 8
4 45
Sumber: Diolah dari data primer Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Kotanopan para
pengusaha memiliki pendidikan terakhir SMA Sekolah Menengah Atas ada sebanyak 12 responden dengan lama usaha yang telah dijalankan 6-10
tahun sebanyak 10 responden dengan penerimaan pembiayaan dari BPR Syariah sebesar Rp. 30.001.000 – Rp. 50.000.000, dari hal ini dapat
diketahui bahwa pemberian pembiayaan dari BPRS juga memiliki pengaruh pada pendidikan pengusaha dan lama usaha tersebut
.
Tabel 4.3 Crosstab Lama Usaha, Jenis Kelamin – Jumlah Dana PengusahaModal
Sendiri dan Pembiayaan dari BPRS
Lama Usaha
Jenis Kelamin
Jumlah Dana PengusahaModal Sendiri
T OT
AL Jumlah Pembiayaan dari
BPRS
T OT
AL
Rp 25.
00 0.
00
R p 25
.00 1
.00 -
R o 50
.00 .00
R p 5
.0 1
.00 -
R o
7 5
.0 .00
R p
7 5
.0 1
.00 -
R o
1 00
.0 .0
Rp 25.
00 0.
00
R p 25
.00 1
.00 -
R o 50
.00 .00
R p 5
.0 1
.00 -
R o
7 5
.0 .00
R p
7 5
.0 1
.00 -
R o
1 00
.0 .0
5 Tahun
L AKI
-L A
KI 5
3 1
9 1
6 1
1 9
6-10 Tahun
6 3
9 2
6 1
9
11-15 Tahun
2 3
1 6
1 1
4 6
16 Tahun
1 1
2 2
2
5 Tahun
P E
R E
M P
UAN 5
5 3
2 5
6-10 Tahun
7 3
10 7
1 2
10
11-15 Tahun
2 2
2 2
16 Tahun
2 2
2 2
TOTAL 30
12 1
2 45
1 21
13 10
45 Sumber: Diolah dari data primer
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha UKM yang memiliki modal sendiri Rp. 25.000.000 ada sebanyak 30 responden, dan yang menerima
pembiayaan dari BPRS Rp. 25.000.000 – Rp. 50.000.000 ada 21 responden. Pengusaha yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp.25.001.000 – Rp.
50.000.000 ada sebanyak 7 responden dengan lama usaha 6-10 tahun dengan pengusaha yang berjenis kelamin perempuan. Begitu juga dengan pengusaha laki-
laki yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp. 50.001.000 – Rp. 75.000.000 ada sebanyak 6 responden dengan lama usaha 6-10 tahun.
Gambar 4.2 Grafik Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM dan Sesudah
Menerima Pembiayaan dari BPR Syariah
Dari gambar diatas bisa diketahui modal sendiri dari pengusaha lebih kecil dari pada pembiayaan yang diterima dari BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan,
dimana modal sendiri dari pengusaha bisa kita lihat pada gambar dengan garis yang di bawah garis yang berwarna biru dan pembiayaan yang diberikan dari
BPR Syariah berada di atas garis modal sendiri dari pengusaha UKM garis yang berwarna merah menandakan garis pembiyaaan yang diberikan oleh BPR
Syariah, bisa diketahui bahwa pembiayaan yang diberikan BPR Syariah lebih besar dari pada modal sendiri dari pengusaha UKM tersebut.
Pembiayaan yang diberikan BPRS sangat membantu para pengusaha UKM untuk mengembangkan usahanya dan setelah adanya pembiayaan ini sangat
bermanfaat bagi pengusaha UKM, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Rp- Rp50.000.000
Rp100.000.000 Rp150.000.000
Rp200.000.000 Rp250.000.000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43
Ju m
lah P
e m
b iayaan
No. Responden
Grafik Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM dan Sesudah Menerima Pembiayaan dari BPRS
Sesudah Menerima Pembiayaan
Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM
Tabel 4.4 Jawaban responden, apakah pembiayaan yang diberikan BPRS
bermanfaat bagi pengembangan usaha
Pemberian Pembiayaan BPRS Frekuensi
Persentase Sangat Setuju
12 27
Setuju 33
73 Ragu-ragu
Tidak Setuju Total
45 100
Sumber: Diolah dari data primer Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian pembiayaan
BPRS yang merasa sangat setuju bagi pengembangan usaha sebanyak 12 responden penerima pembiayaan dengan tingkat persentase sebesar 27
dari total jumlah responden. Kemudian pemberian pembiayaan BPRS yang merasa setuju bagi pengembangan usaha sebanyak 33 responden
penerima pembiayaan dengan tingkat persentase 73 dari total jumlah responden. Hal ini bisa menjadi nilai tambah bagi pihak perbankan syariah
untuk mencari nasabah yang membutuhkan dana untuk menambah modal dalam usahanya ataupun untuk pengusaha-pengusaha yang akan memulai
usaha baru di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.
Tabel 4.5 Data responden tentang pandangan umum mengenai
pengembangan UKM
Pandangan Umum mengenai pengembangan UKM
Frekuensi Persentase
Akan membawa kemajuan bagi masyarakat 30
67 Sedikit bermanfaat bagi masyarakat
15 33
Total 45
100 Sumber: Diolah dari data primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pandangan umum mengenai pengembangan UKM yang akan membawa kemajuan bagi
masyarakat adalah 30 responden dengan persentase 67 dari total jumlah responden. Kemudian yang merasa sedikit bermanfaat bagi masyarakat
dengan pandangan umum mengenai pengembangan UKM adalah 15 responden dengan persentse 33 dari total jumlah responden. Dari tabel
tersebut bisa diketahui bahwa pandangan mengenai adanya pengembangan UKM sangat direspon baik atau positif oleh masyarakat di Kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.
4.3.2 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Penambahan Jumlah Tenaga Kerja