2.1.2 Belajar dan Pembelajaran Matematika
Menurut Dimyati Mudijiono 2002: 7, belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda- benda, hewan, tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Sedangkan menurut Rifa’i 2012: 66, belajar merupakan proses
penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang
Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Dimyati Mudijiono 2002: 9, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Menurut Skinner, dalam belajar ditemukan adanya hal berikut.
i Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar,
ii Respons si pebelajar, dan
iii Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika dengan mengajarkan matematika kepada peserta didik yang di dalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik tentang
matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan peserta didik serta antara peserta didik dengan peseta didik dalam mempelajari
matematika. Menurut Suherman 2003: 57, pembelajaran matematika memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
abstraksi. Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya
dengan abstraksi siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan atau kecenderungan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan
melalui contoh-contoh khusus generalisasi. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi
matematika serta pada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Haluan Negara GBHN, dimana tujuan umum diberikannya
matematika pada jenjang pendidkan dasar dan menengah meliputi dua hal yaitu sebagai berikut.
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2.1.3 Teori Belajar