Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

Laporan Penelitian

PENGARUH PELAKSANAAN SELF ASSESMENT SYSTEM TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN ORANG PRIBADI DI KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

Oleh:

NAMA : DODY ANAND MARPAUNG

NIM : 122600071

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur hanya kepada Allah SWT, serta Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, atas segala nikmat dan karunia-Nya. Atas izin-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam” yang sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial Politik.

Penulis mendapat banyak sekali Do’a bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Atas berbagai bantuan dan dukungan tersebut, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sangat baik dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi D3 Administrasi Perpajakan FISIP USU.


(3)

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Marihot Pahala Siahaan, sebagai supervisor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

7. Kedua Orang Tua saya, mamak dan buji tercinta yang tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat serta materil yang luar biasa kepada penulis. 8. Kedua saudara saya, Bg Dani dan Feby yang selalu memberikan doa dan

dukungan kepada penulis agar cepat selesai.

9. Bang Ijal dan Kak Corby yang selalu membantu kami semua dari awal perkuliahan.

10. Nia Wariska Harahap yang selalu menemani penulis dalam proses Tugas Akhir ini, selalu membantu penulis dan memberi dukungan kepada penulis selama kuliah di D3 Administrasi Perpajakan ini.

11. Sahabat-sahabat penulis Bg Patra, Doly, Habib, Alif, Herman, Irsal dan Ridho yang selalu ada disaat senang dan susah dalam penulisan Tugas Akhir ini dan selama kuliah di D3 Administrasi Perpajakan ini.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan TAX B 2012.

Semoga hasil Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Perpajakan khususnya tentang Pelaksanaan Self Assesment System. Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari adanya kekurangan pada tugas akhir ini. Namun, penulis telah secara maksimal melakukan penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa untuk


(4)

memperbaiki Tugas Akhir ini agar dapat lebih baik lagi. Penulis juga mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah atau kurang tepat dalam penulisan laporan ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya. Besar harapan penulis kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 06 Juli 2015


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan tugas Akhir ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Laporan Tugas akhir ... 3

C. Uraian Teoritis ... 4

D. Metode Pengumpulan Data ... 11

E. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK RISET A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 15

B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 18

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 18

D. Uraian Tugas dan Fungsi ... 19

E. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 24

BAB III GAMBARAN DATA / ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 27


(6)

B. Kendala Dalam Pelaksanaan Self Assesment System Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 Orang pribadi Di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 35 B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Lubuk Pakam... 24 Tabel III.2 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Lubuk Pakam... 31 Tabel IV.3 Jumlah Penerimaan SPT Tahunan Orang Pribadi


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir

Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan secara langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan syarat yang harus dilewati maupun dilakukan setiap mahasiswa Program Studi D-III Administrasi Perpajakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa serta mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera yang merupakan bagian dari tujuan Negara Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dicapai melalui Pembangunan Nasional yang dilakukan secara berkesinambungan dan merata di seluruh tanah air Indonesia. Untuk dapat membiayai pelaksanaan Pembangunan Nasional salah satu alternatif yang sangat potensial adalah melalui peran serta masyarakat berupa pembayaran pajak.Sebagian besar penerimaan pajak dari tahun ketahun tercantum dalam penerimaan negara yang dimasukan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Oleh sebab itu Direktorat Jendral Pajak harus melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya agar penerimaan negara dapat bertambah.


(9)

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 dan juga terdapat Undang-Undang Pajak Penghasilan yang telah diubah dari Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 menjadi Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, dimana pelaksanaan pajak di Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu perubahan dari official assessment system menjadi self assesment system.

Dalam official assessment system, petugas pajak yang menentukan jumlah pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan. Saat ini ketentuan umum perpajakan telah disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009. Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak dijumpai wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena minimnya kepatuhan Wajib Pajak dan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan.

Dengan perubahan pelaksanaan pemungutan pajak di Indonesia diharapkan agar Wajib Pajak akan mematuhi pelaksanaan self assesment system demi meningkatkan pendapatan negara, tetapi dalam kenyataannya kepatuhan dari Wajib Pajak untuk melaporkan pajaknya lebih rendah dari sebenarnya, menyebabkan tingkat efektifitas hasil pelaksanaan dengan self assesment system menjadi rendah dan dapat juga disimpulkan bahwa besar pajak dapat dipengaruhi oleh kepatuhan Wajib Pajak.


(10)

Dalam kewajiban perpajakannya dan dipengaruhi oleh pelaksanaan pajak. Karena pentingnya kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan pajak maka penulis tertarik untuk membuat pembahasan dalam Laporan Tugas dengan judul “ Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam “.

B. Tujuan dan Manfaat Laporan Tugas Akhir 1. Tujuan Laporan Tugas Akhir

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan self assesment system di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

b. Untuk mengetahui kendala – kendala yang terjadi dalam pelaksanaanself assesment system.

2. Manfaat Hasil Laporan Tugas Akhir

Diharapkan hasil laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat;

a. Untuk pengembangan ilmu di bidang perpajakan, karena hasil laporan ini membahas mengenai peraturan dan penerapannya. Dalam hal ini ditemukan hal-hal yang belum sejalan antara peraturan yang dibuat dengan kondisi yang terdapat dalam masyarakat wajib pajak.

b. Bagi institusi atau lembaga khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Laporan tugas Akhir ini membahas tentang praktek pelaksanaan self assessment system tentang pajak orang pribadi. Dengan


(11)

demikian aparat pelaksana pajak dapat melihat kelemahan, kekurangan dan permasalahan baik pada pihak fiskus maupun wajib pajak.

c. Bagi masyarakat, khususnya wajib pajak akan dapat mengetahui apa saja yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak sebagai warganya. Laporan Tugas akhir ini menjelaskan tentang kewajiban wajib pajak dan prosedur yang harus dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan dapat mengetahui dan memahami apa yang menjadi kewajiban dan yang harus dilakukannya.

C. Uraian Teoritis

C.1. Pengertian Tentang Beberapa Konsep Dalam Perpajakan 1. Pengertian Pajak Secara Umum

Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan menyatakan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.

Adapun pendapat beberapa ahli tentang pengertian pajak antara lain sebagai berikut:

• Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2011: 1) menyatakan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi)


(12)

yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

• Menurut S. I. Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2011: 1) menyatakan pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. • Menurut Dr. N. J. Feldmann dalam Siti Resmi (2011: 2) menyatakan pajak

adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa ada kontraprestasi, dan semata-mat digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

2. Pengelompokan Pajak

Dalam Siti Resmi (2011: 7) terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

2.1 Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dpikul sendiri Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepadaorang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan, contoh: Pajak Penghasilan.


(13)

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak Tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa, contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2.2 Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya, contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal, contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta PBB.

2.3 Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Yang termasuk dalam Pajak Pusat antara lain:

- Pajak Penghasilan (PPh)

- Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM)


(14)

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:

• Pajak Provinsi, terdiri dari:

- Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

- Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

- Pajak Rokok

• Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari: - Pajak Hotel

- Pajak Restoran - Pajak Hiburan - Pajak Reklame

- Pajak Penerangan Jalan

- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - Pajak Parkir

- Pajak Air Tanah

- Pajak Sarang Burung Walet


(15)

- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (Sumber: www.pajak.go.id, 2012)

Pada Laporan Tugas Akhir ini penulis hanya membahas dan menganalisis tentang Pelaksanaan Self Assesment System pada pajak penghasilan orang pribadi (PPh Pasal 21).

3. Pengertian Self Assesment System

Dalam Mardiasmo (2011: 7) Self Assesment System adalah Sitem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam pelaksanaan ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

C.2. Ketentuan Tentang Self Assesment System Pada Pajak Penghasilan Orang Pribadi ( PPh Pasal 21).

1. Pengertian Pajak Penghasilan a. Defenisi Pajak Penghasilan

Menurut Siti Resmi (2011: 74) pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam


(16)

satu tahun pajak. Pajak penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 Pasal 4 ayat 1.

Dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 disebutkan Penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak dalam negeri atau luar negeri yang dapat dipakai konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan betuk apapun dengan merujuk pada Undang-undang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-undang nomor 36 tahun 2008.

b. Pengertian SPT

Dalam Mardiasmo (2011: 26) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-unangan perpajakannya. Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan antara lain sebagai berikut:

- Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

- Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan pajak atau pemungutan pajak lain dalam suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.


(17)

- Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa pajak, yang ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Dasar Hukum

Surat Edaran Nomor SE- 11/PJ/2013

Indonesia menganut sistem perpajakan self assesment system, yaitu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri kegiatan perpajakannya.

Pasal 1 angka ( 11 ) UU No. 16 Tahun 2009

Definisi SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak, dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan.

Pasal 4 ayat 2 Peraturan Mentri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013

Tentang tata cara pemeriksaan, pemerikasaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan.

Pasal 12 ayat 2 UU No. 16 Tahun 2009

Disebutkan bahwa jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.


(18)

D. Metode Pengumpulan Data

Ada pun cara pengumpulan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Pengaruh Pelaksanaan self assesment system terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Daftar Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan pengaruh pelaksanaan self assesment system terhadap kapatuhan pajak atau arsip yang sah sebagai bukti otentik.

E. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir

Laporan Tugas Akhir ini disusun oleh penulis dalam empat bab. Adapun rincian tiap bab seperti terlihat dibawah ini :


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Tugas Akhir yang meliputi latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI RISET

Pada bagian bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, rincian jumlah pegawai, tingkat pendidikan, Struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap – tiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan dan menganalisis data yang diperoleh dan mengevaluasi data yang diterima selama proses riset.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya. Kemudian penulis akan memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan sabagai bahan masukan.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK RISET

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak – Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan pradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya, dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro No. 42-44 Lubuk Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jalan P.Diponegoro No. 30A Medan.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang. Adapun visi dan misi dari KPP Pratama Lubuk Pakam adalah :


(21)

Visi :

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara.

Misi :

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran kantor wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara Bagian Utara (KANWIL I DJP SUMBAGUT) terhitung sejak tahun 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumatera Utara I diubah menjadi 8 (delapan) Kantor Pelayanan Pajak, meliputi:

1. KPP Pratama Medan Timur, berdomisili di Jl. Sukamulia No.17A Medan. 2. KPP Pratama Medan Kota, berdomisili di Jl. Sukamulia No. 17A Medan. 3. KPP Pratama Medan Barat, berdomisili di Jl. Asrama No. 7A Medan. 4. KPP Pratama Medan Polonia, berdomisili di Jl. Sukamulia No. 17A Medan. 5. KPP Pratama Medan Petisah, berdomisili di Jl. Asrama No.7A Medan.

6. KPP Pratama Medan Belawan, berdomisili di Jl. Kol.Laut Yos Sudarso KM 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

7. KPP Pratama Lubuk Pakam, berdomisili di Jl. P.Diponegoro No. 42-44, Lubuk Pakam


(22)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam memiliki wilayah kerja yang meliputi 22 kecamatan, antara lain sebagai berikut:

a. Kecamatan Batang Kuis b. Kecamatan Percut Sei Tuan c. Kecamatan Deli Tua

d. Kecamatan Pantai Labu e. Kecamatan Pagar Merbau f. Kecamatan Beringin g. Kecamatan Pancur Batu h. Kecamatan Sibolagit i. Kecamatan Sunggal

j. Kecamatan S. Tanjungmuda Hulu k. Kecamatan Tanjung Morawa l. Kecamatan Biru-Biru

m. Kecamatan Labuhan Deli

n. Kecamatan S. Tanjungmuda Hilir o. Kecamatan Gunung Meriah p. Kecamatan Hamparan Perak q. Kecamatan Lubuk Pakam r. Kecamatan Namo Rambe s. Kecamatan Galang t. Kecamatan Bangun Purba


(23)

v. Kecamatan Petumbak.

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam,2015.

B. Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam terletak di Jalan P.diponegoro No. 30A Medan. Dalam kedudukannya dibawah Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di berbagai bidang perpajakan. Bidang tersebut adalah PPh, PPN dan PPnBm dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam,2015

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

Struktur Organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Struktuk Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam sebelum modernisasai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang di pimpin oleh


(24)

masing-masing kepala seksi yaitu yang terdiri dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi TUP, Seksi PPN, Seksi PPh Badan, Seksi PPh OP, Seksi PPh Potput, Seksi Penagihan, Seksi Penerimaan dan Keberatan. Namun setelah di modernisasi struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam tetap dikepalai oleh Kepala Kantor , Sub Bagian Umum serta beberapa seksi yaitu Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi Pelayanan, Seksi Wasko I, Seksi Waskon II, Seksi Waskon III, Seksi Wasskon IV, Seksi Penagihan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Ekstensifikasi serta ditambah dengan Tim Fungsional Pemeriksa.

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam,2015

D. Uraian Tugas dan Fungsi

Stuktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Tugasnya adalah mengkoordinasi pelaksanaan peyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidan Pajak Penghasilan dan Pajak Tidak Langsung laninnya berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum Tugas:

a. Penerimaan dan penyampaian dokumen di KPP.

b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian umum. c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta pengambilan


(25)

d. Permintaan pengujian kesehatan pegawai. e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa.

f. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan.

g. Pemusnahan dokumen laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan. h. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja.

3. Seksi Pelayanan Tugas:

a. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

b. Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

c. Perubahan identitas Wajib Pajak.

d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak.

e. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT Masa dan SPT tahunan PPh. f. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI. b. Penatausahaan alat keterangan.

c. Pembentukan bank data.

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak Lainnya.


(26)

e. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

f. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

g. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III,IV)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi atau yang biasa disebut seksi Waskon, terbentuk setelah kantor pelayanan pajak melakukan modernisasi, dimana pembagian seksi berorientasi pada fungsi seksi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Pada KPP Pratama Lubuk Pakam seksi ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu: Seksi Waskon I yang mempunyai tugas melayani permohonan perpajakan dan konsultasi untuk seluruh kecamatan dan untuk Waskon II,Waskon III serta Waskon IV mempunyai tugas yang sama hanya yang membedakan adalah pembagian wilayah kerjanya yang hanya mencakup beberapa kecamatan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan membantu tugas fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam.

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pengawasan dan konsultasi.


(27)

c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan. e. Penetapan Wajib Pajak patuh.

f. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor. c. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.

d. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan.

e. Penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

f. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan Surat Pemeriksaan Pajak , Ekstensifikasi dan lain-lain.

7. Seksi Pemeriksaan Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pemeriksaan. b. Penyelesaian usulan pemeriksaan.


(28)

d. Pemeriksaan kantor.

e. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar.

f. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dan nota perhitungan.

g. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian usulan pemeriksaan dan lain-lain.

8. Seksi Penagihan Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan. b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajk.

c. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak. d. Penagihan pajak seketika dan sekaligus.

e. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan. f. Penghapusan piutang pajak.

g. Penerbitan STP bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita


(29)

E. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tabel II.1

Jumlah Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam Nama Unit/Seksi Jumlah Pegawai

Kepala KPP Pratama 1

Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 5

Kepala Seksi 1

Pelaksana 4

Seksi Pelayanan 19

Kepala seksi 1

Pelaksana 10

Petugas UP Restitusi PPN 8

Seksi Pemeriksaan 3

Kepala Seksi 1

Pelaksana 2

Seksi Penagihan 4

Kepala Seksi 1

Juru Sita 2

Pelaksana 1

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7


(30)

Account Representattive 5

Pelaksana 1

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12

Kepala Seksi 1

Account Representative 10

Pelaksana 1

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10

Kepala Seksi 1

Account Representative 9

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 6

Kepala Seksi 1

Account Representative 5

Seksi Pengolahan Data dan Informasi 11

Kepala Seksi 1

Operator Console 1

Pelaksana 9

Subagian Umum dan Keputusan Internal 9

Bendaharawan 1

Pelaksana 7

Sekretaris 1

Fungsional Pemeriksa 9


(31)

Pemeriksa Pajak Muda 1

Pemeriksa Pajak Pelaksana 1

Pemeriksa Pajak Pratama 6


(32)

BAB III

ANALISIS DATA

A. Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pelaksanaan self assesment system bertujuan meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, ternyata belum sepenuhnya meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk mendaftarkan diri dan memenuhi kewajibannya untuk menyampaikannya pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk menjaga kesinambungan penerimaan negara khusunya dari pajak dan meningkatkan jumlah Wajib Pajak, tingkat kepatuhan menyampaikan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka harus selalu diupayakan kebijakan perpajakan yang mendasar, baik yang menyangkut sistem, struktur organisasi dan penyediaan sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan self assesment system diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan pajaknya. Adapun tujuan pelaksanaan self assesment system di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam antara lain :

1. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan segala kewajibannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(33)

3. Adanya disiplin yang tinggi dari pihak Wajib Pajak.

4. Adanya kejujuran Wajib Pajak, yaitu kejujuran Wajib Pajak dalam mengisi SPT dan membayar angsuran pajak.

5. Terhindar dari timbulnya Wajib Pajak yang tidak taat menyampaikan pajak terutangnya.

6. Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

7. Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan Wajib Pajak.

Ada pun langkah – langkah membangun kepatuhan Wajib Pajak adalah sebagai berikut :

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam berupaya membangun kepatuhan Wajib Pajak karena kegiatan ini sangat berkolerasi secara signifikan dengan pencapaian target penerimaan pajak. Akan tetapi dukungan seluruh masyarakat sangat dibutuhkan. Beberapa langkah yang dilakukan membangun kepatuhan Wajib Pajak antara lain :

1. Sosialisasi

Sebagaimana dinyatakan Diretorat Jendral Pajak bahwa kesadaran atau kepatuhan Wajib Pajak datangnya dari diri sendiri, maka menanamkan pengertian dan pemahaman tentang pajak itu bisa diawali dari lingkungan keluarga yang terdekat, melebar kepada tetangga sampai dalam forum – forum tertentu dan ormas – ormas tertentu melalui sosialisasi. Dengan tingginya intensitas informasi yang diterima oleh masyarakat maka dapat secara perlahan merubah anggapan masyarakat tentang pajak dapat kearah positif. Sosialisasi juga dilakukan pihak kantor melalui siaran radio


(34)

berupa talkshow, iklan pajak seperti spanduk, papam ikla, brosur pajak, dan sensus pajak nasional( SPN ). Sensus Pajak Nasional PMK – 149/PMK.03/2011 merupakan kegitan mengumpulkan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak artinya ekstensifikasi, dengan mendatangi Wajib Pajak di seluruh Indonesia. Sensus Pajak Nasional ( SPN ) bertujuan menjaring seluruh potensi perpajakan dalam rangka Tri Dharma perpajakan yaitu :

1.1. Agar seluruh Wajib Pajak terdaftar

1.2. Agar seluruh Orang pribadi dikenakan pajak

1.3. Pelaksanaan perpajakan dilaksanakan tepat waktu dan penyelenggaraan SPN dilakukan dengan cara mendatangi Subjek Pajak di lokasi subjek pajak ( domisili, tempat tinggal, tempat usaha atau tempat kedudukan dari subjek pajak).

Sosialisasi juga dapat dilakukan datang langsung ke kantor – kantor pemerintah daerah wilayah kerja, program yang penting dengan adanya tax center yang berkerja sama dengan perguruan tinggi setempat, sebelum dibentuknya tax center biasanya ada kesepakatan bersama untuk melakukan kerjasama sosialisasi perpajakan.

2. Pelayanan

Setelah dilakukan sosialisasi maka tingkat pelayanan perlu ditingkatkan, memberikan kemudahan dalam segala hal pemenuhan kewajiban perpajakan dan meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak. Jika pelayanan pajak kurang


(35)

Pelayanan Pajak Pratama, Kantor pelayanan Pajak Pratama merupakan wajah DJP harus mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan dan kenyamanan. Pelayanan berkualitas adalah pelayanan yang dapat menciptakan suatu kondisi yang dinamis yang berhubungan dengan jasa. DJP harus terus menerus meningkatkan efesiensi penggunaan teknologi informasi yang tepat untuk memudahkan pelayanan kepada Wajib Pajak.Setelah ini baru diadakan pemeriksaan.

3. Pemeriksaan

Apabila Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak maka diadakan pemeriksaan.Pelaksanaan pemeriksaan ini sangat diperlukan dan harus lebih ditingkatkan. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan ( Pasal 1 No 25 UU KUP ). Pemeriksaan juga bertujuan ekstensifikasi Wajib Pajak demi meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

4. Penegakan Hukum

Dengan penegakan hukum yang benar akan memberikan pengaruh yang efektif sehingga meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak akan memberikan pandangan yang positif terhadap aparat perpajakannya sehingga Wajib Pajak tidak akan cenderung menahan informasi tentang kegiatan usahanya dan tidak cooferatif.


(36)

1. Analisa Perkembangan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Lubuk Pakam

Dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data mengenai Wajib Pajak terdaftar dan bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Adapun jumlah Wajib Pajak orang pribadi dan SPT yang masuk dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel I

TahunPajak JumlahWajibPajak Orang Pribadi SPT Masuk

2010 106.034 32.684

2011 126.056 33.786

2012 140.741 37.063

2013 153.534 44.963

2014 167.983 41.158

Sumber : KPP Pratama Lubuk Pakam,2015

Dari tabel di atas dapat kita lihat bagaimana kesadaran atau kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi di KPP Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Ternyata dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak dan SPT semakin meningkat, akan tetapi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dari tahun 2010 sampai 2014 semakin menurun. Hal ini diakibatkan kesabaran Wajib Pajak kurang optimal dan kurangnya pengetahuan


(37)

2. Laporan / statistik penerimaan SPT Tahunan Orang Pribadi

Tabel II

Tahun Jumlah WP Jumlah WP Lapor

% Jumlah Wp Tidak Lapor

%

2010 106.034 32.684 30,82% 73.350 69,63%

2011 126.056 33.786 26,80% 92.270 73,20%

2012 140.741 37.063 26,33% 103.768 73,67%

2013 153.534 44.963 29,29% 108.571 70,71%

2014 167.983 41.158 24.50% 126.825 70,50%

Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam,2015

Dari Tabel diatas dapat kita lihat setiap tahunnya jumlah Wajib Pajak semakin meningkat dan jumlah WP yang melaporkan SPT pun setiap tahunnya semakin meningkat. Namun, jika kita bandingkan jumlah Wajib Pajak yang lapor dan Wajib Pajak yang tidak lapor sangatlah berbeda jauh, rata-rata Wajib Pajak yang lapor hanya sekitar 27 % dari jumlah seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran Wajib Pajak terhadap kewajiban Perpajakannya sangatlah rendah, mereka hanya mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak hanya demi keuntungan pribadi mereka sendiri namun tidak menjalankan kewajibannya.


(38)

B. Kendala Dalam Pelaksanaan Self Assesment SystemDalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat

Hal ini disebabkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat tentang perpajakan masih rendah, sehingga masyarakat (Wajib Pajak) tidak mau mendaftarkan pajaknya.

2. Tidak ada data Wajib Pajak

Apabila tidak ada data Wajib Pajak maka akan mempersulit fiskus untuk mengetahui identitas Wajib Pajak tersebut.

3. Wajib Pajak Menutupi Kegiatan Usahanya

Wajib Pajak tidak transparan atas usaha yang dijalankan sehingga fiskus tidak dapat menetapkan seberapa besar pajak yang seharusnya dikenakan.

4. Kurangya Petugas Pelaksanaan Pendataan

Dengan adanya kendala-kendala yang dihadapi di atas maka self assessment system belum dapat digunakan atau dilaksanakan dengan baik dan sistem pajak kita belum dapat berfungsi sebagai alat redistribusi pendapatan yang seutuhnya.


(39)

1. Cara Menyelesaikan Masalah Dalam Pelaksanaan Self Assesment System Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

a. Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi perpajakannya serta peraturan dibidang perpajakan, hal ini bias dilakukan peningkatan pembinaan terhadap Wajib Pajak dengan penyuluhan yang intesif melalui artikel, tulisan tentang perpajakannya yang mudah dimengerti dan dipahami khususnya Wajib Pajak.

b. Menjelaskan kepada Wajib Pajak selama Wajib Pajak menyampaikan pajaknya tepat pada waktunya sebelum jatuh tempo tidak dikenakan sanksi perpajakan.

c. Diharapkan kepada fiskus agar dapat berkerja sama yang baik dengan instansi terkait, sehingga pelaksanaan self assessment system dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, hal ini bertujuan untuk penerimaan pajak semakin meningkat.

d. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan self assesment system berasal dari faktor instansi perusahaan itu sendiri yaitu kurangnya petugas pendatan terhadap masyarakat (Wajib Pajak) akan tetapi di tahun 2012 telah dilakukan perekrutan tenaga Sensus Pajak Nasional (SPN) sedangkan kendala yang lain berasal dari Wajib Pajak itu sendiri karena Wajib Pajak tidak memberikan data yang sebenarnya dan menutupi kegiatan usahanya.


(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Self Assesment System merupakan system pemungutan yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang–undangan perpajakan yang berlaku.

Kepatuhan perpajakan (Tax Compliance) merupakan wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundan–undangan perpajakan. Kepatuhan ada 2 macam yaitu :

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakannya yakni sesuai isi dan jiwa Undang–Undang perpajakan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Pelaksanaan self assessment system mengunakan data SPT orang pribadi terdaftar, efektif tahun 2010 – 2014 untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib


(41)

Pajak dalam menyampaikan pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Berdasarkan pencapaian target peningkatan pajak, KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan pelaksanaan self assessment system dengan optimal, dan berdasarkan prosedur pelaksanaanya sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perpajakan No 16 tahun 2009.

B. SARAN

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan pendapat berupa saran yaitu :

1. Perlunya menyempurnakan system informasi perpajakan yang ada agar data dan informasi dapat disajikan dengan lengkap dan akurat.

2. Dalam hal pelayanan, Direktorat Jendral Pajak harus memberikan pelayanan yang lebih prima serta menghargai kepatuhan Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Direktorat Jendral Pajak harus lebih tegas untuk menerapkan sanksi administrasi dan sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tentang kewajiban perpajakannya.

4. Meningkatkan pengetahuan fiskus melalui pendidikan dan pelatihan agar terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu lebih meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak dan membuat kerjasama dengan pihak lain untuk membuat talkshow seputar perpajakan atau pun membuat penayangan


(42)

iklan lebih intensif lagi agar mampu mengunggah semangat Wajib Pajak untuk menyampaikan pajaknya dan pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintah mengenai setiap perubahan peraturan perundang- undangan pajak dan penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dengan cara mendatangi langsung wajib pajaknya maupun membuat selebaran tentang informasi perpajakannya. Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat menyampaikan atau membayar pajaknya tepat pada waktunya, penerimaan pajak juga akan meningkat.

5. Tingkat kepatuhan di dapat berbagai faktor perlu diperhatikan agar Wajib Pajak orang pribadi dapat lebih patuh membayar tunggakan pajak yang dikenakan terhadap Wajib Pajak tersebut sehingga apa yang sudah ada saat ini menjadi lebih baik lagi.

6. Faktor lain dalam pelaksanaan self assesment system yang perlu ditingkatkan guna menambah pandangan positif para Wajib Pajak sehingga dapat terlaksana kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan ketentuan yang berlaku misalnya terdapat peningkatan kualitas, profesonalitas dan kejujuran dari petugas pajak.

7. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional ( SPN ) yang telah dijalankan pada tahun 2012, harus lebih ditingkatkan agar Wajib Pajak baru semakin meningkat seiring dengan penerimaan pajaknya.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 tentang, Tata cara Pemeriksaan.

Surat Edaran NOMOR SE- 11/PJ/2013 tentang rencana dan strategi pemeriksaan tahun 2013.


(1)

B. Kendala Dalam Pelaksanaan Self Assesment SystemDalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1. Kurangnya Kesadaran Masyarakat

Hal ini disebabkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat tentang perpajakan masih rendah, sehingga masyarakat (Wajib Pajak) tidak mau mendaftarkan pajaknya.

2. Tidak ada data Wajib Pajak

Apabila tidak ada data Wajib Pajak maka akan mempersulit fiskus untuk mengetahui identitas Wajib Pajak tersebut.

3. Wajib Pajak Menutupi Kegiatan Usahanya

Wajib Pajak tidak transparan atas usaha yang dijalankan sehingga fiskus tidak dapat menetapkan seberapa besar pajak yang seharusnya dikenakan.

4. Kurangya Petugas Pelaksanaan Pendataan

Dengan adanya kendala-kendala yang dihadapi di atas maka self assessment system belum dapat digunakan atau dilaksanakan dengan baik dan sistem pajak kita belum dapat berfungsi sebagai alat redistribusi pendapatan yang seutuhnya.


(2)

1. Cara Menyelesaikan Masalah Dalam Pelaksanaan Self Assesment System Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

a. Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi perpajakannya

serta peraturan dibidang perpajakan, hal ini bias dilakukan peningkatan pembinaan terhadap Wajib Pajak dengan penyuluhan yang intesif melalui artikel, tulisan tentang perpajakannya yang mudah dimengerti dan dipahami khususnya Wajib Pajak.

b. Menjelaskan kepada Wajib Pajak selama Wajib Pajak menyampaikan

pajaknya tepat pada waktunya sebelum jatuh tempo tidak dikenakan sanksi perpajakan.

c. Diharapkan kepada fiskus agar dapat berkerja sama yang baik dengan

instansi terkait, sehingga pelaksanaan self assessment system dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, hal ini bertujuan untuk penerimaan pajak semakin meningkat.

d. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan self assesment system berasal dari faktor instansi perusahaan itu sendiri yaitu kurangnya petugas pendatan terhadap masyarakat (Wajib Pajak) akan tetapi di tahun 2012 telah dilakukan perekrutan tenaga Sensus Pajak Nasional (SPN) sedangkan kendala yang lain berasal dari Wajib Pajak itu sendiri karena Wajib Pajak tidak memberikan data yang sebenarnya dan menutupi kegiatan usahanya.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Self Assesment System merupakan system pemungutan yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang–undangan perpajakan yang berlaku.

Kepatuhan perpajakan (Tax Compliance) merupakan wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundan–undangan perpajakan. Kepatuhan ada 2 macam yaitu :

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi

kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantive atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakannya yakni sesuai isi dan jiwa Undang–Undang perpajakan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Pelaksanaan self assessment system mengunakan data SPT orang pribadi


(4)

Pajak dalam menyampaikan pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

2. Berdasarkan pencapaian target peningkatan pajak, KPP Pratama Lubuk Pakam

telah melakukan pelaksanaan self assessment system dengan optimal, dan berdasarkan prosedur pelaksanaanya sudah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang perpajakan No 16 tahun 2009.

B. SARAN

Setelah penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan pendapat berupa saran yaitu :

1. Perlunya menyempurnakan system informasi perpajakan yang ada agar data

dan informasi dapat disajikan dengan lengkap dan akurat.

2. Dalam hal pelayanan, Direktorat Jendral Pajak harus memberikan pelayanan yang lebih prima serta menghargai kepatuhan Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Direktorat Jendral Pajak harus lebih tegas untuk menerapkan sanksi

administrasi dan sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tentang kewajiban perpajakannya.

4. Meningkatkan pengetahuan fiskus melalui pendidikan dan pelatihan agar

terdapat kesiapan saat regenerasi. Selain itu lebih meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi kepada Wajib Pajak dan membuat kerjasama dengan pihak lain untuk membuat talkshow seputar perpajakan atau pun membuat penayangan


(5)

iklan lebih intensif lagi agar mampu mengunggah semangat Wajib Pajak untuk menyampaikan pajaknya dan pemberitahuan yang jelas dan menyeluruh atau sosialisasi dari pemerintah mengenai setiap perubahan peraturan perundang- undangan pajak dan penyuluhan tentang pentingnya pajak sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dengan cara mendatangi langsung wajib pajaknya maupun membuat selebaran tentang informasi perpajakannya. Sehingga penanggung pajak menyadari kegunaan pajak dan diharapkan dapat menyampaikan atau membayar pajaknya tepat pada waktunya, penerimaan pajak juga akan meningkat.

5. Tingkat kepatuhan di dapat berbagai faktor perlu diperhatikan agar Wajib Pajak orang pribadi dapat lebih patuh membayar tunggakan pajak yang dikenakan terhadap Wajib Pajak tersebut sehingga apa yang sudah ada saat ini menjadi lebih baik lagi.

6. Faktor lain dalam pelaksanaan self assesment system yang perlu ditingkatkan guna menambah pandangan positif para Wajib Pajak sehingga dapat terlaksana kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan ketentuan yang berlaku misalnya terdapat peningkatan kualitas, profesonalitas dan kejujuran dari petugas pajak.

7. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional ( SPN ) yang telah dijalankan pada tahun 2012, harus lebih ditingkatkan agar Wajib Pajak baru semakin meningkat seiring dengan penerimaan pajaknya.

8. Menjalin koordinasi yang baik antara Direktorat Jendral Pajak dengan instansi lain serta pihak yang terkait.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.03/2013 tentang, Tata cara Pemeriksaan.

Surat Edaran NOMOR SE- 11/PJ/2013 tentang rencana dan strategi pemeriksaan tahun 2013.


Dokumen yang terkait

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA KARANGANYAR

0 15 84

Dampak Penerapan E-Filing Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

9 43 131

Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 7

Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 12

Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 12

Pengaruh Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

0 0 1

Dampak Penerapan E-Filing Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 11