Tabel 3. Kandungan Gizi Komposisi Biji Kakao Nomor
Zat Gizi Kandungan g
1 Karbohidrat
48.9 2
Lemak 23.8
3 Protein
8.0 4
Air 3.9
5 Fosfor
0.315 6
Kalsium 0.125
7 Besi
0.0116 8
Vitamin A 0.002
9 Vitamin B1
0.012
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai optimalisasi telah sering dilakukan, diantaranya oleh Handayani 2001, Sulaenah 2003, Cakranimgrum 2000, Tandyna 2002.
Penelitian yang dilakukan Handayani yang berjudul “Optimalisasi Pengendaliaan Bahan Baku Simplisia Pada Perusahaan Jamu Tradisional PT XYZ”. Dimana
penelitian ini lebih merumuskan pada suatu sistem pengendaliaan bahan baku bagi perusahaan sebagai alternatif yang dapat dipilih dalam rangka mencapai optimalitas
efesiensi produksi. Dalam hal ini PT XYZ menggunakan klasifikasi ABC untuk mengelola bahan baku terhadap persediaanya. Sistem klasifikasi ABC yang
dijalankan oleh perusahaan relatif sederhana yaitu hanya mempertimbangkan faktor harga bahan baku dan jumlah penggunaannya.
Dalam pendekatan model linear programming sistem klasifikasi ABC yang disusun turut memperhatikan faktor -faktor selain harga dan jumlah penggunaan
bahan baku. Faktor -faktor tersebut antara lain jumlah permintaan pasar terhadap produk akhir, harga jual produk akhir, ketersediaan bahan baku, serta penggunaan
sumberdaya mesin dan tenaga kerja orang. Pertimbangan faktor-faktor tersebut dalam pendekatan model linear programming menghasilkan sistem klasifikasi ABC
beserta nilai ekonomis masing-masing bahan baku dilihat dari sisi keuntungan perusahaan. Oleh sebab itu, terdapat perbedaan jumlah kebutuhan bahan baku
menurut per usahaan MFP dan menurut pendekatan linear programming MFLP berkaitan erat dengan ketepatan perusahaan dalam meramalkan jumlah permintaan
pasar terhadap produk akhir. Pendekatan model linear programming pada hasil peramalan maupun aktual akan menghasilkan perencanaan kebutuhan bahan baku
yang lebih efesien dan komprehensif. Sulaenah 2003 melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi mebel
rotan di PT Dilmoni Citra Mebel Indonesia CMI Cirebon Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan dalam penelitiannya adalah linear programming.
Berdasarkan hasil olahan data dengan menggunakan model linear programming, dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi mebel rotan pada periode bulam Mei
2003 yang dijalankan perusahaan sudah optimal, karena jumlah dan kombinasi produksi pada kondisi aktual sama dengan kondisi optimal yaitu sebesar 2886 unit.
Berdasarkan produksi aktual maupun kondisi optimal perusahaan sudah mencapai keuntungan maksimal yaitu sebesar Rp 557.788.555,800. Hasil optimal dalam
penelitian ini memperlihatkan bahwa sumberdaya yang digunakan masih belum optimal, walaupun pada sumberdaya cat dasar, kulit rotan, sanding sealer dan top
coat memiliki jumlah sisa hanya sedikit tapi tetap berlebih. Sumberdaya yang
sangat berlebih ketersediannya adalah rota n batang dan jam tenaga kerja langsung. Penggunaan jam tenaga kerja langsung melebihi kapasitas optimal, oleh karena itu
terjadi jam tenaga kerja langsung menganggur yang besar. Hasil olahan dengan
menggunakan linear programming memperlihatkan bahwa target produksi sudah optimal.
Cakraningrum 2000 melakukan penelitian tentang optimalisasi pengadaan bahan baku pada pabrik gula, yang merupakan studi kasus pada P.G. Mojo, Sragen,
Jawa Tengah, diketahui bahwa pengadaan bahan baku di PG. Mojo belum optimal. Dalam hal ini peneliti menggunakan model linear programming dengan 28 kegiatan
pengadaan gula. Berdasarkan hasil optimalisasi diketahui bahwa penggunaan lahan dan dan jumlah tebu tergiling lebih besar, serta jumlah gula yang lebih kecil
dibandingkan dengan kondisi optimal mengakibatkan biaya tinggi dan penerimaan rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin rendah. Tingkat keuntungan
optimal adalah sebesar Rp. 5.577.243.000,- sedangkan keuntungan aktual hanya Rp. 2.730.605.284,-.
Tandyna 2002 melakukan penelitian yang berjudul “Sistem Pengadaan Bahan Baku Dan Optimalisasi Produksi Nata De Coco Pada PT. Menacoco Sari
Jakarta”. Berdasarkan hasil olahan penelitiannya dengan menggunakan program linear menunjukkan tingkat produksi optimal lebih tinggi dari pada tingkat
produksi aktual. Pada kondisi aktual perusahaan memproduksi nata de coco sebesar 3072415 unit. Sedangkan berdasarkan hasil olahan program linear, nata de coco
yang dihasilkan sebesar 3106884 unit, yang mana nata de coco kemasan 220 gram dan kemasan 360 gram ditingkatkan produksinya masing-masing sebesar 1309885
unit dan 99799 unit. Untuk produk nata de coco kemasan 240 gram dikurangi jumlah produksinya sebesar 513691 unit. Dengan berproduksi pada tingkat
optimal, perusahaan akan memperoleh keuntungan total sebesar Rp 3.033.452.784.100. Selain itu juga berdasarkan hasil olahan linear programming
menunjukkan masih terdapat penggunaan sumberdaya yang belum optimal. Bahan baku gula, penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin masih berlebih
ketersediannya pada kondisi optimal. Sedangka bahan baku nata mentah dan jam kerja tenaga produksi merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan secara maksimal
pada kondisi maksimal. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi yang telah
diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode linear programming merupakan alat analisis yang dapat dipergunakan untuk memperoleh kombinasi
produksi yang optimal terbaik dari suatu permasalahan kendala-kendala yang ada sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal bagi perusahaan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN