Tujuan Manfaat Lokasi dan Waktu Penelitian Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Pada Pelabuhan Perikanan Samudera tentu saja memiliki fasilitas-fasilitas yang mendukung kegiatan produksi hasil perikanan. Contohnya saja adanya fasilitas coldstorage, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengemasan produk hasil olahan perikanan, dan lain sebagainya. Hampir semua dari industri tersebut menggunakan fasilitas tenaga listrikbahan bakar untuk menjalankan industri tersebut. Oleh karena itu hampir semua bagian dalam industri perikanan memiliki potensi kebakaran akibat digunakannya listrik sebagai komponen utama penggerak industri tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pihak- pihak yang terkait dalam membuat atau mengevaluasi manajemen penanggulangan kebakaran yang ada dalam sebuah pelabuhan perikanan. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Menurut UU RI No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan mengatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, danatau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengebangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik lokal, nasional maupun internasional Lubis, 2006. Produksi berarti bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan melakukan kegiatan-kegiatan produksinya mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya. Pengolahan berarti bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapan. Sedangkan pelabuhan perikanan ditinjau dari aspek pemasaran berarti bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan. Menurut Direktoral Jenderal Perikanan 1994 diacu dalam widiastuti, 2010 bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu produksi-bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan- kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya, pengolahan- bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya, pemasaran-bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pegumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sedangkan fungsi pelabuhan perikanan menurut pasal 41A adalah mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya berupa: 1 Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; 2 Pelayanan bongkar muat; 3 Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4 Pemasaran dan distribusi ikan; 5 Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; 6 Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7 Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; 8 Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan; 9 Pelaksanaan kesyahbandaran; 10 Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan 11 Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan 12 Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; 13 Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 14 Pengendalian lingkungan Salah satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat pelaksanaan kesyahbandaran. Adapun tujuan adanya kesyahbandaran adalah dalam rangka memantau keselamatan operasional kapal perikanan. Sedangkan tugas dan wewenang dari syahbandar di pelabuhan perikanan adalah : 1 Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar 2 Mengatur kedatangan dan keberangkatan kapal perikanan 3 Memeriksa ulang kelengkapan dokumen kapal perikanan 4 Memeriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan 5 Memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja laut 6 Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan 7 Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan 8 Mengawasi pemanduan 9 Mengawasi pengisian bahan bakar 10 Mengawasi kegiatan pembangunan fasilititas pelabuhan perikanan 11 Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan 12 Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan perikanan 13 Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim 14 Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawakan kapal perikanan 15 Menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan Kapal Perikanan, dan 16 Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan

2.1.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16 tahun 2006 Tentang Pelabuhan Perikanan menjadi empat tipe pelabuhan perikanan yaitu 1 Pelabuhan Perikanan Samudera, 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara, 3 Pelabuhan Perikanan Pantai, dan 4 Pangkalan Pendaratan Ikan. Pelabuhan Perikanan Samudera mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 60 GT; 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus; 5 Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6 Terdapat industri perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut: 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 30 GT; 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; 5 Terdapat industri perikanan. Pelabuhan Perikanan Pantai mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut : 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 10 GT; 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut : 1 Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; 2 Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 3 GT; 3 Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m; 4 Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER16MEN2006 ini setiap pelabuhan bisa ditingkatkan klas nya berdasarkan kriteria teknis yang ada. Peningkatan klas pelabuhan perikanan yang dibangun oleh Pemerintah diusulkan oleh Direktur Jenderal kepada Menteri setelah mendapat rekomendasi dari BupatiWalikota.

2.2 Konsep Dasar Sistem

2.2.1 Definisi sistem

Sistem merupakan seperangkat unsur yang teratur dan terdiri dari unsur yang dapat dikenal, saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran Davis, 1984. Dent dan Blackie dalam Armando 2003, menyebutkan bahwa penelitian sistem mencakup analisis komponen dan hubungannya, serta proses sintesis yang mungkin membentuk sistem baru atau mengefisienkan sistem lama. Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan Dwi, 2003. Definisi yang lebih lengkap diungkapkan oleh McLeod 2007 yang menyatakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Davis 1984 sistem adalah seperangkat unsur- unsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi satu untuk maksud dan tujuan bersama. Hal terpenting dalam sebuah sistem adalah menentukan batas sistem, agar dapat mengerti fungsi sistem tersebut. Pendekatan sistem memberikan metode yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, serta mendesain sistem secara keseluruhan Eriyanto diacu dalam Armando, 2003.

2.2.3 Karakteristik sistem

Menurut Jogiyanto 2005, suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat- sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen components, batasan sistem boundary, lingkungan luar sistem environments, penghubung interface, masukan input, pengeluaran output, pengolah process, dan sasaran objectives atau tujuan goal. 1 Komponen sistem Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian- bagian dari subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses secara keseluruhan. 2 Batasan sistem Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. 3 Lingkungan luar sistem Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Lingkungan luar sistem yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan harus tetap dijaga dan dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan. 4 Penghubung sistem Penghubung sistem merupakan media penghubung antara subsistem dengan subsistem yang lain. Melalui penghubung ini memungkinkan sumberdaya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lain. Keluaran dari suatu subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lain melalui suatu penghubung. Penghubung suatu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem lain dan membentuk satu kesatuan. 5 Masukan sistem Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan maintenance input dan masukan sinyal signal input. Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. 6 Keluaran sistem Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau suprasistem. 7 Pengolah sistem Suatu sistem dapat menpunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi pengeluaran. 8 Sasaran sistem Sasaran dari sistem sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran dan tujuannya. Kedelapan komponen tersebut saling berkaitan seperti dijelaskan pada Gambar 1 berikut : Gambar 1 Karakteristik sistem Jogiyanto, 2005

2.2.3 Ciri pokok sistem

Menurut Amirin 2003, ada sembilan ciri pokok sistem, yaitu: 1 Setiap sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut. I P O Sub Sistem Sub Sistem Sub Sistem Sub Sistem Lingkungan Luar Interface Boundary Boundary 2 Setiap sistem mempunyai batas boundaries yang memisahkannya dari lingkungan. 3 Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh apapun. 4 Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil, begitu seterusnya. 5 Walau sistem itu terdiri dari berbagai bagian, unsur-unsur atau komponen, tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan dari bagian, unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu. 6 Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam intern sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya. 7 Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan input menjadi keluaran output. Karena itu maka sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”. 8 Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan tersedianya umpan balik. 9 Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau keadaan secara otomatik dengan sendirinya.

2.2.5 Klasifikasi sistem

Menurut Davis 1984, sistem diklasifikasikan kedalam sistem fisik dan abstrak, sistem deterministik dan probabilistik, sistem tertutup dan terbuka, dan sistem manusia atau mesin. 1 Sistem fisik dan abstrak Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, dan sistem produksi. Sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur dari gagasan atau konsep yang saling tergantung, misalnya sistem teologi. 2 Sistem deterministik dan probabilistik Sistem deterministik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara tepat. Interaksi antar bagian diketahui secara pasti sehingga keadaan sistem selanjutnya dapat disebutkan secara tepat tanpa kesalahan, misalnya program komputer. Sistem probabilistik dapat diuraikan dalam istilah perilaku yang mungkin, tetapi selalu ada sedikit kesalahan atas ramalan jalannya sistem. 3 Sistem terbuka dan tertutup Sistem tertutup atau secara relatif tertutup adalah sistem yang relatif terisolasi dari lingkungannya tetapi tidak sama sekali tertutup dalam arti fisik. Sistem terbuka mengadakan pertukaran informasi, materi atau energi dengan lingkungannya. 4 Sistem manusia mesin Sistem dapat menekankan pada manusia sehingga mesin hanya melaksanakan peran pendukung seperti menyediakan perhitungan atau mencari data.

2.2.5 Pengembangan sistem

Pengembangan sistem system development dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada Jogiyanto, 2005. Perubahan pembukuan dari manual menjadi komputerisasi menurut Tugiman diacu dalam Armando 2003 menyebabkan terjadinya beberapa perubahan, seperti : 1. Dokumen dari bentuk kertas menjadi visual; 2. Sebagian besar data yang akan dianalisa tersimpan dalam file yang berupa disket, pita magnetik atau tape; dan 3. Cara pemeriksaan secara tradisional atau manual memerlukan banyak waktu dan tenaga, sebaliknya pemeriksaan dengan cara komputerisasi jauh lebih efisien.

2.3 Penanggulangan kebakaran

2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran

Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja Kepmenaker No.KEP.186MEN1999. Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja tersebut meliputi : 1 Pengendalian setiap bentuk energi 2 Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi 3 Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas 4 Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja 5 Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala 6 Memiliki buku rencana pnenanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 lima puluh orang tenaga kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25PRTM2008 yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2008 Penanggulangan Kebakaran adalah berbagai kegiatan proteksi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk dapat ditekannya semaksimal mungkin kerugian kebakaran termasuk korban jiwa dan luka-luka. Kegiatan penanggulangan kebakaran tersebut antara lain : 1 Prakiraan Kebutuhan Air Kebakaran Prakiraan kebutuhan air kebakaran berdasarkan analisis risiko kebakaran, yaitu : 1 Prakiraan kebutuhan total air kebakaran untuk wilayah yang dilindungi, berdasarkan fungsi bangunan gedung yang mempunyai volume terbesar; 2 Penentuan laju penerapan air delivery rate untuk wilayah yang dilindungi; dan 3 Memperhatikan kebutuhan air kebakaran untuk bangunan atau fasilitas dengan potensial bahaya khusus. 2 Pembuatan Peta Risiko Kebakaran Membuat peta risiko kebakarann meliputi kegiatan sebagai berikut; 1 Membuat peta wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakartakabupatenkota dengan skala 1: 20.000 atau lebih besar sesuai kebutuhan; 2 Memberikan tanda pos kebakaran yang ada pada peta wilayah 3 Memperkirakan tanda pos kebakaran yang ada; dan 4 Peta risiko kebakaran merupakan hasil analisis risiko yang dituliskan di atas overlay peta wilayah yang ada. 3 Penentuan jumah dan penempatan pos kebakaran Penentuan jumlah dan penempatan pos kebakaran didasarkan pada : 1 Peta risiko; 2 Waktu Tanggap response time; dan 3 Letak sumber air 4 Membuat jangkauan sistem hidran Membuat jangkauan sistem hidran yang ada meliputi hal sebagai berikut : 1 Plot titik hidran yang ada pada peta risiko kebakaran mengacu pada Kepmen PU No. 11KPTS2000 danatau perubahannya 2 Bila sistem hidran tidabelum tersedia maka harus mempertimbangkan sumber air lainnya. 5 Analisisevaluasi tingkat kemampuan aliran air menerus 1 Menghitung potensi pengangkutan air untuk pemadaman dengan memperhitungkan sumber air alami maupun buatan yang ada, serta jumlah dan kapasitas mobil tangki yang dipunyai; 2 Membuat table kemampuan aliran air menerus continous flow capabilities untuk setiap kapasistas mobil tangki yang dimiliki; 3 Plot jangkauan dan kemampuan aliran air menerus mobil tangki pada peta risiko kebakaran; dan 4 Membuat evaluasi kemampuan pasokan air keseluruhan termasuk untuk potensi bahaya kebakaran khusus. 6 Sarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa kendaraan dan peralatan pemadam, peralatan perorangan dan peralatan komunikasi. 7 Prasarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa bangunan stasiunpos kebakaran, bangunan penampung air, bangunan asrama, bangunan bengkel, bangunan diklas, jaringan jalan dan sistem komunikasi. 8 SDM penanggulangan kebakaran antara lain terdiri dari pemadam kebakaran termasuk para perwiranya, penyelamat, operator mobil pemadam, operator komunikasi, dan montir mobil pemadam.

2.3.3 Penanggulangan Kebakaran Lingkungan

Menurut Kep.MenPU No.11KPTS2000 Setiap lingkungan bangunan yang berada dalam satu lingkungan dengan kepemilikan yang sama dan dalam pengelolaan lingkungan yang sama diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran MPK. Lingkungan dimaksud meliputi lingkungan perdagangan, superblok, hunian padat, dan hunian di atas air.Lingkungan khusus, seperti lingkungan industri, lingkungan dalam pangkalan-pangkalan Militer darat, laut, dan udara, diatur dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran khusus. 1 Prasarana penanggulangan kebakaran Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan ini harus dilengkapi dengan prasarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari: 1 Pasokan air. Untuk keperluan pemadaman kebakaran, pasokan air diperoleh dari sumber alam kolam air, danau, sungai, sumur dalam maupun buatan tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran. 2 Jalan lingkungan. Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter, yang pada saat terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun yang dapat mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran. 3 Sarana Komunikasi. Terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang dapat dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran kepada Instansi Pemadam Kebakaran. 2 Sarana penanggulangan kebakaran Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan harus juga dilengkapi dengan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari: 1 Alat Pemadam Api Ringan APAR. 2 Mobil pompa. 3 Mobil tangga. 3 Alat pertolongan pertama pada kecelakaan Tersedianya alat pertolongan pertama pada kecelakaan, khususnya kebakaran sebagai upaya pertolongan darurat bagi korban kebakaran.

2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung

Menurut Kep.MenPU No.11KPTS2000 Bangunan industri yang memiliki luas bangunan minimal 5.000 m 2 , atau dengan beban hunian 500 orang, atau dengan luas arealsite minimal 5.000 m 2 , atau terdapat bahan berbahaya yang mudah terbakar diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran MPK. Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba. 1 Prasarana Penanggulangan Kebakaran 1 Cukup tersedianya sumber air sehingga memudahkan pemadaman apiapabila terjadi kebakaran, 2 Jalan evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan, 3 Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan, 4 Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti PA Public Address, Telepon Kebakaran Fire Telephone, dan PABX. 2 Sarana Penanggulangan Kebakaran 1 Sistem deteksi dan alarm kebakaran. Sistem deteksi dan alarm kebakaran yang digunakan mengacu pada ketentuanSNI yang berlaku. 2 Sistem Pemadam Kebakaran Sistem pemadam kebakaran dalam gedung terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan APAR, sistem hidran kebakaran, sistem sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, dan lain-lain. Perencanaan, pemasangan dan pengoperasiannya mengacu pada ketentuanSNI yang berlaku.

2.4 Unit Penanggulangan Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186MEN1999 untuk menanggulangi kebakaran diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadahi, petugas penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat. Unitpetugas penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran. Unit Penanggulangan Kebakaran terbagi atas empat, yaitu 1 Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran, 2 Regu Penanggulangan Kebakaran, 3 Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran, 4 Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis. Petugas peran penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan melaksanakan upaya-upaya penanggulangan kebakaran. Jumlah petugas peran penanggulangan kebakaran sekurang-kurangnya 2 dua orang untuk setiap 25 dua puluh lima orang tenaga kerja. Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga teknis yang berkeahlian khusus di bidang penanggulangan kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 tiga ratus orang, atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan berat. Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut : 1 Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I, sekurang-kurangnya 1 satu orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100 seratus orang. 2 Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III dan berat, sekurang-kurangnya 1 satu orang untuk setiap unit kerja.

2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran

Tugas unit penanggulangan kebakaran Menurut Kepmenaker No.Kep.186MEN1999 terdapat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Tugas unit penanggulangan kebakaran Unit Penanggulangan Kebakaran Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran Petugas Peran Kebakaran 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal; 3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 4. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 5. Mengamankan lokasi kebakaran. Regu Penanggulangan Kebakaran 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat Menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran; 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal; 4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran; 5. Memadamkan kebakaran; 6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 7. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; 9. Mengamankan lokasi tempat kerja; 10. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran Lanjutan Tabel 1 Unit Penanggulangan Kebakaran Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran 1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 2. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran; 3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus. Ahli K3 1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang penanggulangan kebakaran 2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku; 3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang dapat berhubungan dengan jabatannya; 4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 5. Menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran; 6. Melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait. Dalam melaksanakan tug`asnya Ahli K3 Spesialis penanggulangan kebakaran mempunyai wewenang : 1 Memerintahkan menghentikdan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan 2 Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3 dibidang kebakaran di tempat kerja.

2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat

kerja Dalam Kepmen No.186MEN1999 yang ditetapkan pada 29 September 1999 dijelaskan rasio jumlah minimum klasifikasi, kualifikasi dan kompetensi personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja dikaitkan dengan resiko bahaya seperti pada Tabel 2 berikut. Misalkan saja tempat kerja dengan jumlah tenaga kerja hingga 25 orang pada tingkat resiko bahaya kebakaran berat harus mempunyai personil penanggulangan kebakaran dengan komposisi 5 lima orang personil petugas peran kebakaran, 4 empat orang personil regu penanggulangan kebakaran, 1 satu orang sebagai koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 satu orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Contoh lainnya adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah karyawan di atas 300 tiga ratus orang dengan tingkat resiko kebakaran tinggi harus mempunyai 42 empat puluh dua orang petugas peran kebakaran, 9 sembilan orang personil regu penanggualangan kebakaran, 3 tiga orang koordinator regu penanggulangan kebakaran, dan 1 satu orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran. Tabel 2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat 25 Orang 2D 2D 3D 4D 5D - - 2C 3C 4C - - 1B 1B 1B - - 1A 1A 1A 50 Orang 4D 4D 6D 8D 10D - - 3C 4C 5C - - 1B 1B 1B - - 1A 1A 1A 100 Orang 8 D 8 D 10 D 12 D 14 D - - 4 C 5 C 6 C 1 B 1 B 1 B 1 B 1 B - - 1 A 1 A 1 A 200 Orang 16 D 16 D 20 D 24 D 28 D - - 5 C 6 C 7 C 2 B 2 B 2 B 2 B 2 B - - 1 A 1 A 1 A 300 Orang atau lebih 24 D 24 D 30 D 36 D 42 D 6 C 6 C 7 C 8 C 9 C 3 B 3 B 1 B 3 B 3 B 1 A 1 A 1 A 1 A 1 A Keterangan :  Tingkat D = Petugas Peran Kebakaran  Tingkat C = Regu Penanggulangan Kebakaran  Tingkat B = Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran  Tingkat A = Ahli K3 Spesialis Penanggulangan Kebakaran 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010-Februari 2011 di Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Nizam Zachman Jakarta.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu dengan mengamati dan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengumpulan data yang didapatkan melalui wawancara terhadap responden dengan menggunkan kuisioner. Kuisioner diperuntukkan bagi Pengelola PPS Nizam Zachman UPT dan kepada petugas penanggulangan kebakaran yang ada di PPS Nizam Zachman, Dinas Kebakaran DKI Jakarta serta pengusaha perikanan. Kuisioner tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta peraturan atau tata operasional yang mendukung manajemen penanggulangan kebakaran di wilayah kerja masing-masing Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan pengambilan data yang bersumber dari Dinas Kebakaran setempat, kementerian Tenaga Kerja, UPT pelabuhan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan, skripsi serta studi literatur dari internet. Data yang diambil adalah terkait standar keselamatan suatu wilayah terutama yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran yang meliputi sarana dan prasarana, jumlah dan kompetensi sumberdaya manusia hingga sumber-sumber potensial yang dapat mengakibatkan bencana kebakaran di suatu wilayah.

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk pengambilan responden untuk data primer dilakukan secara purposive sampling tidak acak. Pertimbangan pemilihan responden secara purposive sampling adalah mengingat yang menjadi responden harus mengetahui dan memahami keadaan di lapangan sehingga memudahkan dalam mendapatkan data yang ingin diperoleh dari pengisian kuisioner ini. Proses pemilihan sampling adalah dengan mengkonsultasikan kepada pihak pengelola pelabuhan terutama bagian operasional pelabuhan terkait perusahaan mana yang dapat dengan mudah dikunjungi terutama oleh mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman.

3.2.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis-jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat dari Tabel 3 berikut: Tabel 3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan No Kelompok Data Data yang diambil Cara Pengambilan data Tempat Pengambilan Data 1 Data Primer  Sarana dan prasanara penanggulangan kebakaran Mobil pemadam, peralatan pemadam, dll yang terdapat di PPSJ  Jumlah SDM dan Kompetensi SDM yang menangani kebakaran di PPSJ  Rekam Jejak Bencana kebakaran di PPS Nizam Zachman Pengamatan dan wawancara PPSJ  Penyebab umum kebakaran di suatu wilayah wawancara Damkar DKI Jakarta 2 Data Sekunder  Jumlah perusahaan yang terdapat di PPSJ  Jumlah kapal yang bersandar di kolam pelabuhan  Peta PPSJ  Data rekam kasus kebakaran di PPSJ  Fasilitas yang dikelola oleh UPT pelabuhan Studi literatur PPSJ  Jumlah SDM dan kompetensi SDM ideal yang menanggulangi kebakaran  Sarana dan Prasarana standar penanggulangan kebakaran di wilayah tertentu  Manajemen penanganan kebakaran di suatu wilayah Studi Literatur Damkar Jakarta

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui sistem manajemen penanggulangan kebakaran PPS Nizam Zachman Jakarta dilakukan analisis secara deskriptif. Data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dideskripsikan agar tergambar kondisi aktual dari sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam Zachman tersebut. Data tersebut meliputi kondisi SDM, peraturan atau tata operasional, sarana dan prasarana pendukung penanggulangan kebakaran serta sumber-sumber potensi terjadinya kebakaran di PPS Nizam Zachman.

3.3.2 Analisis Sistem

Alat analisis sistem yang digunakan adalah diagram sebab akibat Ishikawa. Menurut Herjanto 2007 diagram sebab akibat ini merupakan sebuah alat pengendali mutu yang menggambarkan hubungan antara suatu efek masalah dengan penyebab potensialnya. Diagram ini digunakan untuk mengembangkan variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk pengujian suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu berpikir rasional, dan mengundang diskusi. Diagram sebab akibat dikenal juga dengan berbagai nama, misalnya CE diagram cause and effect diagram, diagram tulang ikan fishbone diagram karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan diagram Ishikawa untuk menghormati penemunya. Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2 berikut. Sebab Akibat Gambar 2 Format diagram sebab akibat Ishikawa Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam menyusun diagram sebab dan akibat : 1 Tentukan masalahakibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu berada di ujung utama garis horizontal 2 Tentukan grupkelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas untur material, peralatan mesin, metoda kerja manusia dan pengukuran inspeksi. Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses. 3 Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini berupa ranting, yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting. 4 Lakukan analisis dengan membandingkan datakeadaan dengan persyaratan untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab utama yang mengakibatknan terjadinya masalah mutu yang diamati. 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara Baru Teluk Jakarta, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada di 06 o 25’ LS dan 106 o 5’ BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi kedalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa Teluk Jakarta di sebelah utara, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni Kawasan Waduk Pluit di sebelah barat. Gambar 3 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan Unit PelaksananTeknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pelabuhan ini diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Pada tahun 1970, pelabuhan 6 o 0’0”S 5 o 55 ’0”S 6 o 5 ’0”S 107 o 0’0”E 106 o 55 ’0”E 106 o 40 ’0”E 106 o 45 ’0”E 106 o 50 ’0”E perikanan yang ada tidak mempunyai cukup kapasitas untuk menampung produk- produk perikanan untuk kota Jakarta dan sistem pemasaran perikanan di Jakarta masih sangat sederhana. Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta dimulai sejak tahun 1972 dengan meminta kepada pemerintah Jepang untuk memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta termasuk fasilitas- fasilitas di dalamnya melalui overseas technical cooperation agency OTCA of Japan sekarang dikenal dengan Japanese International Cooperation Agency JICA. Setelah layak untuk dibangun, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia dan Jepang mencapai kesepakatan untuk membiayai pembangunan ini bersama-sama. Biaya pembangunan pelabuhan bersumber pada biaya pemerintah APBN dan dana bantuan pinjaman lunak dari Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund OECF. Perencanaan teknis pelabuhan dilaksanankan oleh Pasific Consultans International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia. Semula PPS Nizam Zachman Jakarta berbentuk Project Manajement Unit PMU seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan, maka pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan. Pembangunan awal PPS Nizam Zachman Jakarta dilaksanakan dalam beberapa tahapan pembangunan. Tahap-tahap pembangunan itu adalah : 1. Pembangunan Tahap I 5 Maret 1980-31 Desember 1982 Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang Breakwater, lampu navigasi, turap reklamasi tanah. 2. Pembangunan Tahap II 22 Maret 1982 – 31 Maret 1984 Pembangunan pada tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana-sarana pelengkap lainnya. 3. Pembangunan Tahap III Pembangunan Sistem Rantai Dingin Pembangunan fasilitas penunjang yaitu pada tahun 1984-1988 dibangun pos polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, Perkantoran dan hotel, masjid, pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun 1988-1992 dibangun perpanjangan dermaga 150 m, perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, 2 transit sheds, MCK, induksi pengolanan ikan. 4. Pembangunan Tahap IV 1984-1997 Pembangunan IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap ini meliputi: 1 Fasilitas pelabuhan, seperti : Pembersihan air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5 m, pengerukan kolam pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways. 2 Bangunan dan sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI, pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC, perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instalasi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan jaring dan penjemuran. 3 Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklift, dissel forklift, crane, truck, dan komputer.

4.3 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta