2.5 Unsur Pembangun Bahasa Mantra
Umumnya diakui bahwa fungsi bahasa yang utama adalah untuk komunikasi. Dalam komunikasi terjadi pemindahan gagasan-gagasan atau
informasi dari seseorang kepada orang lain. Hal ini dicapai dengan menggunakan pola-pola ujaran, baik lisan maupun tulisan yang sudah dilembagakan Alterton,
1979:18. Pemakaian bahasa sehari-hari yang bersifat umum itu tampak di dalam bermacam-macam bentuk kalimat yang lazim dipakai dalam masyarakat suatu
bahasa atau dalam susun kata dan tatabahasa dalam paramasastra karena paramasastra memuat ajaran tentang struktur bahasa yang timbul akibat sistem
bahasa Slametmuljana, 1956:5 Dapat kita pahami bahwa pada prinsipnya mantra bukanlah penggunaan
bahasa sehari-hari, bukanlah sekedar penggunaan bahasa biasa lumrah karena menyangkut kehidupan rohaniah masyarakat Jawa. Kehidupan rohaniah yang suci
dan agung, yang harus dihormati dan diusahakan secara khas. Dapat disebutkan bahwa mantra menggunakan lima alat bahasa indah, yaitu
tembung saroja, tembung entar, dasa nama, pralambang, dan kata khusus.
1 Tembung Saroja
Tembung saroja dalam Bausastra Jawa, artinya rangkep, jadi tembung saroja dapat diartikan sebagai kata rangkap yang sama artinya atau hampir sama
artinya digunakan untuk memperkuat maknanya. Kata saroja berarti dua buah
kata yang maknanya sama atau hampir sama dan digunakan secara bersamaan Padmosukotjo, 1960:30.
Contoh dari tembung saroja adalah: rahayu slamet ‘selamat’, edi peni
‘indah’, bagas waras ‘sehat’, wadya bala ‘prajurit’, dan sebagainya.
2 Tembung entar
Tembung entar adalah kata pinjaman, kata yang tidak dapat diberi makna secara lugas. Dalam Bahasa Indonesia kata
entar dapat diartikan kata kiasan Padmosoekotjo, 1958:46. Misalnya
kethul pikirane ‘bodoh’, jembar segarane ‘mudah memaafkan’,
sarining bumi ‘intinya bumi’, dan sebagainya.
3 Dasanama
Dasanama adalah nama kata-kata yang jumlahnya sepuluh kurang atau lebih memiliki makna sama. Soedjidjono 1987:63 mengemukakan bahwa
penggunaan dasanama dalam mantra mempunyai fungsi, yaitu 1 dasanama diambil dari bahasa kawi, karena menimbulkan kesan pilihan kata atau diksi
bahasa rinengga, 2 pemakaian dasanama dikaitkan dengan peranan yang memiliki mantra, 3 pemakaian dasanama dikaitkan kepada kepercayaan
religious bahwa ada beberapa dunia dengan penghuninya yang berlainan. Misalnya:
ati mempunyai dasanama yaitu: driya, galih, kalbu, hala, penggalih.
4 Pralambang
Pralambang atau lambing menurut Soedjidjono 1987:64 adalah bahasa atau kata-kata barang, gambar, atau warna yang memiliki makna yang
tersembunyi, arti atau makna harus ditafsirkan dan dikaitkan dengan konteks. Lambang bisa berupa barang, gambar, warna, dan kata-kata atau bahasa.
Misalnya: curiga ‘keris’, kukila ‘burung’, turangga ‘kuda’.
5 Kata Khusus
Kata khusus adalah ungkapan atau kata yang dapat diidentifikasi sebagai berikut, yaitu 1 memiliki efek magis, 2 mengalami perubahan bunyi berupa
singkatan, 3 kata-kata yang tidak dijelaskan asalnya atau sukar dicari asalnya. Misalnya:
yahu, hong wilaheng.
2.6 Diksi