4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal di Desa Gebang
Berdasarkan keterangan dari petugas lapang Kantor Desa Gebang Kulon dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon tercatat bahwa terdapat 43
galangan kapal dari enam kelompok pengrajin kapal di Kecamatan Gebang dan 35 galangan kapal di antaranya terdapat di Desa Gebang Kulon. Pada penelitian ini
diambil tiga galangan kapal rakyat sebagai sampel. Salah satunya terdapat di Desa Gebang Udik dan yang lainnya terdapat pada satu desa yang sama, yaitu Desa
Gebang Kulon. Galangan-galangan kapal tersebut masing-masing dimiliki oleh Ibu Hj. Tewi
Galangan kapal 1, Pak Tarja Galangan kapal 2 dan Galangan kapal 3 yang dimiliki oleh Pak Kamal. Dasar pemilihan ketiga galangan kapal tersebut sebagai
sampel adalah karena produktivitas ketiga galangan tersebut termasuk baik, umumnya mereka mampu membangun 3-4 kapal baru per tahun. Bahkan, galangan
kapal 1 mampu membangun 5-7 kapal per tahun, dimana kapal-kapal tersebut ada yang merupakan pesanan juragan kapal nelayan dan ada juga yang merupakan
barang dagangan dibuat tanpa pesanan. Umumnya, galangan-galangan kapal di Gebang membangun kapal-kapal baru
dan me nyediakan jasa perbaikan kapal. Ada juga galangan-galangan kapal yang hanya membangun kapal-kapal baru atau hanya membangun kembali kapal lamatua
yang telah rusak pada beberapa bagian konstruksi karena kayunya telah lapuk, bocor, dan lain-lain. Ketiga galangan yang diteliti hanya membangun kapal baru dan
perbaikan kapal seperti mendempul kembali celah-celah pada kapal yang menyebabkan kapal menjadi bocor, tetapi Galangan kapal 3 juga menerima pesanan
untuk membangun kembali kapal lama. Menurut hasil wawancara dengan pemilik galangan didapatkan informasi bahwa
penurunan jumlah galangan kapal beberapa tahun terakhir ini di Gebang disebabkan oleh ketidakmampuan pemilik galangan dalam menyediakan kayu karena harga kayu
yang semakin meningkat, tidak adanya usaha tambahan atau pekerjaan sampingan selain menjadi pembuat kapal, dan piutang-piutang dari juragan-juragan kapal
43 nelayan yang tidak kunjung dilunasi. Akibatnya banyak usaha galangan kapal yang
gulung tikar. Saat penelitian pun penulis melihat banyak kapal-kapal yang tidak diselesaikan pembangunannya dan menjadi lapuk.
Lokasi galangan kapal mayoritas berada di lahan-lahan kosong yang letaknya jauh dari sungai. Walaupun ada yang letaknya dekat dengan sungai tetapi tidak persis
di tepi sungai kapal tidak dibuat pada kerangka di atas air. Posisi galangan-galangan yang diteliti ditunjukkan oleh peta pada Gambar 34.
Gambar 34 Peta Kecamatan Gebang, Cirebon, Jawa Barat
44 Secara umum kondisi ketiga galangan kapal yang diteliti sama hanya saja pada
Galangan 1 lahan yang digunakan sebagai tempat pembangunan kapal lebih luas dengan kapasitas lahan enam kapal dan atapnya dari genteng. Hal ini memudahkan
mereka untuk tetap bekerja karena peralatan yang menggunakan tenaga listrik tetap bisa digunakan. Sedangkan pada kedua galangan kapal lainnya, lahan yang digunakan
sebagai tempat pembangunan kapal hanya mampu memuat dua kapal saja serta beratap daun-daun kelapa kering dan ijuk yang tidak tersusun rapat. Hal ini
menyebabkan atap menjadi bocor saat hujan dan tidak memungkinkan mereka tetap bekerja dan menggunakan peralatan listrik yang akan membahayakan diri mereka.
Sehingga pekerjaan terpaksa ditunda atau diliburkan apabila turun hujan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi lama pembangunan kapal.
Status kepemilikan lahan ketiga galangan tersebut adalah milik pribadi ataupun sewa lahan orang lain. Sistem sewa lahannya tidak tergantung pada lama waktu
pembangunan kapal, melainkan hanya dari jumlah kapal yang sedang dibangun pada lahan tersebut. Harga sewa lahan dikenai per kapal. Seperti pada Galangan 2, sewa
lahan adalah sebesar Rp. 50.000,-kapal. Berdasarkan tingkat pendidikan, pendidikan terakhir baik pemilik galangan
maupun para pembuat kapal-kapal ini adalah Sekolah Dasar SD. Pada ketiga galangan yang diteliti, semua pekerja merupakan lulusan SD. Adapun kemampuan
pemilik galangan dalam mengelola galangan diperoleh dari pengetahuan turun- temurun. Umumnya galangan tersebut merupakan usaha keluarga yang diteruskan
secara turun-temurun. Demikian pula dengan para pengrajin kapal, mereka memperoleh kemampuan membangun kapal berdasarkan pengetahuan yang diperoleh
secara turun-temurun.
45
4.2 Teknologi Pembangunan Kapal Kayu di Desa Gebang