2 pembiayaan dengan demikian galangan dapat memperhitungkan biaya produksi yang
dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperolehnya dari hasil membangun kapal. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang membahas tekno-
ekonomi kapal. Selanjutnya diharapkan terdapat penelitian-penelitian yang mengkaji efektifitas dan efisiensi galangan kapal di Gebang dari segi teknologi maupun
ekno minya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut : 1 Mendapatkan bentuk-bentuk konstruksi utama kapal kayu lunas, linggi
haluan, linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, lantai dekgeladak, palka dan pondasi mesin di galangan-galangan kapal tradisional di Desa Gebang,
Cirebon, Jawa Barat; 2 Mengidentifikasikan proses pembuatan kapal kayu di galangan-galangan
rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat; 3 Menentukan faktor-faktor yang mene ntukan biaya pembangunan kapal;
4 Menentukan besar biaya yang diperlukan dalam suatu pembangunan kapal kayu di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat.
1.3 Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat antara lain sebagai berikut : 1 Sebagai informasi tentang kondisi galangan-galangan kapal yang ada di
Gebang, Cirebon, Jawa Barat; 2 Sebagai pertimbangan dan acuan pembuatan maupun pengembangan usaha
galangan kapal.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut sungai, dan sebagainya. Adapun kapal
motor adalah kapal yang dijalankan oleh motor biasanya kapal kecil bermotor. Kapal penangkap ikan adalah perahukapal yang langsung dipergunakan dalam
operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Kapal yang digunakan dalam kegiatan mengolah sumberdaya
hayati perairan dikenal dengan nama kapal ikan. Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam tujuan pemanfaatan potensi perairan Pasaribu, 1985
Kapal-kapal yang ada di Indonesia umumnya dibuat secara tradisional. Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di
masyarakat. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999 Nomura dan Yamazaki 1981 mengemukakan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh sebuah kapal ikan yang sedang dibangun, yakni: 1 Memiliki suatu kekuatan struktur badan kapal;
2 Keberhasilan operasi penangkapan; 3 Memiliki stabilitas yang tinggi; dan
4 Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap. Menurut Fyson 1985, hal-hal yang mempengaruhi desain suatu kapal ikan
adalah: 1 Tersedianya sumber daya ikan; 2 Alat dan metode penangkapan; 3Daerah penangkapan fishing ground; 4 Kelaik-lautan dari kapal dan keselamatan awak
kapal; 5 Hukum dan peraturan yang diperlukan dalam desain kapal ikan; 6Pemilihan materialbahan yang tepat untuk konstruksi; 7Penanganan,
penyimpanan dan pengolahan hasil tangkapan; dan 8 Kegiatan ekonomi.
4 Bagian-bagian utama konstruksi kapal kayu terdiri dari lunas kapal, linggi
haluan, linggi buritan, gading-gading, kulit luar, geladak, ruang ikan palkah ikan, pondasi mesin Soekarsono 1994 dalam Purba 2004 :
1. Lunas Kapal Soegiono 2006 menyatakan bahwa lunas adalah bagian kontruksi
utama pada alas kapal yang membentang sepanjang garis tengah kapal dari depan belakang. Lunas adalah balok memanjang di dasar perahu Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1999. Soekarsono 1994 menjelaskan bahwa lunas merupakan tulang punggung untuk kekuatan memanjang kapal bersama
wrang menghubungkan gading kiri dan gading kanan. Lunas dibuat dari linggi buritan sampai linggi haluan. Konstruksi lunas kapal kayu seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.
Gambar 1 Konstruksi lunas kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
Lunas dapat terbuat dari kayu giam dan kempas http:www.kompas.com, 2006. Menurut Darmawangsa 2005, lunas
dipasang secara horizontal searah panjang kapal. Oleh karena itu, selain kuat, lunas juga harus terbuat dari kayu yang panjang. Saat ini terdapat kesulitan
untuk mencari kayu yang panjang karena semakin berkurangnya pohon-pohon tinggi di hutan. Sulitnya mencari kayu yang berukuran panjang menyebabkan
lunas harus dipasang dengan menyambungkan dua balok kayu. Pola sambungan lunas kapal tersebut ada tiga macam, yaitu :
5 a
b
c
Gambar 2 Pola sambungan lunas: a key scarf; b plain scarf; dan c hook scarf
Sumber : Darmawangsa 2005
Menurut Darmawangsa 2005, bentuk pola sambungan lunas yang terbaik berdasarkan hasil uji kekuatan adalah pola sambungan hook scarf.
Bentuk konstruksi dan sambungan lunas lain dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5 dan 6.
Gambar 3 Lunas dalam dan bentuk sambungannya
Sumber : Iskandar 1990
Gambar 4 Bentuk konstruksi lunas
Sumber : Yatnaningsih 1998
6
Gambar 5 Konstruksi lunas
Sumber : Arofik 2007
Gambar 6 Konstruksi lunas
Sumber : Yatnaningsih 1998
2. Linggi haluan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, linggi adalah kayu
melengkung pada halua n dan buritan perahu. Haluan adalah bagian perahu kapal yang sebelah muka. Linggi haluan merupakan lanjutan dari lunas dan
bertugas menghubungkan papan kulit bagian kiri dan bagian kanan. Selain itu juga menghubungkan galar-galar pada kedua sisi kapal. Seperti halnya lunas,
linggi haluan dapat dibuat terdiri dari satu bagian saja, atau terdiri dari dua bagian, linggi haluan dan linggi haluan bawah. Konstruksi linggi haluan kapal
kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 7, 8 dan 9.
.
Gambar 7 Konstruksi linggi haluan kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
7
Gambar 8 Konstruksi linggi haluan
Sumber : Wati 2001
Gambar 9 Konstruksi linggi haluan
Sumber : Arofik 2007
3. Linggi buritan Linggi buritan juga merupakan lanjutan lunas, dimana ujung belakang
lunas ini disebut sepatu linggi jika ia bertugas menjadi bantalan bawah untuk poros kemudi. Buritan adalah bagian belakang kapal atau perahu. Linggi
buritan berfungsi memegang atau sebagai rumah untuk tabung poros buritan jika kapal memakai baling-baling. Menurut Soegiono 2006, linggi buritan
stern frame, stern post adalah suatu kerangka konstruksi yang membentuk ujung buritan kapal dan yang menyangga kemudi serta poros baling-baling.
Konstruksi linggi buritan kapal kayu dapat dilihat pada Gambar 10, 11 dan 12.
8
Gambar 10 Konstruksi linggi buritan kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
Gambar 11 Pemasangan lunas, linggi haluan dan linggi buritan
Sumber : Yatnaningsih 1998
4. Gading-gading
Gambar 12 Sambungan talar linggi dengan lunas kapal
Sumber : Arofik 2007
9 4. Gading-gading
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, gading-gading adalah rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat
melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah. Gading-gading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu
dengan lainnya dan juga memperkuat kulit luar pada arah melintang yaitu bersama papan kulit menahan tekanan air dan muatan di palkah. Gading-
gading dapat terdiri dari satu bagian yang disebut gading tunggal dan dapat juga terdiri dari dua bagian yang menempel, disebut gading-gading ganda.
Antar gading kiri dan kanan disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang.
Wrang disambung dengan gading-gading tunggal memakai paling sedikit tiga baut. Selain itu wrang juga dihubungkan dengan lunas
menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi mesin harus diperkuat yaitu tinggi atau tebalnya ditambah. Pada wrang dan gading-gading, di kedua sisi
lunas luar harus dibuat lubang air supaya dapat mengalir dengan baik ke pompa bilga. Wrangfloor adalah pelat tegak yang melintang dari bilga ke
bilga kapal, baik yang berlubang maupun tidak, yang dipasang di atas pelat alas pada setiap jarak gading. Konstruksi gading-gading dan wrang kapal
kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 13, 14, 15 dan 16.
Gambar 13 Konstruksi Gading-gading dan wrang kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
10
Gambar 14 Bentuk konstruksi gading-gading
Sumber : Khasnawati 2003
Gambar 15 Konstruksi gading-gading : a
haluan; b midship; c buritan
Sumber : Yatnaningsih 1998
11
Gambar 16 Konstruksi gading-gading : a haluan; b
midship; c buritan
Sumber : Arofik 2007
5. Kulit luar
Kulit luar berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam badan kapal sehingga kapal mempunyai daya apung dan menambah kekuatan memanjang
kapal. Papan lapis yang terdiri dari dua lapisan papan memberikan kekuatan
yang lebih baik daripada kulit luar, sehingga jarak gading dapat diperbesar dan secara keseluruhan berat konstruksi lebih ringan. Konstruksi kulit luar
kapal kayu, papan dasar dan papan lambung dapat dilihat pada Gambar 17, 18, 19, 20 dan 21.
Gambar 17 Konstruksi kulit luar kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
12 1
2
3
Gambar 18 Cara pemasangan papan : 1
Tahap pemasangan papan dasar; 2
Cara pemasangan papan lambung: a Pemasangan papan lambung;
b Posisi sambungan
Sumber : Iskandar 1990
Gambar 19 Cara merangkai papan lambung dan bentuk sambungan papan lambung
Sumber : Rahman 2005
13
Gambar 20 Pemasangan papan kulit : a
Pemasangan papan dasar; b
Penentuan tempat pengeboran; c
Penyesuaian papan dan lunas; d
Papan dengan pemukulan sisi papan
Sumber : Sinaga 1998
Gambar 21 Sambungan papan dan pelengkungan papan
Sumber : Sinaga 1998
14 6. Geladak
Geladak adalah permukaan datarhampir mendatar yang menutupi sisi atas dari ruangan-ruangan di kapal Soegiono, 2006. Geladak berfungsi untuk
menutup badan kapal bagian atas sehingga menjadi kedap air dan merupakan bagian utama kekuatan memanjang kapal. Selain itu geladak juga menjadi
tempat kerja awak kapal, sehingga harus dibuat tidak licin. Papan geladak umumnya dipasang memanjang. Bentuk konstruksi geladak ditunjukkan pada
Gambar 22 dan 23.
Gambar 22 Konstruksi geladak kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
Gambar 23 Konstruksi papan geladak
Sumber : Khasnawati 2003
7. Ruang ikan palkah ikan Geladak ruang ikan ini berguna untuk mempermudah orang menyusun
keranjang ikan. Geladak ini mendapat beban yang cukup berat. Konstruksi palkah kapal kayu dapat dilihat pada Gambar 24, 25, 26, 27 dan 28.
15
Gambar 24 Konstruksi palkah kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
Gambar 25 Konstruksi palka
Sumber : Iskandar 1990
Gambar 26 Konstruksi palka ikan
Sumber : Khasnawati 2003
16
Gambar 27 Palka berbentuk prisma trapesium lengkung
Sumber : Lafi 2004
Gambar 28 Bagian-bagian konstruksi palka tampak depan non skala
Sumber : Kurniawati 2004
8. Pondasi mesin Mesin adalah perkakas untuk menggerakkan, atau membuat sesuatu
yang dijalankan dengan roda-roda dan digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak yang menggunakan bahan bakar minyaktenaga ala m
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999. Pondasi mesin berfungsi menyangga berat mesin utama dan menahan mesin utama pada waktu kapal oleng dan
mengangguk, juga pada waktu mesin bekerja. Konstruksi pondasi mesin kapal kayu ditunjukkan pada Gambar 29, 30, 31 dan 32.
17
Gambar 29 Konstruksi pondasi mesin kapal kayu
Sumber : Soekarsono 1994
Gambar 30 Dudukan mesin : a
Letak dudukan mesin di atas gading-gading; b
Tampak atas dudukan mesin; c
Tampak depan dudukan mesin
Sumber : Iskandar 1990
18
Gambar 31 Pondasi mesin
Sumber : Khasnawati 2003
Gambar 32 Pondasi mesin
Sumber : Sinaga 1998
19 Askabul 1984 menyebutkan 18 tahapan konstruksi kapal ikan serba guna,
yaitu: 1 Pemasangan lunas; 2 Pemasangan linggi haluan; 3 Pemasangan linggi
belakang; 4 Pemasangan hog; 5 Pemasangan apron; 6 Pemasangan stem knee; 7Pemasangan linggi buritan; 8 Pemasangan transom; 9 Pemasangan balok-balok
mati; 10 Pemasangan gading-gading; 11 Pemasangan papan lambung; 12Pemasangan balok-balok dek; 13 Pemasangan galar dek; 14 Pemasangan pisang-
pisang; 15 Pemasangan galar bilga; 16 Pemasangan papan dek; 17 Pemasangan carling; dan 18 Pemasangan dudukan mesin.
Menurut Dixon Shipbuilding Technology, MIR Publisher, kapal dilengkapi dengan insulasi penyekatan. Kegiatan insulasi pada papan kapal dibagi menjadi 2,
yaitu insulasi panas dan suara. Permukaan logam seperti dinding petak kapalsekat, sisi dan langit-langit, harus ada penyekatan panas untuk menjaga ruangan dalam tetap
pada suhu yang dibutuhkan, sedangkan insulasi suara penting untuk mengurangi kegaduhan dalam ruangan dan untuk menyekat ruangan-ruangan seperti ruang radio
dari keramaian luar. Di bawah ini adalah bahan-bahan utama yang digunakan untuk insulasi
lambung kapal pada galangan kapal Soviet : 1. Mineral felting
2. Papan plastik berrongga, plastik busa dan serat kaca. 3. Aluminium foil kertas aluminium terbuat dari aluminium kelas A-00.
4. Papan vinydure yang berombak beberapa lapisan dari plastic film berombak, pola ombak tegak lurus satu sama lain.
5. Gabus dalam bentuk papan atau potongan-potongan kecil dan Expansite. Mutton 1979 mengatakan bahwa secara umum persyaratan insulasi suara,
sebaiknya kotak suara terbuat dari bahan-bahan berat, bahan yang lebih berat contoh : kayu lapiskayu triplek yang tebal menyerap suara dan mengurangi getaran lebih
baik dibandingkan bahan yang tipis contoh : kayu lapiskayu triplek yang tipis. Lebih lanjut Mutton mengatakan, kotak mesin dapat dilapisi dengan bahan
peredam suara, sebagai contoh, busa polystyrene, “porolan” pengesat busa, “vermiculate” bahan penyekat panas dan bahan lainnya yang dirancang khusus
20 untuk menyekat suara. Lapisan-lapisan insulasi suara pada kotak mesin dapat dilihat
pada Gambar 33.
Bahan penyerap suara
Kayu lapis
Tepi penutup
Gambar 33 Lapisan insulasi suara pada kotak mesin kapal
Sumber : Dixon Shipbuilding Technology
2.2 Kayu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang cabang, dahan, dsb pokok yang keras yang biasa
dipakai untuk bahan bangunan, dsb. Maruhum 1985 mengemukakan bahwa untuk keperluan bahan bangunan
struktural sifat utama yang menjadi ukuran kegunaan kayu adalah kekuatan dan kekakuannya. Selanjutnya dijelaskan sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh faktor
lainnya, seperti cacat yang ada pada kayu dan juga sifat serta kondisi fisik kayu seperti berat jenis, kadar air dan bentuk penampangnya.
Menurut Anonymous 1988, sifat-sifat mekanis kayu mempunyai tiga arah utama, yaitu:
- arah memanjang, yang searah dengan hati kayu; - arah radial atau arah jari-jari lingkaran tahun;
- arah tangensial atau arah harus singgung lingkaran tahun. Perbedaan sifat pada arah radial dan arah tangensial biasanya dapat diabaikan dan
dari segi kekuatan biasanya cukup dibedakan arah sejajar serat memanjang dan arah
21 tegak lurus serat. Salah satu karakteristik dasar dari kayu adalah perbedaan kekuatan
strength serat memanjang sejajar dan serat melintang tegak lurus. Kelemahan kayu sebagai material kapal ikan antara lain kurangnya kekuatan kapal dan
konstruksinya berat. Kurangnya kekuatan kapal disebabkan oleh banyaknya sambungan, sedangkan keunggulan-keunggulan kayu sebagai material kapal ikan
adalah harga kayu yang lebih murah dan mudah diperoleh serta mudah dalam pengerjaannya. Penggunaan lebih dari satu jenis dan tepat penempatannya pada
konstruksi sebuah kayu kapal akan saling melengkapi antara kekurangan maupun kelebihan satu jenis kayu dengan jenis lainnya. Pedersen, 1967 dalam Ludfiah, 1990
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kekuatan kayu diharapkan kapal ikan tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu lama atau dengan kata lain umur pakai
kapal lebih lama . Faktor yang sangat mempengaruhi umur pakai kapal ikan dari kayu diantaranya
tingkat kelas kuat KK kayu yang digunakan dan tingkat kelas awet KA. KK adalah pengklasifikasian kayu berdasarkan besarnya nilai berat jenis BJ kayu
tersebut, dan KA adalah pengklasifikasian kayu berdasarkan daya tahannya terhadap serangan jamur, rayap, dan organisme perusak lainnya Fyson, 1985 dalam Iskandar,
1990. Persyaratan teknis kayu pada bagian-bagian kapal kayu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan teknis kayu pada masing -masing bagian kapal No
Penggunaan Persyaratan teknis
1 Lunas
Tidak mudah pecah, tahan binatang laut
2 Gading-gading
Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut
3 Kulit atau lambung
Tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut
4 Bangunan atas dudukan mesin
Ringan, kuat dan awet, keras, tidak mudah pecah
karena getaran mesin
5 Pembungkus As dan baling-baling
Liat dan lunak sehingga tidak merusak logam
Sumber : Kanisius 1981 dalam Samputra 2004
22 Tabel 1 di atas menjelaskan tentang persyaratan teknis kayu pada beberapa
bagian konstruksi kapal, yaitu lunas, gading-gading, kulit atau lambung, bangunan atas dudukan mesin serta pemungkus As dan baling-baling. Persyaratan ini
disesuaikan dengan fungsi konstruksi-konstruksi tersebut, contohnya pada lunas yang merupakan pondasi kapal dan tempat melekatnya bagian-bagian konstruksi kapal dan
membentuk satu kapal utuh, maka diperlukan kayu yang bersifat tidak mudah pecah dan tahan terhadap serangan binatang laut. Setiap jenis kayu memiliki nilai kelas kuat
tersendiri. Kriteria kelas kuat kayu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria kelas kuat kayu
Kelas kuat Berat jenis
Keteguhan lentur mutlak
Keteguhan tekan mutlak
I 0.9
1100 650
II 0.6-0.9
725-1100 425-650
III 0.4-0.6
500-725 300-425
IV 0.3-0.4
360-500 215-300
V 0.3
360 215
Sumber: Konstruksi kayu oleh Yap dalam BKI 1989
Kriteria kelas kuat kayu seperti yang disajikan pada Tabel 2 diperlukan untuk mengetahui nilai keteguhan lentur mutlak dan keteguhan tekan mutlak kayu tersebut.
Kelenturan suatu kayu akan memudahkan dalam pengerjaan bagian-bagian kayu tersebut menjadi bagian-bagian konstruksi kapal, sedangkan keteguhan tekan kayu
diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan kayu agar konstruksi yang dihasilkan tidak mudah pecah atau cacat. Selain memiliki nilai kelas kuat, kayu juga
memiliki kelas awet tersendiri. Kriteria kelas awet kayu dapat dilihat pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Kriteria kelas awet kayu
No Keadaan
Kelas Awet I
II III
IV V
1 Selalu berhubungan dengan lembab
5 tahun 5 tahun
3 tahun sangat pendek
sangat pendek 2
Hanya dipengaruhi cuaca tetapi dijaga supaya tidak terendam air dan tidak
kekurangan udara. 20 tahun
15 tahun 10 tahun
beberapa tahun
beberapa tahun
3 Di bawah atap tidak dengan tanah
lembab dan tidak kekurangan udara Tak
terbatas Tak
terbatas sangat
lama beberapa
tahun pendek
4 Seperti di atas tetapi dipelihara dengan
baikdan dicat dengan teratur Tak
terbatas Tak
terbatas Tak
terbatas 20 tahun
20 tahun 5
Serangan rayap tanah tidak
jarang cepat
sangat cepat sangat cepat
6 Serangan bubuk kayu kering
tidak tidak
hampir tidak
tidak berarti sangat cepat
Sumber: Oey Djoen Seng 1951 dalam Martawijaya 1997
Kayu yang dapat digunakan untuk bagian-bagian konstruksi kapal kayu banyak jenisnya. Nama kayu nama dagang, nama lokal maupun nama Latin-nya, kelas
awet, kelas kuat, berat jenis kering udara, tempat tumbuh serta penggunaannya pada bagian-bagian konstruksi dapat dilihat pada Tabel 4.
24
25
26
27
28
29
30
31 Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia 1989, kayu untuk lunas,
linggi haluan dan buritan, wrang, gading-gading, balok buritan serta tutup dek harus mempunyai berat jenis minimal 0,7. Jenis kayu kulit luar, balok dek, galar balok,
lutut balok, penumpu dek, dudukan mesin, dan kayu mati disarankan memiliki berat jenis 0,56. Untuk bagian konstruksi yang penting harus dipergunakan kayu dengan
mutu minimum KK III dan KA III. Biro Klasifikasi Indonesia 1996 menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu
untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan
kayu sehingga dapat dipilih jenis kayu yang baik dan kuat. Juga menjadi pertimbangan adalah cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu
tersebut dikerjakan dan dibentuk. Mandang dan Pandit 1997 dalam Betrix 2004 meneliti dan mendeskripsikan
beberapa jenis kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal seperti di bawah ini :
1 Kayu balau Shorea roxb Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos
atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan
umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Dalam konstruksi kapal kayu ini
digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal. 2 Kayu giam Colylelobium pierre
Teras memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan merata. Jenis
kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis rata-rata antara 0,83- 1,15. Dalam konstruksi kapal, kayu ini digunakan sebagai rangka-rangka
konstruksi lunas.
32 3 Kayu gofasa Vitex cofassus
Teras kayu berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata
0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, balok-balok
rangka dan sebagainya. 4 Kayu jati Tectona grandis
Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai kasar dan
tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal,
termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal. 5 Kayu kereta Swintonia griffith
Teras kayu berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin.
Kekerasan agak keras sampai keras, berat jenis antara 0,67-0,79. Digunakan sebagai bangunan kapal terutama untuk lunas dan badan kapal.
6 Kayu kempas Koompassia malaccensis Berciri umum, teras berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis
kekuningan, bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam
bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas. 7 Kayu ulin Eusideroxylon zwageri
Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak
kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi
berat dan bahan konstruksi di bawah laut.
33 Konstruksi kapal ikan tradisional dinilai masih terlalu boros dalam pemakaian
bahan baku. Perlu dipikirkan efisiensi penggunaan bahan baku dengan membuat suatu pedoman Pasaribu 1984.
Pada beberapa penelitian terdapat jenis kayu lain yang digunakan untuk
membuat konstruksi kapal. Penelitian yang berjudul ”Kekuatan Tiga Tipe Sambungan Kayu Merbau pada Lunas Luar Kapal Ikan”
oleh Fajar Dharmawangsa 2004 menggunakan kayu merbau sebagai bahan penelitian dan
didapatkan kesimpulan bahwa pola sambungan hook scarf merupakan sambungan terbaik di antara kedua jenis sambunga n lainnya, yaitu key scarf dan plain scarf .
Selain itu, penelitian yang berjudul ”Sifat Mekanis Kayu Rasamala pada Beberapa Bagian Lambung Kapal Gillnet”
oleh Palupi Lindiasari Samputra 2004 menggunakan kayu rasamala dan diambil kesimpulan bahwa kayu yang mengalami
penurunan kekuatan paling besar adalah kayu basah, sedangkan kayu yang tidak mengalami perubahan kelas kuat berdasarkan uji sifat-sifat mekanik yang dilakukan
adalah kayu kering, dan kayu yang tergolong dalam kelas kuat yang sama dengan kayu sebelum pemakaian berdasarkan uji yang dilakukan adalah kayu transisi
kondisi kayu kadang terendam air kadang kering.
2.3 Galangan Kapal