Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

(1)

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU

PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN

KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG,

DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

IMA KUSUMANTI

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-Gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(3)

ABSTRAK

IMA KUSUMANTI, C44052900

.

Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.

Kapal perikanan merupakan salah satu unsur dalam menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Pembuatan kapal perikanan di Indonesia secara umum masih bersifat tradisional. Kayu digunakan sebagai material utama dan dibutuhkan ketersediaan kayu dalam jumlah yang besar. Saat ini, produksi kayu dari hutan di Indonesia semakin menurun sehingga menyebabkan kayu menjadi terbatas dan harganya tidak ekonomis. Dengan demikian, perlu adanya efisiensi penggunaan kayu. Tingkat efisiensi ini dilihat dari tingkat pemanfaatan material kayu pada pembuatan konstruksi kapal. Penelitian ini penting dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi serta keefektifan pembangunan kapal kayu di Indonesia terutama pada penggunaan material kapal, salah satunya adalah gading-gading. Pemilihan gading-gading sebagai fokus bahasan pada penelitian ini dikarenakan gading-gading merupakan salah satu konstruksi utama kapal yang berfungsi sebagai rangka kapal. Bulukumba dipilih sebagai lokasi penelitian karena Bulukumba merupakan pusat pembuatan kapal kayu di daerah Timur tepatnya Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2008 dengan menggunakan metode survey di pusat industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jenis data yang diperlukan antara lain, gambar proses pembuatan gading-gading, penentuan jenis kayu, dan berat sisa kayu yang digunakan pada pembuatan gading-gading. Analisis data dilakukan dengan membandingkan volume kayu terpakai dengan volume kayu awal serta mengelompokkan gading-gading berdasarkan tipenya. Objek penelitian ini adalah kapal perikanan yang memiliki 29 gading-gading dengan tipe U bottom, round bottom, dan V bottom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan kayu untuk pembuatan gading-gading mencapai 85,53%. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan kayu untuk gading-gading cukup efektif.

Kata kunci : bulukumba, gading-gading, tingkat pemanfaatan material kayu, volume terpakai.


(4)

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU

PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN

KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG,

DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

IMA KUSUMANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(5)

Judul Skripsi : Tingkat Pemanfaaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan

Nama : Ima Kusumanti

NRP : C44052900

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yopi Novita, S.Pi, M.Si Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, M.T NIP. 19710916 200003 2 001 NIP. 19820911 200501 2 001

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof.Dr.Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1 002


(6)

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus 2008 ini adalah ”Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan”.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si dan Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, M.T selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, do’a, perhatian dan motivasi yang sungguh tak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si dan Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku dosen penguji tamu;

3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc selaku Ketua Departemen PSP; 4. Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 5. Bapak Rahman sekeluarga di Takalar, Sulawesi Selatan atas bantuannya

selama penelitian;

6. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi penelitian ini;

7. Bapak Andi Cawa Miri selaku Kepala Dinas Pemerintah Daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan beserta jajarannya;

8. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril, tenaga, maupun materiil yang tentu saja sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang berjasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1) Orang tuaku tercinta, Bapak M.Sadan dan Ibu Purwiyanti (Alm.) atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungannya;

2) Kakak Eko (Alm.), adik Desi Nur Astuti, dan adik Wulan Islamintari tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ini;

3) Nisa, Ojan, Golek selama konsultasi bersama;

4) Rekan-rekan PSP 42 tercinta (Didin, Budi, Pakde, Fifi, Bhepe, Asep, Ukhti Ziah, Hendri, Dhenis, Ema, Nia, Irna, Yiyi, Intan, Gina, Mira, Kim, Dika Cochan, Winy, Hano, Vera, Imam, Ummi, Septa, Dian, Ferty, Fati, Oce, Gumbara, Leo, Nano, Dilla, Hafid, Zasuli, mba’Yul, Feri, Sahat, Eko, Meida, Hendro, Rio, Nogel, Yosep, Reny, Mery, dan Mirza) atas kebersamaan yang luar biasa;

5) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44;

6) Deny Prastowo, S.Kom atas perhatian, kasih sayang, dan motivasi yang tiada henti;

7) Mb. Ika yang telah memberi bantuan, arahan dan nasihat-nasihat yang luar biasa.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 13 Maret 1987. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan M. Sadan dan Purwiyanti. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTP Negeri 49 Jakarta, dan pada tahun 2005 penulis lulus di Sekolah Menengah Umum Negeri 48 Jakarta dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kesekretariatan Agriaswara tahun 2006-2007, anggota Departemen Kesejahteraan Masyarakat Agriaswara tahun 2007-2008, anggota Divisi Eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun 2007-2008, anggota Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2007-2008. Selain itu, penulis juga menjadi asisten Avertebrata Air tahun 2007-2008, asisten Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan tahun 2008, asisten Metode Observasi Bawah Air tahun 2008-2009, Asisten Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun 2008-2009, Asisten Kapal Perikanan tahun 2008-2009, Asisten Navigasi Kapal Perikanan tahun 2009, dan Asisten Praktek Laut Penangkapan Ikan tahun 2009.

Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Tingkat Pemanfaatan Material Kayu Pada Pembuatan Gading–gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTARLAMPIRAN ... xii

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan ... 3

2.2 Konstruksi Kapal ... 5

2.3 Kayu Sebagai Material Pembangunan Kapal ... 8

2.4 Pembangunan Kapal Perikanan ... 12

2.5 Gading-Gading ... 13

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 16

3.2 Alat ... 16

3.3 Jenis Data ... 16

3.4 Pengumpulan Data ... 17

3.5 Pengolahan Data ... 17

3.6 Analisia Data ... 19

4. KONDISI UMUM GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis dan Bentuk Kayu untuk Konstruksi Gading-gading ... 29

5.2 Pembuatan Gading-gading ... 31

5.2.1 Pengelompokan kayu ... 34

5.2.2 Pemotongan kayu ... 35

5.2.3 Pemasangan gading-gading ... 39

5.3 Tingkat Pemanfaatan Kayu ... 51

5.3.1 Volume kayu pada pembuatan gading-gading ... 51 5.3.2 Berat dan volume kayu terbuang pada pembuatan gading-gading . 52 5.3.3 Persentase volume kayu yang dipakai terhadap volume kayu awal 54


(11)

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU

PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN

KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG,

DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

IMA KUSUMANTI

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-Gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(13)

ABSTRAK

IMA KUSUMANTI, C44052900

.

Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan VITA RUMANTI KURNIAWATI.

Kapal perikanan merupakan salah satu unsur dalam menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Pembuatan kapal perikanan di Indonesia secara umum masih bersifat tradisional. Kayu digunakan sebagai material utama dan dibutuhkan ketersediaan kayu dalam jumlah yang besar. Saat ini, produksi kayu dari hutan di Indonesia semakin menurun sehingga menyebabkan kayu menjadi terbatas dan harganya tidak ekonomis. Dengan demikian, perlu adanya efisiensi penggunaan kayu. Tingkat efisiensi ini dilihat dari tingkat pemanfaatan material kayu pada pembuatan konstruksi kapal. Penelitian ini penting dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi serta keefektifan pembangunan kapal kayu di Indonesia terutama pada penggunaan material kapal, salah satunya adalah gading-gading. Pemilihan gading-gading sebagai fokus bahasan pada penelitian ini dikarenakan gading-gading merupakan salah satu konstruksi utama kapal yang berfungsi sebagai rangka kapal. Bulukumba dipilih sebagai lokasi penelitian karena Bulukumba merupakan pusat pembuatan kapal kayu di daerah Timur tepatnya Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2008 dengan menggunakan metode survey di pusat industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jenis data yang diperlukan antara lain, gambar proses pembuatan gading-gading, penentuan jenis kayu, dan berat sisa kayu yang digunakan pada pembuatan gading-gading. Analisis data dilakukan dengan membandingkan volume kayu terpakai dengan volume kayu awal serta mengelompokkan gading-gading berdasarkan tipenya. Objek penelitian ini adalah kapal perikanan yang memiliki 29 gading-gading dengan tipe U bottom, round bottom, dan V bottom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan kayu untuk pembuatan gading-gading mencapai 85,53%. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan kayu untuk gading-gading cukup efektif.

Kata kunci : bulukumba, gading-gading, tingkat pemanfaatan material kayu, volume terpakai.


(14)

TINGKAT PEMANFAATAN MATERIAL KAYU

PADA PEMBUATAN GADING-GADING DI GALANGAN

KAPAL RAKYAT UD. SEMANGAT UNTUNG,

DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

IMA KUSUMANTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(15)

Judul Skripsi : Tingkat Pemanfaaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading-gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan

Nama : Ima Kusumanti

NRP : C44052900

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Yopi Novita, S.Pi, M.Si Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, M.T NIP. 19710916 200003 2 001 NIP. 19820911 200501 2 001

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof.Dr.Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1 002


(16)

(17)

KATA PENGANTAR

Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus 2008 ini adalah ”Tingkat Pemanfaatan Material Kayu pada Pembuatan Gading gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan”.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si dan Vita Rumanti Kurniawati S.Pi, M.T selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, do’a, perhatian dan motivasi yang sungguh tak ternilai harganya selama penelitian ini berlangsung;

2. Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si dan Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku dosen penguji tamu;

3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc selaku Ketua Departemen PSP; 4. Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si selaku komisi pendidikan Departemen PSP; 5. Bapak Rahman sekeluarga di Takalar, Sulawesi Selatan atas bantuannya

selama penelitian;

6. Bapak H. Muh. Yusuf sebagai pemilik galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung atas kesediaan memberikan informasi, penjelasan dan bantuan bagi penelitian ini;

7. Bapak Andi Cawa Miri selaku Kepala Dinas Pemerintah Daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan beserta jajarannya;

8. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik bantuan secara moril, tenaga, maupun materiil yang tentu saja sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang berjasa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1) Orang tuaku tercinta, Bapak M.Sadan dan Ibu Purwiyanti (Alm.) atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungannya;

2) Kakak Eko (Alm.), adik Desi Nur Astuti, dan adik Wulan Islamintari tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ini;

3) Nisa, Ojan, Golek selama konsultasi bersama;

4) Rekan-rekan PSP 42 tercinta (Didin, Budi, Pakde, Fifi, Bhepe, Asep, Ukhti Ziah, Hendri, Dhenis, Ema, Nia, Irna, Yiyi, Intan, Gina, Mira, Kim, Dika Cochan, Winy, Hano, Vera, Imam, Ummi, Septa, Dian, Ferty, Fati, Oce, Gumbara, Leo, Nano, Dilla, Hafid, Zasuli, mba’Yul, Feri, Sahat, Eko, Meida, Hendro, Rio, Nogel, Yosep, Reny, Mery, dan Mirza) atas kebersamaan yang luar biasa;

5) Rekan-rekan PSP 39, PSP 40, PSP 41, PSP 43, dan PSP 44;

6) Deny Prastowo, S.Kom atas perhatian, kasih sayang, dan motivasi yang tiada henti;

7) Mb. Ika yang telah memberi bantuan, arahan dan nasihat-nasihat yang luar biasa.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.

Bogor, 15 September 2009 Ima Kusumanti


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 13 Maret 1987. Penulis adalah anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan M. Sadan dan Purwiyanti. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTP Negeri 49 Jakarta, dan pada tahun 2005 penulis lulus di Sekolah Menengah Umum Negeri 48 Jakarta dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Kesekretariatan Agriaswara tahun 2006-2007, anggota Departemen Kesejahteraan Masyarakat Agriaswara tahun 2007-2008, anggota Divisi Eksternal Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia tahun 2007-2008, anggota Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) tahun 2007-2008. Selain itu, penulis juga menjadi asisten Avertebrata Air tahun 2007-2008, asisten Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan tahun 2008, asisten Metode Observasi Bawah Air tahun 2008-2009, Asisten Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun 2008-2009, Asisten Kapal Perikanan tahun 2008-2009, Asisten Navigasi Kapal Perikanan tahun 2009, dan Asisten Praktek Laut Penangkapan Ikan tahun 2009.

Pada tahun 2008, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Tingkat Pemanfaatan Material Kayu Pada Pembuatan Gading–gading di Galangan Kapal Rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan ” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTARLAMPIRAN ... xii

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan ... 3

2.2 Konstruksi Kapal ... 5

2.3 Kayu Sebagai Material Pembangunan Kapal ... 8

2.4 Pembangunan Kapal Perikanan ... 12

2.5 Gading-Gading ... 13

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat ... 16

3.2 Alat ... 16

3.3 Jenis Data ... 16

3.4 Pengumpulan Data ... 17

3.5 Pengolahan Data ... 17

3.6 Analisia Data ... 19

4. KONDISI UMUM GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis dan Bentuk Kayu untuk Konstruksi Gading-gading ... 29

5.2 Pembuatan Gading-gading ... 31

5.2.1 Pengelompokan kayu ... 34

5.2.2 Pemotongan kayu ... 35

5.2.3 Pemasangan gading-gading ... 39

5.3 Tingkat Pemanfaatan Kayu ... 51

5.3.1 Volume kayu pada pembuatan gading-gading ... 51 5.3.2 Berat dan volume kayu terbuang pada pembuatan gading-gading . 52 5.3.3 Persentase volume kayu yang dipakai terhadap volume kayu awal 54


(21)

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 59 6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 DAFTAR ISTILAH ... 63 LAMPIRAN ... 66


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kriteria kelas kuat (KK) kayu ... 9 2. Kriteria kelas awet (KA) kayu ... 10 3. Persyaratan teknis kayu bagian konstruksi kapal ... 11 4. Variasi tingkat teknologi pembangunan kapal perikanan tradisional di

beberapa daerah di Indonesia ... 13 5. Jenis dan cara pengumpulan data ... 17 6. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gading-gading kapal ... 25 7. Keadaan SDM di galangan kapal UD. Semangat Untung ... 26 8. Produktivitas galangan kapal UD. Semangat Untung ... 27 9. Jumlah pekerja dan lama pekerjaan tiap ukuran kapal ... 27 10. Jenis kayu yang digunakan beserta asal perolehan kayu... 28 11. Dimensi utama obyek penelitian... 29 12. Jenis dan karakteristik fisik kayu yang digunakan untuk membuat konstruksi

gading-gading ... 30 13. Pengelompokan kayu yang digunakan pada gading-gading ... 34 14. Jenis kayu yang diperuntukkan pada pembuatan gading-gading ... 51 15. Berat dan volume terbuang tiap gading-gading ... 53 16. Persentase volume terpakai dan terbuang (%) ... 57 17. Persentase kayu terpakai dan terbuang (%) ... 58


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bentuk-bentuk kasko kapal ... 7 2. Gading-gading kapal ... 14 3. Konstruksi gading-gading ... 15 4. Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu ... 15 5. Tahap pengolahan data pada pembuatan gading-gading ... 18 6. Peta lokasi Kabupaten Bulukumba ... 20 7. Peta lokasi penelitian ... 21 8. Tahap pembangunan kapal ikan di Bulukumba ... 24 9. Jenis kayu berbentuk V pada pembuatan gading-gading ... 31 10. Jenis kayu berbentuk lengkung pada pembuatan gading-gading ... 32 11. Pembuatan gading-gading ... 33 12. Proses pembuatan gading-gading kapal ... 34 13. Hasil cetakan mal besi ... 35 14. Pemotongan balok kayu dengan cara dikapak ... 36 15. Pemotongan kayu berlebih dengan cara digergaji ... 37 16. Pembuatan gading-gading berasal dari kayu A (bentuk V) ... 37 17. Sisa kayu pada pembuatan gading-gading ... 38 18. Pemanfaatan kayu pada pembuatan gading-gading ... 38 19. Posisi gading-gading pada kapal ... 40 20. Pemasangan gading-gading di atas kapal ... 41 21. Pola sambungan gading-gading bagian atas dan bawah ... 42 22. Gading-gading disambung dan dipasak agar menempel kuat ... 42 23. Konstruksi gading-gading tipe U bottom ... 43 24. Proses penyambungan gading-gading tipe U2 ... 44 25. Konstruksi gading-gading tipe round bottom ... 45 26. Proses penyambungan gading-gading tipe R2 ... 46 27. Konstruksi gading-gading tipe V bottom ... 47 28. Proses penyambungan gading-gading tipe V2 ... 48 29. Proses penyambungan gading-gading tipe V3 ... 49


(24)

30. Gading-gading tampak pada bagian haluan ... 49 31. Gading-gading tampak pada bagian buritan ... 50 32. Perbandingan volume terpakai dan volume awal tipe U bottom ... 54 33. Perbandingan volume terpakai dan volume awal tipe round bottom ... 55 34. Perbandingan volume terpakai dan volume awal tipe V bottom ... 56


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Kuesioner penelitian ... 67 2. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gading-gading ... 78 3. Volume gading-gading yang diperuntukkan dan digunakan pada pembuatan

gading-gading ... 81

4. Perhitungan tingkat pemanfaatan gading-gading ... 82 5. Tingkat pemanfaatan material pada gading-gading tipe U bottom ... 87 6. Tingkat pemanfaatan material pada gading-gading tipe roundbottom ... 89 7. Tingkat pemanfaatan material pada gading-gading tipe V bottom ... 91 8. Persentase tingkat pemanfaatan material kayu ... 93


(26)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal perikanan merupakan salah satu unsur dalam menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan selain nelayan dan alat tangkap. Pembuatan kapal perikanan di Indonesia umumnya masih bersifat tradisional, yakni berdasarkan kebiasaan masyarakat secara turun-temurun tanpa didasari dengan perhitungan arsitekstur perkapalan (naval architec) dan gambar rancangan seperti gambar rancangan umum (general arangement), gambar rencana garis (lines plan), deck profile, body plan, dan profile construstion. Pembuatan kapal perikanan di Indonesia didominasi oleh kayu sebagai bahan baku utama. Menurut Fyson (1985), terdapat lima jenis pilihan material yang sesuai untuk kapal perikanan yaitu kayu, besi, FRP (Fibreglass Rainforced Plastic), ferrocement, dan aluminium.

Jenis kayu yang digunakan menjadi hal yang penting karena merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur teknis yang lama dari kapal penangkap ikan (Pasaribu, 1987). Kapal yang dibuat dari kayu harus memiliki kekuatan tinggi dan ketahanan terhadap serangan organisme laut sehingga diharapkan dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama. Secara umum, pembuatan kapal perikanan di Indonesia menggunakan kayu sebagai material utama sehingga dibutuhkan ketersediaan kayu dalam jumlah yang besar. Begitu juga kapal perikanan yang beroperasi di Kecamatan Bulukumba. Kapal tersebut umumnya terbuat dari bahan kayu dan diproduksi oleh galangan kapal rakyat di daerah Bulukumba dengan teknik pembuatan kapal yang masih sederhana. Pemilihan kayu sebagai material pembuat kapal dikarenakan kebiasaan pengrajin kapal setempat. Namun saat ini, produksi kayu dari hutan yang ada di Indonesia semakin menurun. Hal ini menyebabkan kayu menjadi terbatas dan harganya menjadi tidak ekonomis.

Sampai saat ini, pembuatan kapal di galangan tradisional tidak menggunakan perencanaan konstruksi, sehingga bisa saja terjadi ketidakefektifan dalam penggunaan material. Mengingat semakin terbatasnya sumberdaya kayu, maka dalam proses pembangunan kapal diperlukan efisiensi penggunaan kayu.


(27)

Tingkat efisiensi tersebut dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan material kayu pada proses pembangunan kapal. Penelitian ini penting dilakukan dengan alasan untuk melihat keefektifan penggunaan kayu dalam pembangunan kapal di Indonesia terutama di galangan tradisional.

Kapal terdiri atas beberapa bagian konstruksi, penelitian ini hanya akan membahas pada satu bagian saja yaitu gading. Alasan pemilihan gading-gading sebagai fokus bahasan pada penelitian ini dikarenakan gading-gading-gading-gading merupakan salah satu konstruksi utama kapal yang berfungsi sebagai rangka kapal. Bulukumba dipilih sebagai lokasi penelitian karena Bulukumba merupakan pusat pembuatan kapal kayu di daerah Timur tepatnya Sulawesi Selatan. Tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pengrajin kapal yang handal sehingga menjadikan Bulukumba sebagai pusat pembuatan kapal kayu terbaik di Indonesia.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Mendeskripsikan proses pembuatan gading-gading;

2) Mendeskripsikan proses penentuan jenis kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading; dan

3) Menentukan tingkat pemanfaatan material kayu pada pembuatan gading-gading kapal.

1.3 Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah:

1) Dapat mengetahui besarnya tingkat pemanfaatan material kayu pada pembuatan gading-gading di galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung, Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan; dan

2) Dapat memberikan referensi bagi peneliti lainnya mengenai tingkat pemanfaatan material pada pembuatan kapal kayu.


(28)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Perikanan

Kapal merupakan kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dan sebagainya) (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1999). Menurut Iskandar dan Novita (1997), kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja (working area) serta sarana transportasi, dan kapal perikanan termasuk didalamnya. Adapun yang dimaksud dengan kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam usaha menangkap ikan atau mengumpulkan sumber daya perairan, pekerjaan-pekerjaan riset, guidance,

training, kontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan usaha tersebut

(Ayodhyoa, 1972). Kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang membutuhkan modal dalam jumlah yang besar dalam suatu usaha penangkapan ikan.

Ayodhyoa (1972) menyatakan bahwa karakteristik kapal perikanan berbeda dengan kapal jenis lainnya sehingga memiliki beberapa keistimewaan antara lain:

1) Kecepatan kapal (speed)

Kapal perikanan harus memiliki Horse Power (HP) yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kapal lainnya pada Gross Tonage (GT) yang sama. Kecepatan yang tinggi pada kapal perikanan digunakan untuk mengejar kumpulan ikan, menuju fishing ground dan mengangkut hasil tangkapan;

2) Kemampuan olah gerak kapal (manuver ability)

Kapal harus mampu melakukan olah gerak yang optimal pada saat pengoperasian, seperti kemampuan steer ability yang baik pada saat mengejar ikan, radius putaran (turning circle) yang kecil, dan daya dorong (propulsive

engine) yang dapat dengan mudah membuat kapal bergerak maju dan

mundur;

3) Layak laut (seaworthiness)

Kapal dapat digunakan dalam operasi penangkapan ikan secara terus menerus dan cukup tahan untuk melawan kekuatan angin dan gelombang, memiliki


(29)

stabilitas yang baik, daya apung yang cukup, serta memiliki periode rolling dan yang kecil;

4) Luas lingkup area pelayaran

Kapal memiliki kemampuan jelajah yang baik pada kondisi perairan yang beragam. Luas lingkup area pelayaran ikan ditentukan oleh pergerakan kelompok ikan, daerah, musim ikan, dan migrasi;

5) Konstruksi

Konstruksi harus kuat, karena dalam operasi penangkapan ikan akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah, dan konstruksi kapal harus mampu meminimumkan getaran yang timbul dari mesin yang digunakan; 6) Mesin penggerak

Kapal perikanan membutuhkan tenaga mesin penggerak yang cukup besar, sedangkan volume mesin diusahakan tidak terlalu besar dengan getaran yang kecil;

7) Fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan

Umumnya kapal perikanan dilengkapi dengan fasilitas seperti: cool room,

freezing room, processing machine, dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk

menjaga mutu hasil tangkapan tetap baik hingga ke fishing base; 8) Alat bantu penangkapan (fishing equipment)

Fishing equipment berbeda untuk setiap kapal dan tidak semua kapal

dilengkapi dengan alat bantu, tergantung dari jenis alat tangkap yang digunakan dan target penangkapan.

Persyaratan umum (general requirement) yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal perikanan (Nomura dan Yamazaki, 1975) adalah:

1) Memiliki suatu kekuatan struktur badan kapal; 2) Keberhasilan operasi penangkapan ikan; 3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan


(30)

Iskandar (1990) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan pembangunan kapal yaitu:

1) Penentuan alat tangkap yang digunakan;

2) Penentuan kapasitas kapal berdasarkan kemampuan kapal membawa es; 3) Penenuan panjang lunas, lebar dan dalam kapal;

4) Penentuan pembagian ruang di atas dan di bawah dek; dan

5) Penentuan kekuatan mesin dan perlengkapan lainnya yang diperlukan oleh sebuah kapal perikanan.

2.2 Konstruksi Kapal

Ketentuan konstruksi kapal kayu di Indonesia ditetapkan melalui Biro Klasifikasi Indonesia (Soekarsono, 1995a). Kekuatan konstruksi sebuah kapal dipengaruhi oleh kemampuan teknis galangan kapal. Hal ini erat hubungannya dengan konstruksi dan pengawasan dari suatu badan yang dipercaya oleh Pemerintah, dalam hal ini BKI. Kualitas galangan kapal yang membangun kapal perikanan di Indonesia khususnya kapal kayu, masih tradisional dan dikelola secara perorangan.

Tahapan pembangunan kapal dimulai dari pemasangan lunas, linggi haluan dan buritan, gading-gading, balok geladak, galar, kulit luar dan geladak. Sedangkan bagian-bagian lainnya dapat dikerjakan secara bersamaan atau bagian yang satu dapat dikerjakan lebih dahulu daripada bagian yang lain (Pasaribu, 1985). Namun, cara pemasangan bagian-bagian konstruksi kapal tersebut dapat berubah-ubah tergantung dari tempat, kemampuan, serta tradisi pembangunan kapal di daerah masing-masing.

Terdapat perbedaan metode pembangunan kapal, khususnya pada pembangunan kapal kayu penangkap ikan yang dibuat secara tradisional dan modern. Perbedaannya terletak pada cara pengkonstruksian lambungnya. Kapal-kapal kayu penangkap ikan tradisional papan lambungnya di konstruksi terlebih dahulu kemudian diikuti pemasangan gading-gading (frame). Sebaliknya pada pembangunan kapal-kapal kayu penangkap ikan modern, gading-gading dikonstruksi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemasangan lambung kapal (Iskandar, 1997).


(31)

Secara prinsip konstruksi badan kapal perikanan harus kuat karena kapal perikanan banyak berhubungan dengan kondisi laut, harus menahan berat dan getaran mesin kapal serta melindungi muatan dan personel yang ada di atas kapal dari lingkungan air di sekitarnya (Purba, 2004). Kapal perikanan juga harus maemiliki kapasitas yang cukup besar dan tetap stabil dalam kondisi apapun. Bentuk kasko kapal sangat berpengaruh terhadap daya tampung stabilitas kapal ketika berlayar. Rouf (2004) menjelaskan bahwa bentuk kasko kapal perikanan pada bagian haluan berbentuk ”V” bottom (Gambar 1), sedangkan pada bagian tengah hingga buritan terdapat lima variasi bentuk kasko kapal perikanan, yaitu:

(1) Round bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat hampir setengah

lingkaran (Gambar 1);

(2) Round flat bottom, yaitu tipe kasko kapal dengan bentuk bulat yang rata pada

bagian bawahnya (Gambar 1);

(3) ”U” bottom, yaitu tipe kasko kapal yang memiliki bentuk seperti huruf ”U”

(Gambar 1);

(4) Akatsuki bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir menyerupai

huruf ”U”, tetapi setiap lekukannya membentuk suatu sudut dan rata pada bagian bawahnya (Gambar 1); dan

(5) Hard chin bottom, yaitu tipe kasko kapal yang berbentuk hampir sama dengan

Akatsuki bottom, tetapi pertemuan antara lambung kiri dan kanan kapal pada


(32)

Gambar 1 Bentuk-bentuk kasko kapal. a. Tipe ”V” bottom b. Tipe round bottom c. Tipe round flat bottom d. Tipe ”U” bottom e. Tipe akatsuki bottom f. Tipe hard chin bottom

(a) (b)

(c) (d)


(33)

2.3 Kayu Sebagai Material Pembangunan Kapal

Terdapat lima jenis pilihan material yang sesuai untuk kapal perikanan yaitu kayu, besi, FRP (Fibreglass Rainforced Plastic), ferrocement, dan aluminium (Fyson, 1985). Salah satu material yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia adalah kayu dan memiliki umur teknis berkisar antara 10–15 tahun. Kayu digunakan sebagai material pembangunan kapal disebabkan persediaan kayu di Indonesia cukup banyak serta harganya yang ekonomis dan terjangkau. Apabila dibandingkan dengan biaya pembangunan kapal dari bahan FRP, besi, baja, atau bahan lain di luar kayu, akan membutuhkan biaya 3 kali lipat.

Tidak semua kayu dapat digunakan sebagai material pembuat kapal. Sebelum memutuskan untuk membangun atau membuat kapal, pemilihan dan penentuan kayu yang akan dipakai menjadi hal yang penting. Ada beberapa macam kayu yang cocok untuk membuat perahu yang berdasarkan penggolongan kekuatan dan keawetan kayu yang telah ditentukan oleh Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan. Setelah kita menentukan kayu apa yang akan kita pakai, barulah kita menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan menurut jenis kapal yang akan dibuat.

Dilihat dari segi pengerjaannya, pembangunan kapal dari bahan kayu lebih mudah dibandingkan dengan bahan lain dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi dalam operasi penangkapan ikan. Hal inilah yang menjadikan kayu lebih unggul dalam pemilihan material dibandingkan dengan bahan lain untuk pembangunan kapal perikanan (Pasaribu, 1985).

Meskipun memiliki kelebihan sebagai material kapal perikanan, kayu juga memiliki kelemahan diantaranya adalah kurangnya kekuatan kapal yang disebabkan banyaknya sambungan, yang dapat menyebabkan adanya lubang baut yang mengurangi luas penampang dan konstruksinya berat. Selain itu, sifat fisik kayu akan memuai jika terkena panas dan menyusut apabila didinginkan. Namun demikian, perubahan ukuran pada kayu karena perubahan temperatur tidaklah berpengaruh besar. Perubahan besar akan terjadi apabila kayu kehilangan air sehingga mengalami penyusutan dan mengembang apabila kayu menyerap air (BPPI, 1988).


(34)

Kayu memiliki sifat fisik dan sifat mekanis yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan jenis material kayu yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan atau perkapalan. Martawijaya et al. (1981) menyebutkan bahwa sifat fisik kayu meliputi penyusutan, kelas kuat, dan berat jenis, sedangkan sifat mekanis kayu meliputi keteguhan lentur statik, tekan pukul, belah geser, tarik sejajar arah serat, dan kekerasan kayu yang diukur dalam keadaan basah. Berat jenis (BJ) merupakan indikator utama dari sifat fisik dan mekanis kayu (Mandang dan Pandit, 1997).

Syarat kayu sebagai material kapal (Pasaribu, 1985) adalah: 1) Tidak mudah pecah;

2) Tahan terhadap hewan laut; dan 3) Tidak mudah lapuk, liat, kuat

Purba (2004) menyatakan bahwa tingkat kelas kayu yang digunakan sebagai material kapal juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi umur teknis kapal perikanan. Tingkat kelas kayu tersebut terbagi dua, yaitu tingkat kelas awet (KA) dan tingkat kelas kuat (KK). Tingkat kelas kuat (KK) kayu adalah pengelompokan kayu berdasarkan berat jenis (BJ) kayu tersebut. Kriteria kelas kuat (KK) kayu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria kelas kuat (KK) kayu

Kelas kuat Berat jenis Keteguhan lentur mutlak

Keteguhan tekan mutlak

I > 0,9 > 1100 > 650

II 0,6 – 0,9 725 – 1100 425 – 650

III 0,4 – 0,6 500 – 725 300 – 425

IV 0,3 – 0,4 360 – 500 215 – 300

V < 0,3 < 360 < 215

Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia (1989)

Tingkat kelas awet (KA) kayu adalah klasifikasi kayu berdasarkan daya tahan terhadap serangan jamur, rayap dan organisme perusak lainnya. Kriteria kelas awet (KA) kayu dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan standar BKI (1989) persyaratan untuk membentuk kayu sebagai konstruksi yang penting yaitu harus dipergunakan dengan kayu ukuran minimum kelas kuat III karena peraturan BKI yang menyebutkan untuk lunas, linggi haluan, linggi buritan, wrang, gading–


(35)

gading, balok buritan, dan tutup sisi geladak harus menggunakan jenis kayu yang memiliki massa jenis minimum 0,7 ton/m3, untuk gading berlapis massa jenis minimum 0,45 ton/m3, untuk kulit luar balok geladak,galar balok digunakan kayu dengan berat jenis minimum 0,65 ton/m3,untuk geladak dan galar bisa digunakan kayu dengan berat jenis minimum 0,45 ton/m3.

Tabel 2 Kriteria kelas awet (KA) kayu

No. Keadaan Kelas Awet

I II III IV V

1. Selalu berhubungan dengan tanah lembab

8 th 5 th 3 th Sangat

pendek

Sangat pendek 2. Hanya terbuka terhadap

angin dan iklim, tetapi dilindungi terhadap pemasukan air dan kelemasan

20 th 15 th 10 th Beberapa

tahun

Sangat pendek

3. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan Tak terbatas Tak terbatas Sangat lama Beberapa tahun Pendek

4. Seperti point (3) di atas, tetapi dipelihara dengan baik, selalu dicat dan sebagainya Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas

20 th 20 th

5. Serangan oleh rayap Tidak Jarang Agak

cepat

Sangat cepat

Sangat cepat 6. Serangan oleh bubuk

kayu kering

Tidak Tidak Hampir

tidak

Tak seberapa

Sangat cepat

Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia (1989)

Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi utama harus baik, sehat, tidak ada celah, dan tidak ada cacat yang membahayakan. Kayu yang kurang tahan terhadap perubahan kering dan basah hanya boleh digunakan untuk bagian-bagian di bawah garis air, seperti papan alas. Bagian-bagian-bagian konstruksi di atas air seperti papan samping, geladak, bangunan atas, ambang palka harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya. Persyaratan teknis kayu untuk bagian konstruksi kapal dapat dilihat pada Tabel 3.


(36)

Tabel 3 Persyaratan teknis kayu bagian konstruksi kapal

No. Penggunaan Persyaratan teknis Contoh kayu yang lazim digunakan

1. Lunas Tidak mudah pecah,

tahan binatang laut.

Ulin(Eusideroxylon

zwagerii), Kapur

(Dryobalanops lanceolata)

dan kayu lapis kualitas khusus

2. Gading-gading Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Bangkirai(Shorea laevifolia), Bungur

(Lagerstroemia speciosa)

dan Kapur (Dryobalanops lanceolata)

3. Kulit/lambung Kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut

Bangkirai(Shorea laevifolia), Bungur

(Lagerstroemia speciosa)

dan Meranti merah (Shorea

acuminata)

4. Bangunan atas dan dudukan mesin

Ringan, kuat, awet, keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin

Kapur (Dryobalanops

lanceolata), Meranti merah

(Shorea acuminata),

Medang (Litsea spp.), Ulin

(Eusideroxylon zwagerii)

dan Bangkirai (Shorea laevifolia)

5. Pembungkus es dan baling-baling

Liat, lunak, sehingga tidak merusak logam

Lignum vitae, kayu Nangka, Sawo (Manikara kauki) dan Bungur (Lagerstroemia speciosa)

Sumber: Dumanauw (1982)

Fyson (1985) menyatakan bahwa terdapat pertimbangan – pertimbangan prinsip yang harus diperhatikan dengan pemilihan kayu seperti kekuatan, daya tahan terhadap pembusukan, dan ketersedian dalam mutu, jumlah dan ukuran yang diinginkan. Material kayu membutuhkan kekuatan yang tinggi dan tahan terhadap serangan organisme laut. Tingkat kekuatan yang tinggi diharapkan dapat memperlama dalam jangka waktu operasi kapal perikanan.


(37)

Aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal kayu penangkap ikan (Pasaribu, 1987) adalah:

1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan; 2) Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan 3) Pengelolaan dan perawatan kapal

Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh:

1) Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan;

2) Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4) Biaya pembelian bahan material.

2.4 Pembangunan Kapal Perikanan

Kapal perikanan di Indonesia pada umumnya masih dibangun di galangan kapal tradisional. Iskandar dan Novita (2000) menjelaskan bahwa istilah tradisional tersebut lebih mengarah kepada metode atau cara yang digunakan oleh para pengrajin kapal perikanan dalam mengkonstruksi kapal buatannya, dimana cara-cara atau metode yang diterapkan merupakan warisan para pendahulunya. Kapal yang menjadi acuan pun adalah kapal yang telah dibuat lebih dahulu dan telah teruji kemampuannya dalam menjalankan fungsinya sebagai kapal penangkap ikan. Cara pembangunan kapal yang seolah-olah telah menjadi tradisi turun-temurun inilah yang kemudian memunculkan istilah tradisional di atas.

Pembangunan kapal perikanan tradisional dengan bahan kayu di Indonesia cukup bervariasi, baik dari segi tahapan pembangunan, teknik penyambungan tiap bagian-bagian konstruksi yang dilakukan maupun tingkat teknologi pembangunannya (Iskandar dan Novita, 2000). Banyaknya perbedaan-perbedaan prosedur pembangunan kapal memberikan dampak kelemahan-kelemahan konstruksi terutama terletak pada metode sambungan (Iskandar, 1997). Variasi tingkat teknologi pembangunan kapal perikanan tradisional di beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.


(38)

Tabel 4 Variasi tingkat teknologi pembangunan kapal perikanan tradisional di beberapa daerah di Indonesia

Daerah Tingkat teknologi

Muara Angke, Cirebon, Serang

- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta gambar desain dan konstruksi kapal

- Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar dan ada yang menggunakan klem (clamp)

- Kulit kapal dipasang sebelum gading-gading Pelabuhanratu,

Prigi, Kupang

- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta gambar desain dan konstruksi kapal

- Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar - Kulit kapal dipasang sebelum gading-gading Tuban, Gresik,

Lamongan, Pemangkat

- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta gambar desain dan konstruksi kapal

- Pelengkungan papan kulit dengan cara dibakar dan menggunakan klem (clamp)

- Kulit kapal dipasang sesudah gading-gading Bungus, Sibolga, Makassar, Pekalongan, Bagansiapiapi, Semarang

- Belum dilengkapi oleh perhitungan arsitektur perkapalan serta gambar desain dan konstruksi kapal

- Pelengkungan papan kulit dengan cara menggunakan klem (clamp)

- Kulit kapal dipasang sesudah gading-gading

- Di Makassar dan Semarang telah menerapkan metode laminasi (papan kulit lebih dari satu lapis)

Sumber: Iskandar dan Novita (2000)

2.5 Gading-gading

Gading-gading merupakan struktur rangka dari kapal yang menguatkan bagian lambung kapal dan membentuk badan kapal. Menurut Soegiono (2006), gading-gading biasa disebut frame. Dengan demikian, maka gading-gading harus kuat dan sambungannya harus minim atau lebih baik lagi jika tanpa sambungan agar diperoleh kekuatan yang besar (Ayuningsari, 2007). Pasaribu (1987) menjelaskan bahwa sistem konstruksi dengan kayu tanpa sambungan akan memberikan beban konstruksi yang merata. Hal tersebut menjadikan badan kapal secara keseluruhan menjadi lebih kuat dan gading-gading sebagai rangka kapal berfungsi dengan baik. Selain itu, dapat menghindari kelemahan-kelemahan sifat kayu yang non-isotropic (mempunyai sifat-sifat mekanis tidak sama ke berbagai arah). Sedangkan sistem konstruksi gading-gading kapal yang menggunakan kayu sambungan akan menimbulkan kelemahan akibat lubang baut dan mengurangi luas penampang.


(39)

Nama gading-gading disesuaikan menurut tempatnya. Gading-gading yang terletak di sekitar haluan disebut gading haluan. Gading yang terletak pada tempat yang terlebar dari kapal disebut gading besar dan gading yang terletak di sarung poros baling-baling disebut gading kancing. Jumlah gading-gading disesuaikan dengan ukuran kapal dan diberi nomor urut mulai nol yang dimulai dari belakang.

Gading-gading kapal dibuat dari kayu yang melengkung secara alami. Hal ini akan memperkuat konstruksi kapal karena arah serat kayu tidak ada yang berpotongan. Kayu yang digunakan pada pembuatan gading-gading berasal dari pohon yang belum cukup tua. Pohon ini memiliki kandungan kayu juvenil yang cukup besar. Hadikusumo (2000) menjelaskan bahwa apabila suatu sortimen mengandung kayu juvenil yang bercampur dengan kayu dewasa, maka sortimen tersebut akan mengalami pelengkungan setelah kering.

Gading-gading berfungsi untuk menghubungkan papan lambung satu dengan yang lainnya dan memperkuat papan lambung pada arah melintang yaitu bersama-sama dengan papan lambung menahan tekanan air dari luar dan dari muatan palka. Gading-gading dapat terdiri dari satu bagian yang disebut gading tunggal dan dapat juga terdiri dari dua bagian yang menempel, disebut gading-gading ganda. Antar gading-gading kiri dan kanan disatukan di bagian bawah dengan menggunakan wrang. Wrang disambung dengan gading-gading dan lunas menggunakan baut (Ayuningsari, 2007). Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:


(40)

Gambar 3 Konstruksi gading-gading. a) haluan; b) midship; c) buritan Sumber: Arofik (2007)

Gambar 4 Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu. Sumber: Soekarsono (1994)


(41)

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I adalah tahap persiapan dan survey. Tahap II adalah tahap pengambilan data dan tahap III adalah pengolahan serta analisis data.

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2008 di pusat industri galangan kapal rakyat UD. Semangat Untung di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa timbangan, alat ukur dimensi kapal, kamera digital, alat tulis, dan kuesioner (Lampiran 1). Obyek kajian dalam penelitian ini adalah gading-gading produksi galangan kapal rakyat yang berlokasi di Bulukumba, Sulawesi Selatan.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang di ambil langsung dari objek penelitian. Adapun data primer yang dibutuhkan antara lain:

1) Jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan kapal kayu di Bulukumba, Sulawesi Selatan;

2) Jumlah gading - gading yang digunakan dalam pembangunan kapal;

3) Ukuran dimensi gading-gading, yang terdiri dari panjang, lebar, dan tebal gading-gading;

4) Volume kayu sebelum dipotong;

5) Bentuk hasil pemotongan kayu untuk bagian konstruksi gading–gading; 6) Bentuk kayu sisa hasil potongan;

7) Berat jenis (BJ) kayu; dan 8) Berat sisa hasil potongan.

Adapun data sekunder yang dibutuhkan berupa berat jenis (BJ) kayu yang diterbitkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia.


(42)

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan cara pengumpulan data

No. Jenis data Pengumpulan data

1. - Jumlah gading-gading - Dimensi gading-gading - Volume gading-gading

Mengukur dimensi gading-gading dan menghitung jumlah serta volumenya

2. Berat sisa hasil potongan Menimbang sisa material kayu 3. - Jenis kayu

- Bentuk hasil potongan - Bentuk sisa potongan

Wawancara terhadap beberapa responden yaitu para pembuat kapal dan pemilik galangan, nelayan, pegawai Dinas Kecamatan, pegawai Dinas Departemen Kelautan dan Perikanan Bulukumba, Sulawesi Selatan dan observasi

4. Berat jenis kayu Studi literatur

3.5 Pengolahan Data

Pendeskripsian proses pembuatan gading-gading dan penentuan jenis kayu dilakukan dengan menabulasikan data-data hasil wawancara, mengambarkan bentuk gading-gading yang dibuat, serta mendeskripsikan hasil observasi. Adapun perhitungan tingkat pemanfaatan kayu yang digunakan dilakukan secara bertahap seperti yang disajikan pada Gambar 5.


(43)

Gambar 5 Tahap pengolahan data pada pembuatan gading-gading.

Berat jenis (BJ) kayu yang digunakan adalah 0,57 gr/cm³ untuk BJ kayu bitti (gofasa) dan 0,59 gr/cm³ untuk BJ kayu jati (BKI, 1989).

Mulai

Menghitung volume kayu (Vk) untuk gading-gading:

dimana: p = panjang kayu

Ak = luas penampang kayu

Menghitung volume kayu sisa (Vks) yang tidak terpakai untuk konstruksi gading-gading:

dimana: Bks = berat kayu sisa

Menghitung volume kayu terpakai (Vkt) untuk gading-gading:

Menghitung persentase volume kayu terpakai terhadap volume kayu untuk gading-gading:


(44)

3.6 Analisis Data

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi objek penelitian, proses pembuatan gading-gading, dan proses penentuan jenis kayu. Analisis komparatif digunakan untuk menghitung tingkat pemanfaatan material dengan cara membandingkan volume kayu terpakai dan volume kayu tidak terpakai dengan volume kayu yang diperuntukkan gading-gading. Tingkat pemanfaatan material gading-gading disajikan sebagai berikut:

Keterangan:

a = Volume kayu yang diperuntukkan gading-gading b = Volume kayu terpakai pada pembuatan gading-gading c = Volume kayu tidak terpakai pada pembuatan gading-gading P1 = Persentase antara b terhadap a

P2 = Persentase antara c terhadap a P3 = Persentase antara c terhadap b


(45)

4. KONDISI UMUM GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG

Galangan kapal UD. Semangat Untung terletak di Desa Tanah Beru, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan dari jazirah Sulawesi Selatan dan berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki gunung Bawakaraeng–Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak diantara 05°20°–05°40° LS dan 119°58°-120°28° BT. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 km² atau 1,85% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas sebagai berikut (Gambar 6):

Sebelah utara : Kabupaten Sinjai

Sebelah timur : Teluk Bone dan Pulau Selayar Sebelah selatan : Laut Flores

Sebelah barat : Kabupaten Bantaeng

Gambar 6 Peta lokasi Kabupaten Bulukumba.

LOKASI PENELITIAN

PETA LOKASI KABUPATEN BULUKUMBA


(46)

Pengambilan data untuk penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bontobahari (Gambar 7). Hal ini dikarenakan keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Bontobahari memiliki ciri khas yang membedakan dengan kecamatan lain. Banyaknya galangan kapal di Bontobahari, menjadikan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pembuat kapal dan nelayan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bulukumba, terdapat lebih dari lima puluh galangan kapal ikan yang berdiri di Desa Tanah Beru, Kelurahan Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari. Mereka umumnya memiliki kemahiran dalam membuat kapal ikan tradisional dan terkenal sebagai ahli perahu. Kemahiran inilah yang menjadikan para pembuat kapal di Bulukumba tersebar di penjuru tanah air. Terbukti dari banyaknya pembuat kapal di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Bulukumba. Tidak hanya di tanah air, kapal yang dibuat di Bulukumba sudah mampu menembus pasar Internasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kapal-kapal milik asing yang dipesan di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Terdapat tiga pioneer galangan kapal di Desa Tanah Beru, salah satunya adalah UD. Semangat Untung.

Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

Lokasi penelitian


(47)

Galangan kapal milik U.D Semangat Untung berlokasi di lahan kosong yang letaknya tidak jauh dengan pesisir pantai sehingga setelah kapal selesai dibuat, dapat langsung diluncurkan dan digunakan. Galangan kapal tersebut terutama digunakan untuk pembuatan kapal, namun sewaktu-waktu dapat pula digunakan untuk perbaikan kapal yang rusak. Galangan kapal tersebut telah berdiri sejak dua puluh sembilan tahun yang lalu. Kegiatan pembangunan kapal yang terjadi secara terus menerus menjadikan bukti bagi galangan kapal UD. Semangat Untung merupakan galangan kapal yang produktif. Kapal yang diproduksi bermacam-macam, diantaranya adalah kapal perikanan dan kapal penumpang.

Pada umumnya galangan kapal UD. Semangat Untung membuat kapal tanpa disertai desain atau gambar rancangan umum (general arrangement). Pembangunan kapal hanya berdasarkan pengalaman turun temurun dan kebiasaan para pengrajin. Walaupun tanpa gambar desain, keahlian para pengrajin ini sudah tidak diragukan lagi. Akan tetapi, galangan tersebut dapat pula membangun kapal berdasarkan gambar desain kapal yang diberikan oleh pihak pemesan.

Kapal tanpa pemesanan terlebih dahulu serta tanpa dilengkapi dengan gambar rencana memiliki harga yang berbeda dengan kapal yang dipesan terlebih dahulu. Harga jual kapal tanpa pemesanan terlebih dahulu relatif lebih rendah dibandingkan dengan kapal pesanan. Namun, harga jual tersebut tetap dapat menutupi biaya produksi. Produktivitas galangan tersebut tergolong baik karena mampu membangun 3-6 kapal baru per tahun dengan lama waktu pembangunan untuk sebuah kapal berkisar 2-5 bulan. Kapal yang dibangun umumnya berukuran 15-300 GT. Kapal-kapal yang berukuran lebih dari 50 GT biasanya merupakan kapal pesanan asing atau biasa dikenal dengan nama “kapal tourist”. Pemesan kapal tersebut berasal dari berbagai macam negara seperti Amerika, Inggris, dan Perancis. Sedangkan untuk kapal ikan, pemesan datang dari berbagai penjuru di tanah air. Sistem pembangunan kapal di UD. Semangat Untung dilakukan secara seri. Penerimaan order pembangunan kapal berikutnya baru dilakukan setelah kapal yang sedang dibangun selesai.


(48)

Secara umum, tahapan pembangunan kapal yang dilakukan pada galangan kapal yang berlokasi di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan memiliki kesamaan, yaitu diawali dengan pemesanan kapal oleh pemesan atau pembuatan kapal tanpa pemesan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan perencanaan kapal, proses produksi kapal, dan diakhiri dengan penyerahan kapal kepada pemesan atau pemilik kapal. Tahapan produksi di galangan kapal rakyat U.D Semangat Untung dapat dilihat pada Gambar 8.


(49)

Gambar 8 Tahap pembangunan kapal ikan di Bulukumba.

Pemesanan Perencanaan Produksi Penyerahan

Pemasangan linggi buritan Pemasangan lunas

Pemasangan linggi haluan

Pemasangan kulit kapal hingga setengah tinggi kapal

Pemasangan gading-gading

Pemasangan galar (geladak)

Pemasangan kulit kapal seluruhnya hingga ke sheer

Pemasangan golak (sheer)

Pemasangan lantai dek

Pemasangan tiang layar

Pembuatan palka

Pembuatan pondasi mesin

Pemakalan

Pengecatan dan pemberian anti fouling

Peluncuran


(50)

Tingkat teknologi yang digunakan pada pembangunan kapal di galangan UD. Semangat Untung masih relatif rendah. Peralatan yang digunakan pada galangan kapal U.D Semangat Untung didominasi oleh peralatan non elektronik. Penggunaan peralatan tersebut sudah merupakan kebiasaan para pengrajin kapal. Jarang ditemukan alat-alat modern berupa alat-alat elektronik yang mampu memberikan kemudahan bagi para pembuat atau pengrajin kapal dalam proses pengerjaan kapal. Hal ini ditunjukkan dengan hanya digunakannya bor listrik dan ketam listrik dalam proses pembuatan kapal pada galangan kapal yang diteliti tersebut. Beberapa peralatan yang digunakan pada galangan kapal yang diteliti, disajikan pada Tabel 6. Secara lengkap, disajikan pada Lampiran 2.

Tabel 6 Peralatan yang digunakan dalam pembuatan gading-gading kapal No. Peralatan yang

digunakan

Jenis peralatan (elektronik/non

elektronik)

Tujuan Penggunaan

1. Kapak panjang Non elektronik Memotong kayu untuk mendapatkan kelengkungan

2. Kapak duduk Non elektronik Memotong kayu untuk mendapatkan kelengkungan 3. Gergaji kayu Non elektronik Memotong sisa kayu berbentuk

balok

4. Pahat Non elektronik

Memahat kayu pada bagian gading-gading yang sulit dijangkau

5. Pasak Non elektronik Sebagai alat bantu dalam pembuatan pasak kayu

6. Palu kayu Non elektronik

Digunakan untuk memastikan apakah pasak kayu sudah

menempel kuat pada gading kapal

7. Palu besi Non elektronik

Sebagai alat bantu yang digunakan pada saat memahat kayu

8. Mal Besi Non elektronik Mendapatkan kelengkungan gading-gading

9. Singkolo Non elektronik Menandai kerapatan gading-gading

10. Bacci Non elektronik Membuat pola kelengkungan

11. Golok Non elektronik Membuat pasak kayu

12. Alat Ukur Non elektronik Mengetahui dimensi kayu

13. Bor listrik Elektronik

Melubangi kayu untuk memasang mur dan baut


(51)

Keadaan sumber daya manusia (SDM) di galangan kapal UD. Semangat Untung disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Keadaan sumber daya manusia (SDM) di UD. Semangat Untung No. Jenis

pekerjaan

Pendidikan terakhir

Jumlah (orang)

Status Upah/hari

1. Pemilik galangan

SD 1 Tetap Rp 50.000,00

2. Bagian analisis usaha

S-1 1 Tetap Rp 50.000,00

3. Pembuat kapal

SD 1 Tetap Rp 50.000,00

SMP

1 Tetap Rp 50.000,00

2 Honorer Rp 40.000,00

SMA

1 Tetap Rp 50.000,00

1 Honorer Rp 40.000,00

Keterangan:

Tetap : Perkerja tetap Honorer : Pekerja tidak tetap

Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat dilihat bahwa sumber daya manusia di galangan kapal UD. Semangat Untung terdiri dari 8 orang pekerja yang terdiri dari 5 orang tenaga kerja tetap dan 3 orang tenaga kerja tidak tetap (honorer). Tidak ada pembagian kerja dalam pembuatan kapal sehingga para pembuat kapal bekerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan kapal.

Pemilik galangan memiliki pendidikan akhir di Sekolah Dasar (SD). Akan tetapi, karena pengetahuan yang diperolehnya secara turun temurun maka pemilik galangan kapal mampu mengelola galangan kapal miliknya dengan baik. Dalam pengelolaannya, pemilik galangan dibantu oleh seorang sarjana ekonomi yang berperan dalam analisis usaha galangan. Khusus untuk pembuat kapal, hampir semuanya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Pemberian upah dihitung dalam jumlah hari kerja. Pekerja tetap mendapatkan upah Rp 50.000,00/hari sedangkan pekerja tidak tetap sebesar Rp 40.000,00/hari. Pekerja galangan kapal U.D Semangat Untung bekerja setiap hari dimulai pada pukul 08.30-17.00 WITA.


(52)

Produktivitas galangan kapal UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Produktivitas galangan kapal UD. Semangat Untung

No. Ukuran kapal

Tahun

2006 2007 2008

1. < 50 GT 2 3 3

2. 50-150 GT 3 2 2

3. 150-300 GT 1 - 1

Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata galangan kapal UD. Semangat Untung dapat membangun 3-6 unit kapal dengan berbagai ukuran. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia serta teknologi yang ada di galangan kapal UD. Semangat Untung.

Waktu dan jumlah tenaga kerja setiap pembangunan satu unit kapal tergantung kepada ukuran kapal sebagaimana terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah pekerja dan lama pekerjaan tiap ukuran kapal

No. Ukuran kapal Pekerja Lama waktu pengerjaan

1. < 50 GT 1-2 1 bulan

2. 50-150 GT 3-4 1 – 2,5 bulan

3. 150-300 GT 4-5 3 - 5 bulan

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semakin besar ukuran kapal, maka jumlah pekerja dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu unit kapal semakin banyak dan lama. Namun demikian, untuk kapal-kapal yang dipesan secara borongan, penambahan jumlah pekerja dilakukan guna mempercepat waktu pembuatan kapal.

Kapal–kapal yang dibuat di galangan kapal UD. Semangat Untung terbuat dari kayu. Jenis–jenis kayu yang umumnya digunakan untuk pembangunan kapal di galangan kapal UD. Semangat Untung dapat dilihat pada Tabel 10.


(53)

Tabel 10 Jenis kayu yang digunakan beserta asal perolehan kayu

No. Jenis kayu Pemakaian Asal perolehan kayu

1. Kayu besi (Intsia bijuga O)

Lunas

- Sulawesi Selatan (Bulukumba) - Sulawesi Tenggara

(Kendari)

2. Kayu bitti atau Gofasa

(Vitex cotassus)

Kulit kapal

- Sulawesi Selatan (Bulukumba) - Sulawesi Tenggara

(Kendari)

- Kepulauan Maluku

3. Kayu jati

(Tectona grandis j.f)

Gading-gading, lantai dek, balok dek,

- Sulawesi Selatan (Bulukumba) - Sulawesi Tenggara

(Kendari)

- Kepulauan Maluku - Irian Jaya (Jayapura)

4. Kayu meranti

(Shorea spp.)

Galar, sheer, tiang layar, palka

- Sulawesi Selatan (Bulukumba) - Sulawesi Tenggara

(Kendari)

Tabel 10 berisikan jenis kayu yang digunakan untuk pembangunan kapal di UD. Semangat Untung terdiri dari empat jenis kayu yaitu kayu besi (Intsia bijuga O), kayu bitti atau gofasa (Vitex cotassus), kayu jati (Tectona grandis j.f), kayu meranti (Shorea spp.). Keempat jenis kayu tersebut tidak saja berasal dari lokasi di sekitar galangan, akan tetapi juga berasal dari propinsi lain di Sulawesi. Bahkan ada yang didatangkan dari luar Pulau Sulawesi yaitu Kepulauan Maluku dan Pulau Irian Jaya. Hal ini disebabkan jumlah kayu yang tersedia di sekitar Bulukumba masih belum mencukupi kebutuhan pembangunan kapal di UD. Semangat Untung. Pemakaian jenis kayu tersebut adalah berdasarkan pada kebiasaan pembuat kapal dalam mengkonstruksi kapal buatannya. Pengetahuan yang didapatkan hanya berasal dari warisan para pendahulunya sehingga jenis kayu yang digunakan dari tahun ke tahun relatif sama.


(54)

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jenis dan Bentuk Kayu untuk Konstruksi Gading-Gading

Kapal yang menjadi objek penelitian direncanakan untuk mengoperasikan alat tangkap gillnet. Mesin yang digunakan merupakan mesin permanen

(inboard) dengan merek dagang TS Shanghai. Dimensi utama kapal tersebut

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Dimensi utama obyek penelitian

No. Dimensi Ukuran

1. LOA (length over all) 12 meter

2. LPP (length betwen perpendicular) 7,7 meter

3. LWL (length water line) 9,9 meter

4. B (breadth) 1,825 meter

5. D (depth) 0,74 meter

6. d (draught) 0,44 meter

Kayu yang dapat digunakan untuk pembuatan gading-gading di Bulukumba terdiri atas kayu bungur (Lagerstroe mia speciosa pers), kayu jati

(Tectona grandis j.f), kayu giam (Cotylelobium specdi), kayu biti atau gofasa

(Vitex cotassus). Namun, jenis kayu yang biasa digunakan untuk pembuatan

gading-gading di galangan kapal UD. Semangat Untung adalah kayu jati (Tectona

grandis j.f) dan kayu bitti atau gosafa (Vitex cotassus). Berdasarkan hasil

penelitian kapal sebelumnya di Sulawesi, diketahui bahwa kedua jenis kayu tersebut merupakan jenis kayu yang umum digunakan sebagai material pembuat gading-gading.

Kayu jati dan kayu bitti lebih banyak digunakan dikarenakan harganya yang lebih murah dibandingkan dengan kayu giam. Akan tetapi kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan kayu giam. Jika dibandingkan dengan kayu bungur, kayu jati dan kayu bitti harganya lebih mahal dan kekuatannya pun lebih baik dibandingkan dengan kayu bungur.


(55)

Kayu bitti dipilih karena memiliki keistimewaan, selain berat jenisnya yang sesuai dan harga yang cukup terjangkau, kayu ini ada yang berbentuk V. Oleh karena itu, biasanya pembuat kapal di Bulukumba memanfaatkannya untuk konstruksi gading-gading di bagian haluan kapal. Penggunaan kedua kayu ini bukan suatu keharusan. Gading-gading kapal dapat dibuat dari kayu jati saja, atau kombinasi antara kayu jati dan bitti. Hal ini tergantung pada kemampuan finansial pemesan kapal.

Kayu bitti dan kayu jati yang digunakan pada pembuatan gading-gading yang menjadi objek penelitian merupakan kayu muda. Berdasarkan literatur yang diperoleh, diketahui bahwa Berat Jenis (BJ), Kelas Kuat (KK), dan Kelas Awet (KA) untuk kayu jati (Tectona grandis j.f) adalah 0,59 gr/cm³, II, I-(II). Adapun kayu bitti atau gofasa (Vitex cotassus) memiliki Berat Jenis (BJ), Kelas Kuat (KK), dan Kelas Awet (KA) masing-masing 0,57 gr/cm³, II-III, II-III.

Pada Tabel 12 disajikan jenis dan karakteristik fisik kayu yang digunakan untuk membuat konstruksi gading-gading.

Tabel 12 Jenis dan karakteristik fisik kayu yang digunakan untuk membuat konstruksi gading-gading

Jenis kayu yang digunakan pada kapal yang diteliti

BJ KK KA

- Kayu bitti atau gofasa (Vitex cotassus)

- Kayu jati (Tectona grandis j.f)

0,57 gr/cm³ 0,59 gr/cm³ II II-III I-(II) II-III

Menurut Biro Klasifikasi Indonesia (1989), persyaratan kayu untuk gading-gading adalah yang memiliki Berat Jenis (BJ) minimum 0,70 gr/cm³, Kelas Kuat (KK) minimum III, dan Kelas Awet (KA) minimum III. Apabila dilihat dari berat jenis, maka kayu jati (Tectona grandis j.f) dan kayu bitti atau gosafa (Vitex cotassus) belum memenuhi standar minimum yang ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Hal ini karena jenis kayu yang digunakan adalah kayu yang masih muda. Namun apabila dilihat dari Kelas Kuat (KK) dan Kelas Awet (KA), kedua kayu ini merupakan jenis yang telah sesuai dengan syarat jenis kayu yang digunakan sebagai konstruksi gading-gading. Sampai saat


(56)

ini, kayu jati dan kayu bitti menjadi semacam keharusan bagi pembuat kapal di Bulukumba untuk membuat kapal khususnya gading-gading.

5.2 Pembuatan Gading-gading

Gading-gading pada kapal yang diteliti berjumlah 29 buah. Tipe gading-gading yang dibuat terdiri dari gading-gading-gading-gading tipe U bottom, round bottom, dan

V bottom. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa bentuk

kayu yang digunakan untuk membuat ketiga bentuk gading-gading tersebut terdiri atas dua jenis, yaitu kayu berbentuk V disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Jenis kayu berbentuk V pada pembuatan gading-gading.

l

t

p


(57)

Jenis kayu lengkung pada pembuatan gading-gading disajikan pada Gambar 10. Kelengkungan kayu jati terjadi secara alami sehingga masyarakat di Bulukumba tidak perlu memberikan perlakuan khusus. Pada umumnya kayu jati tidak lengkung, kelengkungan tersebut terjadi karena kayu yang digunakan adalah kayu jati yang berasal dari pohon yang masih muda. Berdasarkan literatur yang diperoleh, apabila kayu berasal dari pohon yang ditebang saat berusia muda, akan mengalami pelengkungan setelah kering. Kelengkungan kayu tidak hanya terjadi pada kayu jati, melainkan juga untuk semua jenis kayu yang masih muda. Bentuk kayu yang lengkung akan memudahkan pembuat kapal membuat kelengkungan gading-gading sesuai dengan ukuran yang diharapkan.

Gambar 10 Jenis kayu berbentuk lengkung pada pembuatan gading-gading

Proses pembuatan gading-gading diawali dengan pembuatan pola kelengkungan pada kayu. Kayu yang sudah didapatkan kelengkungannya dipotong menggunakan kapak. Setelah gading-gading dikapak dan dipahat, gading tidak langsung di pasang di kulit kapal. Terlebih dahulu, gading-gading tersebut diketam agar permukaan kayu menjadi halus dan memperoleh kelengkungan sesuai dengan yang diharapkan. Gading-gading yang siap dipasang dapat langsung dipasang menggunakan pasak kayu.

Ilustrasi pembuatan gading-gading di UD. Semangat Untung disajikan pada hasil dokumentasi di lapangan (Gambar 11) dan diagram alir (Gambar 12).

p

t


(58)

(59)

(1) (2) (3)

(6) (5) (4) Gambar 11 Pembuatan gading-gading.


(60)

Gambar 12 Proses pembuatan gading-gading kapal.

5.2.1 Pengelompokan kayu

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa gading-gading tipe U

bottom, round bottom, dan V bottom dibuat dari kayu yang berbentuk V dan

lengkung. Proses pembuatan gading-gading diawali dengan pengelompokan kayu sesuai dengan peruntukannya. Jenis-jenis kayu tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Pengelompokan kayu yang digunakan pada gading-gading Jenis Bentuk Panjang

(p)

Lebar (l)

Tebal (t)

Volume ( p x l x t)

A V 75 cm 16 cm 14 cm 16800 cm³ 0,0366 m³

B B1

Lengkung

1,5 m 18 cm 16 cm 43200 cm³ 0,0432 m³

B2 1 m 18 cm 16 cm 28800 cm³ 0,0288 m³

Mulai

Balok kayu

Pembuatan pola kelengkungan gading-gading pada kayu

Proses pengetaman untuk menghaluskan dan mendapatkan kelengkungan gading-gading yang diharapkan

Gading-gading yang sudah jadi siap dipasang Kayu dipotong menggunakan kapak mengikuti pola

kelengkungan

Pemasangan gading-gading di atas kapal (dengan menggunakan pasak kayu)


(61)

Kayu yang digunakan dalam pembuatan gading-gading di Desa Tanah Beru, dikelompokkan ke dalam dua jenis. Kayu A adalah berbentuk V dan kayu B adalah kayu berbentuk lengkung. Pengelompokkan jenis kayu ini didasarkan pada ukuran panjang (p), lebar (l), dan tebal (t) kayu. Volume masing-masing jenis kayu diperoleh dari ukuran panjang, lebar, dan tebal. Kayu jenis A, memiliki ukuran panjang 75 cm, lebar 16 cm, dan tebal 14 cm sehingga didapatkannya volume sebesar 0,0366 m³. Kayu jenis ini, merupakan kayu yang berbentuk huruf V yang biasanya digunakan dalam pembuatan gading-gading di bagian haluan kapal (Gambar 9). Sedangkan pada kayu jenis B, terbagi menjadi dua jenis yaitu kayu jenis B1 dan B2 yang merupakan kayu jenis lengkung dan biasa digunakan pada gading-gading bagian tengah hingga buritan kapal (Gambar 10). Kayu jenis B1 memiliki volume sebesar 0,0432 m³ dan kayu jenis B2 memiliki volume sebesar 0,0288 m³.

5.2.2 Pemotongan kayu

Kelengkungan kayu yang dibutuhkan untuk bagian gading-gading diukur menggunakan mal besi. Setelah kelengkungan gading-gading diketahui, mal besi diletakkan di atas balok kayu yang kemudian dicetak menggunakan tali panjang yang sudah terdapat bubuk hitam (berasal dari bubuk baterai) dikenal dengan nama “bacci”. Cara ini memudahkan para pekerja mendapatkan cetakan kelengkungan gading-gading. Hasil cetakan mal besi dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Hasil cetakan mal besi.

Tanda kelengkungan gading-gading


(62)

Terdapat dua cara pemotongan balok kayu pada pembuatan gading-gading yaitu dengan cara dikapak dan digergaji. Bagian kayu jati yang tidak sesuai dengan ukuran kelengkungan, dipotong dengan menggunakan kapak (Gambar 14).

Gambar 14 Pemotongan balok kayu dengan cara dikapak.

Setelah bentuk lengkung diperoleh, bagian kayu yang berlebih dipotong dengan menggunakan gergaji (Gambar 15). Pemotongan satu buah kayu biasanya memerlukan waktu 10-20 menit. Proses ini dilakukan untuk kayu yang berbentuk lengkung. Berbeda dengan kayu yang berbentuk V, kelengkungan kayu ini tidak disesuaikan dengan kelengkungan kapal. Apabila terjadi ketidaksesuaian, cukup dilakukan koreksi dengan menyisipkan atau menambahkan beberapa potongan kayu. Hal ini merupakan kebiasaan pembuat kapal di Bulukumba yang bertujuan memudahkan dalam mengkonstruksi kapal buatannya. Cara ini dinilai cukup efektif untuk memanfaatkan kayu berbentuk V.


(63)

Gambar 15 Pemotongan kayu berlebih dengan cara digergaji.

Ilustrasi pembuatan gading-gading dari kayu berbentuk V disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Pembuatan gading-gading berasal dari kayu A (bentuk V).

Sisa potongan kayu untuk gading-gading terdiri dari dua bentuk, yaitu berupa balok (Gambar 17a) dan serpihan hasil pahatan (Gambar 17b). Sisa kayu yang digunakan pada pembuatan gading-gading terbagi menjadi dua bagian yaitu kayu terpakai tidak untuk gading-gading dan kayu terbuang berupa serpihan dan sisa hasil pahatan. Kayu yang masih dapat digunakan namun tidak untuk


(64)

gading-gading biasanya adalah sisa kayu berbentuk balok berukuran minimal 10 cm dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal yang memungkinkan didapatkan volumenya. Kayu berupa serpihan sisa hasil pahatan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kayu bakar. Kumpulan sisa material yang digunakan pada pembuatan gading-gading dapat dilihat pada Gambar 17.

(a) (b) Gambar 17 Sisa kayu pada pembuatan gading-gading.

(a. Balok; b.Serpihan sisa pahatan)

Volume kayu yang digunakan untuk pembuatan gading-gading terbagi menjadi dua yaitu kayu terpakai untuk gading-gading dan kayu tidak terpakai untuk gading. Secara umum, pemanfaatan kayu untuk pembuatan gading-gading dapat dilihat pada Gambar 18.


(65)

5.2.3 Pemasangan gading-gading

Posisi gading-gading yang terpasang pada kapal yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 19. Pemasangan gading-gading dimulai dari bagian tengah

(midship) kapal, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bagian haluan dan


(66)

Gambar 19 Posisi gading-gading pada kapal. Sumber: Rahman (2009)


(1)

Lampiran 6 Tingkat pemanfaatan material pada gading-gading tipe round bottom Posisi gading-gading ke- Tipe gading-gading

Balok kayu Berat

terbuang (kg)

Vterbuang (m3)

Vterpakai (m3)

Persentase Vawal

(m3)

Jenis ������������������

���������� (%)

������������������ ����������

(%)

11 Round 0,072 2 Bı+B2 6,5 0,0110 0,0610 84,6987 15,3013

12 Round 0,072 2 Bı+B2 6,4 0,0108 0,0612 84,9341 15,0659

13 Round 0,072 2 Bı+B2 4,5 0,0076 0,0644 89,4068 10,5932

14 Round 0,072 2 Bı+B2 5,2 0,0088 0,0632 87,7589 12,2411

15 Round 0,072 2 Bı+B2 5,6 0,0095 0,0625 86,8173 13,1827

16 Round 0,0864 2 2Bı 7,8 0,0132 0,0732 84,6987 15,3013

17 Round 0,0864 2 2Bı 6,5 0,0110 0,0754 87,2489 12,7511

18 Round 0,0864 2 2Bı 5,3 0,0090 0,0774 89,6030 10,3970

19 Round 0,072 2 Bı+B2 5,8 0,0098 0,0622 86,3465 13,6535

20 Round 0,072 2 Bı+B2 6,4 0,0108 0,0612 84,9341 15,0659

21 Round 0,0576 2 2B2 4,6 0,0078 0,0498 86,4642 13,5358

22 Round 0,0576 2 2B2 6,5 0,0110 0,0466 80,8734 19,1266


(2)

Contoh Perhitungan

Gading-gading posisi 13 (Tipe round bottom) :

% Kayu terpakai = (kayu terpakai / kayu awal ) x 100 %

= (0,0644/0,072) x 100 %

= 89,4068 %

% Kayu terbuang = (kayu terbuang / kayu awal ) x 100 % = (0,0076/0,072) x 100 %


(3)

Lampiran 7 Tingkat pemanfaatan material pada gading-gading tipe V bottom Posisi gading-gading ke- Tipe gading-gading

Balok kayu Berat

terbuang (kg)

Vterbuang (m3)

Vterpakai (m3)

Persentase Vawal

(m3)

Jenis ������������������

���������� (%)

������������������ ����������

(%)

23 V 0,0432 1 Bı 1,2 0,0020 0,0412 95,2919 4,7081

24 V 0,0432 1 Bı 2,2 0,0037 0,0395 91,3685 8,6315

25 V 0,0366 1 A 1,8 0,0032 0,0334 91,3719 8,6281

26 V 0,0432 1 Bı 5,2 0,0088 0,0344 79,5982 20,4018

27 V 0,0366 1 A 2,7 0,0047 0,0319 87,0578 12,9422

28 V 0,0432 1 Bı 5,3 0,0090 0,0342 79,2059 20,7941

29 V 0,0366 1 A 12,8 0,0225 0,0141 38,6444 61,3556


(4)

Contoh Perhitungan

Gading-gading posisi 27 (Tipe V bottom) :

% Kayu terpakai = (kayu terpakai / kayu awal ) x 100 %

= (0,0334/0,0366) x 100 %

= 91, 3719 %

% Kayu terbuang = (kayu terbuang / kayu awal ) x 100 % = (0,0032/0,0366) x 100 %


(5)

Lampiran 8 Persentase tingkat pemanfaatan material kayu

Volume yang diperuntukkan gading-gading (a) = 1,7370 m³

Volume terpakai (b) = 1,4856 m³

Volume tidak terpakai (c) = 0,2514 m³

Berdasarkan nilai a, b, dan c maka dapat diketahui persentase tingkat pemafaatan material kayu sebagai berikut: Pemanfaatan Nilai (%)

P1 85,53 %

P2 14,47 %

P3 16,91 %

100 %

Keterangan : a = Volume kayu yang diperuntukkan gading-gading b = Volume kayu terpakai pada pembuatan gading-gading c = Volume kayu tidak terpakai pada pembuatan gading-gading


(6)

Contoh Perhitungan

Diket : Vyang diperuntukkan gading-gading (a) = 1,7370 m³

Vterpakai (b) = 1,4856 m³

Vtidak terpakai (c) = 0,2514 m³

Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan kayu yang digunakan, maka digunakan perhitungan: Vterpakai / Vyang diperuntukkan gading-gading (b/a) = (1,4856/1,7370) m³

= 85,53 %

Vtidak terpakai / Vyang diperuntukkan gading-gading (c/a) = (0,2514 /1,7370) m³ = 14,47 %

Vtidak terpakai / Vterpakai (c/b) = (0,2514 /1,4856) m³ = 16,91 %