4.2. Pengaruh Penggunaan Lahan terhadap Q dan F
Penggunaan lahan memberikan pengaruh yang nyata terhadap fungsi
hidrologi DAS yaitu dalam kajian ini berupa limpasan dan imbuhan DAS. Dari
penghitungan dengan metode SCS diperoleh besar limpasan dan imbuhan DAS Cicatih
tahun 2000 berturut-turut sebesar 398 mm dan 560 mm. Penggunaan lahan dengan
campur tangan manusia disturbed seperti lahan sawah dan lahan ladang memberikan
kontribusi limpasan permukaan yang lebih besar dari pada lahan alami. Lahan sawah
memberikan kontribusi terhadap limpasan DAS terbesar yaitu sebesar 30 dari total
limpasan DAS sekitar 119 mm. Dengan luasan yang hampir sama lihat Tabel 4, sesi
Penyiapan peta spasial bahkan lebih besar
dari lahan ladang; lahan kebun campuran; dan lahan ilalang, lahan hutan memberikan
kontribusi yang kecil terhadap limpasan total DAS yaitu sebesar 6 sekitar 24mm.
Sedangkan lahan ladang menyumbang sekitar ΒΌ dari limpasan total DAS 100
mm, diikuti lahan kebun campuran dan lahan ilalang masing-masing sebesar 18
73 mm dan 13 51 mm. Gambar 13 memberikan gambaran persentase kontribusi
tiap penggunaan lahan terhadap limpasan total. Untuk kategori lain, perkebunan
memberikan kontribusi sekitar 3.12 dan pemukiman sekitar 2.84, serta kontribusi
yang sangat kecil dari lahan tanah kosong, kawasan tambang, zona industri, hutan
sekunder dan tubuh air.
Untuk imbuhan DAS, urutan penyumbang imbuhan tiap tipe penggunaan
lahan sama dengan urutan penyumbang limpasan yaitu lahan sawah menyumbang
29 163 mm, lahan ladang dan lahan kebun campuran berkontribusi sekitar 40
dari imbuhan total 221 mm, lahan ilalang berkontribusi sebesar 15, diikuti lahan
hutan primer yang memberikan kontribusi kurang dari 10 Gambar 13.
Lahan sawah selalu menempati urutan pertama baik dalam memberikan
kontribusi limpasan maupun imbuhan DAS. Keadaan ini lebih disebabkan oleh
persentase luasannya yang melebihi seperempat luas DAS Cicatih Tabel 4.
Lagipula lahan sawah pada waktu-waktu tertentu berada dalam kondisi tergenang,
sehingga cenderung melimpaskan air yang jatuh diatasnya.
4.3. Distribusi Spasial dan Temporal Q dan F
Distribusi spasial limpasan Q dan imbuhan F DAS Cicatih disajikan pada
Gambar 14. Limpasan tertinggi sebesar 2611 mm terjadi pada tubuh air dan terendah
sebesar 137 mm pada hutan primer. Tubuh air memang cenderung untuk mengalirkan
air hujan yang jatuh di atasnya. Sedangkan pada hutan primer, serasah serta materi
organik yang terdapat di dalamnya memberikan pengaruh besar dalam
menghambat limpasan.
Imbuhan tertinggi DAS Cicatih yaitu sebesar 807 mm pada zona industri dan
terendah adalah pada tubuh air yang nilainya mendekati nol. Zona industri pada
penggunaan lahan tahun 2001 di DAS Cicatih adalah interpretasi dari daerah-
daerah yang didominasi oleh perusahaan air kemasan. Tingginya imbuhan pada kawasan
ini disebabkan oleh banyaknya airbumi yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi.
Sehingga untuk menyeimbangkan kembali jumlah airbumi yang tersedia, maka
dibutuhkan imbuhan yang lebih banyak.. Luasan dari penggunaan lahan tubuh air
sangat kecil, hanya 0,08 dari luas total DAS. Tubuh air juga berperilaku seperti
penggunaan lahan sawah dikarenakan kondisinya yang sering digenangi. Maka
pada tampilan neraca air metode SCS untuk tiap penggunaan lahan, tubuh air digabung
pada penggunaan lahan sawah.
Untuk peta distribusi spasial bulanan Q dan F berturutan di Lampiran 5
dan Lampiran 6. Secara temporal Gambar 15,
limpasan tertinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Mei.
Imbuhan tertinggi terjadi bulan November dan terendah adalah pada bulan Juli.
Keadaan ini bisa dikatakan wajar, karena curah hujan paling tinggi juga terjadi pada
bulan November yaitu sekitar 389 mm. Pada saat tanah telah sampai pada titik jenuh,
maka curah hujan yang terjadi akan menjadi limpasan. Intensitas hujan yang tinggi yang
melebihi laju infiltrasi juga mengakibatkan sebagian besar curah hujan berubah menjadi
limpasan. Sedangkan pada bulan Mei, curah hujan memang cukup rendah, akan tetapi
curah hujan terendah adalah pada bulan Juli yang berdampak pada menurunnya jumlah
imbuhan.
29
Gambar 13. Persentase sumbangan tiap penggunaan lahan terhadap Q dan F DAS Cicatih-Cimandiri tahun 2000
Gambar 14. Peta spasial Q mm dan Fmm DAS Cicatih tahun 2000
Gambar 15. Histogram distribusi temporal CH, Qscs, dan F tahun 2000.
30
4.4. Komponen Hidrograf