Hidrograf Aliran Sungai TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Gambar 1. Siklus hidrologi Sumber : www.usgcrp.gov

2.2. Hidrograf Aliran Sungai

Hidrograf adalah suatu diagram yang menggambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka air menurut waktu Sosrodarsono dan Takeda, 2003. Hidrograf menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan. Bentuk hidrograf pada umumnya sangat dipengaruhi oleh sifat hujan yang terjadi, akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh sifat DAS yang lain. Hidrograf sungai merupakan rekaman timeseries kondisi sungai aliran sungai atau water level pada suatu tempat pengukuran. Secara umum komponen hidrograf terdiri dari dua bagian, yaitu: i quickflow , merupakan bentuk respon langsung dari suatu kejadian hujan yang meliputi aliran permukaan overland flow, aliran bawah permukaan interflow dan air hujan yang langsung masuk ke sungai direct precipitation dan ii baseflow, yaitu debit sungai yang berasal dari sumber alami. Dengan memahami pembagian tersebut, hidrograf sungai dapat juga untuk menyatakan respon hidrologi DAS dari suatu kejadian hujan. Jika dari suatu kejadian hujan memberikan respon yang cepat berupa banjir maka DAS dapat dikategorikan bermasalah yaitu dapat berupa menurunnya fungsi penyangga dari suatu DAS Farida dan Noordwijk, 2004. Dengan adanya dua komponen hidrograf tersebut, hidrologis memberikan perhatian yang besar terhadap teknik separasi komponen tersebut tergantung pada konteks tujuannya. Tujuan pemisahan hidrograf antara lain untuk kalibrasi model, studi low flow mis: Smakhtin, 2001, studi instream flow , dan untuk menghitung kapasitas penyangga DAS mis: Farida dan Noordwijk, 2004. Wittenberg dan Sivapalan 1999 menggunakan teknik separasi baseflow untuk menghitung neraca air groundwater yang meliputi kehilangan evapotranspirasi, discharge air bumi, imbuhan air bumi dan cadangan air bumi. Xu et al. 2002 menggunakan teknik pemisahan hidrograf untuk mengkaji interaksi antara hidrogeomorfologi dengan groundwater discharge di Afrika Selatan. Bentuk hidrograf dipengaruhi oleh banyak faktor. Suyono 1986 mengelompokkan faktor-faktor itu menjadi faktor-faktor tetap berupa faktor morfometri DAS luas, bentuk, kelerengan DAS, pola jaringan sungai, kerapatan drainase, dan landaian sungai utama, dan faktor tidak tetap curah hujan, laju infiltrasi, evapotranspirasi, dan tata guna lahan. Hidrograf debit adalah kurva yang menunjukkan variasi debit sesaat sebagai fungsi waktu, diukur pada outlet DAS. 14 Gambar 2. Komponen hidrograf satuan Ward and Trimble, 2004 Keterangan : A-B = waktu D = lama curah hujan tp = waktu puncak waktu mulai terjadi aliran permukaan run off sampai terjadi puncak aliran tb = waktu dasar panjang hidrograf satuan atau total waktu terjadi aliran tl = waktu keterlambatan waktu dari setengah massa curah hujan sampai puncak langsung tr = waktu respon waktu mulai hujan maksimum sampai puncak aliran Bentuk hidrograf yang berasal dari hujan tunggal berdurasi pendek yang jatuh di atas DAS mengikuti suatu bentuk umum. Pada Gambar 2 mengilustrasikan suatu komponen-komponen yang dapat diketahui dari kurva hidrograf. 2.3. Limpasan DAS Q Limpasan merupakan jumlah air yang mengalir di permukaan tanah surface flow maupun di bawah permukaan tanah subsurface flow yang menuju ke daerah yang berelevasi lebih rendah sungai, danau, laut atau memiliki potensial air lebih rendah Asdak, 1995. Limpasan berlangsung ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air akan mengisi cekungan pada permukaan tanah. Ketika pengisian selesai, kemudian air mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas. Konsep limpasan permukaan ini dikenal sebagai Hortonian overland flow . Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan DAS dapat dikelompokkan menjadi faktor-faktor yang berhubungan dengan curah hujan dan yang berhubungan dengan karakteristik morfologi DAS. Pengaruh dari curah hujan seperti lama waktu hujan, intensitas dan penyebaran hujan. Sedangkan pengaruh morfologi DAS terhadap limpasan permukaan antara lain; bentuk dan ukuran DAS, topografi, geologi, dan keadaan tataguna lahan. Limpasan permukaan juga dipengaruhi oleh faktor urbanisasi Weng 2001, kekasapan permukaan Helming et al., 1998; Govers et al. 2000, reforestasi Lukey et al, 2000, curah hujan Putty dan Prasad 2000 dan persentase penutupan tajuk Croke et al, 1999. Kecepatan limpasan permukaan dikontrol oleh resistansi hidrolik permukaan tanah Govers et al. 2000. 2.4. Imbuhan DAS F Infiltrasi adalah proses perjalanan air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler gerakan air ke arah lateral dan gaya gravitasi gerakan air ke arah vertikal Asdak, 1995. Imbuhan DAS merupakan bagian dari infiltrasi tersebut. Imbuhan diartikan sebagai suatu proses penambahan air pada suatu sistem Hadiwidjoyo et al., 1987. Sedangkan Daerah Aliran Sungai DAS adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama Asdak, 1995. Jadi imbuhan DAS dapat didefinisikan sebagai suatu 15 proses perjalanan air masuk ke dalam tanah yang mengakibatkan penambahan air pada sistem daerah aliran sungai. Pada suatu saat tertentu, nilai imbuhan adalah sama dengan nilai infiltrasi. Setelah keadaan menjadi jenuh, sebagian dari air infiltrasi akan mengalir ke lapisan yang lebih dalam lagi sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal sebagai proses perkolasi. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan kedalaman serasah, serta vegetasi penutup tanah. Ada tiga proses yang terlibat dalam infiltrasi, antara lain : 1. Proses masuknya air hujan melalui pori- pori permukaan tanah. 2. Tertampungnya air tersebut di dalam tanah. 3. Proses mengalirnya air tersebut ke lapisan yang lebih bawah, ke samping, atau kembali ke lapisan yang lebih atas. Infiltrasi dipengaruhi oleh kekasapan permukaan Govers et al., 2000. Kekasapan permukaan menentukan simpanan air pada permukaan tanah dan secara tidak langsung juga menentukan kapasitas infiltrasinya. Kekasapan permukaan tidak hanya berdampak pada jumlah limpasan sepanjang penurunan simpanan, tetapi juga berdampak pada volume dan laju infiltrasi. Beberapa eksperimen telah menunjukkan dampak dari kekasapan permukaan pada laju infiltrasi. 2.5. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan dicirikan sebagai suatu rencana, aktifitas, dan peran yang dijalankan manusia pada beberapa tipe tutupan lahan untuk menghasilkan, mengubah, atau memeliharanya Land cover classification system , 2000. Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai setiap bentuk intervensi campur tangan manusia baik secara permanen atau siklik untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik material atau spiritual atau keduanya, dari sumber natural maupun artifaksial hasil kecerdasan manusia Vink, 1975. Jadi secara lebih sederhana penggunaan lahan didefinisikan sebagai peran, tujuan, ataupun campur tangan manusia terhadap suatu lahan baik untuk dikelola maupun dipelihara. Konsep dari penggunaan lahan biasanya dianggap sebagai suatu subjek yang relatif stabil, dihubungkan dengan penggunaan suatu lahan pada suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Penggunaan lahan merupakan hasil dari perlakuan secara kontinu pada suatu daerah yang diciptakan antara ketersediaan sumberdaya dan kebutuhan manusia dan diperbuat atas dasar usaha manusia. Beberapa sumberdaya seperti iklim dan relief tidak secara langsung responsif pada intervensi manusia, oleh karena itu cenderung stabil. Sumberdaya lain seperti vegetasi, air, dan tanah adalah sangat respon terhadap intervensi manusia dan membuat suatu perkembangan, kadang-kadang perkembangan yang berlebihan menuju arah degradasi. 2.6. Aplikasi Metode SCS SCS Soil Conservation Service, sekarang disebut sebagai Natural Resources Conservation Service – NRCS metode runoff Curve Number CN adalah salah satu dari metode paling populer untuk menghitung limpasan permukaan USDA, 1986; Burges et al., 1998 di dalam Hong et al, 2007. Model SCS-CN memperkirakan kelebihan presipitasi sebagai fungsi dari presipitasi kumulatif, tipe tanah, tutupan lahan, dan kelembaban tanah. Tiga parameter terakhir kemudian dirata-ratakan menjadi sebuah parameter, yang disebut Curve Number CN. Pada metode SCS-CN digunakan persamaan untuk mendefinisikan bagian dari curah hujan yang menjadi limpasan dan infiltrasi Pers.1 dan 5. Walaupun metode ini telah digunakan secara luas, SCS-CN dikritik sebagai suatu metode simpel untuk mensimulasi sistem hidrologi yang rumit Ponce and Hawkins, 1996 di dalam Hong et al., 2007. Bagaimanapun, metode SCS-CN telah digunakan secara luas di Amerika Serikat dan banyak negara lainnya dengan merasakan keuntungan dari metode ini, seperti simpel, dapat diprediksi, dan stabil. Karena tanggapannya pada faktor-faktor pembangkit limpasan utama seperti tipe tanah, penggunaan lahan dan kondisi permukaan, metode ini telah diterapkan dengan sukses untuk situasi mulai dari perhitungan limpasan yang sederhana, perkiraan perubahan penggunaan lahan, sampai simulasi kualitas air atau sistem hidrologi yang kompleks Melesse et al., 2003; Mishra et al., 2005; Michel et al., 2005; Binh et al., 2006. 16 Baru-baru ini, teknik remote sensing telah ditingkatkan penggunaannya untuk menambah metode konvensional seperti SCS-CN untuk sejumlah besar daerah yang sulit diakses atau daerah yang kompleks. Pemanfaatan image dari remote sensing telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi bentuk permukaan lahan seperti topografi, jaringan sungai, tutupan lahan, vegetasi, dan lain-lain. Banyak peneliti telah menggunakan data remote sensing untuk mengestimasi CN Weng, 2001; Melesse, 20032004. 2.7. Aplikasi GIS dalam Pemodelan Hidrologi Perkembangan teknologi GIS terakhir sangat membantu dalam pemodelan hidrologi DAS. Yaitu dengan kemampuannya dalam menangkap capture, menampilkan, menyimpan, mengolah, dan menganalisa data dari data titik ke data spasial. Teknik GIS memungkinkan untuk pemodelan hidrologi yang lebih akurat yaitu dengan kemampuannya mengakomodasi parameter- parameter hidrologi yang beragam Melesse et al., 2003. Dengan penggabungan dan overlay tumpang tindih informasi tanah dan vegetasi, unit respon hidrologi dari suatu DAS menjadi lebih mudah ditentukan Blaszczynki, 2003. Integrasi teknis GIS dalam pemodelan juga bermanfaat untuk simulasi data spasial dan time series secara simultan. Aplikasi teknik GIS dalam pemodelan hidrologi sangat beragam tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, dan prosesnya dapat dijelaskan dalam beberapa kategori tahapan. Weng 2001 menggunakan teknik GIS dalam dua tahapan besar untuk menghitung limpasan permukaan yaitu untuk menghitung parameter hidrologi dan untuk pemodelannya. Sedangkan Melesse et al. 2003 merinci menjadi empat tahapan. Tahapan yang dimaksud yaitu; i penghitungan input parameter untuk pemodelan hidrologi, ii pemetaan dan penampilan variabel hidrologi, iii tampilan permukaan daerah aliran sungai, dan iv identifikasi unit respon hidrologi.

III. METODE PENELITIAN 3.1.