32
2.3 Kerangka Teoritik
Gambar 01 Kerangka Teoritik
Bagan diatas menggambarkan mengenai peran Polwiltabes dalam penanganan kenakalan remaja di Kota Semarang yang merupakan seperangkat tingkat yang
diharapkan dimiliki oleh Polwiltabes Kepoisian Wilayah Kota Besar dalam menangani perbuatan-perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak-anak atau orang
di bawah umur. Kenakalan remaja menjadi masalah serius bangsa Indonesia sebab remaja adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan peran sertanya di masa
depan. Apabila perilaku remaja buruk tentunya tanggung jawab memikul beban untuk menjadi generasi penerus cita-cita bangsa sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu
Polwiltabes Semarang sebagai salah satu lembaga pemerintah ikut serta melakukan beberapa langkah untuk mencapai hasil yang maksimal.
Langkah pertama perlu dilakukan persiapan oleh Polwiltabes Semarang dengan membentuk suatu bagian di bawah Kapolwiltabes yang dinamakan bagian
Persiapan terhadap penanganan
kenakalan remaja Pelaksanaan
penanganan kenakalan remaja
Faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan
penanganan kenakalan
remaja Hasil dari
penanganan kenakalan
remaja
33
Binamitra. Bagian Binamitra ini bertugas mengatur penyelenggaraan dan mengawasi atau mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa leh satuan-satuan fungsi yang berkompeten membina hubungan kerjasama dengan organisasi tokoh sosial kemasyarakatan dan instansi
pemerintah khususnya polsus polisi khusus, PPNS Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan
kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang- undangan, pengembangan Pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan POLRI-
masyarakat yang kondusif sebagai pelaksanaan tugas POLRI. Penanganan kenakalan remaja menjadi salah satu tugas Binamitra sebagai bagian dalam Polwiltabes
Semarang. Binamitra khusus menangani kenakalan remaja yang tidak terkait dengan tindak pidana, sedangkan untuk kenakalan remaja yang mengandung unsur pidana
menjadi tanggung jawab bagian Sat Reskim Satuan Reserse Kriminal. Perlu digaris bawahi disini, tugas Polwiltabes hanya terbatas pada tindakan penyidikan saja.
Langkah persiapan dilanjutkan dengan pelaksanaan penanganan kenakalan remaja di lapangan dengan melakukan pengamanan terhadap remaja yang terbukti
telah melanggar aturan norma, atau hukum di masyarakat. Dalam hal ini Polwiltabes dapat melakukan penangkapan serta pengamanan terhadap remaja yang melanggar
aturan untuk selanjutnya dilakukan penyidikan guna membuktikan bersalah atau tidak. Sebagai contoh, tindakan Polwiltabes menangkap dan mengamankan para
pelajar yang terlibat tawuran antar sekolah di Kota Semarang.
34
Polwiltabes dalam melaksanakan perannya menangani kenakalan remaja tentunya ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor pendukung
dapat mempermudah Polwiltabes Semarang dalam menjalan perannya, misalnya keprofesionalan aparat Polwiltabes. Dengan penanganan secara profesional kenakalan
remaja di Kota Semarang otomatis dapat ditekan jumlahnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan faktor penghambat bisa mempersulit kerja dari
Polwiltabes, sebagai contoh sulit untuk menyadarkan remaja yang terlibat masalah kenakalan remaja sebab pada masa ini remaja bertindak lebih berdasarkan emosi
daripada rasio. Tanpa berfikir lebih dahulu remaja bisa melakukan tindakan-tindakan pelanggaran hanya untuk pelampiasan emosi saja tanpa memikirkan dampak dari
perbuatan yang dilakukan. Sedangkan langkah berikutnya yakni untuk mengetahui berhasil tidaknya
pelaksanaan penanganan kenakalan remaja oleh Polwiltabes dapat dilihat dari hasil baik secara kualitatif maupun kuantutatif dalam jangka waktu tertentu mengalami
penurunan peningkatan. Terhadap hasil tersebut dapat dilakukan koreksi agar dalam waktu ke depan kekurangan–kekurangan dapat diperbaiki untuk mencapai
keberhasilan penanganan kenakalan remaja pada masa yang akan datang. Dengan demikian dapat digaris bawahi bahwa dalam pelaksanan peran
Polwiltabes menangani kenakalan remaja di Kota Semarang, meliputi tiga hal penting, antara lain:
35
1. Persiapan terhadap penanganan kenakalan remaja sebagai langkah yang paling
menentukan dalam keberhasilan menurunkan kenakalan remaja dari segi kualitas maupun kuantitas
2. Pelaksanaan penanganan kenakalan remaja yang mendapat dukungan-dukungan
serta hambatan-hambatan di lapangan 3.
Hasil dari pelaksanaan penanganan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui berhasil tidaknya penanganan kenakalan remaja dalam kurun waktu
tertentu
36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Moleong,2002:3
Dengan dasar tersebut, maka penelitian kualitatif diharapkan mampu memberikan gambaran tentang peran Polwiltabes dalam penanganan Kenakalan
Remaja dengan tepat dan bermutu, sehingga dari data tertulis maupun melalui wawancara ini, diharapkan dapat memaparkan secara lebih jelas dan berkualitas, serta
bisa mewakili Kenakalan Remaja yang terjadi. Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri pokok, sebagai berikut:
1. Latar alamiah
2. Manusia sebagai alat instrumen
3. Metode kualitatif
4. Analisis data secara induktif
5. Teori dari dasar
6. Lebih mementingkan proses daripada hasil
7. Adanya batas yang dikemukakan oleh fokus
8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data