Pustakawan sebagai Profesi KAJIAN LITERATUR

No. Perguruan Tinggi Program Tahun Berdiri 13. Universitas Bengkulu D3 199798 14. IAIN Ar Raniry Aceh D3 1995 15. IAIN Sunan Kalijaga Yoyakarta D3 1998 Zulfikar Zein, 1999 Sedangkan perguruan tinggi yang membuka jalur akademik pendidikan Ilmu Perpustakaan di Indonesia adalah: No. Perguruan Tinggi Program Tahun 1. Universitas Indonesia Jakarta S1 1952 2. Universitas Indonesia Jakarta S2 1990 3. Universitas Padjadjaran Bandung S1 1985 4. Universitas Padjadjaran Bandung S2 2003 5. Universitas Sumatera Utara Medan S1 2001 6. Universitas Yasri Jakarta S1 1999 7. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta S2 1996 8. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta S1 2002 9. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya S1 2001 10. Universitas Pendidikan Indonesia S2 1999

2.3 Pustakawan sebagai Profesi

Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha memberikan layanan kepada masyarakat sesuai misi yang dibebankan oleh lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan. Dapat diartikan bahwa seseorang tidak dapat disebut pustakawan apabila tidak memiliki pendidikan dalam bidang ilmu perpustakaan, walaupun telah bekerja bertahun-tahun di perpustakaan. Universitas Sumatera Utara Dalam Undang-Undang RI No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 8 dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan Defenisi pustakawan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132KEPM.PAN122002 dan Keputusan bersama Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 232003 dan No. 212003 adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah. Dalam buku Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia dijelaskan bahwa pustakawan dianggap sebagai profesi karena sebagian besar kriteria telah dimiliki antara lain: 1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal 2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di Indonesia sejak tahun 1973 memiliki organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia IPI, Congress of Southeast Asia Librarians CONSAL untuk tingkat regional, dan International of Library Association and Institutions IFLA untuk tingkat internasional. 3. Memiliki kode etik, pustakawan Indonesia yang menjadi acuan moral bagi anggota dalam melaksanakan profesi 4. Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengembangan ilmu serta komunikasi antar anggota profesi 5. Memiliki tunjangan profesi Hermawan, 2006: 68-69. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa pustakawan merupakan jabatan fungsional yang diberi tunjangan khusus yaitu tunjangan fungsional pustakawan. Dan menetapkan kepangkatan tersendiri bagi pustakawan. Standar kompetensi pustakawan adalah minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Standar ini berisi norma-norma, teknis kemampuan, dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Standar kompetensi pustakawan adalah suatu dokumen yang berisi komitmen dan jaminan kualitas pustakawan sebagai pelayan informasi yang terdapat berbagai jenis bahan pustaka. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang dipilih adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Bikien 1982 studi kasus merupakan pengujian secara rinci satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad 1982 membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Sementara Yin 1987 memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs dan Razavieh 1985 menjelaskan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa studi kasus meliputi: 1. Sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; 2 sasaran- sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar belakang atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Jenis studi kasus yang dipilih adalah observasi, yaitu mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan participant observation, sedangkan fokus studinya pada mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara