Defenisi Surat Paksa Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa.

terukur, dan konsisten serta berhasil guna sesuai prosedur hukum yang berlaku. Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama semakin genjarnya melakukan perbaikan- perbaikan agar Wajib PajakPenanggung Pajak membayar kewajiban pajaknya, walaupun masih banyak Wajib PajakPenanggung Pajak yang belum sadar akan membayar pajak. Kemudian kurangnya kepercayaan Wajib Pajak kepada Fiskus, ini disebabkan oleh karena adanya anggapan Wajib Pajak bahwa fiskuslah yang akhirnya menetapkan pajak yang terutan,sehingga sering merasa keberatan atas penerbitan STPSKPSKPT.

B. Defenisi Surat Paksa

Pengertian Surat Paksa menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 pasal 1 sub 12 yang berbunyi: Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, malaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Surat paksa sekurang-kurangnya memuat : 1. nama wajib pajak atau nama wajib pajak dan penanggung pajak 2. besarnya uang pajak 3. perintah untuk membayar a. Pejabat adalah pejabat yang berwenang : - mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, Universitas Sumatera Utara - menerbitkan : 1. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis; 2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus ; 3. Surat Paksa ; 4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan ; 5. Surat Perintah Penyanderaan ; 6. Surat Pencabutan Sita ; 7. Pengumuman Lelang ; 8. Surat Penentuan Harga Limit; 9. Pembatalan Lelang ;dan 10. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak b.Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyenderaan. Jurusita Pajak bertugas : - Melaksanakan Surat Perintah Penagihan dan Sekaligus; - Memberitahukan Surat Paksa; - Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;dan - Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan. c. Pengadilan Negeri adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemebritahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Universitas Sumatera Utara d. Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat selanjutnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. e. Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. f. Biaya Penagihan Pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang,Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. g. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. h. Objek Sita adalah barang Penananggung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak. i. Barang ialah tiap benda atau hak yang dapat dijadikan objek sita. j. Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. k. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. Universitas Sumatera Utara l. Gugatan adalah upaya hukum terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau kepemilikan barang sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. m. Kepala Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota. n. Pemerintah Daerah adalah pemerintaha daerah yang wilayah hukumnya meliputi empat tindakan penagihan pajak dilaksanakan. C.Ciri-ciri Surat Paksa dan Sifat Surat Paksa 1. Ciri-ciri Surat Paksa ialah sebagai berikut : - Surat Paksa berkepala DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. - Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti grosse dari putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan - Yang dapat ditagih dengan Surat Paksa, adalah semua jenis pajak pusat dan pajak daerah yang terdiri dari: a. pajak pusat b. pajak daerah, c. kenaikan, d.denda bukan denda pidana, e. bunga, Universitas Sumatera Utara f. biaya Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakan oleh Jurusita Pajak pusat dan Jurusita Pajak daerah. 2. Sifat Surat Paksa adalah sebagai berikut: 1. Berkekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan 2. Berkekuatan hukum yang pasti in kracht van Gewijsde. 3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak biaya-biaya penagihan. 4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaanpencegahan. Apabila pajak yang masih harus dibayar, tidak dilunasi dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam 2 X 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan SURAT PAKSA kepada penanggung pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setelah disita, bila penanggung pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka lewat 14 empat belas hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, SPMP Pejabat membuat pengumuman lelang 14 hari setelah pengumuman lelang WPPP tidak melunasi utang pajaknya, maka kepada KPP mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Lelang Negara supaya dilaksanakan lelang. C. Surat Paksa diterbitkan apabila : Universitas Sumatera Utara 1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. 2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus. 3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketetentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan angsuran atau penundaan pembayaran pajak Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI

Dalam penulisan ini Penulis akan menganalisa suatu masalah guna mendapatkan pengertian yang berasal dari suatu perbandingan antara hal-hal yang ditetapkan dari suatu teori dan Praktek Pelaksanaan Penagihan Pajak denagn Surat Paksa. Dimana Penulis lebih melibatkan WP yang tidak mengindahkan Surat Ketetapan Pajak SKP dan selanjutnya harus diterbitkan nya Surat Teguran. A.Analisa Wajib Pajak yang tidak mengindahkan atas diterbitkannya SKP dan dilanjutkan dengan penerbitan Surat Teguran Didalam alam kemerdekaan yang telah kita nikmati sekarang ini, tidak dapat dihindarkan bahwa pengalaman pahit di masa lalu masih terbawa. Dalam system yang lama Petugas Pajak mendatangi masyarakat untuk didaftarkan sebagai Wajib Pajak,demikian juga besarnya pajak dihitung oleh Petugas Pajak, akibatnya sering terjadi “kucing-kucingan” yaitu Orang Pajak mengejar,Wajib Pajak menghindar. Sesuai dengan sistem Self Assessment Petugas Pajak lebih memainkan peran sebagai pembantu WP, bukan Pemburu Wajib Pajak. Demikian juga sikap yang memperlihatkan bahwasanya Petugas Pajak banyak yang bias diajak kompromo atau bahkan disuap. Ini tentu berdampak negatif dimata Masyarakat umumnya dan dimata Wajib Pajak khususnya. Universitas Sumatera Utara Disamping itu juga dengan pembayaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak kepada Negara, maka wajib Pajak mengharapkan adanya pelayanan yang baik dari Negara sehingga akan memberikan kepuasan bagi Wajib Pajak dalam berhubungan dengan pemerintah serta akan adanya kemauan wajib Pajak untuk melunasi pajaknya Pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu mengerti dan memahami peraturan perpajakan, sehingga menimbulkan anggapan-anggapan atas pengenaan pajak seperti : a. Perasaan Dalam pembayaran pajak, Wajib Pajak merasakan adanya ketidak adilan. Dimana Wajib Pajak yang dibayar atas pajak yang terutang lebih dari yang seharusnya. Perasaan ini bias saja timbul karena Wajib Pajak pada dasarnya tidak membedakan untuk pajak daerah, pajak pusat, iuran, sumbangan, pungutan dan sebagainya. Sehingga seringkali Wajib Pajak menganggap semua itu menjadi bebannya, tidak rela sebagian penghasilannya dipotong untuk membayar pajak b.Rasional Wajib Pajak yang paham dan matang terhadap perpajakan pasti akan selalu mencari kemungkinan yang diperhitungkan dalam reaksinya menghindar ataupun mengurangi beban pajak, seprti : menghindari pajak ataupun menyeludupkan pajak. Sebagaimana diketahui dalam sistem perpajakan kepada Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan Universitas Sumatera Utara sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang Self Assesment . Melalui Azas Self Assesment ini tentu saja memerlukan waktu, keuletan, kerja keras dan menuntut pengabdian serta disiplin yang tinggi. Hal demikianlah yang membuat Wajib Pajak terbengkalai akan kewajibannya dalam pembayaran pajak. Sehingga kemauan Wajib Pajak dalam membayar pajak menjadi berkurang ataupun Wajib Pajak bersikap Pasif. Sikap ini otomatis akan mempengaruhi penerimaan negara semakin berkurang. Untuk mengantisipasi masalah ini, maka Fiskus akan bertindak melakukan penagihan aktfi, sehingga Direktorat Jendral Pajak dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah terutang nya pajak, dapat mengeluarkan menerbitkan sebagai berikut : 1. Surat Tagihan Pajak STP Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila : - Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar - Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi yang berupa administrasi danatau bunga Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis atau salah hitung - PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak. 2. Surat Ketetapan Pajak SKP Universitas Sumatera Utara Surat ketetapan Pajak diterbitkan karena : - Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhitung kurang bayar atau tidak bayar - Apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT dalam jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak, kendatipun telah ditegur secara tertulis oleh Fiskus - Apabila hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikenakan tarif 0 atau tidak seharusnya diberikan pengembalian pajak. 3. Surat Ketetapan Pajak Tambahan SKPT Surat Ketetapan Pajak Tambahan antara lain karena : - Apabila ditemukan data baru atau data semula yang belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang . Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan Petugas terhadap tindakan STP,SKP,SKPT yang sudah lewat 17 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, masih ada wajib pajak yang tidak membayar utang pajaknya, sehingga masih harus diterbitkan Surat Teguran. Setelah 21 hari Wajib Pajak belum melunasi utang pajaknya, maka fiskus petugasakan menerbitkan Surat Paksa kepada Wajib Pajak.

B. Analisa Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa