BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Ekstrak kental Lerak
Daging buah lerak yang telah dikeringkan dan dihaluskan 520 gram diekstraksi, diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehitaman Gambar 37,
disimpan dalam wadah kaca tertutup dan diletakkan di tempat yang sejuk atau lemari pendingin sebelum digunakan untuk uji sitotoksisitas.
Gambar 37. Ekstrak kental lerak
5.1.2 Pengujian Sitotoksisitas Ekstrak Lerak
Pengujian sitotoksisitas dilakukan dengan waktu pengamatan yaitu setelah kontak 24 jam. Untuk mengetahui sitotoksisitas larutan maka dilakukan penghitungan
absorbansi Optical density dari jumlah sel hidup yang terwarnai dengan formazan menjadi biru pada masing-masing sampel dengan menggunakan ELISA reader.
Universitas Sumatera Utara
Absorbansi ini digunakan untuk menghitung persentase sel hidup sebagai respon. Hasil uji ANOVA secara umum menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna
terhadap pertumbuhan sel fibroblas BHK-21 p0,05. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan sel fibroblas BHK-21
p0,05. Tetapi tidak pada konsentrasi ekstrak lerak 1,25, 0,62 dan 0,31. Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan nilai LC
50
ekstrak lerak yaitu pada konsentrasi antara 1,25 dengan rerata persen kehidupan sel 52,15 + 0,0530334.
Artinya ekstrak lerak memiliki batas konsentrasi yang biokompatibel dan relatif aman digunakan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan microscope inverted, diperoleh gambaran mikroskopis koloni sel fibroblas sebagai kontrol sel Gambar
38. Sementara gambaran mikroskopis sel fibroblas setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada Gambar 39.
Gambar 38. Koloni sel fibroblas sebagai kontrol sel pembesaran 40x
dengan microscope inverted
Universitas Sumatera Utara
Gambar 38 menunkukkan koloni sel fibroblas yang hidup yang akan digunakan untuk pengujian sitotoksisitas ekstrak lerak sebagai bahan uji. Sel
fibroblas yang terlihat berbentuk seperti kumparan dengan nuklei ovoid dan prosesus sitoplasmik yang panjang. Sejajar dengan serabut kolagen, dengan prosesus yang
terbungkus serabut.
Gambar 39. a. Kristal formazan, b. Sel fibroblas yang hidup, c. Sel fibroblas yang mati Pembesaran 100x dengan microscope inverted
Gambar 39 menunjukkan sel fibroblas yang telah diberikan ekstrak lerak secara umum dan diamati selama kontak waktu 24 jam. Terlihat perubahan struktur
anatomis dari sel fibroblas. Dimana sel fibroblas yang hidup tetap memiliki gambaran struktur anatomis yang lengkap b. Sedangkan sel fibroblas yang mati c
tidak memiliki gambaran struktur yang lengkap. Terlihat pada gambar yaitu tidak memiliki nuklei ovoid dan prosesus yang tidak terbungkus serabut. Sedangkan
a b
c
Universitas Sumatera Utara
gambar a merupakan gambaran dari kristal formazan berwarna biru yaitu respon dari sel yang akan digunakan untuk menghitung persentase sel hidup.
Berikut adalah grafik rata-rata persentase kehidupan sel fibroblas BHK-21 terhadap ekstrak lerak pada pengamatan 24 jam.
Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan
Gambar 40. Grafik rerata persentase kehidupan sel fibroblas BHK-21 setelah kontak 24 jam.
Keterangan :
= rerata kehidupan sel pada kelompok perlakuan ekstrak lerak pada
masing-masing konsentrasi
= kehidupan sel pada kontrol sel
Hasil uji sitotoksisitas setelah kontak 24 jam perlakuan pada Gambar 40 memperlihatkan rata-rata persentase kehidupan sel fibroblas BHK-21 untuk masing-
masing kelompok ekstrak lerak dengan konsentrasi 40 88,12 + 0,0306477, 2067,16 + 0,1792200, 10 60,19 + 0,0265674, 5 67,51 + 0,0160682,
2,5 59,83 + 0,0466951, 1,25 52,15 + 0,0530334, 0,62 51,08 + R
er a
ta K
ehi d
upa n
Se l
Universitas Sumatera Utara
0,0518714 dan 0,31 56,10 + 0,0817768. Nilai perhitungan persentase kehidupan sel dapat dilihat pada Lampiran 4 .
5.2 Analisis Hasil Penelitian