Analisis Wacana Heroisme White Anglo Saxon Protestant dalam Film Captain America: Civil War

(1)

Analisis Wacana Heroisme White Anglo Saxon Protestant dalam Film Captain America: Civil War

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SKRIPSI

Disusun Oleh : Umi Habibah

20120530100

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

Analisis Wacana Heroisme White Anglo Saxon Protestant dalam Film Captain America: Civil War

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SKRIPSI

Disusun Oleh : Umi Habibah

20120530100

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada : Hari : Kamis

Tanggal : 10 November 2016

Tempat : Ruang Multimedia Jurusan Ilmu Komunikasi Nilai :

SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua

Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si.

Penguji I Penguji II

Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom, MA. Ayu Amalia, S.Sos., M.Si.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada tanggal

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi


(4)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Umi Habibah NIM : 20120530100 Konsentrasi : Public Relations Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

Analisis Wacana Heroisme White Anglo Saxon Protestant dalam Film Captain America: Civil War.

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip ataupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari hasil karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat atau menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Yogyakarta, 10 November 2016


(5)

Moto

Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa

berkembang dengan cara merawatnya (

Douglas Jerrold).

Keberhasilan adalah kemampuan untuk

melewati dan mengatasi dari satu kegagalan

ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan

semangat (Winston Chuchill).


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Allhamdulilah atas segala puji bagi Allah AWT, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan serta petunjuk kepada-Nya.

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Kedua orang tua saya, tiada henti engkau memberikan doa dalam sholat dan memberikan dukungan serta kesabaran untuk anakmu ini... Terimakasih....

Mba nung, a.k.a Nur Hasanah dan abang ipar, Muchlisin dan adik terkecil Fathen Al-Furqon yang memberikan dukungan serta motivasi yang membuat saya optimis untuk menyelesaikan skirpsi ini.

Dosen Pengampu, Fajar Junaedi yang selalu membantu selama melakukan penelitian sekaligus memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan dalam bidang perfilman.

Teman Bicara, Rani Setyawati, Lalya Qodriah, Utari Dewi, Riskika Mahmuda, Heri Setyawan, Amelinda Dyah Anestya yang memberikan dukungan yang tiada lelah terimakasih para ukhti...

Teman perHian a.k.a Sambal yaitu Inggi Rahmawati, Agatalika dewa, Febyan Arum Sari, Mia Pradita, Dany Latif, Riko Nazar, Rahmat Suraya, Yunita, Chams terimakasih atas dukungan dan waktu luang dikala saya jenuh terimakasih...

Mba siswi, mb Linda yang tiada hentinya memberikan waktu diwaktu sela kerja untuk mendengarkan curhatan saya, terimakashi...

Teman seperjuangan bimbingan mas jun, semangat yaaaaaa mudah-mudahan cepat kelar amiinnn...


(7)

Bismi Ramdani, terimakasih sudah mau saya susahin selama nyusun skripsi ini, hehe..

Pak Jono, mb Siti terimakasih sudah banyak membantu dan mau disusahin oleh mahasiswa.

Kelac C dan kelas Public Relations, terimakasih atas perkenalan selama empat tahunnya mudah-mudahan sukses selalu, Amiin.


(8)

KATA PENGANTAR

Saya sangat bersyukur atas segala karunia, rahmat dan hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT sehingga skripsi ini sesuai dengan rencana dan harapan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan melihat bagaimana superhero kulit putih ( WASP) yang terdapat dalam film Captain America: Civil War. Film yang disutradari oleh brother Russo yaitu Anthony Russo dan Joseph V. Russo Mereka bekerja dengan sebagaian besar sebagai produser, penulis skenario, aktor, dan editor yang beberapa film mereka tergabung dengan Marvel Studio.

Pemilihan film Captain America: Civil War ini dilatar belakangi oleh ketertarikan saya melihat bagaimana wacana superhero kulit putih dalam film Hollywood dengan produksi film Marvel yang selalu dimulai dengan stereotip, ideologi, hegemoni, dan politik yang disampaikan dalam film ini. Penelitian skripsi ini terdiri dari beberapa bab, yaitu Bab I membahas pendahuluan mengenai film Captain America: Civil War, Bab II diawali dengan membahas superhero Amerika Serikat, kemudian gambaran umum dalam film Captain America: Civil War, Bab III menganalisis dan pembahasan dalam film Captain America: Civil War, dan Bab 1V adalah kesimpulan.


(9)

Keberhasilan peneliti ini tentu tidak dapat dilepaskan dari dukungan dalam berbagai pihak. Ucapaan terimakasih saya sampaikan kepada dosen pembimbing, Fajar Junaedi yang sering disapa Mas Jun atas dukungan dalam penelitian skripsi ini. Segala masukan dan saran yang sangat berarti. Ucapan terimakasih ini saya sampaikan kepada teman diskusi yang telah memberikan waktu banyak pandangan, ide dan kesaksian serta meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk membantu penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi penelitian selanjutnya, maupun sumber yang bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 10 November 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ...iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitia ... 12

E. Kerangka Teori ... 12

F. Metode Penelitian ... 23

G. Objek Penelitian ... 23

H. TeknikPengumpulan Data ... 24

I. Teknik Analisis Data ... 24

J. Sistematika Penulisan ... 32

BAB II GAMBARAN UMUM FILM CAPTAIN AMERICA... 33

A. Superhero Amerika ... 33

B. Sinopsis Film Captain America ... 36

C. Data Film Captain America ... 38

D. Pemeran Utama ... 39


(11)

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

ANALISIS DATA ... 45

A. Wacana representasi Heroisme Kulit Putih ... 48

B. Wacana Representasi Tubuh Ideal dan Ilmu Pengetahuan dalam Superhero ... 69

C. Wacana Superhero Laki-Laki dalam Hegemoni ... 84

D. Wacana Rasa Setia Kawan dalam Superhero ... 98

BAB 1V Penutup ... 105

1. Kesimpulan ... 105

2. Saran ... 106 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Poster film Captain America ... 5

Gambar 2.1 Joseph V Russo ... 39

Gambar 2.2 Anthony Russo ... 39

Gambar 3.1 Adegan sedang rapat bersama serketaris Ross ... 49

Gambar 3.2 Adegan ketika kerusakan terjadi akibat ulah penjahat ... 59

Gambar 3.3 Salah satu korban dari pertarungan di Sokovia ... 59

Gambar 3.4 Seorang wanita berkulit hitam yang ingin menuntut keadilan ... 60

Gambar 3.5 Tony Stark berbicara mengenai keberadaan Wanda ... 61

Gambar 3.6 Steve Rogers diciptakan membentuk tibuh ideal ... 70

Gambar 3.7 Captain America menahan helikopter dengan tangan satu ... 70

Gambar 3.8 Angle dari atas saat Steve Rogers menahan helicopter ... 71

Gambar 3.9 Terlihat Captain America berjalan dengan gagah membawa perisai ... 72

Gambar 3.10 Tentara Nazi membacakan mantra kepada Bucky ... 75

Gambar 3.11 Bucky diciptakan untuk dihipnotis oleh tentara Nazi ... 76

Gambar 3.12 Tony Stark menemukan penemuan baru ... 79

Gambar 3.13 Vision sedang berbincang ... 80

Gambar 3.14 Gambar Rumlow ... 86

Gambar 3.15 Koran pemberitaan mengenai Rumlow ... 86

Gambar 3.16 Serketaris Ross sedang memberikan arahan kepada the Avengers... 89

Gambar 3.17 Tony Stark berbicara kepada Steve ... 99

Gambar 3.18 Steve, Bucky, dan Sam sedang berbicara ... 100


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data jumlah keuntungan box office film Hollywood ... 38 Tabel 3.1 Potongan gambar dan narasi pada film

Captain America:Civil War ... 49 Tabel 3.2 Rincian kalimat pada wacana

representasi heroisme kulit putih ... 65 Tabel 3.3 Gambar tentara Rusia melakukan

cuci otak terhadap Bucky ... 75 Tabel 3.4 Rincian kalimat pada wacana representasi tubuh ideal dan

ilmu pengetahuan dalam superhero ... 75 Tabel 3.5 Potongan narasi wacana superhero

laki-laki dalam hegemoni ... 81 Tabel 3.6 Rincian kalimat pada wacana

superhero laki-laki dalam hegemoni... 91 Tabel 3.7 Potongan dan narasi memperlihatkan

rasa setia kawan terhadap Bucky ... 99 Tabel 3.8 Rincian kalimat pada wacana setia


(14)

(15)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kosentrasi Public Relations

Umi Habibah

Judul: Analisis Wacana Herosime White Anglo Saxon Protestant dalam Film Captain America:Civil War

Tahun Skripsi:2016 + 109 Halaman

Daftar Kepustakaan: 2016 +26Buku + 5 jurnal Online + 10 sumber web

Superhero yang di dalam film Hollywood digambarkan dengan karakter-karakter yang menarik untuk para pencinta film. Film Hollywood memberikan kontribusi tentang kebudayaan secara umum mengenai konteks White Anglo Saxon Protestant. Dalam teks film ini juga masih memperlihatkan bahwa sosok hero berkulit putih masih mendominasi. Penelitian ini membahas makna dibalik film Hollywood. Metode pada penelitian ini berjenis kualitatif deskriktif dengan objek penelitian pada film ciptaan Marvel Studios yang berjudul Captain America: Civil War. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kritis Theo Van Lueween dengan menghasilkan Inclusion dan Exclusion.

Hasil penelitian ini telah mengungkapkan bahwa orang kulit putih masih mendominasi dalam keterkaitan difilm Hollywood. Selain itu, adanya kesadaran mengenai kepentingan-kepentingan politik serta propaganda yang dilakukan dari pemerintah, dimana pemerintah membuat kebijakan yang menimbulkan perpecahan karena kebijakan tersebut berisi mengenai aturan yang mengharuskan tindakan superhero dibawah pengawasan.


(16)

ABSTRACT Muhammadiyah University of Yogyakarta

Faculty of Social and Politica Science Department of Communication Umi Habibah (20120530100)

Title : Discourse Analysis of White Anglo Saxon heroism in the movie Captain America: Civil America

Year : 2016+ 109 Pages

Resource Library : 2016 + 26 Books + 5 Online Journal + 10 Website

Superhero in Hollywood’s movies portrayed by characters who are

interesting for the movie’s lovers. Hollywood’s movies contributes for the culture in general about the context of the White Anglo Saxon Protestant. On the text in this movie show show that the figure of the hero which is white is still dominates. This study discusses the meaning behind the Hollywood’s movies. Methods in this study is the qualitative description with the manifold qualitative research on the creation of Marvel Studios movie titled Captain America: Civil War. Data analysis technique used in this study is a critical analysis of Theo Van Lueween to produce Inclusion and Exclusion.

The results of this study have revealed that whites still dominate in affliction on Hollywood’s movies. In addition, there is awareness of the political interests and propaganda made by the government, where the government policies that cause divisions because the policy it self contains rules requiring the superhero action to be under the supervision.


(17)

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Industri perfilman kini menjadi konsumsi wajib bagi masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Dengan kemunculan film yang sudah disajikan dalam berbagai variasi dan berkualitas film dari tahun ke tahun. Para pembuat produksi film terus berlomba memberikan alur cerita yang baik dan bermanfaat baik dalam film sejarah, fiksi, bahkan propaganda. Film tidak hanya dinikmati di televisi, namun bioskop, VCD dan DVD serta internet pun bisa mengaksesnya.

Di Indonesia, yang dimaksud dengan film itu sendiri terlampir dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 Pasal 1, yaitu karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan. Walaupun pengertiannya berbeda pada setiap negara (contohya di Perancis dan Yunani yang memiliki perbedaan arti terhadap film dan cinema), film pada intinya merupakan salah satu media atau saluran komunikasi massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, memiliki efek tertentu dan sebagainya (Vera, 2014: 91).

Film ini sendiri muncul dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan selera konsumen, baik film yang mengangkat dari adaptasi novel, cerita fiksi, komik bahkan kehidupan nyata dan dokumenter. Dalam konteks


(18)

perkembangan penemuan film terlihat setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi cahaya lampu dengan kaca lensa padat, namun belum dalam bentuk gambar bergerak. Pada tahun 1895 film disempurnakan oleh Wiliam Dickson dengan mempelajari rahasia gambar hidup dalam hal kecepatan, waktu serta pewarnaan. Dalam hal tersebut, orang Amerika membuat film berdurasi 25 menit dengan judul A Trip to the Moon (1902), Life of an America Fireman (1903) dan The Great Train Robbery (1903), hingga pada tahun 1928 Amerika mengeluarkan film pertama dengan dialog yang bisa didengar dalam film The Jazz Singer (Cangara, 2011: 140).

Film merupakan kajian yang amat relevan terutama digunakan dengan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu (Van Zoest dalam Sobur, 2004: 128). Film merupakan gambaran yang dimunculkan dengan banyaknya persamaan dan realitas dikehidupan masyarakat saat ini. Saat ini sudah beragam jenis film dihadirkan yang membuat para penonton tertarik dengan film yang disajikan. Dengan peminat yang banyak maka industri perfilaman pun semakin terus mengembangkan film-film untuk masyarakat.

Pada dasarnya film dikategorikan menjadi dua jenis utama, yaitu film cerita atau disebut juga fiksi dan film noncerita. Film cerita atau fiksi adalah film yang dibuat berdasarkan kisah fiktif. Film juga memiliki genre atau klasifiksi tertentu seperti film drama, laga (action), science fiction, musikal, dan jenis-jenis lainnya. Berbicara tentang film, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk merepresentasikan salah satu film fiksi hero bergenre action


(19)

yang cukup terkenal tidak hanya di negara produksinya, Amerika Serikat saja namun juga hampir diseluruh dunia yaitu film Captain America: Civil War. Dengan film hero lainnya, Amerika Serikat terus membuka celah untuk membuat film dengan menambah ide-ide yang segar dan diciptakan agar para penonton dapat menikmati film tersebut. Dalam film Captain Americ a: Civil War ini dihadirkan Chris Evans dan Robert John Downey dengan sosok yang berpengaruh dalam film ini dengan membuat sebuah perselisihan hingga menjadi film ini sangat menarik ditambah dengan adanya perkenalan dengan superhero lainnya seperti kehadiran Chadwick Boseman sebagai Black Panther dan Tom Holland sebagai Spider-Man.

Dalam budaya serta ideologi film Hollywood menciptakan isi budaya yang terarah sesuai kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang ingin ditunjukan sebagai bentuk komoditas-komoditas yang penting sehingga dikemas menjadi sebuah film yang kompleks. Dalam kasus-kasus film Hollywod biasanya menjalankan sebuah strategi yang dibungkus dengan baik sehingga para penonton ikut dibawa serta dalan rasa ke ingintahuan yang besar.

Dengan hal tersebut perlunya memahami bagaimana kriteria dalam film-film Hollywood yakni; pertama, Hollywood mampu menjadikan film sebagai komoditas yang penting bagi penonton dan dibawa masyarakat menjadi terpesona sehingga film sebagai bentuk kebutuhan yang sangat ditunggu. Kedua, Hollywood mampu mengemas film menjadi tontonan yang bisa ditonton dalam berbagai kalangan dari yang sedih bahagia dan


(20)

lucu hingga mencekam. Ketiga, gaya genre yang sudah dikenal masyarakat akan menampilkan pengulangan serta peniruan. Dan keempat, penggunaan aktor yang terkenal sehingga menjadi ladang uang yang dibentuk menjadi sebuah ikon untuk menarik minat penonton (Lukmantoro, 2016: 48).

Film Hollywood biasanya menampilkan tokoh utama protogonis sering berasal dari lingkungan White Anglo Saxon Protestan (WASP) seperti dalam film Batman, Superman, dan tokoh-tokoh superhero lainnya (Junaedi, 2013: 62). Begitu pula dalam film Captain America : Civil War. Film yang berorientasi tentang tokoh-tokoh pahlawan fiksi buatan Marvel Universal ini bercerita tentang seorang laki-laki kulit putih yang teguh terhadap ideologi dan idealisme sebagai seorang rakyat sekaligus pahlawan super Amerika Serikat. Film Captain America yang diperankah oleh Chris Evans direpresentasikan dengan laki-laki yang gagah, berbadan tegap,maskulin, memakai kostum bintang bendera Amerika Serikat dan dari ras kulit putih dengan karakter yang baik, hangat, patriotik, dan bersifat nasionalis.

Film Hollywood pun biasanya menampilkan tentang kepahlawanan atau Herosime, dan action. Dimana heroisme ditunjukan dengan orang-orang White Anglo Saxon Protestant, sedangkan yang tertindas banyak ditampilkan dalam orang-orang non kulit putih. Contoh dalam film 12 Years a Slave, yang menceritakan penculikan orang hitam yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih Afrika- Amerika dan dijadikan budak dan disiksa dalam wilayah kumuh serta kehidupan dalam kekerasan. Ini menegaskan


(21)

bahwa orang-orang White Anglo Saxon ini mempunyai pengaruh yang besar bagi kepentingan film serta dengan budaya yang sudah terikat.

Gambar 1.1 Poster Film Captain Amerika: Civil War

Sumber:http://marvel.com/captainamericapremiere#recent-switcher (diakses 29 April 2016).

Film Captain America : Civil War ini lebih jauh menceritakan pahlawan Amerika Serikat yang ingin melindungi serta membantu dunia, namun dengan tindakan politik dan sehingga membuat banyak kerusakan infrastruktur yang memakan banyak korban. Dalam film sebelumnya Avengers of Ultron ada insiden yang melibatkan Avengers untuk membantu para masyarakat sipil dan terjadinya bencana atau kerusakan yang cukup besar sehingga mengalami kerusakan dan kehancuran. Sehingga para


(22)

pemerintah pun melakukan tuntutan kepada para Avengers agar meminta pertanggung jawaban dan pemerintah akan menentukan kapan saatnya mereka dibutuhkan.

Pemerintah memutuskan untuk mengawasi tindakan para Avengers dengan persetujuan 117 negara dunia. Namun Captain America, Steve Rogers tidak ingin adanya pemberlakuan mengenai keterbatasan dan mengharuskan bebas dari interfensi pemerintah namun Iron Man, Tony Stark lebih setuju dipemberlakuan pembatasan yang dilakukan untuk para Avengers. Para Avengers menjadi perpecahan menjadi 2 kubu, kubu Captain America dan kubu Iron Man. Perpecahan terjadi akibat perseteruan dan Undang-Undang yang diberikan oleh pemerintah untuk para hero agar yang memiliki kekuatan super diungkap identitas kepada pemerintah Amerika Serikat. Dengan hal tersebut para Avengers akan menjadi terbatas ruang gerak untuk melindungi negara sedangkan Tony Stark mendukung dengan program pemerintah lakukan terhadap para Avengers. Film ini terlihat bahwa adanya ideologi dan identitas yang dibentuk seperti Captain America yang tidak ingin adanya pemberlakuan pembatasan dan memberontak dan menentang kepada pemerintah dan ingin menunjukan bahwa mereka superhero yang tidak pernah salah dan terus ingin berkorban untuk membantu serta melindungi negara. Pada industri film ini terlihat menjadi sebuah permainan yang dibuat untuk mengecoh para penonton tanpa memikirkan baik atau buruk bahkan dibentuk dalam pesona luar biasa dalam cerita tersebut yang menjadi budaya pada film.


(23)

Film Hollywood yang mampu membuat para masyarakat menikmati dengan sangat bagus karena film yang diangkat kebanyakan hanya menampilkan sisi luar saja tanpa menjelaskan maksud dari film tersebut, kemudian membuat para penonton merasa penasaran dengan film yang mereka tayangkan, terlihat Captain America: Civil War ini menunjukan kegagahannya di box office dalam pekan pertama setelah pembukaan film tersebut. Film ini meraup keuntungan sebesar USD 181,8 juta (2,4 triliun) film ini menjadi film terlaris ketiga Marvel dengan sebelumnya pada film Iron Man 3 pada tahun 2013 dengan USD 174,1 juta. Civil War kini menjadi film kelima terbesar di pasar Amerika Utara dengan posisi pertama dikuasai Star Wars: The Force Awakens dengan USD 248 juta, kemudian Jurassic World dengan USD 208,8 juta dan film Marvel di posisi tiga dan empat, yaitu The Avengers dengan USD 207,4 juta dan The Avengers: Age of

Ultron dengan USD 191,3 juta

(http://lifestyle.sindonews.com/read/1107195/158/kuasai-box-office-captain-america-civil-war-lampaui-iron-man-3-1462795483 diakses 09 Mei 2016 jam 10.15 WIB).

Mengawali superhero dalam film Hollywood yang selalu identik dengan masyarakat White Anglo Saxon Protestant dan kultur budaya, memberikan konstribusi di dalam cerita film tersebut. Orang kulit putih yang selalu dicirikan dan menjadi utama dalam film ini menandakan bahwa politik media masih melekat dalam suatu film Hollywood. Seperti yang diidentitaskan oleh Chris Evans sebagai hero berkulit putih dan penyelamat


(24)

dunia yang berasal dari Amerika Serikat. Chris Evans sebagai Captain America. Awal mula Captain America ada ketika seorang pemuda biasa bernama Steve Rogers dari Brooklyn, New York ingin berperang demi negaranya pada Perang Dunia II dan ia karena keberanian dan kebaikan hatinya dipilih sebagai calon eksperimen tentara super Amerika dan kemudian bertransformasi sebagai simbol patriotik dan superhero pertama Amerika Serikat.

Seperti hal lainnya dalam film Rambo juga sebagai identitas politik yang direpresentasikan sebagai superhero melawan negara Vietnam sehingga menimbulkan film kontroversi yang tidak sesuai dengan sejarahnya. Amerika Serikat membuat film tersebut seolah-olah tidak ingin memperlihatkan kekalahan yang sebenarnya bahwa Amerika Serikat dalam sejarhanya kalah melawan negara Vietnam. Film propaganda pun dapat dimunculkan dan dimanipulasi agar Amerika Serikat terlihat sangat kuat, tidak terkalahkan dan menjadi pemenang (Junaedi, 2012: 65). Film merupakan sebuah sajian sebuah citra yang melimpah tapi film kritis mempertanyakan citra-citra tersebut, mendekonstruksi citra-citra yang melayani kepentingan dominasi, dan mengembangkan berbagai citra, narasi, dan startegi alternatif (Kellner, 2010: 236). Dengan hanya film masyarakat akan tahu bagaimana budaya-budaya yang mereka perlihatkan dalam film dan membangun citra untuk para penonton agar film tersebut film layak ditonton.


(25)

Film Hollywod Amerika Serikat ini mengidentitaskan bahwa hero bukan hanya pria saja namun kaum wanita pun layak untuk dijadikan super hero dengan wanita super memiliki keahlian dan kekuatan untuk melindungi sebut saja seperti dalam film Cat Women, Katniss Everdeen dalam The Hunger Games, Supergirl dan Wonder Women. Biasanya super hero wanita yang bermain dalam film-film Hollywood diperankan sebagai pendamping atau sidekick untuk super hero utama seperti karakter Wonder Woman dalam film Batman VS Superman.

Penelitian terdahulu dengan judul yang sejenis dan penelitian yang dilakukan oleh Anom Prihantoro, penelitian berjudul Analisis Semiotika Representasi Afro-America dalam Serial Power Rangers : Space Patrol Delta (SPD) dimuat jurnal Komunikator Vol 3, No 1, Mei 2011 ini menjelaskan dalam penelitiannya film action yang menjadi program televisi anak paling banyak ditonton di Amerika Serikat. Dalam Power Rangers menunjukan variasi tokoh rangers dengan pergantian pameran warna kulit berdasarkan warna kulit layaknya kulit putih, kulit kuning, dan kulit hitam atau Afro-Amerika. Di Amerika Serikat menjadi salah satu negara penghapusan mengenai rasisme namun dalam praktiknya film tersebut masih adanya praktik rasis dalam kehidupan. Dalam film Power Rangers kulit hitam digambarkan sebagai inferiro, korban dan pengikut keputusan dan memposisikan ras hitam sekedar tokoh pendukung.

Banyak Seperti Afro-Amerika yang ditayangkan namun hanya memiliki waktu sedikit dibandingkan kulit putih. Realita ini merupakan


(26)

sebagai kepentingan media dengan selera publik yang lebih menyukai orang kulit putih dibandingkan kulit hitam. Media dan khalayak kembali menunjukan tentang pemahaman ketidaksamaan kelas dan etnis. Pendekatan ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Dengan teknis analisis data dapat dihasilkan yaitu Afro-Amerika yang berfisik kuat tetapi lemah intelijensi, representasi Afro-Amerika sebagai individu pemalas, representasi Afro-Amerik sebagai seorang yang urakan, representasi Afro-Amerika yang mengintimidasi dan representasi rendahnya empati Afro-Amerika.

Penelitian selanjutnya diteliti oleh Sugani Jiyantoro (2010) dengan judul sejenis melakukan penelitian berjudul Representasi Hero dalam Film Kung Fu Panda dalam jurnal Komunikator Vol 2 No 2, November 2010 di dalam film tersebut menceritakan hero dalam film animasi Kung Fu Panda yang tokoh utamanya adalah Po. Po adalah seekor panda yang gemuk, gendut, lucu dan gemar makan dan mencintai kung fu. Mengingat hal tersebut film ini menampilkan hewan sebagai hero sangat tidak bisa diterima oleh akal manusia. Hero dalam deskripsi Amerika Serikat adalah (White Anglo Saxon) berkulit putih yang menampilkan laki-laki yang berbadan besar, maskulin, dan berwibawa sehingga Po adalah antitesa dari pahlawan-pahlawan Amerika Serikat. Jenis penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Roland Bartes. Dengan representasi hero dalam film terlihat pada bentuk fisik, kelas sosial, dan personality.


(27)

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik mengkaji film Captain America: Civil War karangan Marvel Studio ini dengan melihat potret yang terjadi dimasyarakat sekarang dengan praktik kekuasaan, serta akan melihat adanya kepentingan-kepentingan dan kebutuhan yang menjadikan hero kulit putih sebagai konstruksi sosial global dunia dalam film hollywood. Peneliti menggunakan metode analisis wacana dengan menggunakan teori Theo Van Leeuwen untuk melihat hero seperti apa yang ditawarkan dalam film Captain America: Civil War ini. Model analisis Van Leewen ini memiliki adanya dua strategi wacana yaitu proses pemasukan (Inclucion) dan proses pengeluaran (Exclucion). Keduanya akan digunakan untuk menganalisis kata, kalimat dan informasi yang terdapat dalam film serta mengetahui bagaimana masing-masing sikap yang ditampilkan di dalamnya sehingga peneliti mampu mendeskripsikan dan menjelaskan kelompok seperti apa yang dimarjinalkan. Dalam film Captain America: Civil War ini menarik dikaji karena dalam cerita film tersebut memperlihatkan superhero yang notabennya sebagai sumber kekuatan untuk memerangi kejahatan, namun film ini justru menggambarkan adanya perselisihan antara kedua kubu dengan mempertahankan asumsi masing-masing superhero yang berakhir menjadi perang saudara.


(28)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana hero White Anglo Saxon Protestant direpresentasikan dalam film Captain America: Civil War?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna teks White Anglo Saxon Protestant (WASP) yang berkaitan dengan wacana dimedia untuk diteliti untuk menghasilkan bagimana wacana dan posisi hero kulit putih difilm Captain America: Civil War.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoristis

Menerapkan penelitian ini diharapkan menambah ilmu dan pengetahuan penulis dan menjadi referensi ilmiah selanjutnya dengan kajian analisis wacana.

1.4.2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi kepada dunia perfilman dalam film agar melihat konstribusi hero dan menjadi bahan diskusi dalam pemahaman hero yang direpresentasikan dalam film.


(29)

1.5.Kerangka Teori 1.5.1. Wacana

Istilah wacana sering diikuti dengan beragamnnya istilah, definisi, bukan hanya tiap disiplin ilmu mempunyai istilah sendiri, banyak ahli memberikan difinisi dan batasan yang berbeda mengenai wacana tersebut. Bahkan kamus, kalau dianggap menunjukan pada referensi pada acuan yang objektif, juga mempunyai definisi yang berbeda-beda pula. Luasnya makna ini dikarenakan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana ( Eriyanto,2001: 1).Analisis wacana menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan antara wacana dan perkembangan sosial secara kultural dan dalam dominan-dominan sosial yang berbeda.. Norman Fairclough menggunakannya untuk menguraikan pendekatan yang telah dia kembangkan dan sebagai label yang diberikan kepada gerakan lebih luas dalam analisis wacana yang beberapa pendekatnnya, termasuk pendekatan dikemukakan, merupakan bagian dari gerakan itu ( Fairclough dan Wodak dalam Jorgensen dan Pillips, 2007:114).

Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana, yaitu pandangan pertama diwakili oleh positivisme-empiris, bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman manusia dianggap secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, dengan memakai pernyataan-pernyataan logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman


(30)

empiris. Salah satu ciri ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Pandangan ini banyak dipengaruhi oleh pemikiran fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan empirisme atau positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objek belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Oleh karena itu analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Wacana adalah upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pandangan ketiga disebut pandangan kritis. Pandangan ini mengoreksi pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya (Eriyanto, 2001:4-6).


(31)

Mengutip dari Foucault “memusatkan perhatiannya pada

kekuasaan, sejalan dengan wacana, kekuatan bukanlah milik agen-agen tertentu seperti individu-individu atau negara atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan tertentu, namun kekuasaan menyebar kepraktik sosial yang berbeda. Kekuasaan hendaknya tidak dipahami semata-mata sebagai sesuatu yang bersifat menindas, melainkan produktif, kekuasan menyusun wacana, pengetahuan,benda-benda dan subjektivitas” (Jorgensen dan Pillips, 2007:24).

Analisis wacana kritis dalam film Captain America: Civil War ini, digambarkan sebagai film yang menceritakan perselisihan antara superhero dengan kesalahpahaman menjadi perang saudara antara Iron-Man dan Captain America.

1.5.2. Hero dalam Budaya Populer Film Hollywood

Pendefinisian hero dalam sastra atau novel adalah pahlawan yang menolong atau melindungi dari kejahatan dan sosok hero ditampilkan untuk menarik perhatian atau simpati para pembaca agara hero terlihat sebagai orang yang kuat dan tangguh untuk melawan kejahatan di dunia. Hero dikenal sebagai karakter sentral dengan kumpulan karakteristik yang agung dan diberkati dengan kekuatan dan stamina, terkadang manusia super, dengan begitu hero dapat direpresentasikan di dalam nilai-nilai masyarakat dengan melihat kemenangan.

Salah satu misi mulia dari hero adalah untuk menghancurkan kejahatan, untuk mengejar kedamaian dan keadilan (Prince dalam Taha,


(32)

2002: 2). Konsep ini berpengaruh dengan adanya identitas pahlawan di dunia hollywood baik dalam komik, film dan televisi. Sehingga dengan begitu penonton pun sudah mengetahui dan beranggapan bahwa sosok hero yang baik hati, pembela negara, gagah dan sebagainya. Anggapan ini membuat penonton bahwa hero mencerminkan selalu yang positif. Namun dengan perkembangan yang terus maju, kini film hero tidak hanya dibuat dengan yang baik saja, namun sudah dimanfaatkan dengan tema hero yang baru seperti sosok hero menjadi lebih bersifat buruk seperti egois, berperilaku kasar, tidak patuh akan aturan.

Film Hollywood biasanya akan menampilkan hero dan penjahat yang selalu menjadikan prioritas dalam film action. Sosok pahlawan (protagonis) dilawankan dengan penjahat (antagonis) dengan bagian akhir protagonis yang selalu menang. David Browell dalam Junaedi menjelaskan pola pencitraan dalam film Hollywood yaitu

A.Inovasi pertama adalah formula drama tiga babak untuk film yaitu perkenalan cerita, pengenalan protagonis dan kejadian-kejadian pemicu cerita yang berunjung pada the point of no return. Babak kedua adalah kerumitan, krisis, dan pembalikan keadaan dengan aksi yang meningkat dan babak ketiga adalah klimaks yang berkelanjutan dan puncak pada resolusi (penuntasan) yang mengisyarakat sebuah harmoni dan keseimbangan baru.

B. Inovasi kedua adalah karakterisasi, penulis cerita menggabungkan berbagai sifat manusia dalam karakter tersebut, ini kemudian


(33)

mendorong kebutuhan untuk memberikan atribusi bahwa karakter utama harus memiliki karakter kelemahan.

C.Inovasi ketiga adalah “ perjalanan mistis” yang dialami oleh karakter

utama. Konsep ini menempatkan seorang “pahlawan” kedalam luar

biasa dalam lakon yang dijalaninya setelah perjalanan mistisnya

“pahlawan” kembali kesituasi normalnya (Brodwell dalam Junaedi,

2012: 60-62).

Di dalam definisi klasik hero ini ada 3 bagian utama yaitu; dimensi positif termasuk konsepsi dan nilai-nilai yang dipresentasikan hero, antara kolektif atau individual, kemampuannya untuk menyelesaikan misi dengan baik yang dibebankan kepadanya atau dipilih sendiri; dan teridentifikasi bahwa dia juga bisa menginsprasi pembaca (Taha, 2002:3).

Dan menurut Gerbner (1970), hero dan penjahat itu berbeda dan perbedaan tersebut sebagai berikut:

A.Pembunuh, akibatnya bahagia untuk membunuh bersifat melindungi musuh dan mencapai tujuannya disebut hero.

B. Pembunuh, yang berakhir tidak bahagia dan membuat kerugian seseorang di sebut penjahat (Gerbner dalam Fiske, 2006: 206).

Jenis tontonan dan genre yang diminati dan diproduksi untuk masyarakat sipil (civil society) ini membuat ladang atau lahan untuk pertumbuhan film. Film dikemas dengan dilihat karyanya dikehidupan sehari-hari dengan hal tersebut pentingnya kajian budaya agar film lebih


(34)

mudah dikritisi dengan relasi ras, gender, agama dan sebagainya yang dituju agar masyarakat paham dengan konteks film tersebut.

Tidak dipungkiri lagi bahwa hero sudah semakin menjadi budaya yang populer untuk film-film apalagi action. Ini membuktikan bahwa dengan pembentukan karakter bisa membuat para masyarakat sangat mudah mengenal identitas dari karakter dalam film. Identitas dalam hero sangat dapat mempengaruhi citra dan pesan pada yang melekat dalam pembentukan karakter. Seperti SpiderMan menjadi tokoh manusia laba-laba yang cukup banyak dikenal oleh aksi-aksinya yang menggunakan jaring laba-laba sebagai senjatanya.

Narasi mengenai hero dalam laga klasik dibagi menjadi enam

belas‟fungsi‟ narasi yaitu:

1. Pahlawan memasuki kelompok sosial

2. Sang pahlawan tidak dikenal oleh masyarakat

3. Pahlwan diketahui punya kemampuan yang luar biasa

4. Masyarakat mengakui perbedaan antara diri mereka dengan sang pahlawan; sang pahlawaan diberi statatus spesial

5. Masyarakat tidak sepenuhnya menerima sang pahlawan 6. Ada konflik kepentingan antara sang penjahat dan masyarakat 7. Sang penjahat lebih kuat ketimbang masyarakat; masyarakat lemah 8. Ada penghormatan atau persahabatan yang kental antara sang pahlwan

dan penjahat


(35)

10. Sang pahlawan mengelak terlibat dalam konflik 11. Sang penjahat mengancam teman sang pahlawan 12. Sang pahlawan berkelahi dengan sang penjahat 13. Sang pahlawan mengalahkan penjahat

14. Masyarakat aman

15. Masyarakat menerima sang pahlwan

16.Sang pahlawan menghilang atau meninggalkan status spesialnya (Wright dalam Storey, 2006:71).

Bercerita tentang budaya populer dalam istilah „populer‟ ini diambil untuk menerangkan seni yang diproduksi oleh dan untuk masyarakat sebagai bentuk perlawanan hegemonik (Kellner, 2010: 45). Budaya populer sebagai keberbedaan dalam kelompok-kelompok sosial yang memberikan mereka identitas (Burton, 2012: 31). Keberadaan budaya populer ini menjadikan sebuah perlawanan yang dilakukan untuk memperjuangkan dalam konteks makna yang berlawanan dengan hegemoni yang didasari oleh kekuasaan. Dengan adanya hero secara tidak langsung didasari pembentukan identitas yang dibentuk sebagai bentuk pertahanan dalam setiap negara.

Hero ini biasanya ditandai dengan seorang yang berintelektual, tampan, memiliki kekuatan super, dan jujur dan membantu masyarakat. Dalam pandangan Marxis klasik menyatakan bahwa institusi-institusi budaya yaitu pendidikan digunakan oleh para kaum elit untuk melegitimasi kekuasaannya (Marxis dalam Burton, 2012: 41). Seperti


(36)

halnya film ini, superhero direpresentasikan sebagai salah bentuk identitas negara yang memiliki kekuatan untuk melindungi negara Amerika Serikat. 1.5.3. White Anglo Saxon Protestant dalam Budaya Pop

Keberadaan orang kulit sudah menjadi hal biasanya difilm Hollywood. Namun tidak meninggalkan peran masyarakat non-white atau orang kulit hitam. Di Amerika Serikat masyarakat kulit hitam sempat di abaikan di televisi pada tahun 1960-1970an. Komisi Kerner melakukan kajian atas kerusuhan dengan berpendapat bahwa memandang luar itu hanya dengan mata kulit putih, laki kulit putih dan perspektif kulit putih. Pada tahun 1980an, Komisi Kesetaraan Rasial (1984) mencatat bahwa kulit hitam sudah mulai sering terlihat dibandingkan kulit putih. Sebagai contoh warga kulit hitam digambarkan dalam media berita dengan berbagai masalah, dan banyak program acara yang menampilkan komedi yang didasari kebodohan dan keluguan (Medhurst dalam Barker, 2004: 224). Representasi kulit berwarna dipandang sebagai masalah dalam ras yang dari bagian masa lalu yang terdahulu terlihat sebagai pembudakan, dianggap kasta lebih rendah, dan posisi paling bawah.

Film-film Hollywood biasanya terdapat kerakter kulit putih dan kulit hitam, kulit putih sudah menjadi budaya pop diperindustrian perfilman karena sebagai bentuk pendekatan sebagai kekuasaan terhadap kekuatan dominasi yang mengarah kepada taktik-taktik populer dengan kekuatan diatasi, dihindarkan, atau dilawan (Fiske dalam Storey, 2006: 33). Namun dengan perkembangan zaman, kulit hitam tidak hanya


(37)

dipandang yang posisi rendah namun menjadi tren hingga menjadi budaya pop, seperti penyanyi-penyanyi dan musik rap yang mampu membangkitkan pandangan orang kulit hitam. Namun tidak dipungkiri bahwa kulit hitam terus menjadi sorotan bagi kulit putih karena kulit putih tetap menjadi kaum mayoritas.

Dalam film-film Hollywood yang dibuat oleh para warga Amerika-Afrika, mereka merepresentasikan dalam kehidupan, bahkan perilaku, namun kenyataanya bahwa sebagian film menceritakan orang kulit hitam dicirikan sebagai peran yang jahat, namun pada kehidupan sebenarnya berbeda seperti dalam film. Dua aspek dari film yang dipandang problematis yaitu:

A. Penggambaran komunitas kulit hitam yang dikungkung oleh kejahatan dan kekerasan.

B. Pemotretan perempuan gaya pelacur, sehingga sedikit ditegaskan dari sosok laki-laki (Jones dalam Barker, 2004: 228).

Konsep ras dilahirkan dengan jejak Darwinisme sosial yang menitikberatkan adanya garis keturunan dan jenis-jenis manusia. Dalam ideologinya biasanya pria berkulit putih dan kelas-kelas dan berperan sebagai melecehkan dan mengusai orang-orang kulit hitam. Pembentukan ras yang mencakup sebuah garis keturunan yang diyakini dengan perbedaan pigmentasi kulit ini berpengaruh sebagai tindak kekuasaan yang terdapat sebuah akar rasis. Namun transformasi dalam penanda ras, juga


(38)

termasuk dalam perbedaan biologis dan kultural. Gilroy dalam Barker menyatakan:

Menerima bahwa kulit „warna „kulit basis material yang sangat terbatas

dalam biologi, meski kita tahu betapa tak bermaknanya dia, membuka kemungkinan untuk mengairkan dengan teori signifikasi yang dapat

mengulas kelenturan dan kehampaan penanda „rasial‟ maupun kerja

ideologis yang harus dikerjakan untuk mengubah semua menjadi

penanda‟ras‟ sebagai suatu kategori politis terbuka, karena perjuanganlah yang menentukan definisi „ras‟ mana yang akan tetap ada dan kondisi yang

menjadikan mereka terus bertahan hidup atau meredup (Gilroy dalam Barker, 2004: 63).

Secara struktur di Amerika Serikat istilah White Anglo Saxon Protestant juga sering digunakan yang berarti dengan "yang berkuasa", yang merefleksikan hak istimewa yang dinikmati kulit putih Amerika Serikat. Pada awalnya White Anglo Saxon ini diperkenalkan dengan kedatanganya warga inggris ke Amerika. Mereka memiliki kemampuan untuk membangun Amerika menjadi lebih berintelektual, mampu memajukan pembangunan di Amerika. Kedatangan orang-orang inggris ke Amerika dapat meyakini dan mendoktrin secara keagamaan untuk menyebarkan agama kristen protestant. Pendirian White Anglo Saxon ini diciptakan untuk mendominasi struktur sosial Amerika Serikat dengan institusi yang signifikan dengan ditandainya perkembangan bahkan kebiasaan yang mampu membentuk budaya bahkan politik di Amerika.

Dalam film Captain America: Civil War terlihat orang kulit putih memiliki peran dan kepentingan yang mutlak. Disini kulit putih dilihat sebagai sesuatu yang ditakdirkan universal, sementara orang lain dipandang secara etnis. Warna kulit putih adalah soal menjadikan kulit


(39)

putih sebagai sesuatu yang aneh ketimbang sesuatu yang mengancam, ini dipandang sebagai kriteria ke-umum-an manusia yang diterima apa adanya (Dyer dalam Barker, 2004: 206).

1.6. Metode Penelitian 1.6.2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis wacana dengan metode kualitatif. Kualitatif dimana penelitian ini yang hasilnya tidak akan diperoleh dengan hitungan melainkan dengan data dan bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi dalam realitas sosial dimasyarakat yang menjadi objek penelitian dan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan mengamati perilaku suatu tayangan media, permasalahan kebijakan publik dimasyarakat dan sebagainya (Burgin, 2007: 68-69). Dan wacana adalah metode analisis yang mengkaji dari teks kebahasaan dan penelitian ini mengkaji tanda kebahasaan melalui representasi heroisme yang terdapat dalam film Captain America: Civil War.

1.6.2 Objek Penelitian

Untuk mengenal lebih dalam White Anglo Saxon Protestant peneliti mengambil objek penelitian ini adalah film Captain America : Civil War yang di produksi oleh Marvel Studios pada tahun 2016 yang disutradari oleh Anthony Russo dan Joe Russo.


(40)

1.7.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini adalah DVD film Captain America: Civil War agar mudah untuk mengidentifikasi yang ada di dalam film tersebut untuk lebih memahami terhadap representasi heroisme kulit putih yang ada difilm tersebut.

2. Studi Pustaka

Sumber data-data yang diperoleh melalui beberapa sumber ilmiah seperti jurnal, buku serta website yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

1.8. Teknik Analisis Data

Teknik data ini dilakukan dengan menganalisis film Captain America: Civil War Penelitian ini menggunakan analisis wacana (Discourse Analysis). Dengan berdasarakan teori yang dikemukakan Theo Van Leeuwen. Analisis ini adalah suatu model analisis yang dapat dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial ditampilkan dan bagaimana suatu kelompok yang tidak mempunyai akses menjadi pihak yang terus menerus dimarginalkan. Analisis Theo Van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihak dan aktor


(41)

baik perorangan maupun berkelompok ditampilkan dalam pemberitaan (Darma Aliah, 2014: 151).

Analisis wacana menghubungkan dengan studi bahasa linguistik, yang pada aspeknya tekstual serta konteks dan proses produksidan konsumsi suatu teks, dan bagaimana bahasa bisa diproduksidan ideologi dibaliknya. Terdapat tiga pandangan kritis mengenai analisis wacana, yaitu pandangan positivsm-empiris, konstruktivitisme dan kritis. Dalam penelitian ini menggunakan pandangan kritis, atau sering dikenal sebagai analisis wacana kritis. Dalam karakteristik analisis wacana kritis, wacana semata-mata tidak dipahami melalui bahasa saja, namun juga sebagai bentuk praktik dari sosial. Bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dimasyarakat. Berikut ini disajikan karakteristik wacana kritis yang diambil dari tulisan Teun A. Van Djik, Fairlough, dan Wodak (Eriyanto,2001:7-14).

1.8.2. Tindakan

Wacana dipahami sebagai sebuah tindakanatau action dengan pemahaman sebagai sebuah interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi,dan sebagainya. Kemudian wacana dipahami sebbagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.


(42)

1.8.3. Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti, latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana ini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Guy Cook menyebutkan ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, kontes, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak dilembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan,musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks yang mempengaruhi pemakaian bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.

1.8.4. Histori

Menempatkan wacana tertentu dalam konteks sosial berart wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan kontes yang menyertainya.salah satu aspek pentingnya mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks histori tertentu. Analisis ini perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan seterusnya. 1.8.5. Kekuasaan

Analisis wacan kritis mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisinya. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu


(43)

alamiah, wajar, netral tetapi juga merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.

Analisis wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan kognisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Aspek kekuasaan perlu dikritisi untuk melihat hal-hal yang tersembunyi. Kemudian kekuasaan dihubungkannya sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana. Kontrol ini dimaksud tidak dalam bentuk fisik tetapi juga kontrol melalui psikis atau mental.

1.8.6. Ideologi

Ideologi konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal itu karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tetentu. Teori-teori klasik mengenai ideologi diantaranya menyatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memreproduksi dan melegimitasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya dengan membuat kesadaran pada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted.


(44)

Menurut Van Leeuwen terdapat dua pusat perhatian dalam pendekatan ini. Kedua hal tersebut adalah yaitu

1. Exclusion

Apakah dalam suatu teks ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pembicaraan, diantaranya dapat digambarkan sebagai berikut:

A.Pasivasi

Eksklusi adalah suatau isu sentral dalam analisis wacana yang proses dengan bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak terlibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana.

B.Nominalisasi

Strategi wacana lain ini sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu adalah dengan lewat nominalisasi. Strategi ini berhubungan dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina). Umumnya dilakukan dengan memberi imbuhan

“pe-an”. Nominalisasi ini berhubungan dengan transformasi dari bentuk kalimat aktif dan dalam struktur kalimat berbentuk aktif yang selalu menambahkan subjek. Kalimat aktif ini berbentuk kata kerja, yang menunjukan pada proses oleh subjek.

C.Pergantian anak kalimat

Pergantian subjek ini dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor.


(45)

2. Inclusion

Ada beberapa macam startegi wacana yang dilakukan ketika sesuatu, seseorang atau kelompok ditampilkan dalam teks. Van Leeuwen menjelaskan sebagi berikut:

A.Diferensiasi-Indiferensiasi

Di sini dijelaskan bahwa Indiferensiasi adalah suatu peristiwa yang ditampilkan dalam teks mandiri, sedangkan deferensiasi adalah suatu peristiwa atau aktor ditampilkan dengan mengkontraskannya dengan suatu peristiwa atau aktor lain dalam teks. Penghadiran peristiwa lain atau aktor lain secara tidak langsung menunjukan peristiwa atau aktor tersebut tidak baik dibandingkan aktor lainnya. Ini adalah strategi untuk memarjinalkan peristiwa atau aktor yang lain yang dominan.

B.Objektivitas- abstraksi

Ini lebih berkaitan dengan informasi mengenai suatu peristiwa atau aktor sosial yang ditampilkan dengan memberi petunjuk kongret atau abstraksi.

C.Nominasi- Kategorisasi

Berkaitan dengan informasi mengenai aktor atau peristiwa yang ditampilkan apa adanya datau kategori sosialnya. Kategori sosial ini lebih merujuk kepada agama, ras, status, dan bentuk fisik.


(46)

D.Nominasi- identifikasi

Berkaitan dengan bagimana kelompok atau peristiwa didefinisikan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Penjelas ini sebagai identitas makna tertentu.

E. Determinasi-indeterminasi

Infomasi peristiwa atau aktor secara jelas atau anonim. Anonimisasi ini membuat suatu generalisasi yang tidak jelas dan dapat berbentuk plural seperti banyak orang atau sebagaian individu.

F. Asimilasi-individualisasi

Ini berkaitan dengan apakah aktor sosial diinformasikan dengan jelas sesuai dengan kategorinya atau tidak. Asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor yang spesifik melainkan komunitas tempat aktor itu berada.

G. Asosiasi – disasosiasi

Berkaitan dengan aktor yang ditampilakan sendiri atau dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar.

Teknik analisis data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan data-data mengenai heroisme ras kulit putih di dalam film Captain America:Civil War secara keseluruhan dengan melihat kalimat-kalimat dalam percakapan, kemudian diambil adegan kunci adalah gambar yang terdapat difilm, adegan-adegan tersebut dihubungkan dengan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian


(47)

ini, yang kemudian dikontektualisasikan dengan suatu perspektif teoritis yang ada.


(48)

1.9.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 4 bab, dengan diawali dengan Bab 1 yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Manfaat Masalah, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan sistematika Penulisan, dan Bab II dilanjutkan dengan Pembahasan dengan memuat gambaran umum karakter dari film Captain America: Civil War, beserta sinopsis film Captain America: Civil War, dan Bab III merupakan hasil dari penelitian serta analisis isi dari film Captain America: Civil War dan Bab IV merupakan Kesimpulan dan saran dari penelitian ini.


(49)

BAB II

GAMBARAN UMUM FILM CAPTAIN AMERICA: CIVIL WAR Dalam bab II ini akan membahas lebih lanjut mengenai penggambaran secara umum dan lebih rinci dari film ini untuk mengetahui dan mempermudah peneliti untuk menganalisa lebih dalam dan melihat bagaimana alur cerita dan profil mengenai film Captain America: Civil War dengan diberikan subab-subab yaitu superhero Amerika, sinopsis film Captain America:Civil War, data film, pameran utama, prestasi dan penghargaan dan profil sutradara. Berikut penjabaran mengenai subab-subab yang sudah disebutkan. 2.1Superhero Amerika

Dalam setiap film selalu ada makna dan arti dalam film-film terutama film Amerika Serikat. Dengan gaya penyampaian yang ringan agar mudah diterima dimasyarakat terutama masyarakat sipil. Superhero digambarkan sebagai manusia yang mempunyai kekuatan super dan di atas kemampuan manusia lainnya. Superhero Amerika Serikat biasanya selalu mempunyai kostum sebagai tanda pengenalan dan pembuktian bahwa mereka sosok superhero dengan mempunyai agen rahasia yang tidak boleh diketahui masyarakat manapun. Superhero dibentuk untuk menolong bagi yang lemah dan membasmi kejahatan.

Superhero Amerika Serikat dimulai dengan kemunculan karakter-karakter manusia buatan dan dibentuk sebagai simbol


(50)

kekuatan dan pertahanan perang dunia, seperti Rambo yang diperankan sebagai bentuk merepresentasikan Amerika Serikat melawan Vietnam, dengan kemunculan Rambo memperlihatkan identitas Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang tak terkalahkan. Kemudian bermunculan superhero yang dimodifikasi menjadi manusia super yang memiliki kekuatan super dan memiliki kualitas intelektualnya cukup baik, seperti superhero Batman, Super-Man, Captain America, simbol ini sebagai bentuk fenomena bahwa superhero yang diciptakan dalam film memiliki peran penting untuk memperlihatkan keagungan dan kekuatan dan menanamkan unsur politik Amerika Serikat. Kebanyakan hero Amerika Serikat menampilkan superhero yang memiliki ras kulit putih dengan kepentingan yang mutlak dan dilihat sebagai sesuatu yang ditakdirkan secara universal.

Karakter pahlawan super pertama kali adalah Phantom yang diperkenalkan oleh Lee Falk yang terbit dalam komik strip koran pada tanggal 17 febuari 1936 dan diikuti oleh Sunday Trip pada 28 Mei 1939 (http://www.comicology.in/2009/04/lee-falks-phantom-1-origins-ofghost.html). Diketahui bahwa Marvel, DC dan Disney menjadi perusahaan komik terbesar di Amerika Serikat dengan cerita kepahlawanannya, dan dalam puncak kejayaan karakter pahlawan Superman menjadi populer di Amerika Serikat tetapi juga di negara-negara yang terpengaruh budaya pop Amerika Serikat terutama


(51)

budaya komik, seperti komik Superman dan Batman salah satu produksi DC comic, Captain America dan Spider-Man Produksi Marvel comics.

Marvel Entertainment atau Marvel Comics pertama kali di dirikan dengan nama Timely Publications pada tahun 1939 dan sempat berganti menjadi Atlas Comics sebelum menjadi Marvel Comics. Dan pada tahun 2009, The Wall Entertaiment sepakat untuk membeli Marvel Entertainment. Beberapa karakter di Marvel seperti superhero terkenal sebagai Iron Man, Captain America, Hulk, Thor, Spider-Man, Wolverine dan Ant-Man. Kebanyakan karakter fiksi Marvel beroperasi dalam realitas tunggal yang dikenal sebagai Marvel Universe, dan menjadi cerita dengan beberapa kota atau negara yang sesungguhnya (http://marvel.com/corporate/about/).

DC Comics adalah perusahan buku komik superhero, dengan cabang dari perusahaan Warner Boss bahkan menjadi salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat, didirikan pada tahun 1934 dengan perusahaan yang bernama National Allied Publications dan pada tahun 1938 berubah menjadi DC Comics. Ada beberapa karakter di DC terkenal karakter heroik, termasuk Superman, Batman, Wonder Woman, Green Lantern, The Flash, Aquaman , Cyborg, Shazam, Mars Manhunter, Hawkgirl dan Green Arrow. Di perusahaan DC biasanya lebih bercerita dengan kehidupan yang memperlihatkan sebagai


(52)

kehidupan fiksi (http://www.dcentertainment.com/about-dc-entertainment).

2.2. Sinopsis Film Captain America: Civil War

Pada awal film Captain America Civil War ini diawali dengan

menampilkan karakter James “ Bucky” Buchanan yang berlatar tahun

1991, saat itu ia bangkit dari bangun tidur yang panjang setelah lama dibekukan berpuluh tahun dalam proses Cryogenic. Bucky adalah salah satu sahabat Steve Rogers yang ditemukan dalam otoritas Rusia yang dijadikan sebagai alat pembunuh masal berdarah dingin yang amat mematikan yang disebut Winter Soldier. Pada saat itu Bucky diaktifkan kembali untuk melakukan misi dalam mengejar mobil dan meledakkannya.

Sebelumnya film Captain America: Civil War ceritanya akan melanjutkan ending dari Avengers: Age of Ultron, dengan masa sekarang pada saat Steve Rogers mengambil alih memimpin tim baru Avengers, dia usaha untuk terus menjaga umat manusia dengan para tim Avengers. Selang beberapa waktu setelah insiden internasional yang melibatkan tim Avengers dan menyebabkan banyak sekali kehancuran. Difilm Civil War ini diawali dengan pertarungan yang dilakukan oleh Steve Rogers, Scarlet Witch, Black widow dan Sam Wilson atau Falcon yang bertugas meringkus sekelompok pemberontak di Lagos, Nigeria, dengan harapan dapat menangkap sejumlah kelompok teroris adidaya, adanya insiden kekacauan yang


(53)

dilakukan Scarlet Witch untuk membantu Steve Rogers dengan menggunakan kekuatan telekinetik untuk menangkal bom agar tidak mengenai Steve Rogers, namun ledakan ditujukan disebuah gedung yang berisi warga sipil sehingga justru membunuh sejumlah warga sipil.

Kejadian ini menjadi sorotan dunia dan mengundang kecaman para pemimpin negara yang sebelumnya para Avegers dianggap bertanggung jawab menimbulkan korban jiwa dalam film terdahulu The Avengers, The Avengers: Age of Ultron dan Captain America: Winter Soldier. Perserikatan Bangsa- Bangsa atau PBB lalu melakukan sidang dengan para Avengers di Jenewa. Mereka bersidang dengan menentukan sebuah konvensi yang mengatur wewenang para superhero dalam menggunakan kekuatannya. Mereka beranggap bahwa superhero sebuah aset atau senjata yang perlu diakusisi agar tidak bertindak sebagai penjahat. Dan lebih menyakitkan lagi ketika adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh Blac Widow dengan notabennya sangat bertentangan dengan pemerintah, namun pada film ini memperlihatkan bahwa Black Widow setuju dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Sehingga dalam pertemuan internal tersebut terjadilah perpecahan menjadi dua kubu antara Tony Stark dan Steve Rogers.

Masalah semakin rumit dengan sidang PBB di Jenewa yang di wakili oleh Black Widow saat adanya insiden peledakan bom yang


(54)

menewaskan pemimpin sidang yaitu seorang aktivis humanitarian perwakilan negara fiktif Wakanda yaitu Tchaka. Dan pada saat itu Bucky tertangkap kamera dan dituduh sebagai penjahat. Dalam kejadian itu terjadi pertentangan terhadap Avengers dan menimbulkan dendam oleh Tchalla atau yang dikenal Black Panther. Dengan hal tersebut mungkin akan mempersulit Avengers yang tengah berusaha untuk melindungi dunia, dan menciptakan dunia menjadi damai. Disisi lain Tony Stark akan melawan keputusan yang diambil oleh Steve Rogers.

Perlawanan tersebut disebabkan kerena adanya perseteruan dan Undang-Undang yang diberikan kepada superhero untuk orang yang mempunyai kemampuan super supaya mengungkapkan identitas mereka kepada pemerintah AS. Dari situlah kenapa mereka berdua berselisih, karena Stark mendukung program dari pemerintah ini, sedangkan Rogers tidak setuju dengan perjanjian itu karena mengancam kebebasan pahlawan superhero tersebut.

2.1. Data Film Captain America: Civil War Judul : Captain America: Civil War Genre : Action, Sci-Fi, Thriller

Sutradara : Anthony Russo dan Joe Russo

Penulis : Christopher Markus dan Stephen McFeely Tanggal Rilis : 6 May 2016


(55)

Durasi : 2 jam 26 Menit 2.2.Pameran Utama

Pameran utama yang di dalam film Captain America: Civil War adalah yaitu:

Chris Evans sebagi Steve Rogers atau Captain America Robert Downey Jr. Sebagai Tony Stark atau Iron Man

Elizabeth Olsen sebagai Wanda Maximoff atau Scarlet Witch Scarlett Johansson sebagai Natasha Romanoff atau Black Widow Sebastian Stan sebagai Bucky Bames atau Winter Soldier

Paul Bettany sebagai Vision

Jeremy Renner sebagai Clint Barton atau Hawkeye Paul Rudd sebagai Scott Lang atau Ant-Man Marisa Tomie sebagai Aunt May

Tom Holland sebagai Peter Parker atau Spider-Man Emily VanCamp sebagai Sharon Carter atau Agent 13 Anthony Mackie sebagai Sam Wilson atau Falcon. 2.3.Prestasi dan Penghargaan

Film Captain America: Civil War ini masih terbilang film baru yang diliris namun terbukti bahwa film ini sudah masuk menjadi ajang nominasi ajang Teen Choice Award 2016. Dengan kategori Sci-Fi/Fantasy Movie, Sci-Fi/Fantacy Actor serta Aci-Sci-Fi/Fantasy Actress yaitu Chris Evans, Robert Downey Jr, dan Scarlett Johansson. Tidak hanya mengikuti dan mendapatkan ajang nominasi namun secara


(56)

keseluruhan bahwa film ini mendapatkan keuntungan yang cukup luar biasa dalam produksi film Marvel. Diketahui saja film-film Marvel selalu menyajikan dengan nuansa yang cukup berbeda dengan komiknya. Ini menjadi tantangan tersendiri dengan sedikit merubah alur cerita dan menjadikan film-film Marvel yang cukup banyak di sukai oleh para penonton, dengan penanyangan superhero dan polemik politik yang tersirat dalam film tersebut dan terbukti dengan kerja keras produksi Marvel, film ini menduduki urutan nomor tiga dengan keuntungan tersebut.

Terlihat Captain America: Civil War ini menunjukan penghargaannya di box office dalam pekan pertama setelah pembukaan film tersebut. Film ini meraup keuntungan sebesar USD 181,8 juta (2,4 triliun) film ini menjadi film terlaris ketiga Marvel dengan sebelumnya pada film Iron Man 3 pada tahun 2013 dengan USD 174,1 juta. Civil War kini menjadi film kelima terbesar di pasar Amerika Utara dengan posisi pertama di kuasai Star Wars: The Force Awakens dengan USD 248 juta, kemudian Jurassic World dengan USD 208,8 juta dan film Marvel di posisi tiga dan empat, yaitu The Avengers dengan USD 207,4 juta dan The Avengers: Age of Ultron dengan USD 191,3 juta.


(57)

Berikut tabel 2.1 data jumlah keuntungan box office film Hollywood

No Judul Film Jumlah

keuntungan

1. Deadpoll US$ 135

2. Kungfu Panda US$ 41

3. Captain America: Civil War US$200,2

4. Finding Dory US$ 136

5. Suicide Squad US$ 135

Sumber: https://www.tempo.co/topik/masalah/2662/film-terlaris-box-office diakses 30-08-2016 Pukul 0.01 Wib).

Terlihat dalam tabel 2.1 data yang menggambarkan salah satu film terlaris pada tahun 2016 adalah film Captain America: Civil War dengan urutan ketiga dengan memperoleh pendapatan dengan sebanyak US$ 200,2 dan mendapatkan beberapa nominasi dan penghargaan pada ajang Teen Coice Award 2016. Ini membuktikan penggarapan film ini menjadi ajang daya saing dengan film-film lainnya.


(58)

2.4. PROFIL SUTRADARA

Gambar 2.1 :Joseph V.Russo Gambar 2.2 Anthony Russo (sumber:m.imdb.com/name/nm0751577/ diakses 29 juni 2016)

Anthony Russo dan Joseph V. Russo adalah sutradara film Amerika mereka sering disebut sebagai Brothers Russo. Mereka bekerja dengan sebagaian besar sebagai produser, penulis skenario, aktor, dan editor. Anthony Russo dan Joe Russo adalah sutradara berkebangsaan Amerika menjadikan salah satu sutradara muda yang cukup sukses. Sebelum kelayar lebar Anthony Russo dan Joe Russo memproduksi film pendek berjudul The Kiss (2002), No.6 (2006), Square One (2008). Untuk film sendiri sudah tidak diragukan lagi dengan beberapa judul seperti A Merry Friggin’Christmas (2014) sebagai Executive Producers, dan Captain America:Civil War (2016) sebagai Directors and Actor. Dan untuk tahun berikutnya Anthony


(59)

Russo dan Joe Russo akan mengarahkan dalam film Avengers: Infinity War-Part 1(2018) sebagai Directors.

Selain itu penghargaan yang diraih seperti Academy of Science Fiction, Fantasy & Horror Films, USA sebagai Best Director dalam film Captain America: The Winter Soldier (2014), Primetime Emmy Awards pada tahun 2004 sebagai Outstanding Directing For a Comedy Series berjudul Arrested Development (2003) (http://www.imdb.com/name/nm0751577/awards diakses 22 juni 2016).


(60)

Bab III

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Film Amerika sudah menjadi budaya populer bagi para penikmat film. Film yang selalu dikemas sebagai konstruksi budaya bahkan politik Amerika. Hero Amerika dibentuk agar menjadi sebuah pencapaian yang besar untuk merubah kehidupan Amerika Serikat. Hero Amerika Serikat biasanya disimbolkan menjadi yang terkuat dan tidak bisa terkalahan, sehingga masyarakat dibuat menjadi ikut merasakan kehebatan hero dalam film-film Amerika Serikat dan pemikiran-pemikiran yang dibentuk oleh si pembuat film. Dalam film dan komik Marvel lainnya juga hero diangkat dalam membasmi musuh-musuh yang ingin merusak ketenangan Amerika Serikat, biasanya Amerika Serikat selalu menjadi korban atas kebrutalan para penjahat.

Kemunculan film-film Hollywood bergendre superhero sudah berada pada zaman 1980, contohnya saja film Rambo. Ideologi yang diangkat pada saat Amerika mengalami kekalahan perang pada negara Vietnam. Disaat itu Amerika mengalami keterpurukan yang amat pahit, dengan menumpas rasa malu. Sehingga di dalam film Rambo, wacana yang dibentuk adalah posisi Amerika Serikat menjadi aktor yang baik sedangkan Vietnam menjadi aktor yang buruk. Rambo digambarkan memiliki badan yang kekar, rambut panjang diikat,memiliki otot yang kuat kekar dan berkulit putih. Pada tahun


(61)

1980, karakteristik yang diciptakan oleh para pembuat film pada saat itu adalah superhero sebagai bersifat individual, mereka secara langsung bergerak sendiri tanpa membuat sekelompok superhero, dan bersifat nasionlisme. Itu salah satu bentuk bahwa film Hollywood saat itu mendedikasikan bahwa film adalah sebagai bentuk perlawanan kepada negara lain.

Representasi yang diciptakan pada Rambo dengan otot yang besar di tandai bahwa adanya unsur kekuatan pada pemerintah Amerika, dengan membawa perlengkapan senjata bahwa Amerika mempunyai perlengkapan, dan dia orang berkulit putih. Kemunculan wacana kekuasaan pada film-film Hollywood menjadi kontruksi bagaimana perjalanan politik yang dicerminkan masa pemerintahan pada masa itu. Film Rambo ini memperlihatkan bagaimana pemerintah melakukan upaya apa saja agar pemerintah Amerika Serikat tidak terlihat terpuruk atas kekalahan perang pada Vietnam, berasaskan ideologi, citra dan kekuasaan dan budaya yang disuguhkan dalam film-film Hollywood.

3.1.Analisis Data

Media saat ini menjadi pemegang kendali dalam penyajian informasi dan menjadi suatu kepentingan yang sudah melekat untuk masyarakat. Dengan memberikan informasi-informasi dan berita-berita yang aktual untuk mengatahui bagaimana kondisi saat ini. Media tidak akan lepas dengan kepentingan penguasa yang memegang


(62)

kendali atas media itu sendiri. Dengan hal tersebut, adanya wacana yang disajikan menjadikan pembentukan kelompok yang cenderung lebih dominan melalui teks. Setiap teks maupun wacana, memiliki pesan yang disampaikan oleh pengarang cerita. Saat melihat film dalam wacana, hal yang terpenting untuk mengetahui makna dan bagaimana makna tersebut disampaikan. Dalam pembahasan ini, peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana gambaran- gambaran heroisme kulit putih dengan melihat hero seperti apa yang ditampilkan kepada khalayak dalam film tersebut. Representasi mengenai hero tersebut di dalam media sering kali ditayangkan melalui stereotip yang berkembang dalam dunia perfilman.

Berdasarkan hal tersebut analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui pengamatan terhadap film Captain America: Civil War. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis wacana dengan metode Theo Van Leeuwen dan memiliki adanya dua strategi wacana yaitu proses pemasukan (Inclucion) dan proses pengeluaran (Exclucion). Keduanya akan digunakan untuk bagaimana bentuk representasi hero yang terdapat di film tersebut, menganalisis kata, kalimat dan informasi yang terdapat dalam film serta mengetahui bagaimana masing-masing sikap yang ditampilkan di dalamnya sehingga peneliti mampu mendeskripsikan dan menjelaskan kelompok seperti apa yang dimarjinalkan.


(63)

Dalam film Captain America: Civil War dilatarbelakangi dengan keadaan superhero yang berselisih paham karena memiliki kepentingan masing-masing superhero. Tokoh utama difilm ini adalah Captain America dan Iron Man dengan berlatar belakang sama-sama memiliki kekuatan, dengan perselisihan paham mengakibatkan mereka membagi dua kubu antara kubu Captain America dan kubu Iron Man. Dalam penelitian ini peneliti memusatkan kajian makna pesan dalam film Captain America: Civil War, dengan mengidentifikasi dan menganalisa dan terbentuk wacana baru , yaitu beberapa unsur yang mengandung berbagai hal yang memang ada di dalam film tersebut yaitu wacana representasi hero kulit putih, wacana representasi tubuh ideal dan ilmu pengetahuan dalam Superhero, wacana Superhero laki-Laki dan hegemoni serta wacana rasa setia kawan dalam Superhero.

Dalam sebuah film karakter tokoh, teks merupakan bagian dari pembentukan ideologi dengan dibuat untuk membentuk sebuah hegemoni dengan menganalisa sebuah film dan dibentuk sebuah penggambaran dari teks-teks dengan budaya populer dan sebuah citra politik yang digunakan oleh para penguasa, oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas dan membongkar bagaimana representasi hero ras kulit putih (WASP) dari film Hollywood yang diproduksi oleh Marvel.


(64)

3.2.Wacana Representasi Hero Kulit Putih

Ketika berbicara dengan Superhero, maka yang terpintas adalah seorang pahlawan yang membela kebenaran, dan membantu manusia dalam kesulitan. superhero biasanya dibentuk dengan alamiah atau diciptakan. Superhero tidak hanya sendiri namun juga ada lawan ketika bertarung yaitu penjahat. Ketika superhero melawan penjahat maka tidak akan jauh terjadilah kerusakan atau kehancuran. Dalam film Marvel biasanya superhero dibentuk dilatih sehingga menjadi superhero yang memiliki sebuah kepentingan di balik penciptaan superhero. Siapa yang menciptakan disitulah muncul kepentingan itu dimulai.

Belum lama ini dunia perfilman, Marvel Studio meluncurkan film Superhero bergenre action yaitu Captain America: Civil War sebagai salah satu film yang tayangkan pada tahun 2016 ini. Hero berkulit putih selalu menjadi hal penting dalam film. Biasanya hero berkulit putih selalu menjadi yang teratas kedudukannya dibanding ras kulit lain. Melihat hal tersebut film-film Hollywood menampilkan bagaimana representasi terhadap heroisme kulit putih yang terdapat dalam gambar dan narasi film ini dengan memberikan bagaimana inklusi dan ekslusi pada film tersebut, dengan memberikan beberapa potongan gambar dan narasi yang terdapat di film Captain America: Civil War tersebut, berikut gambar yang terdapat di film tersebut.


(65)

Tabel 3.1 potongan gambar dan narasi pada film Captain America:Civil War

Narasi Gambar Durasi

Steve Rogers : “

Aku seharusnya mengambil bom itu karena aku pemimpin tim, itu salahku”.

Wanda Maximoff:

“itu salah bersama”.

Serketaris Ross: Ada beberapa kalimat akan

memilih kata”

tukang main hakim sendiri? Bagaimana dengan

“ berbahaya?

Apakah sebutan dari kelompok yang berbasis di AS memiliki kemampuan individu yang secara rutin mengabaikan batas kedaulatan sesuka hati keinginan mereka manapun mereka pilih dan siapa mereka tidak peduli tentang apa yang mereka tinggalan dari aksi

mereka”.

Steve Rogers:

The Avengers dibentuk untuk mengambil dunia lebih aman, aku merasa kami melakukan itu”.

Gambar 3.1 adegan sedang rapat bersama seketaris Ross


(66)

Tony Strak: “ Dan

itu bagus. Itulah mengapa aku disini ketika aku menyadari

senjataku jatuh, ditangan yang salah, aku menutupinya dan berhenti

menjualnya”.

Steve Rogers:

“Tony, kau

memilih untuk melakukan itu, jika kita menyetujuinya, kita menyerahkan hak kita untuk memilih.

Bagaimana jika panel ini mengirimkan kita ketempat yang bukan seharusnya. Bagaimana jika suatu tempat yang membutuhkan kita dan mereka tidak mengizinkannya. Kita mungkin tidak sempurna, tapi akan aman ditangan kita

sendiri”.

Rogers dan Natasha melalui telepon genggam dengan

percakapan

Steve Rogers:

“Apa kamu baik

-baik saja?”

Natasha Romanof:


(1)

menayangankan terkait dengan pandangan bahwa tubuh ideal masih menjadi sebuah ruang yang harus terus dipubliskan dengan memperlihatkan kekuatan yang digambarkan oleh Steve Rogers selaku sebagai ikon Amerika Serikat. Dan kenyataannya pun dalam film Captain America: Civil War memperlihatkan adanya propaganda yang dilakukan dari pemerintah, dimana pemerintah membuat kebijakan yang menimbulkan perpecahan karena kebijakan tersebut berisi mengenai aturan yang mengharuskan tindakan superhero dibawah pengawasan. Selain itu masih diselimuti dengan unsur-unsur politik media, dengan menciptakan diskriminasi dan eksploitas orang kulit putih yang ditonjolkan dalam teks-teks dalam film tersebut. 4.1.Saran

4.2.1. Saran untuk praktisi film

Secara umum penelitian ini memberikan ilmu atau pengetahuan kepada praktisi film terutama bergenre action. Dengan kehadiran film-film Hollywood dan menarik peminat di Indonesia, sehingga sudah banyak film Indonesia yang mengikuti genre action, sehingga diperlukannya pemahaman mengenai isi, makna, dan alur cerita bahkan isu-isu yang sedang berkembang sehingga isi cerita film tidak menyimpang dari ketentuan. Kemudian secara khusus penelitian ini mengandung nilai-nilai wacana dengan unsur heroisme atau kepahlawanan sehingga diharapkan mampu menjadi saran bagi pelaku


(2)

industri perfilman untuk melihat nilai ke wacanaan heroisme dalam film.

4.2.2. Saran untuk penonton

Saran untuk penonton ketika menyikapi film Hollywood terutama tokoh hero yang identik dengan orang kulit putih adalah agar mereka mampu memiliki persepsi lain bahwa tidak selamanya semua tokoh hero dalam sebuah film hanya sesuai diperankan oleh tokoh-tokoh yang berkulit putih.

4.2.3. Saran untuk peneliti selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutnya terutama di bidang jurusan Ilmu Komunikasi, diharapkan penelitian ini menjadi referensi selanjtnya terutama menganalisis tentang wacana dengan menggunakan teori Van Lueween. Hal ini dikarenakan studi wacana untuk mengetahui makna setiap teks dan bahasa agar membongkar setiap dalam teks di dalam film. Selain itu kurangnya studi pustaka mengenai wacana terutama unsur heroisme diharapkan untuk dapat menambah referensi dan memperdalam dan dapat membongkar isu-isu politik dalam film, terutama film Hollywood dan bagaimana kepentingan film Hollywood dalam sebuah film.


(3)

Daftar Pustaka

Buku

Barker, Chris. (2004). Cultural Studies Teori dan Praktik, Yogyakarta: Kreasi Wacana

Burgin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Prenada Media Group

Burton,Graeme. (2011). Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi, Yogyakarta: Jalasutra

Burton, Greame. (2012). Media dan Budaya Populer, Yogyakarta: Jala sutra Cangara, Hafied. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: RajaGrafindo

Persada

Cipto, Bambang. (2003). Politik & Pemerintah Amerika, Yogyakarta: Lingkaran Buku

Darma, Aliah Yoche.(2014). Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif, Bandung: PT. Refika Aditama

Danesi, Marcel. (2012). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra

Eriyanto. (2001). Analisis wacana pengantar analisis teks media,Yogyakarta: PT.Lkis Printing Cemerlang

Foucault, Michel. (1997). Bengkel Individu Modern Disiplin Tubuh. Dalam Hardiyanta, Sunu Petrus [ed], yogyakarta: Lkis

Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Rajawali Pers Fiske,John. (2006). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar

Paling Komprehensif, Yogyakarata: Jalasutra

Jorgensen W. Marianna & Philips J Louise. (2007). Analisis Wacana Teori dan Metode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hall, Stuart.(1997). Representarion: Cultural Representation and Signifying Practies London: Sage Publication

Hasrullah. (2001). Megawati Dalam Tangkapan Pers. Yogyakarta: LKis


(4)

Menikmati Budaya Layar, Membaca Film, Yogyakarta: Aspikom dan Buku Litera

Junaedi, Fajar. (2012). Menyulap Kekalahan: Operasi Militer AS dalam Film Hollywood & Layar TV, Yogyakarta: Mata Padi

Kellner, Douglas. (2010). Budaya Media: cultural Studies, Identitas, dan Politik antara Modern dan Postmodern, Yogyakarta: Jala Sutra

Kaveney, Roz. (2008). Superheroes: Capes and Crusaders in Comics and Film, London: I.BTauris

Kridalaksana, Harimurti. (2005). Mogin –Ferdinand de Saussure (1857-1913) Peletak Dasar Strukturalisme dan Linguistik Modern, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Lukmantoro, Triyono. (2016). Teori-teori Film: Sekedar Pengantar Awal. Dalam Junaedi, Fajar [ed] (2016). Menikmati Budaya Layar, Membaca Film, Yogyakarta: Aspikom dan Buku Litera

Marcel, Danesi. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta, Jalasutra

Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Soyomukti, Nurani. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi, Yogyakarta: At-Ruzz

Storey, John. (2006). Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Yogyakarta: Jala sutra

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia

Zainuddin, Moh. (2011). Jejak-Jejak Nyata Amerika Mengobok-obok Wajah Dunia, Yogyakarta: Laksana

Jurnal

Jiyantoro, Sugani. “Representasi Hero dalam Film Kung Fu Panda”. Jurnal Komunikator. Vol.2 No.2 tahun 2010. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Prihantoro , Anom. “Analisis Semiotika Representasi Afro-Amerika dalam Serial Power Rangers: Space Patrol Delta (SPD”. Jurnal Komunikator. Vol.3. No.1 tahun 2011. Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Syahputra, Iswandi. “Post Media Literacy ; Menyaksikan Kuasa Media Bersama Michel Foucault” jurnal ASPIKOM Vol.1 No. 1 tahun 2010. Ilmu


(5)

Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Wiratama, Davin. “ Representasi Whiteness dalam Film “Machhine Gun Preacher” jurnal E-Komunikasi Vol. 1. No. 3 tahun 2013

Yufandar,Berril Theo. “ Representasi Ras Kulit Hitam dan Kulit Putih dalam Film The Avengers” Jurnal E-komunikasi Vol. 4. No. 1 tahun 2016.

Tobing, Alexandro Marco. “ Hubungan Kekuasaan pada Tokoh Superhero dan

Supervillain dalam Film Iron Man 3 (2013) “Jurnal Paradigma Kjian Budaya Vol 4, No. 2 tahun 2014.

Internet

Ibrahim, Taha. “The American Journal of Semiotics”. Vol.18 tahun 2002. University of Haifa, Israel. Dipetik Mei 11, 2016, dari ProQuest http://search.proquest.comdocview/213748797?accountid=62100

Caesarlita, D. (2016, Mei 9). Kuasai Box Office, Captain America: Civil War lampaui Iron Man3. Dipetik Mei 9, 2016, dari Sindonews.com:

http://lifestyle.sindonews.com/read/1107195/158/kuasai-box-office-captain-america-civil-war-lampaui-iron-man-3-1462795483

Stute D. (2014, November 27). Diskriminasi Kulit Hitam Di Ameika Serikat. Dipetik November 27, 2014, dari DW.com

http://www.dw.com/id/diskriminasi-kulit-hitam-di-amerika-serikat/g-18091393

https://www.tempo.co/topik/masalah/2662/film-terlaris-box-office diakses 30-08-2016 Pukul 0.01 Wib).

(http://www.comicology.in/2009/04/lee-falks-phantom-1-origins-ofghost.html).

(http://www.imdb.com/name/nm0751577/awards diakses 22 juni 2016) (http://marvel.com/captainamericapremiere#recent-switcher diakses 29

April 2016).

(http://www.dcentertainment.com/about-dc-entertainment diakses 28 November 2016).

(http://marvel.com/corporate/about/ diakses 28 November 2016).


(6)