SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA

SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA
FATIMA H. ISMAIL*
Program Studi Pasca sarjana IPS/Pendidikan Antropologi
Universistas Negeri Makassar

A. SISTEM HUKUM ANGLO SAXON
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi
dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum Anglo Saxon disebut
sebagai Sistem “ Common Law” dan sistem “Unwritten Law” (tidak tertulis).
Walaupun disebut sebagai unwritten law tetap tidak sepenuhnya benar, karena di
dalam sistem hukum ini dikenal pula adanya sumber-sumber hukum yang tertulis
(statutes). Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Saxon ialah “putusanputusan hakim/pengadilan” (judicial decisions).1 Sistem hokum Anglo Saxon
berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan negaranegara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu
bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris yang
kemudian ditaklukan oleh Hertog Normandia, William.2

1HaniBlush.

2010.Hukum Tanah Inggrs Anglo Saxon, diakses dari
http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglo-saxon.html,

pada tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita
2 Fariza Eupho. Sistem Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum Eropa
Kontinental, diakses melalui http://eupholaw.blogspot.co.id/2014/10/sistemhukum-anglo-saxon-dan-sistem.html, pada tanggal 18 Nofember 2017. Pukul 17.23
Wita

1

Selain itu dalam sistem Anglo Saxon ada “peranan” yang diberikan kepada
hakim yaitu hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan
peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang
akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang
sejenis. Sistem Anglo Saxon menganut suatu doktrin yaitu “the doctrine of
precedent/stare decisis” yang pada hakekatnya menyatakan bahwa dalam
memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya kepada
prinsip hukum yang sudah di dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis
sebelumnya (preseden). Dalam hal tidak ada putusan hakim yang terdahulu atau
ada tetapi tidak sesuai dengan perkembangan, maka hakim dapat memutuskan
perkara berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (common sense)
yang dimiliki. 3
Adapun cir-ciri dari system hokum anglo saxon atau common law

system,yaitu diantranya: 4


Tidak ada perbedaan secara tajam antara hukum public/umum dan
perdata/antara orang-perorang atau individu



Tidak ada perbedaan antara hak kebendaan dan perorangan



Tidak ada kodifkasi



Keputusan hakim terdahulu mengikat hakim yang kemudian (asas
precedent atau stare decisis)

3HaniBlush.


2010.Hukum
Tanah
Inggrs
Anglo
Saxon,
diakses
http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglo-saxon.html,
tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita
4Rahma.
2012.
Sistem
hokum
Anglo
Saxon,
diakses
http://rahmalways.blogspot.co.id/2012/05/sistem-hukum-anglo-saxon_22.htm,
tanggal 19 Nofember 2017. Pukul 06.15 Wita

dari

pada
dari
pada

2

Dalam penerapannya, sistem hukum Anglo Saxon ini memiliki kelebihan dan
kelemahan seperti:5
a. Kelebihan
1. Sistem hukum Anglo Saxon, penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat

di

negara-negara

berkembang

karena


sesuai

dengan

perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih
menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
2. Sumber-sumber hukum terdiri dari putusan-putusan hakim, kebiasaankebiasaan,serta peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan peraturan
administrasi negara, walaupun banyak landasan bagi terbentuknya kebiasaan
dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-putusan dalam pengadilan.
Sehingga, sumber hukum yang ada telah teruji dalam menyelesaikan suatu
perkara sebelumnya.
3. Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem pelaksanaan
peradilan di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri. Menurut sistem
ini dalam suatu persidangan perkara pidana para Juri-lah yang menentukan
apakah terdakwa atau tertuduh itu bersalah (guilty) atau tidak bersalah (not
guilty) setelah pemeriksaan selesai. Jika Juri menentukan bersalah barulah
Hakim (biasanya tunggal) berperan menentukan berat ringannya pidana atau
jenis pidananya. Bila Juri menentukan tidak bersalah maka Hakim
membebaskan terdakwa (tertuduh).


Peter de Cruz. 2010. Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: Nusamedia. Hlm.
34
5

3

4. Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil yang
mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri dalam sidang
perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan seharusnya adalah orangorang yang kedudukannya sangat netral dengan asumsi juri adalah orang
awam yang tidak mengetahui sama sekali latar belakang perkara yang
disidangkan. Kedua pihak dalam perkara kemudian diberi kesempatan untuk
mewawancara dan menentukan juri pilihannya. Sehingga kenetralan dan
keadilan dapat lebih terlihat nyata.
5. Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh tata
kehidupan masyarakat. Karena hekim memiliki wewnang yang sangat luas
untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain itu, menciptakan
prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim
lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.
6. Jika ada suatu putusan yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan

nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common sense). Sehingga
putusan-putusan yang ada benar-benar sesuai kenyataan dan menyesuaikan
perkembangan masyarakat.
b. Kelemahan:
1. Tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan untuk
melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur subjektifnya.
Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas dan rasa keadilan

4

yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang tingkat korupsinya
tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang tepat dianut.
2. Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan
hukuman. Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi. Karena hakim
juga manusia yang terkadang ada rasa sungkan dan juga ada gejolak untuk
melakukan tindakan-tindakan curang. Suatu contoh, akhir-akhir ini ada
berita yang mencuat mengenai hakim yang salah membei putusan hukum
mati pada terdakwa pada tahun 1991. Setelah diselidiki lebih lanjut, kini
terbukti terdakwa yang dihukum mati tersebut tidak bersalah sama sekali.
B. SEJARA PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM ANGLO SAXON

Sebelum terjadinya resepsio hukum Romawi pada abab ke 13 oleh Eropa
Kontinental, di lnggeris telah dikembangkan suatu sistem peradilan nasional yang
sentralisitik dan bekerja secara efektif menerapkan hukum-hukum kebiasaan di
lnggeris. Dalam tradisi feodal di kala itu, lnggeris merupakan suatu Fief Yakni
negeri yang dapat diwarisi dari seorang tuan tanah sebagai imbalan atau
kompensasi atas pengabdian kepada tuan tanah. Pada keadaan demikian, harus ada
suatu kekuasaan yang kuat, dapat bekerja efektif dan terpusat yang dapat diterima
oleh warga masyarakat di bagian-bagian wilayah negeri secara keseluruhan.6
Atas dasar pijakan berpikir demikian itu, maka Raja-Raja lnggeris
memandang

perlu

dalam

rangka

mempertahankan

kewenangan


dan

kepentingannya dalam memerintah untuk membentuk badan-badan yang dapat
Dr. Nurul Qamal.2010. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradaban Civil law
Syistem dan common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi. Hal.31
6

5

melanggengkan kekuasaaanya. Salah satu badan yang paling penting untuk
mempertahankan dan memperkuat kelanggengan kekuasaan pusat pemerintahan
yang dikendalikan oleh Raja adalah Pengadilan Kerajaan. Hal ini dilakukan oleh
Raja Wiiliem dan para penggantinya kemudian. Raja Henry I pada abad XII, telah
mengirim utusannya ke wilayah-wilayah negeri kekuasaannya untuk mengadili
perkara di Pengadilan-Pengadilan local. Sebelum berakhirnya abad XII,
Pengadilan Kerajaan bersama dengan Pengadilan-Pengadilan local merupakan
institusi politik yang paling kuat dan disegani di lnggeris. Pengadilan Kerajaan
dikelola oleh pejabat-pejabat yang diangkat oleh kerajaan yang sudah terlatih,
dimana secara teratur mendatangi setiap bagian dari wilayah-wilayah negeri

kerajaan. 7
Masa kekuasaan Pemerintahan Raja Henry 11, lnggeris melakukan
reformasi dan strukturisasi peradilan dan hokum proseduralnya. Reformasi
tersebut, melahirkan perubahan yang berarti di bidang peradilan, yakni diaturnya
dasar-dasar bagi hakim kerajaan dan kompetensinya dalam mengadili perkaraperkara. Reformasi hukum yang dilakukan lnggeris dibawah RajaHenry II,
dikatakan sangat pesat, oleh karena Raja Henry melihat bahwa sarana terbaik
untuk mempertahankan kekuasaan politik agar tetap eksis di kala itu adalah dengan
pengadilan yang professional, dengan hakim-hakim kerajaan yang mampu bekerja
dibawah kendali feodal. Berhubung dengan tradisi sejarah pemberdayaan hakim
dan Pengadilan Kerajaan di kala itu di lnggeris, maka Pengadilan Kerajaan ramai
menangni perkara-perkara yang diajukan kepadanya, sehingga dengan penetapan-

7

Ibid, hal 32

6

penetapan dan putusan-putusan pengadilan dijadikan sebagai hokum yang harus
ditaati dan dijalankan. Maka atas dasar itu pulalah dikatakan bahwa pada system

Common Law, kegiatan hukumnya sangat terpusat di Pengadilan-Pengadilan, lain
halnya dengan Civil Law yang pusat kegiatan hukumnya berada di Parlemen.
Penyebaran Common law system sampai pada negaranegara jajahan lnggeris.
Salah satu bekas negara jajahan lnggeris adalah Amerika Serikat. Namun demikian
dalam perjalanan sejarahnya Arnerika Serikat yang perkembangannya sangat pesat
telah mengembangkan pula sistemnya dengan model dan variasinya sendiri namun
tetap saja dalam bingkai Common Law System.8
Common law system diterapkan dan mulai berkembang sejak abad XVI di
Negara Inggris. Di dukung keadaan geografis serta perkembangan politik dan
sosial yang terus menerus, sistem hukum ini dengan pesat berkembang hingga di
luar wilayah Inggris, seperti di Kanada, Amerika, dan negara-negara bekas koloni
Inggris (negara persemakmuran / commonwealth). Namun amerika merupaka
Negara yang cepat mengalami perubahan dalam segala bidang kehidupan, dan
sumber daya manusia sehiga amerika membangun system hokum sendiri namun
tetaptidak terlebas dari sebagian sisem hokum anglo saxon dalam melihat
kehidupan sehari-hari. Sebagai sistem hukum yang lebih mengutamakan pada
hukum kebiasaan dan hukum adat masyarakat, maka dalam common law
kedudukan kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan daripada undang-undang
dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju.
Sumber-sumber hukum dalam sistem Anglo-Saxon pun memiliki perbedaan

8

Ibid, hal 34-35

7

fundamental dengan tidak tersusun secara sistematik dalam hierarki tertentu seperti
di dalam sistem Eropa Kontinental.

9

Adapun sumber-sumber hukum dalam sistem common law, meliputi:
1. Yurisprudensi (judicial decisions), yakni hakim mempunyai wewenang yang
luas untuk menafsirkan peraturan-peraturan hukum dan menciptakan prinsip
prinsip hukum baru yang berguna sebagai pegangan bagi hakim–hakim lain
dalam memutuskan perkara sejenis (hukum hakim, rechterrecht, judge made
law). Dalam hal ini hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan
pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of
precedent). Yurisprudensi merupakan sumber hukum yang utama dan
terpenting dalam sistem common law. Hakim harus berpedoman pada putusanputusan pengadilan terdahulu apabila dihadapkan pada suatu kasus. Oleh
karenanya di sini hakim berpikir secara induktif. Asas keterikatan hakim pada
precedent disebut stare decisis et quieta non movere (pengadilan yang
tingkatannya lebih rendah harus mengikuti keputusan yang lebih tinggi), yang
lazimnya disingkat stare decisis atau disebut juga the binding force of
precedent (perkara yang sama harus diproses dengan cara yang mirip atau
sama). Hakim hanya terikat pada isi putusan pengadilan yang esensial atau
disebut ratio decidendi, yakni berhubungan langsung dengan pokok perkara.
Sedangkan dalam hal yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan pokok
perkara, yakni sebatas merupakan tambahan dan ilustrasi atau disebut obiter
dicto, maka hakim dapat menilai sebagai suasana yang meliputi pokok perkara
9Kelompok V. 2012. Makalah Sejarah Civil law dan Common Law System,
hubungannya dan Perkembangan Hukum di Indonesia. Hal. 10

8

menurut pandangan hakim itu sendiri. Putusan yang bersifat “binding
precedent” berarti putusan tersebut memiliki kekuatan yang meyakinkan.
2. Statute Law, yakni peraturan yang dibuat oleh parlemen Inggris seperti layaknya
undang-undang dalam sistem kontinental. Statute Law merupakan sumber
hukum kedua setelah yurisprudensi. Untuk melaksanakan Statute Law dibuat
perangkat peraturan pelaksanaan oleh instansi-instansi pemerintah yang
bersangkutan.Fungsi Statute Law sebatas pelengkap common law yang
terkadang memiliki celah celah, dan tidak ditujukan untuk mengatur suatu
permasalahan secara menyeluruh. II akibat desakan perubahan peraturanperaturan secara cepat, dibandingkan dengan yurisprudensi yang dirasakan
lamban. Pembentukan statute law oleh Parlemen sebenarnya merupakan
bentuk penyimpangan sistem common law, yakni bentuknya yang berupa
undang-undang (written law),dan dapat merubah putusan pengadilan
(yurisprudensi) dengan suatu undang-undang baru. Namun tindakan parlemen
untuk mengubah yurisprudensi ini dibatasi oleh pendapat umum serta pendapat
para sarjana hukum. Sehingga meski memiliki hukum tertulis, masih dibatasi
pendapat-pendapat umum maupun para sarjana hukum secara obyektif yang
didasarkan pada pengetahuan atas kebiasaan atau common law yang telah ada.
3. Custom, yakni kebiasaan yang sudah berlaku selama berabad-abad di Inggris

sehingga menjadi sumber nilai-nilai. Dari nilai-nilai ini hakim menggali serta
membentuk norma-norma hukum. Custom ini kemudian dituangkan dalam
putusan pengadilan. Di Inggris dikenal dua macam custom, yaitu local custom
(kebiasaan setempat) dan commercial custom (kebiasaan yang
menyangkut perdagangan).

9

4. Reason (akal sehat). Reason atau common senses berfungsi sebagai sumber
hukum jika sumber hukum yang lain tidak memberikan penyelesaian terhadap
perkara yang sedang ditangani oleh hakim, artinya tidak didapatkan norma
hukum yang mampu memberikan penyelesaian mengenai perkara yang sedang
diperiksa. Reason merupakan cara penemuan hukum dalam sistem common
law ketika menghadapi masalah-masalah hukum yang tidak ditemukan normanorma hukumnya dari sumber-sumber hukum yang lain. Dengan reason, para
hakim dibantu untuk menemukan norma-norma hukum untuk memberikan
keputusan.
C. SISTEM HUKUM ANGLO SAXON DI INDONESIA
Bicara istilah hukum merupakan sesuatu hal yang tidak asing di telinga
kita. Apabila kita mulai membicarakan hukum sebagai sarana, maka sebenarnya
kita telah memasuki pembicaraan mengenai hukum sebagai konsepsi yang modern.
Hal ini dikarenakan hukum merupakan suatu kebutuhan masyarakat sehingga ia
bekerja dengan cara memberikan petunjuk tingkah laku kepada manusia dalam
memenuhi kebutuhannya. Ia merupakan pencerminan kehendak manusia tentang
bagaimana seharusnya masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan.
Ide negara hukum di zaman modern lebih menempatkan konsep
”rechtsstaat” dan ”the rule of law”. Dimana konsep negara hukum telah
dikembangkan di Eropa Kontinental antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband,
Julius stahl, Fichte, menggunakan istilah Jerman Yaitu “rechsstaat”, sedangkan
konsep negara hukum yang dikembangkan dalam tradisi Anglo Amerika yang
berasal dari anglo saxon Inggris dipelopori A.V. Dicey disebut dengan “The Rule

10

of Law”. Tumbuh dan berkembangnya konsep Rule of Law pertama kali diterapkan
di Negara-negara yang menganut common law system seperti Inggris dan Amerika
Serikat, dimana kedua negara tersebut mengejawantahkannya sebagai perwujudan
dari persamaan hak, kewajiban, dan derajat dalam suatu negara di hadapan hukum.
Hal tersebut berlandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia, bahwasanyasetiap
warganegara dianggap sama di hadapan hukum dan berhak dijamin hak asasi
manusianya melalui sistem hukum dalam Negara tersebut. Pokok ajaran dari rule
of law adalah terciptanya tatanan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dimana rakyat bisa memperoleh kepastian hukum, rasa keadilan, rasa
aman, dan dijamin hak-hak asasinya. Hal ini mengandung makna, rasa keadilan
yang kembali kepada rakyat, bukan kepada kekuasaan dan para penguasa yang
menciptakan hukum.10
Sistem hukum di Indonesia saat ini merupakan sistem hukum yang
didasarkan pada asas konkordasi, yakni menerima secara sukarela untuk
memperlakukan sistem hukum yang berasal dari daratan Eropa Kontinental.
Namun sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam tradisi dalam
masyarakatnya, di Indonesia juga berlaku hukum adat sebagai hukum asli. Belum
lagi penetrasi ajaran-ajaran hukum Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia
sebagai konsekuensi penduduknya yang mayoritas muslim. Sehingga di beberapa
daerah hukum adat turut pula dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam.
Sebagai negara yang menganut civil law sistem, Indonesia mengedepankan
hokum positif sebagai patokan dalam menjalankan tugas-tugas negara dan juga
10 Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang. Pekalongan:FHU.

Hal. 136

11

dalamm sistem peradilannya. Apabila Sebagai negara yang menganut civil law
sistem, Indonesia mengedepankan hukum positif sebagai patokan dalam
menjalankan tugas-tugas negara dan juga dalam sistem peradilannya. Apabila
konsep negara hukum Indonesia dengan civil law sistemnya diterapkan sesuai
dengan prinsip-prinsip idealnya maka rule of law sudah pasti akan dapat terwujud.
Dan civil law sistem yang dianut merupakan sistem yang telah menjadi dasar tata
hukum di sini. Rule of law yang menjadi konsep hukum dan keadilan dari negaranegara common law merupakan suatu tatanan yang sifatnya baru bagi sistem
hukum kita saat ini.11
Tampak dari gambaran di atas, Indonesia adalah penganut pluralisme
hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum Islam, Civil Law, dan Common Law yang
kesemuanya hidup berdampingan. Keanekaragaman sistem hukum yang ada
menjadikan pembangunan hukum di Indonesia sulit untuk diciptakannya suatu
unifikasi hukum yang berlaku menyeluruh. Unifikasi hanya terbatas pada bidangbidang hukum yang netral, seperti ekonomi, perdagangan, perburuhan, dan pidana.
Setelah Indonesia merdeka dan mulai masuknya investasi asing, lambat
laun pengaruh common law menginfiltrasi perkembangan hukum di Indonesia.
Akibatnya di Indonesia terdapat pluralisme hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum
Islam, Civil Law dan Common Law yang kesemuanya hidup berdampingan.
Sehingga

perkembangan

hukum

di

Indonesia

sangat

dipengaruhi

oleh

keanekaragaman agama, adat, masyarakat dan sistem hukum yang hidup di
Indonesia itu sendiri, civil law, common law, maupun hukum-hukum adat yang ada
11Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang. Pekalongan:FHU.

Hal. 137

12

Sistem hukum di Indonesia saat ini merupakan sistem hukum yang
didasarkan pada asas konkordasi, yakni menerima secara sukarela untuk
memperlakukan sistem hukum yang berasal dari daratan Eropa Kontinental.
Namun Indonesia juga memiliki beragam tradisi dalam masyarakatnya, yang di
dalamnya berlaku hukum adat sebagai hukum asli. Belum lagi penetrasi ajaranajaran hukum Islam yang di beberapa daerah turut mempengaruhi hukum adat.
Setelah Indonesia merdeka dan mulai masuknya investasi asing, lambat laun
pengaruh common law menginfiltrasi perkembangan hukum di Indonesia.
Akibatnya di Indonesia terdapat pluralisme hukum, meliputi; Hukum Adat, Hukum
Islam, Civil Law dan Common Law yang kesemuanya hidup berdampingan.
Sehingga

perkembangan

hukum

di

Indonesia

sangat

dipengaruhi

oleh

keanekaragaman agama, adat, masyarakat dan sistem hukum yang hidup di
Indonesia itu sendiri, civil law, common law, maupun hukum-hukum adat yang ada

DAFTAR PUSTAKA
Buku

13

Dr. Nurul Qamal.2010. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradaban Civil law
Syistem dan common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi.
Sripuji Ningsih. 2012. Konsep Hukum Indonesia di Masa Sekarang. Pekalongan:FHU.

Peter de Cruz. 2010. Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: Nusamedia.

Makalah
Kelompok V. 2012. Makalah Sejarah Civil law dan Common
System,hubungannya dan Perkembangan Hukum di Indonesia.

Law

Internet
Fariza Eupho. Sistem Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum Eropa Kontinental,
diakses melalui http://eupholaw.blogspot.co.id/2014/10/sistem-hukumanglo-saxon-dan-sistem.html, pada tanggal 18 Nofember 2017. Pukul 17.23
Wita
HaniBlush. 2010.Hukum Tanah Inggrs Anglo Saxon, diakses
http://hanyblush.blogspot.co.id/2010/09/hukum-tanah-inggris-anglosaxon.html, pada tanggal 20 Nofember 2017. Pukul 12.32 Wita

dari

Rahma.
2012.
Sistem
hokum
Anglo
Saxon,
diakses
http://rahmalways.blogspot.co.id/2012/05/sistem-hukum-anglosaxon_22.htm, pada tanggal 19 Nofember 2017. Pukul 06.15 Wita

dari

14

15

16