TA : Perancangan Media Promosi Resto Kampoeng Steak dengan Karakteristik Surabaya sebagai Upaya Meningkatkan Brand Loyalty.

(1)

TUGAS AKHIR

Nama : ANANDA KURNIA MIRANI

NIM : 09.42010.0006

Program Studi : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

RESTO KAMPOENG STEAK DENGAN MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK SURABAYA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

BRAND LOYALTY

Ananda Kurnia Mirani1

(Muh. Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom. Pembimbing I, Thomas Hanandry D, M.T. Pembimbing II)

1

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM

Resto Kampoeng Steak Surabaya (KS) adalah salah satu resto waralaba lokal yang berasal dari Surabaya. Usaha bisnis makanan ini tidak memperlihatkan suatu keunikan seperti karakteristik Surabaya. Padahal jika hal ini dilakukan, maka resto ini akan memiliki nilai lebih, terutama ketika membuka cabang di kota-kota besar di luar Surabaya. Kampoeng Steak akan memiliki nilai tambah berupa ciri khas sebagai usaha bisnis lokal yang berasal dari Surabaya. Meski Kampoeng Steak sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang khas Surabaya, tetapi masyarakat belum aware atau tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Penggambaran image Kampoeng Steak sebagai salah satu resto yang berasal dari Surabaya belum tersampaikan. Maka untuk menyampaikan karakteristik Kampoeng Steak harus dibuat suatu strategi pemasaran yang jitu. Sehingga franchise lokal seperti resto Kampoeng Steak tetap menjadi pilihan masyarakat di tengah maraknya persaingan bisnis kuliner baru yang juga menawarkan menu steak. Dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty. Sehingga Kampoeng Steak akan mempunyai identitas unik dan berbeda dengan memperkenalkan karakteristik Surabaya maka akan menjadi sebuah ingatan khusus bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk semakin dikenal masyarakat.

Kata Kunci : Perancangan, Promosi, Brand loyalty


(3)

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah... 6

1.4 Tujuan Perancangan ... 6

1.5 Manfaat Perancangan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Resto ... 8

2.2 Resto Kampoeng Steak ... 8

2.2.1 Visi dan Misi Kampoeng Steak ... 9

2.3 Surabaya ... 10

2.3.1 Sejarah Surabaya ... 10

2.3.2 Karakteristik Kota Surabaya ... 10

2.4 Brand Loyalty ... 12

2.5 Media Promosi ... 16

2.5.1 Definisi Promosi ... 16

2.5.2 Media Promosi dan Periklanan ... 18

2.5.3 Pemasaran Viral ... 21

2.6 Visual ... 22

2.6.1 Warna ... 22

2.7 Tipografi ... 26

2.7.1 Layout ... 30


(4)

2.9.3 Positioning ... 37

2.10 Unique Selling Proposition (USP) ... 38

2.11 Tagline... 39

2.11.1 Jenis-Jenis Tagline ... 39

2.12 Analisis Data ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Metodologi Penelitian ... 42

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.3 Teknik Analisis Data ... 45

3.3.1 Hasil dan Analisis Data ... 46

3.3.2 Studi Eksisting ... 48

3.3.3 STP ... 54

3.3.4 Analisis STP ... 55

3.3.5 Analisis Kompetitor ... 56

3.3.6 SWOT ... 58

3.4 Keyword………...61

3.4.1 Deskripsi Konsep ... 63

3.5 Metode Perancangan Karya ... 65

3.5.1 Konsep Perancangan ... 65

3.5.2 Konsep Kreatif ... 66

3.5.3 Strategi Komunikasi ... 79

3.6 Perencanaan Kreatif ... 80

3.6.1 Tujuan Kreatif ... 80

3.6.2 Strategi Kreatif... 80

3.6.3 Program Kreatif ... 81

3.7 Perencanaan Media ... 82


(5)

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 104

4.1 Implementasi Desain ... 104

BAB V PENUTUP ... 117

5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Saran……….. ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

BIODATA PENULIS ... 122


(6)

Gambar 2.2 Diagram Nilai Loyalitas Merek ... 15

Gambar 2.3 Contoh Huruf Serif ... 27

Gambar 2.4 Contoh Huruf San Serif ... 27

Gambar 2.5 Contoh Huruf Script ... 28

Gambar 2.6 Bagan Matrix SWOT ... 35

Gambar 3.1 Brosur Resto Kampoeng Steak ... 49

Gambar 3.2 Flyer Resto Kampoeng Steak ... 50

Gambar 3.3 Flyer Promo Diskon Resto Kampoeng Steak ... 50

Gambar 3.4 Brosur Resto Kampoeng Steak (Edisi Ramadhan) ... 51

Gambar 3.5 Spanduk Resto Kampoeng Steak (Edisi Ramadhan)... 51

Gambar 3.6 Banner Kegiatan Sosial Resto Kampoeng Steak ... 52

Gambar 3.7 Skema Analisis Keyword ... 62

Gambar 3.8 Skema Konsep Perancangan ... 65

Gambar 3.9 Alternatif Warna 1………...68

Gambar 3.10 Alternatif Warna 2… ... 68

Gambar 3.11 Alternatif Warna 3 ... 68

Gambar 3.12 Alternatif Warna 4 ... 69

Gambar 3.13 Alternatif Warna 5 ... 69

Gambar 3.14 Warna Akhir Terpilih ... 71

Gambar 3.15 Alternatif Font Script Tidak Resmi ... 71

Gambar 3.16 Alternatif Font Script Resmi ... 71

Gambar 3.17 Alternatif Font Script ... 72

Gambar 3.18 Alternatif Font Decorative ... 72

Gambar 3.19 Alternatif Font San Serif ... 72

Gambar 3.20 Alternatif Font San Serif Tidak Resmi ... 73

Gambar 3.21 Alternatif Font Serif ... 73

Gambar 3.22 Alternatif Font Serif Tidak Resmi ... 73

Gambar 3.23 Desain Ilustrasi Suro&Boyo ... 75


(7)

Gambar 3.28 Headline “Surabaya’s Real Steak!!” ... 77

Gambar 3.29 Headline “Berani Nahan Enaknya?” ... 78

Gambar 3.30 Headline “Real Steak, Real Surabaya” ... 78

Gambar 3.31 Sketsa Alternatif Iklan Televisi ... 89

Gambar 3.32 Sketsa Terpilih Iklan Televisi ... 89

Gambar 3.33 Sketsa Alternatif Iklan Internet ... 91

Gambar 3.34 Sketsa Terpilih Iklan Internet ... 92

Gambar 3.35 Sketsa Alternatif Flyer ... 94

Gambar 3.36 Sketsa Terpilih Flyer ... 94

Gambar 3.37 Sketsa Alternatif Iklan Koran ... 96

Gambar 3.38 Sketsa Terpilih Iklan Koran ... 97

Gambar 3.39 Sketsa Alternatif Iklan Majalah ... 98

Gambar 3.40 Sketsa Terpilih Iklan Majalah ... 99

Gambar 3.41 Sketsa Alternatif Tusukan Steak ... 101

Gambar 3.42 Sketsa Terpilih Tusukan Steak ... 102

Gambar 3.43 Sketsa Alternatif Merchandise (notes) ... 103

Gambar 3.44 Sketsa Terpilih Merchandise (notes) ... 103

Gambar 4.1 Story Board Iklan Televisi... 106

Gambar 4.2 Story Board Iklan Internet ... 108

Gambar 4.3 Flyer Resto Kampoeng Steak ... 109

Gambar 4.4 Iklan Majalah ... 110

Gambar 4.5 Ilustrasi Penempatan Iklan Majalah ... 111

Gambar 4.6 Iklan Koran ... 112

Gambar 4.7 Ilustrasi Penempatan Iklan Koran ... 113

Gambar 4.8 Merchandise Tusukan Steak... 115

Gambar 4.9 Merchandise Notes (Buku Kecil) ... 116


(8)

Tabel 3.1 Tabel Matrix SWOT ... 60

Tabel 3.2 FGD Menentukan Warna ... 70

Tabel 3.3 FGD Menentukan Font ... 74

Tabel 3.4 FGD Menentukan Desain Ikon Surabaya ... 76

Tabel 3.5 FGD Menentukan Headline ... 78


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini bisnis waralaba (franchise) tidak pernah sepi peminat. Kategori usaha makanan menjadi primadona dalam bisnis waralaba (Agustaman, 2007:1). Resto Kampoeng Steak Surabaya (KS) adalah salah satu resto waralaba lokal yang telah merambah di kota-kota besar seperti Semarang, Gresik, dan Jakarta. Permasalahannya, meski resto ini berasal dari Surabaya, usaha bisnis makanan ini tidak memperlihatkan karakteristik Surabaya. Padahal jika hal ini dilakukan, maka resto ini akan memiliki nilai lebih, terutama ketika membuka cabang di kota-kota besar di luar Surabaya. Kampoeng Steak akan memiliki nilai tambah berupa ciri khas sebagai usaha bisnis lokal yang berasal dari Surabaya. Sehingga dengan memberi suatu inovasi baru berupa karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng Steak, diharap pelanggan tidak berpindah ke resto steak lainnya. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian ini diarahkan untuk merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.

Saat ini kebutuhan manusia sangatlah banyak. Menurut Rizkacil (2012) dalam blognya bahwa berdasarkan tingkat kepentingan/prioritas, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Untuk kebutuhan primer terdiri dari sandang, pangan dan papan. Ketiga unsur tersebut


(10)

sangat penting bagi kehidupan manusia terutama kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia karena makanan merupakan sumber energi. Saat ini ada sekitar 350 waralaba asing dan 2000 waralaba lokal yang diantaranya berkategori berpeluang usaha (Mix Marketing Communications, 2013: 36). Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) memperkirakan bahwa tahun ini waralaba asing tumbuh 6-7%, untuk waralaba lokal diperkirakan hanya tumbuh 2-3%. Salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan waralaba lokal adalah karena ketidakmampuan waralaba dalam membangun diferensiasi. Padahal, bisnis waralaba harus memiliki keunikan atau ciri khas dalam usahanya yang sulit ditiru oleh pesaing (Mix Marketing Communications, 2013: 36).

Di Surabaya, salah satu bisnis franchise lokal yang cukup terkenal adalah resto Kampoeng Steak. Kampoeng Steak adalah resto lokal yang menyajikan produk makanan dan minuman dengan menu spesial steak dengan harga yang terjangkau. Kampoeng Steak sendiri adalah salah satu resto waralaba lokal yang berasal dari Surabaya. Saat ini Kampoeng Steak telah membuka cabang di kota-kota besar seperti Semarang, Gresik, dan Jakarta.

Meski resto Kampoeng Steak berasal dari Surabaya, tetapi usaha bisnis makanan ini belum memperlihatkan karakteristik Surabaya yang merupakan identitas asal dari Kampoeng Steak itu sendiri. Hal ini penting bagi bisnis waralaba karena identitas merupakan salah satu faktor yang membedakan waralaba satu dengan waralaba lainnya (Mix Marketing Communications, 2013: 37). Visi dari resto ini juga ingin menjadikan resto Kampoeng Steak sebagai salah satu ikon wisata kuliner Surabaya. Dengan mengangkat karakteristik Surabaya


(11)

maka akan menjadikan perubahan pada resto Kampoeng Steak selama ini. Sehingga Resto Kampoeng Steak akan mempunyai nilai tambah atau image yang unik dan berbeda.

Kampoeng Steak merupakan salah satu dari sekian resto steak di Surabaya yang bersaing dengan kompetitor steak lainnya. Untuk menghadapi persaingan tersebut, selama ini Resto Kampoeng Steak hanya menampilkan ciri khas penataan interior dengan ornamen kayu serta warna biru dan kuning. Kampoeng Steak juga memberikan harga yang relatif terjangkau untuk sajian menu steak agar dapat dinikmati oleh masyarakat dari segala kalangan, sehingga menjadikan resto Kampoeng Steak cukup terkenal khususnya di kalangan remaja.

Menurut pengamatan, ada beberapa hal yang bisa Kampoeng Steak tonjolkan untuk memperkuat merek Kampoeng Steak di tengah-tengah gempuran pesaing dibidang steak lainnya. Salah satunya adalah dengan memberikan suatu inovasi baru berupa penggambaran image Surabaya pada resto Kampoeng Steak. Meski Kampoeng Steak sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang khas, tetapi masyarakat belum aware atau tidak terlalu peduli dengan hal tersebut. Penggambaran image Kampoeng Steak sebagai salah satu resto yang berasal dari Surabaya belum tersampaikan. Maka untuk menambahkan karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng Steak harus dibuat suatu media promosi yang akan digunakan sebagai pengenalan image Surabaya kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya nilai tambah sebagai franchise lokal yang berasal dari Surabaya, resto Kampoeng Steak juga mempunyai image yang unik


(12)

dan berbeda sehingga tetap menjadi pilihan masyarakat di tengah maraknya persaingan bisnis kuliner baru yang juga menawarkan menu steak.

Dengan adanya image Surabaya, maka pelanggan dari Kampoeng Steak harus diperhatikan. Untuk mempertahankan pelanggan lama maupun calon konsumen yang baru, serta meningkatkan merek resto Kampoeng Steak agar mempunyai image tersendiri dan tetap menjadi pilihan masyarakat yang ingin menikmati menu steak di tengah maraknya pesaing-pesaing yang menawarkan menu steak dengan konsep yang sama, perlu direncanakan suatu diferensiasi atau ciri khas yang berbeda. Seperti tampilan unik dengan menonjolkan karakteristik daerah asal resto Kampoeng Steak yaitu Surabaya sehingga menjadikan Kampoeng Steak berbeda dengan resto steak lainnya. Oleh karena itu, loyalitas merek merupakan ukuran untuk mencegah konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut mengalami perubahan baik yang menyangkut harga ataupun atribut lainnya. Sehingga perlu dilakukan perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.

Karakteristik merupakan suatu hal yang berhubungan dengan suatu ciri khusus tertentu. Penambahan karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng Steak akan ditonjolkan pada media promosi. Sehingga dengan adanya karakteristik sebagai franchise lokal yang berasal dari Surabaya, Kampoeng Steak akan mempunyai nilai tambah berupa identitas unik dan berbeda yang sulit ditiru oleh pesaing. Dengan memperkenalkan karakteristik Surabaya pada resto Kampoeng


(13)

Steak maka akan menjadi perubahan yang nantinya akan menjadi sebuah ingatan khusus bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah produk.

Dalam hal ini media promosi berperan sebagai salah satu sarana untuk mengenalkan/mempublikasikan sesuatu yang dimiliki perusahaan kepada para konsumen. Dengan adanya media promosi, ciri khas berupa image karakteristik Surabaya melalui Resto Kampoeng Steak tersebut akan ditonjolkan dan akan semakin meningkatkan loyalitas pelanggan dari Kampoeng Steak. Sehingga resto Kampoeng Steak tetap diminati oleh pelanggan lama dan semakin dikenal luas oleh publik.

Media promosi yang cocok untuk meningkatkan brand loyalty dengan menggunakan karakteristik Surabaya adalah iklan media cetak seperti iklan surat kabar (koran), iklan majalah, iklan televisi, iklan internet, dan media pendukung seperti flyer, iklan radio, dan merchandise. Sehingga dengan semakin kuatnya karakteristik franchise lokal yang berasal dari Surabaya, diharapkan hal tersebut dapat menjadikan resto Kampoeng Steak sebagai salah satu ikon wisata kuliner Surabaya dan mampu menarik minat masyarakat/konsumen lama yang berasal dari dalam maupun luar Surabaya.

Berdasarkan fenomena yang ada, maka Tugas Akhir ini mengangkat tentang upaya meningkatkan brand loyalty dengan menampilkan nilai tambah yang selama ini belum ditonjolkan yaitu karakteristik Surabaya dalam bentuk media promosi, sehingga judul dari Tugas Akhir ini adalah “Perancangan Media Promosi Resto Kampoeng Steak Dengan Menggunakan Karakteristik Surabaya Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Loyalty”.


(14)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan adalah bagaimana merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty ?

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam laporan ini terfokus dan tidak terlalu meluas, maka diperlukan batasan-batasan mengenai permasalahan, yaitu sebagai berikut:

1. Penggunaan karakteristik Surabaya pada perancangan media promosi

ditujukan untuk meningkatkan brand loyalty resto Kampoeng Steak.

2. Perancangan media promosi resto Kampoeng Steak ditentukan pada media

televisi dan internet, selain itudirancang media pendukung lainnya seperti iklan koran, iklan majalah, iklan radio, flyer dan merchandise yang dianggap relevan bagi peningkatan brand loyalty.

3. Hanya dibatasi untuk wilayah kota Surabaya.

1.4. Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah untuk merancang media promosi resto Kampoeng Steak sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.


(15)

1.5. Manfaat Perancangan 1.5.1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari perancangan media ini adalah dapat menambah pengetahuan umum akan ciri khas atau karakteristik yang ada pada kota Surabaya.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat serta mahasiswa yang ingin mengetahui tentang perancangan media promosi, khususnya dalam mengenalkan karakteristik dari daerah asal sebagai suatu keunikan yang mempunyai daya tarik tersendiri.

1.5.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi resto Kampoeng Steak dalam pengenalan karakteristik perusahaan sehingga dapat menjadi ciri khas yang unik dan berbeda.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berisi data dan teori yang relevan dengan perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.

2.1 Resto

Berasal dari Prancis pada abad 16 dan berkembang pada akhir abad ke-18. Pada masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan (tavern), tempat para pelancong mengisi perut. Resto sendiri merupakan singkatan dari kata restoran. Menurut Marsum (2000) restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada konsumennya baik berupa makanan maupun minuman.

2.2 Resto Kampoeng Steak

Kampoeng Steak adalah salah satu restoran yang didirikan di Surabaya oleh sepasang suami istri yaitu Bapak Juned dan Ibu Lilik pada akhir Desember 2002. Bisnis ini termasuk bisnis franchise lokal yang saat ini telah mempunyai 13 outlet/cabang yang tersebar di kota-kota besar seperti Sidoarjo, Gresik, Semarang, dan Jakarta. Restoran ini menyajikan produk makanan dan minuman yang halal dengan menu spesial aneka steak, spaghetti, serta minuman seperti jus buah segar dan milkshake dengan rasa yang nikmat dan harga yang hemat.


(17)

2.2.1 Visi dan Misi Kampoeng Steak Visi:

Kampoeng Steak sebagai rumah makan yang menyajikan produk makanan dan minuman yang halal dengan menu spesial yakni aneka steak, spaghetti, jus buah segar, milk shake dengan rasa nikmat, harga hemat sehingga dpat diterima masyarakat luas dan menjadi salah satu ikon di Surabaya yang bertujuan memperkaya wisata kuliner nusantara dan menjadikan usaha yang barokah.

Misi:

1. Melayani masyarakat untuk menikmati sajian di Kampoeng Steak dengan

sebaik-baiknya.

2. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

3. Membangun dan mengembangkan usaha Kampoeng Steak bersama karyawan

dalam rangka peningkatran kesejahteraan hidup karyawan Kampoeng Steak.

4. Dapat ikut dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar dan mendukung

program pemerintahan

5. Menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kehidupan dan dapat mewujudkannya di dalam lingkungan kerja Kampoeng Steak pada khususnya dan lingkungan masyarakat pada umumnya.


(18)

2.3 Surabaya

2.3.1 Sejarah Surabaya

Kota Surabaya dikenal sebagai kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Surabaya merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Timur dan merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur.

Kota Surabaya kaya akan sejarah perjuangannya atau keheroismenya pada saat arek-arek Suroboyo memperjuangkan kemerdekaannya. Kota yang berjulukan Kota Pahlawan ini memiliki beragam keunikan yang dapat segera menarik perhatian bagi siapa saja. Selain sebagai kota sejarah, Surabaya juga dikenal sebagai kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Maka kehidupan tradisional daerah dan modernitas terlihat nyata di kota ini, membentuk kebudayaan yang unik dan tentu saja menarik.

2.3.2 Karakteristik Kota Surabaya

Secara historis, pusat perdagangan Surabaya sudah ditata untuk memiliki penanda atau ikon sebagai identitas kawasan. Surabaya hingga kini diyakini memiliki ikon-ikon lingkungan yang juga memberikan karakter kuat terhadap perjuangan masyarakat Surabaya. Diantaranya adalah Tugu Pahlawan, Patung Suroboyo, Hotel Majapahit, Gedung Balaikota. Kota Surabaya telah berumur


(19)

lebih dari 700 tahun, dan tentunya telah memberikan makna dan arti tertentu bagi warga maupun pendatangnya.

Kekuatan ekonomi Surabaya, yang didukung dengan lengkapnya segala aktifitas perdagangan, pendidikan, perkantoran, dan juga perumahan, semakin lama semakin berkembang. Fasilitas tersebut memberikan penanda atau ikon bagi kota Surabaya seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan kota mengarah ke kota modern (Rully Damayanti).

Untuk budaya, budaya arek yang mengistilahkan dirinya sebagai “orang Surabaya yang sebenarnya” adalah pribadi-pribadi yang berkeinginan kuat, suka merasa bebas dari kewajiban sosial dan kewajiban lainnya, dan cenderung bereaksi kasar kalau ditekan. Mereka juga pekerja keras, mandiri dan sering bersifat merakyat. Sudah sejak lama masyarakat yang mendukung budaya arek dikenal sebagai pribadi-pribadi pemberani. Keberanian pendukung budaya arek tidak hanya tercermin dalam peristiwa 10 November 1945. Sebab jauh sebelumnya keberanian pendukung budaya arek dalam melawan kesewenang-wenangan penjajah sudah sering dilakukan.

Menurut Purnawan, secara umum pendukung budaya arek memilik sifat dan sikap yang kaku dan cenderung kasar. Sikap ini sesuai dengan karakter masyarakat setempat yang cenderung tanpa kompromi dan sering bersifat individual. Jika mereka memiliki kemauan maka harus dapat diwujudkan. Jika ada yang menghalangi maka harus dilawan. Tidak jarang mereka mengidentifikasikan dirinya ibarat boneka kayu yang keras dan kaku.


(20)

Pendukung budaya arek terkenal kukuh pada pendirian. Masyarakat budaya arek pada umumnya sangat menghormati dan menyenangi orang yang teguh pada kata-katanya karena dapat dipercaya. Karakter apa adanya dan lugas bukan berarti polos tanpa pretensi. Karakter semacam ini diartikan sebagai sikap-sikap yang tidak mau menyembunyikan sesuatu, apalagi menyembunyikan kesalahan. Karakter semacam ini juga menyimbolkan kejujuran dalam menyatakan perasaan hati. Hal tersebut tercermin dari tutur kata masyarakat dalam lingkungan budaya arek yang cenderung ceplas-ceplos dan to the point jika menghendaki atau meminta sesuatu dari orang lain.

Masyarakat budaya arek sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan kebersamaan. Mereka tidak mau terkungkung dengan penjenjangan masyarakat yang terlalu rumit. Hal tersebut tercermin dalam keseharian mereka terutama dalam bertutur kata, yang sangat minim dengan idiom-idiom yang menunjukkan perbedaan strata. Bahasa yang digunakan sehari-hari banyak merupakan bahasa ngoko yang sangat egaliter dan merakyat. Model budaya egaliter tentu saja sangat baik untuk dikembangkan terutama pada pola-pola kepemimpinannya.

2.4 Brand Loyalty

Menurut Freddy Rangkuti dalam buku The Power of Brand, pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka


(21)

kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan.

Loyalitas memiliki tingkatan seperti berikut:

Commited Menyukai merek Pembeli yang puas dengan biaya peralihan Pembeli yang puas/bersifat kebiasaan, tidak ada masalah

untuk beralih Berpindah-berpindah, peka terhadap perubahan harga,

Tidak ada loyalitas pelanggan

Gambar 2.1 Piramida Loyalitas

Berdasarkan piramida loyalitas di atas, dapat dijelaskan bahwa:

1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan demikian, merek memainkan peran yang kecl dalam keputusan pembelian. Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek atau


(22)

disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).

2. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia

gunakan, atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul biaya peralihan, baik dalam waktu, uang atau risiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain. Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan penggantian ke merek lain. Para pembeli ini disebut satisfied buyer.

4. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.

Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek, karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.

5. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna satu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya (commited buyers).


(23)

Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset strategis dan jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.2 Diagram Nilai Loyalitas Merek

Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan pelanggan baru. Keuntungan kedua, loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak pengecer untuk memajang di rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para pelanggan akan mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftrar belanjanya. Keuntungan ketiga, dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal minimal dapat mengurangi

Loyalitas Merek

Pengurangan biaya pemasaran

Peningkatan perdagangan

Mengikat customer baru: a. Menciptakan kesadaran brand

b. Meyakinkan kembali


(24)

resiko. Keuntungan keempat adalah loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu perusahaan untuk cepat merespons gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut loyal akan memberi waktu pada perusahaan tersebut agar memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya (Rangkuti, 2002: 60-64).

2.5 Media Promosi 2.5.1 Definisi Promosi

Promosi penjualan (sales promotion) terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mendorong terjadinya pembelian suatu produk secara cepat, atau dalam waktu yang relatif singkat. Promosi penjualan merupakan serangkaian teknik persuasif yang menawarkan insentif atau nilai tambah suatu produk, baik kepada para perantara maupun pemakai langsung, dalam jangka waktu tertentu dan digunakan untuk mencapai sasaran penjualan yang segera (Harjanto, 2009:84).

Promosi merupakan bagian penting dari pemasaran suatu produk karena promosi akan membantu konsumen mengingat merek (Harjanto, 2009:262). Promosi merupakan kegiatan penting yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan, dan menginformasikan potensi suatu produk agar keberadaannya lebih dikenal oleh khalayak luas dan dapat mendorong khalayak untuk berkunjung ke produk atau objek yang dipromosikan.


(25)

Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang sebelumnya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan mengingat produk tersebut. Bahkan, promosi merek juga dapat mengubah citra produk dan mambuatnya menjadi lebih dihargai karena sikap hormat kepada merek tersebut.

Michael Ray (Morissan, 2010:16) menyatakan bahwa promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai oleh pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Informasi yang terkandung dalam promosi biasanya berisi bujukan atau mengingatkan konsumen kembali tentang sebuah produk.

Promosi mencakup berbagai metode dan teknik yng digunakan untuk berkomunikasi dengan para konsumen potensial. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan. Beberapa unsur yang mendukung promosi, yakni bauran promosi. Adapun bauran promosi menurut Philip adalah sebagai berikut (Basir, 2010):

1. Periklanan (Advertising)

Kegiatan komunikasi non-personal tentang produk, jasa, atau gagasan yang disampaikan ke khalayak sasaran melalui berbagai media.

2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Variasi insentif jangka pendek untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.


(26)

3. Hubungan Masyarakat dan Publishitas (Public Relation and Publishity)

Serangkaian kegiatan komunikasi yang dipergunakan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang kondusif di internal maupun eksternal perusahaan pemasar.

4. Penjualan Personal (Personal Selling)

Penyajian lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.

5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Komunikasi langsung yang digunakan dari mail, telepon, fax, internet, untuk mendapatkan tanggapan langsung dari konsumen secara jelas. Promosi dan penjualan dilakukan langsung kepada konsumen akhir.

2.5.2 Media Promosi dan Periklanan

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa promosi memiliki beberapa bauran promosi. Frank Jefkins (1995:84) menyebutkan bahwa media promosi meliputi seperangkat yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan kepada calon pembeli. Aplikasi media dalam promosi tergantung pada strategi dan tujuan yang ingin dicapai.

Promosi menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan iklan (Kotler dan Keller, 2007 : 234). Iklan memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a. Iklan Informatif

Iklan informatif ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahan tentang produk baru atau produk yang sudah ada.


(27)

b. Iklan Persuasif

Iklan persuasif ini bertujuan untuk menciptakan menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produkatau jasa.

c. Iklan Pengingat

Iklan pengingat ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian kembali produk atau jasa.

d. Iklan Penguat

Iklan penguat ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli konsumen yang sudah ada bahwa produk yang mereka beli atau yang mereka gunakan tepat.

Periklanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan produk atau jasa yang dihasilkan, dan memerlukan pembayaran serta menggunakan media yang bervariasi. Dalam hal ini pemilihan media priklanan yang tepat dapat ditempuh dengan menentukan jangkauan, frekuensi, dan dampak yang diinginkan (memilih diantara berbagai jenis media utama, memilih sarana media tertentu, memutuskan waktunya, serta memutuskan alokasi media secara geografis).

Yang dimaksudkan dengan jangkauan disini, bahwa media yang akan kita gunakan harus mampu menjangkau audience yang ditargetkan, sehingga media yang digunakan tidak sia-sia. Jangkauan paling berperan penting ketika meluncurkan produk baru, merek satu diantara merek lainnya, perluasan merek terkenal, dan memburu pasar sasaran yang baru.


(28)

Frekuensi merupakan jumlah waktu penayangan iklan, jumlah waktu tersebut dalam kurun waktu tertentu agar tepat dan efektif. Dalam hal ini frekuensi penayangan akan berperan penting jika terdapat pesaing yang kuat, sesuatu yang rumit untuk diceritakan, dan penolakan konsumen yang tinggi. Sedangkan dampak merupakan efek akhir yang diinginkan setelah iklan tersebut tayang.

Selain menempuh langkah diatas ada beberapa variabel yang harus di pertimbangkan pula untuk menentukan media periklanan yang tepat, diantaranya kebiasaan media audience sasaran, ciri-ciri produk, ciri-ciri pesan, dan biaya yang akan dikeluarkan. Penyampaian iklan, baik untuk televisi maupun cetak, bisa dilakukan menggunakan berbagai cara, antara lain:

a. Maskot sebagai daya tarik (Pinokio pada iklan Pocari Sweat) b. Human Interest (model sebagai daya tarik)

c. Tokoh/idola/bintang film/selebriti

d. Anak kecil, contoh: Pepsodent, susu anak, trika dan lain-lain

e. Orang tak dikenal yang akhirnya bisa menajdi terkenal, contohnya “Asiknya rame-rame” iklan sampoerna ijo.

Disamping itu penyampaiannya pun dapat dilakukan dengan gambar kartun/humor, tokoh pelawak sebagai model, plesetan dari adegan film, menggunakan imajinasi sex, pria ganteng, atau wanita cantik. Untuk klinik kecantikan penggunaan model wanita cantik sebagai simbol kecantikan (Kusrianto, 2007).


(29)

Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007) dalam buku manajen pemasaran menyebutkan bahwa media terdiri atas media cetak (Koran dan majalah), media penyiaran (radio, televisi), media jaringan (telepon, kabel, satelit, nirkabel), media elektronik (rekaman, audio, video, video disk, CD-ROM, halaman internet), dan media pajangan (papan reklame, tanda, poster). Setiap media tidak ada yang lebih hebat dari media lainnya, karena setiap media pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dalam menjangkau sasarannya. Untuk itulah bentuk media promosi sangat beragam karena sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas pembuatnya.

2.5.3 Pemasaran Viral

Pemasaran viral dalam bahasa inggris yaitu viral marketing adalah strategi dan proses penyebaran pesan elektronik yang menjadi saluran untuk mengkomunikasikan informasi suatu produk kepada masyarakat secara meluas dan berkembang (wikipedia.org). istilah viral marketing dipopulerkan oleh Tim Draper dan Steve Jurvetson dari perusahaan venture capital, Draper Fisher Jurvetson pada 1997 untuk menjelaskan kesuksesan marketing Hotmail sebagai email provider. Viral dalam tinjauan marketing adalah terjadinya suatu tindakan baik kepada objek atau suatu pola pikir, sehingga memiliki kemampuan utnuk menyebar dan menduplikasikan diri atau mengubah objek atau pola pikiran sehingga semakin menyerupai viral objek ketika berinteraksi dengan viral objek tersebut. Dimana penyebaran ini membentuk pola seperti penyebaran virus.


(30)

Viral marketing daat ini secara umum bergantung pada teknologi internet dimana konsumen sangat memahami penggunaan internet dan menggunakan internet sebagai sarana berkomunikasi sehari-hari. Viral marketing dan viral advertising mengacu pada teknik-teknik marketing yang menggunakan social network yang sudah ada dimana penyebarannya seperti pola penyebaran virus biologis maupun virus komputer. Sehingga viral marketing dapat disebut juga fenomena marketing yang memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk menyebarkan pesan-pesan marketing secara sukarela.

2.6 Visual 2.6.1 Warna

Warna memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan saat membeli barang. Karena itu memilih warna yang tepat merupakan proses yang sangat penting dalam mendesain. Memilih warna tidak hanya sekedar mengikuti selera pribadi berdasarkan perasaannya saja, tetapi telah memilihnya dengan penuh kesadaran akan kegunaannya. Menurut buku Warna, Teori dan Kreativitas Penggunaannya, Marian L. David dalam bukunya Visual Design in Dress (1987: 119), menggolongkan warna menjadi dua, yaitu warna eksternal dan internal. Warna eksternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedang warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya. Warna dapat mempengaruhi emosi manusia dan warna dapat pula menggambarkan suasana hati seseorang.


(31)

Sifat warna digolongkan menjadi dua golongan ekstrem yaitu warna panas dan warna dingin (Dharmaprawira, 2002: 33).

- Warna panas adalah keluarga merah/jingga yang memiliki sifat dan pengaruh hangat, segar, menyenangkan, merangsang, dan bergairah.

- Warna dingin adalah kelompok biru/hijau yang memiliki sifat dan pengaruh sunyi, tenang, makin tua, dan makin gelap serta arahnya makin menambah tenggelam dan depresi.

Berikut akan dijabarkan beberapa karakteristik/sifat dari warna panas dan warna dingin, sebagai berikut ( Dharmaprawira W.A, 2002 ):

Tabel 2.1 Karakteristik dan Sifat Warna

Warna Panas Warna Dingin

Warna Merah

- Pribadi yang integratif - Mudah menyesuaikan diri - Cinta

- Nafsu

- Kekuatan - Berani - Primitive

- Menarik

- Pengorbanan - Vitalitas - Agresif - Kebahagiaan - Sosialisme - Persahabatan - Gairah

Warna Biru

- Mudah tertekan

- Damai

- Setia - Konservatif - Pasif terhormat - Depresi

- Lembut

- Menahan diri - Ikhlas - Sejuk - Pasif - Spiritual - Monotheis - Kesucian

- Kedamaian

Warna Kuning - Intelektual

- Cerah

- Bijaksana - Terang

- Bahagia

Warna Hijau

- Selera makan yang tinggi

- Tenang

- Kedudukan sosial tinggi

- Tumbuh/pertumbuhan


(32)

- Hangat - Pengecut - Penghianatan

- Kekayaan

- Emas

- Keberuntungan

- Suka cita - Idealisme

- Kemakmuran

- Segar - Istirahat

- Kaya

- Cemburu

- Iri hati - Perenungan

- Melambangkan kepecayaan

- Simbol agama Islam - Harmoni

Warna Jingga

- Ramah

- Ramai

- Hangat

- Semangat muda

- Ekstremis - Menarik - Kebahagiaan

- Penghormatan

- Kegembiraan

- Optimism

- Keseimbangan

- Kainginan

- Semangat

- Ceria

Warna Ungu - Artistik - Misteri - Kuat - Kreativitas - Formal - Melankolis

- Pendiam

- Mulia/agung - Sejuk

- Murung dan menyerah

- Lambang duka cita, lambang agama, dan suci

- Spiritual - Kebanggaan

Berikut ini adalah warna-warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi seseorang diambil dari buku Design in Dress oleh Marian L.David (1987: 135) dalam buku Warna Teori dan Kreativitas Penggunaannya, sebagai berikut:

Merah : cinta, nafsu, kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, dosa, pengorbanan.

Merah Jingga : semangat, tenaga, kekuatan, pesat, hebat, gairah. Jingga : hangat, semangat muda, ekstremis, menarik.

Kuning Jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka. Kuning : cerah, bijaksana, terang, bahagia, hangat, pengecut,


(33)

Kuning Hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri. Hijau Muda : kurang pengalaman, tumbuh, cemburu, iri hati, kaya, segar. Hijau Biru : istirahat, tenang, santai, diam, lembut, setia, kepercayaan. Biru : damai, setia, konservatif, pasif terhormat, depresi, lembut,

menahan diri, ikhlas.

Biru Ungu : spiritual, kelelahan, hebat, kesuraman, kematangan, sederhana, rendah hati, keterasingan, tersisih, tenang, semtosa.

Ungu : misteri, kuat, supremasi, formal, melankolis, pendiam, agung (mulia).

Merah Ungu : tekanan, intrik, drama, terpencil, penggerak, teka-teki.

Coklat : hangat, tenang, alami, bersahabat, kebersamaan, tenang, sentosa, rendah hati.

Hitam : kuat, duka cita, resmi, kematian, keahlian, tidak menentu.

Abu-abu : tenang.

Putih : senang, harapan, murni, lugu, bersih, spiritual, pemaaf, cinta, tenang.

Menurut Marianne Rosner Klimchuck dan Sandra A. Krasovec dalam buku Desain Kemasan (2008), menjelaskan bahwa merah, warna yang hangat dalam spektrum warna, diasosiasikan dengan matahari dan panas, dan menggambarkan cinta, api, nafsu, agresi, sifat impulsif, mendebarkan, berani dan kuat.


(34)

2.7 Tipografi

Tipografi merupakan istilah yang sering digunakan sebagai cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis. Pengelolahan tipografi akan sangat menentukan keberhasilan dalam desain, karena dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada huruf yang digunakan, keterbacaan huruf, dan tergantung cara penyusunannya pula.

Berdasarkan fungsinya, huruf dibagi menjadi dua macam yaitu huruf teks dan huruf judul (Supriyono, 2010:23). Jika menggunakan huruf teks, sebaiknya memilih huruf yang sederhana dan akrab dengan pembaca misalnya Times New Roman dan Arial, nilai keterbacaan jauh lebih penting dari pada keindahan. Sedangkan untuk huruf judul, dapat menggunakan jenis huruf yang sedikit unik dengan tetap menjaga nilai keterbacaan dan kesesuaian untuk menarik minat pembaca. Pemakaian huruf yang berlebihan akan memberikan kesan crowded atau berdesakkan. Kesederhanaan huruf menjadi syarat untuk menciptakan sebuah desain yang nyaman untuk dibaca.

Menurut (Rustan, 2011: 1-10) pengelompokan huruf sesuai garis besar antara lain :

1. Serif

Huruf jenis serif dapat dikenali memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya. Selain membantu keterbacaan, serif juga memudahkan saat diukir ke batu.


(35)

Gambar 2.3 Contoh huruf serif

(Sumber : http://blogkelompoktiga.blgspot.com/) 2. Sans Serif

Huruf jenis sans serif tidak memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya. Sans serif melambangkan kesederhanaan.

Gambar 2.4 Contoh huruf san serif

(Sumber : http://blogkelompoktiga.blogspot.com/) 3. Script

Jenis huruf ini juga sering disebut Kursif. Huruf ini menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi, akrab, keanggunan, dan kepuasan. Seperti halnya huruf jawa adalah salah satu contohnya.


(36)

Gambar 2.5 Contoh Huruf Script (Sumber : http://muhuck.files.wordpress.com/)

Huruf San serif cocok untuk heading karena memiliki karakter yang elegan, lugas, tegas, simple, dan mudah dibaca. Sementara untuk huruf serif memiliki kesan luwes, fleksibel, familier, dan lebih nyaman dibaca untuk teks panjang (Supriyono, 2010 : 32).

Pemilihan huruf yang tepat belum tentu menghasilkan teks yang nyaman untuk dibaca, untuk itu perlu beberapa pertimbangan untuk mengelola huruf, diantaranya:

1. Ukuran Huruf

Nilai keterbacaan sebuah huruf ditentukan pula oleh besar kecil huruf yang digunakan. Jika ingin menonjolkan judul sebagai eye catcher maka huruf perlu dibuat besar, tebal, dan kontras.

Sedangkan jika ingin menonjolkan gambar atau unsur visual pada desain maka judul bisa dibuat lebih kecil agar komposisinya enak dilihat dan tidak bersaing merebut perhatian pembaca.

2. Variasi Huruf

Tebal tipis sebuah huruf juga berpengaruh pada keterbacaan sebuah desain. Huruf tebal biasanya digunakan untuk display atau eye catcher. Huruf tebal


(37)

efektif jika digunakan pad poster, iklan, leaflet, dan publikasi lainnya. Sedangkan huruf tipis cocok digunakan untuk menyampaikan pesan yang halus, sopan, dan informasi yang ringan, yang didukung dengan latar yang cukup kontras.

3. Panjang Baris atau Lebar Kolom

Pengaturan panjang baris perlu disesuaikan dengan spasi dan ukuran huruf. Menurut penelitian spancer, jumlah huruf per baris yang nyaman dibaca adalah sekitar 60 karakter. Baris teks yang terlalu pendek mengakibatkan banyak penggalan kata yang dapat mengganggu kenyamanan saat membaca. 4. Spasi Baris (leading)

Pengaturan jarak baris ini bertujuan untuk kenyamanan membaca (readability) dan keindahan (aesthetic). Kerapatan baris dapat disesuaikan dengan panjang baris. Terkadang hanya butuh kepekaan rasa untuk menentukan jarak baris sesuai dengan komposisi, dan keseimbangan pada desainnya.

5. Spasi Huruf, kerning, dan tracking

Kerning merupakan pengaturan spasi huruf yang hanya dilakukan pada dua huruf berdampingan dalam satu kata. Tracking merupakan spasi huruf dalam satu kata yang dirapatkan atau direnggangkan. Kedunya dilakukan tentu untuk memberikan kemudahan membaca.

6. Bentuk Susunan

Dalam perancangan tipografi penataan baris (alignment) memiliki peranan penting sebagai penunjang legabitility (keterbacaan) serta estetika dari


(38)

perancangan. Berdasarkan bentuk susunannya, baris teks dapat ditata dengan lima cara, yaitu: (1) rata kiri/flush left, (2) rata kanan/flush right, (3) rata tengah/centered, (4) rata kiri kanan/justified, dan (5) asimetris/random.

2.7.1 Layout

Moriarty (2009:519) menyatakan bahwa layout merupakan rancangan semua elemen yang ditata untuk menciptakan kesan estetis yang bagus. Layout yang berbeda dapat memberikan kesan yang berbeda tentang suatu produk.

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007: 277), prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam penerapan perancangan ini desain layout menjadi landasan untuk dijadikan acuan dasar dalam memberikan panduan dalam mendesain layout dari perancangan buku monumen bersejarah di kota Surabaya. Untuk mengatur layout, di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout.

Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik brosur, majalah, iklan maupun pada buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian, yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape / portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan memuat gambar / copywriting yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.


(39)

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya). 3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi layout nya didominasi oleh penyajian teks (copy). 5. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.

7. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.


(40)

8. Sircus Layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.

9. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.

11. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi lay out iklan tersebut.

13. Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita).


(41)

14. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

15. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong. 17. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume / isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar).

19. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captions nya.


(42)

20. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita.

2.8 Teori Analisis SWOT

Menurut Rangkuti dalam Marimin (2004: 58), analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Dalam hal ini SWOT dipergunakan untuk mengevaluasi suatu hal dengan tujuan meminimumkan resiko yang akan timbul, dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang akan menghambat keputusan perancangan yang diambil (Sarwono dan Hari, 2007:18).

1. Strength, untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang menguntungkan perusahaan tersebut.

2. Weakness, untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang merugikan perusahaan.

3. Opportunity, untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak diambil bisa merugikan, atau sebaliknya.

4. Threats, untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan produk yang ditawarkan.


(43)

Menganalisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan matrix SWOT. Setelah mengkaji gagasan segi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), kemudian disimpulkan.

Kesimpulan tersebut disusun berdasarkan analisis hal-hal yang dikandung oleh empat factor diatas menjadi sesuatu yang positif dan netral. Penyusunan tersebut ditampung dalam matrix SWOT. Berikut merupakan bagan matrix SWOT:

Gambar 2.6 Bagan Matrix SWOT Keterangan:

• PE – KU : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan

• PE – LEM : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan

• A – KU : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah

kekuatan

• A – LEM : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk


(44)

2.9 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP) 2.9.1 Segmentasi

Segmentasi merupakan upaya untuk membagi calon konsumen dalam kelompok-kelompok tertentu (Harjanto, 2009). Upaya ini dilakukan untuk memudahkan usaha penjualan seseorang karena segmentasinya yang dipertajam.

Penentuan segmentasi pasar ini dapat dilakukan dengan menganalisis segmentasi yang sudah ada atau menentukan sendiri pasar konsumen yang dianggap potensial. Penentuan segmentasi ini dapat dilakukan dengan melihat: 1. Demografis, membagi pasar dalam kelompok yang didasarkan pada variable

demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, siklus keluarga, agama, besar keluarga, pendidikan, penghasilan.

2. Geografis, membagi pasar dalam unit-unit geografis seperti Negara / tempat / kota / wilayah, kepadatan, ukuran kota, dan iklim.

3. Psikografis, seperti kelas sosial, kepribadian dan gaya hidup.

4. Behavioristik, seperti kebiasaan pembeli, status pembeli, tingkat konsumsi, kadar kesetiaan, dan kesiapan membeli.

Penentuan segmentasi ini umumnya berawal dari riset media yang terukur, yang khalayaknya minimal harus didukung parameter diatas. Segmentasi umumnya disampaikan secara deskriptif, hal ini dilakukan untuk memudahkan penentuan segmentasi.


(45)

2.9.2 Targeting

Targeting adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Targeting yang dimaksdukan disini adalah target market (pasar sasaran), yakni beberapa segmen pasar yang akan menjadi focus pemasaran (Kasali, 2000). Targeting juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk menyeleksi pasar sasaran dengan menfokuskan kegiatan pemasaran atau promosi pada beberapa segmen saja dan meninggalkan segmentasi lainnya yang kurang potensial. Pemasar dapat memilih untuk menargetkan pada satu atau dua segmen sekaligus. Targeting memiliki dua fungsi yakni untuk menyeleksi pasar sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (selecting), dan menjangkau pasar sasaran tersebut (reaching) untuk mengkomunikasikan nilai.

2.9.3 Positioning

Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen. Dengan kata lain Positioning adalah bagaimana menempatkan produk kedalam pikiran audience, sehingga calon konsumen memiliki pemikiran tertentu dan mengidentifikasikan produknya dengan produk tersebut. Positioning merupakan hal yang penting dalam pemasaran, khususnya bagi produk yang tingkat persaingannya sudah sangat tinggi.

Philip mendefinisikan positioning (dalam Kasali, 2000):

“The act designing the company’s offering and image so that they occupy a meaningful and distinct competitive posiyion the target suctomers mind”


(46)

(Positioning adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya, berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benar sasaran).

Dari berbagai definisi mengenai positioning diatas dapat disimpulkan bahwa positioning merupakan strategi komunikasi yang mengandung arti tertentu untuk

menancapkan kesan tertentu dibenak khalayak/konsumen. Beberapa hal yang

dapat ditonjolkan dalam positioning diantaranya adalah:

1. Positioning harus memberikan arti yang penting bagi konsumen 2. Apa yang ingin ditonjolkan harus unik dan berbeda dari pesaingnya

3. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu penyataan, pernyataan tersebut harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan dapat dipercaya.

Positioning juga dapat ditentukan dengan melihat hal-hal berikut (kasali, 2000), diantaranya positioning berdasarkan perbedaan produk, positioning berdasarkan manfaat produk, positioning berdasarkan pemakaian, positioning berdasarkan kategori produk, positioning berdasarkan kepada pesaing, positioning melalui imajinasi, dan positioning berdasarkan masalah.

2.10 Unique Selling Proposition (USP)

Dalam membangun posisi produk dibenak konsumen, perusahaan atau lembaga harus mengembangkan Unique Selling Proposition yang merupakan competitive advantage (Kotler, 2005:76). Strategi ini beriorientasi pada keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan suatu produk. Produk dibedakan oleh karakter yang


(47)

spesifik. USP dapat menggunakan perbedaan karakteristik fisik atau sekedar atributnya, sepanjang ia memberi manfaat bagi konsumen, dan tidak dimiliki oleh produk-produk pesaing (Harjanto, 2009: 179).

2.11 Tagline

Tagline adalah salah satu atribut dalam sistem identitas, berupa satu kata atau lebih yang menggambarkan esensi, personality maupun positioning brand (Rustan, 2009: 70). Eric Swart, seorang penulis dan ahli brand tagline dalam buku Logo mendefinisikan tagline sebagai susunan kata yang ringkas (biasanya tidak lebih dari 7 kata), diletakkan mendampingi logo dan mengandung pesan brand yang kuat ditujukan kepada audience tertentu.

Tagline juga disebut dengan istilah slogan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam periklanan. Kata-kata pada tagline makin lama makin singkat namun sarat makna. Selain slogan, tagline juga dikenal dengan istilah motto. Usia pemakaian tagline pada suatu brand tidak selamanya. Seringkali tagline diganti menyesuaikan perkembangan pasar dan gaya hidup target audiensnya (Rustan, 2009: 70).

2.11.1 Jenis-jenis Tagline Berdasarkan Sifatnya

Menurut Rustan dalam buku Logo, jenis-jenis tagline dibedakan berdasarkan sifatnya, seperti:

a. Descriptive : menerangkan produknya/ servisnya/ janji brand.


(48)

c. Superlative : memposisikan dirinya sebagai yang paling unggul.

d. Imperative : menyuruh/menggambarkan suatu aksi, biasa diawali dengan kata kerja.

e. Provocative : mengajak/ menantang/ memancing logika atau emosi, seringkali berupa kalimat tanya.

2.12 Analisis Data

Secara umum proses analisis data mencakup reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusus hipotesa (Moleong, 2006:288).

1. Teknik reduksi data

Merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik pengumpulan data. Proses ini dilakukan untuk menajamkan, mengarahkan dan menggolongkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dalam penelitian, jika melebar maka hasil jawaban akan dibuang dan tidak digunakan. Reduksi data ini juga bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul, dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkumnya serta mengklasifikasikan sesuai masalah.

2. Kategorisasi

Merupakan upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan, yang nantinya setiap kategori di berinama dan di sendiri kan.


(49)

3. Sintesisasi

Merupakan mencari kaitan antara kategori satu dengan kategori kategori lainnya.

4. Menyusun Hipotesis Kerja atau Kesimpulan

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis, dengan mencari hal-hal yang dianggap penting. Dalam hal ini kesimpulan disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposional, terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.


(50)

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijabarkan bagaimana langkah-langkah yang diambil oleh peneliti dalam mendapatkan data serta langkah menganalisisnya.

3.1 Metodologi Penelitian

Perancangan ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006:4) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dari pendekatan ini diharapkan mampu memproleh uraian yang mendalam mengenai obyek yang sedang diteliti.

Menurut Rachmat Kriyantono (2006: 62) pendekatan berdasarkan metodologi kualitatif, dikenal beberapa metode riset antara lain focus group discussion, wawancara mendalam, studi kasus, dan observasi.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penentuan teknik atau metode pengumpulan data merupakan kelengkapan atau pengembangan metode riset yang dipilih, agar data bisa dikumpulkan. Data yang diperoleh memiliki peranan yang penting untuk mengetahui garis besar permasalahan yang dihadapi dalam perancangan media promosi resto Kampoeng Steak. Menurut Wimmer dan Sendjaya (Kriyantono, 2006: 95) Pengumpulan data


(52)

yang menggunakan riset kualitatif antara lain observasi, focus group discussion, wawancara dan studi kasus. Agar data yang dikumpulkan lebih lengkap, didukung juga teknik pengumpulan data antara lain kepustakaan dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Kriyantono, 2006: 100). Peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terus-menerus (lebih dari 1 kali) untuk menggali informasi dari informan (Kriyantono, 2006: 63-64). Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan Bapak Adi, beliau adalah pihak marketing dari resto Kampoeng Steak. Wawancara akan diarahkan pada pertanyaan yang menyangkut visi dan misi serta media promosinya dan upaya yang telah dilakukan dalam mempromosikan resto Kampoeng Steak. Dari wawancara tersebut dapat diketahui permasalahan, kendala, dan berbagai informasi pendukung penelitian lainnya.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut (Kriyantono, 2006: 110). Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara mengamati beberapa outlet/cabang resto Kampoeng Steak di Surabaya. Observasi ini penting untuk melihat lebih dalam tentang karakteristik Kampoeng Steak selama ini.


(53)

3. Focus Group Discussion (FGD)

FGD adalah metode pengumpulan data atau riset untuk memahami sikap dan perilaku khalayak. Biasanya terdiri dari 6-12 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancarai dengan dipandu oleh moderator (peneliti) (Kriyantono, 2006: 120). Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari referensi dalam pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi pustaka ini penting untuk mendukung data penelitian yang akan diimplementasikan ke dalam perancangan media promosi. Pada penelitian ini banyak buku yang digunakan seperti buku tentang pemasaran, serta buku-buku lainnya yang menjadi bahan acuan dalam melaksanakan penelitian ini. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran, dan lain lain).

4. Kepustakaan

Metode ini menggunakan literatur dalam menunjang semua data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini dan menunjang keabsahan data yang diperoleh di lapangan.

Pada metode ini, digunakan berbagai literatur yang berhubungan dengan proses perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan Brand Loyalty seperti penelitian terdahulu, buku, jurnal, dan artikel yang diperoleh dari website.


(54)

5. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan seluruh bukti yang berkaitan dengan media promosi resto Kampoeng Steak berupa foto produk-produk seperti menu steak, suasana dan interior dari resto Kampoeng Steak. Dokumentasi ini penting untuk mendapatkan informasi yang mendukung penelitianmperdalam data penelitian.

3.3 Teknik Analisis Data

Sebagai landasan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif. Deskriptif yaitu penafsiran data yang dilakukan dengan penalaran yang didasarkan pada data yang telah dikumpulkan. Setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, dilakukan pengolahan atau analisis data yang mencakup reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesa kerja atau kesimpulan (Moleong, 2006:288).

Teknik reduksi data merupakan penyederhanaan jawaban-jawaban dari seluruh pertanyaan yang telah di ajukan kepada pihak-pihak tertentu dalam teknik pengumpulan data. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah data yang diperoleh dengan mencari kesamaan. Selanjutnya di cari kaitan antara data yang satu dengan lainnya dalam proses sintesisasi. Dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan menjadi satu pernyataan yang menjawab pertanyaan penelitian.


(55)

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data tersebut selesai dilaksanakan, maka dibuat beberapa rancangan media promosi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

3.3.1 Hasil dan Analisis Data

Berdasarkan hasil observasi & wawancara yang dilakukan di kantor pemasaran Kampoeng Steak cabang Nginden pada tanggal 14 September 2012 dengan Bapak Adi sebagai marketing di Kampoeng Steak bahwa selama ini Kampoeng Steak merupakan bisnis franchise lokal bidang makanan yang berasal dari Surabaya. Saat ini Resto Kampoeng Steak telah memiliki 12 cabang di Indonesia. Resto ini menawarkan menu steak sebagai menu utamanya dan beberapa menu lainnya yang tersedia hanya sebagai pelengkap. Dengan harga yang ekonomis untuk kategori steak yang selama ini termasuk makanan mewah (high class), Kampoeng Steak berharap dapat diterima di masyarakat dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Visi dari Kampoeng Steak sendiri adalah ingin menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Surabaya.

Resto Kampoeng Steak menawarkan harga yang ekonomis dan bervariasi sesuai dengan jenis makanannya. Harga ini disesuaikan dengan segmentasi pasar yaitu untuk remaja kalangan menengah. Dengan targetnya yang dominan adalah anak muda/remaja meskipun saat ini keluarga juga termasuk konsumen dari Kampoeng Steak.

Saat ini menjadi ciri khas Resto Kampoeng Steak adalah warna kuning dan biru sebagai warna corporate. Ditambah adanya ornamen kayu pada setiap


(56)

outlet/cabangnya. Ciri khas tersebut berdasarkan konsep dari Kampoeng Steak yang memang memakai konsep tradisisonal. Dengan ciri khas yang ada pada Resto Kampoeng selama ini, bertujuan agar masyarakat dapat menerima bahwa makanan steak yang biasanya tergolong makanan mahal pun bisa didapat dengan harga yang ekonomis dan semua kalangan bisa merasakan steak yang rasanya tak kalah dengan steak di restoran.

Selain itu, meskipun selama ini Resto Kampoeng Steak berasal dari Surabaya, tetapi Resto Kampoeng Steak belum menggambarkan suatu karakteristik Surabaya. Penggambaran image Resto Kampoeng Steak sebagai resto lokal yang berasal dari Surabaya belum tersampaikan.

Berdasarkan hasil wawancara, ternyata resto Kampoeng Steak selama ini masih menonjolkan masakan steaknya saja, bukan karakteristik asal Kampoeng Steak itu sendiri. Padahal itu dapat dijadikan suatu keunikan baru yang menjadi pembeda dengan resto steak lainnya. Saat ini memang Resto Kampoeng Steak sudah memperlihatkan sedikit unsur-unsur yang menjadi ciri khasnya. Tetapi banyak masyarakat maupun konsumen yang tidak tahu bahwa Resto tersebut berasal dari Surabaya. Sehingga karakteristik dari kota asal Kampoeng Steak memang perlu ditonjolkan.

Dengan adanya unsur yang memperlihatkan karakteristik Surabaya pada Resto Kampoeng Steak, maka hal tersebut akan menjadi nilai lebih terutama ketika Resto Kampoeng Steak membuka cabang di kota-kota besar di luar Surabaya. Dengan begitu Kampoeng Steak mempunyai ciri khas yang unik dan


(57)

benar-benar berbeda dengan tempat makan lainnya yang juga menjual produk yang sama.

Media promosi yang pernah digunakan selama ini adalah brosur, banner, spanduk, facebook dan twitter. Dari sekian media yang diguanakan oleh resto Kampoeng Steak, tidak ditemukan sesuatu ciri khas atau keunikan yang bisa menarik audiens agar tetap loyal pada merek Kampoeng Steak. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu media promosi yang tepat dan tesrstruktur dengan harapan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih menarik dan memuaskan dari pada kegiatan promosi sebelumnya.

3.3.2 Studi Eksisting

Analisa studi eksisting dalam perancangan ini mengacu pada observasi yang telah dilakukan terhadap obyek yang diteliti, media promosi terdahulu, serta kompetitornya.

Studi eksisting yang didapatkan dari observasi berupa data-data tertulis maupun observasi yang dilakukan. Dari observasi yang dilakukan, didapatkan brosur maupun buku menu dari pihak KS Surabaya. Kemudian untuk studi eksisting kompetitor, didapatkan dari data berupa file dan artikel-artikel sebagai pendukung analisis yang berada di lapangan.

Media promosi yang pernah dibuat oleh resso Kampoeng Steak berupa beberapa brosur yang berisikan informasi menu dan promo makanan dengan syarat dan ketentuan berlaku, selebaran/flyer yang berisi paket hemat menu steak, banner yang berisi informasi kegiatan sosial pemerintah yang disponsori oleh KS,


(58)

dan brosur-brosur yang dicetak pada saat-saat tertentu seperti pada bulan ramadhan. Media promosi dalam bentuk brosur/selebaran tampak pada gambar 3.1, 3.2 dan 3.3. Kekurangan dalam brosur resto Kampoeng Steak ini adalah desain pada brosur tersebut tidak menonjolkan ciri khusus dari Kampoeng Steak.


(59)

Gambar 3.2 Flyer Resto Kampoeng Steak


(60)

Gambar 3.4 Brosur Resto Kampoeng Steak (pada bulan puasa/ramadhan)


(61)

Gambar 3.6 Banner Kegiatan Sosial Resto Kampoeng Steak

1. Keunggulan Brosur Resto Kampoeng Steak

Brosur pada resto Kampoeng Steak ini berisi informasi tentang menu yang ditawarkan beserta harga dan juga promo paket menu steak atau promo diskon. Sehingga masyarakat akan mengetahui menu steak yang dilengkapi dengan harga serta promo diskon hanya dengan membaca brosur.

2. Kelemahan Brosur Resto Kampoeng Steak

Brosur ini memuat segala sesuatu tentang menu, paket promo, diskon, sehingga kurang fokus tentang apa yang ingin ditonjolkan. Selain itu banyak


(62)

berisi tulisan, gambar-gambar menu steak yang ditampilkan masih kurang sehingga kurang menarik minat masyarakat untuk melihatnya dan secara keseluruhan desainnya terlalu sederhana dan belum dapat mencerminkan image sebuah tempat makan steak yang mempunyai karakteristik khusus. Brosur pada resto Kampoeng ini biasanya disebar dan juga ditempel pada tembok-tembok. Dilihat dari sudut pandang keseluruhan penampilan, brosur ini kurang menarik jika digunakan sebagai media promosi karena pemilihan layout, tipografi, fotografi, dan desain yang digunakan kurang memiliki karakter yang dimiliki resto Kampoeng Steak, apalagi dalam hal ciri khas/karakteristik sebagai bisnis franchise lokal yang berasal dari Surabaya. 3. Peluang Brosur Resto Kampoeng Steak

Kurangnya penyebaran promosi secara maksimal ke kawasan yang berpotensi menarik minat pelanggan masih dirasa kurang efektif namun brosur ini cukup untuk berpromosi. Jika saja brosur ini berisi informasi yang menjual, maka bisa menjadi satu media promosi yang efektif dan dapat digunakan sebagai penunjang untuk menarik minat pelanggan yang ingin merasakan steak baik yang berasal dari Surabaya maupun luar kota Surabaya.


(63)

3.3.3 STP

1. Segmentasi dan Targetting a. Demografis

- Usia : Dewasa dini/remaja (18-40 tahun).

- Jenis kelamin : Pria dan wanita

- Profesi : Pelajar/mahasiswa, pegawai negeri/swasta,

keluarga

- Pendidikan : SMA, perguruan tinggi

- Kelas Sosial : Menengah

b. Geografis

- Wilayah : Surabaya

- Ukuran kota : Sedang - besar

c. Psikografis

- Gaya hidup : aktifitas padat dan sibuk, mengikuti trend, senang menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan berkumpul bersama/nongkrong.

- Kepribadian : suka hal baru, ingin tampil menarik, pergaulan terbatas dengan kelompoknya, meningkatkan daya tarik, perubahan penampilan.

d. Behaviour


(64)

2. Positioning terdahulu

Dalam hal ini, resto Kampoeng Steak menempatkan dirinya sebagai tempat makan yang menyediakan menu steak dengan harga ekonomis sehingga dapat dinikmati oleh segala kalangan.

3.3.4 Analisis STP

Untuk mencapai sasaran yang tepat, diperlukan perhitungan terhadap audiens melalui aspek geografis, demografis dan psikografis.

1. Geografis

Secara geografis target audiens yang ditentukan adalah masyarakat yang tinggal di kota Surabaya maupun sedang mengunjungi kota Surabaya yang ingin mencicipi ato sekedar mengetahui tempat makan yang khas berasal dari kota Surabaya.

2. Demografis

Secara demografis target audiens dapat dijabarkan sebagai berikut:

Jenis kelamin : Pria dan Wanita

Usia : Remaja/dewasa dini (18-40 tahun)

Pendidikan : Sekolah menengah umum, perguruan tinggi

Kelas : Menengah

Pekerjaan : Pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, pegawai

swasta, pedagang, wirausaha, ibu rumah tangga. Target audiens yang dipilih ini berdasarkan pernyataan bahwa remaja saat ini mempunyai karakter yang mudah dibentuk, karena pada saat umur 18 tahun


(65)

menurut Elizabeth B. Hurlock (1998: 248) karakter remaja saat itu adalah masih menyesuaian diri terhadap kehidupan baru yang berarti cukup terbuka/mudah terhadap segala perubahan sehingga untuk memperkenalkan karakteristik dari tempat makan/nongkrong yang sering mereka datangi dapat tersampaikan dengan baik. Dan makin tinggi kelas sosial masyarakat, makin mudah bagi mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi. Dengan diperolehnya hasil STP target remaja dengan kelas menengah, maka tidaklah susah untuk menyampaikan sebuah inovasi baru yang menggabungkan antara dua hal yang berlawanan seperti unsur tradisional dengan unsur modern/teknologi.

3. Psikografis

- Gaya hidup : aktifitas padat dan sibuk, mengikuti trend, senang menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan berkumpul bersama/nongkrong.

- Kepribadian : suka hal baru, ingin tampil menarik, pergaulan terbatas dengan kelompoknya, meningkatkan daya tarik, perubahan penampilan.

3.3.5 Analisis Kompetitor

Studi kompetitor menjelaskan kemiripan produk yang diangkat. Untuk kompetitor resto Kampoeng Steak yang menawarkan menu steak dengan harga murah, maka dipilihlah Waroeng Steak and Shake dan American Grill Steak. Masing-masing dari para kompetitor Kampoeng Steak memposisikan produk yang


(66)

sama dengan konsep yang hampir sama. Dengan konsep tempat makan yang menyediakan menu steak dengan harga terjangkau yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dan mempunyai karakteristik khusus sebagai pembeda dengan yang lain.

1. Analisis Kompetitor (Waroeng Steak and Shake) a. Keunggulan Waroeng Steak and Shake

Keunggulan dari Waroeng Steak and Shake ini adalah menu steak yang ditawarkan beragam dan unik mulai dari steak ayam, sapi, bahkan steak seafood. Dengan harga yang relatif lebih terjangkau dan didukung dengan keberadaan outlet yang berada di kota-kota yang dijuluki sebagai kota pelajar, membuat tempat steak ini ramai dikunjungi pelanggan khususnya remaja. Dengan ukuran tempat yang luas sehingga kenyamanan yang didapat sangat terasa.

b. Peluang dan Tantangan Waroeng Steak and Shake

Yang menjadi ancaman bagi Waroeng Steak and Shake ini adalah dengan kesederhanaan pada konsep WS ini membuat WS tidak mempunyai daya tarik bagi konsumennya sehingga lebih memilih tempat makan steak yang lebih menarik dalam hal interior maupun citarasa.

2. Analisis Kompetitor (American Grill Steak) a. Keunggulan American Grill Steak

American Grill merupakan restoran Sizzler versi Indonesia. Restoran Sizzler sendiri berasal dan berada di Amerika Serikat. Namun keunggulan dari restoran American Grill Steak ini adalah mempunyai


(67)

logo dan konsep restoran yang bergaya Amerika Serikat. Di resto ini juga menggunakan konsep “all you can eat” sehingga konsumen dapat makan sebanyak mungkin yang mereka mau. Dengan konsep Amerika, salad bar memegang peranan yang sangat penting dalam interior resto tersebut. b. Peluang dan Tantangan (American Grill Steak)

Mempunyai peluang untuk menjadi resto steak dengan konsep Amerika sehingga konsumen serasa menikmati steak khas Amerika. Lokasi yang berada di mall yang menyediakan segala fasilitas untuk kebutuhan, membuat resto ini ramai dikunjungi pelanggan. Tetapi, karena berada di mall maka target konsumen adalah kalangan mengah atas sehingga harga yang ditawarkan cukup mahal.

3.3.6 SWOT

Menurut Sarwono dan Lubis dalam buku Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual (2007: 18-19), mengatakan bahwa SWOT dipergunakan untuk menilai dan menilai ulang (reevaluasi) suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil.

Langkah analisis: Mengkaji hal atau gagasan yang akan dinilai dengan cara memilah dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).


(68)

Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung oleh obyek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal.

Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi.

Penyusunan kesimpulan lazim dilakukan dengan cara meramu (sedapat mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari:

1. Strategi PE-KU (S-O) / Peluang dan Kekuatan: Mengembangkan peluang

menjadi kekuatan.

2. Strategi PE-LEM (W-O) / Peluang dan Kelemahan: Mengembangkan peluang

untuk mengatasi kelemahan.

3. Strategi A-KU (S-T) / Ancaman dan Kekuatan: Mengenali dan

mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

4. Strategi A-LEM (W-T)/ Ancaman dan Kelemahan: Mengenali dan

mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan. Dalam hal ini analisis SWOT perancangan media promosi resto

Kampoeng Steak akan menggunakan tabel matriks SWOT yang akan dijabarkan sebagai berikut:


(69)

Tabel 3.1 Tabel Matrix SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTHS 1. Memiliki ciri khas yaitu dengan

ornamen kayu dan warna biru-kuning.

2. Media promosi mengikuti trend anak muda.

3. Mempunyai konsep tradisional agar dapat diterima oleh konsumen.

4. Letaknya strategis (berada di jalan utama).

5. Mempunyai program kegiatan sosial dan pembelajaran untuk anak-anak, sehingga sejak kecil sudah mengenal brand

Kampoeng Steak.

WEAKNESS 1. Harga ekonomis (sedikit lebih

mahal dibanding WS). 2. Belum menonjolkan image

yang memperlihatkan karakteristik Surabaya. 3. Media promosinya masih

menggunakan konsep

tradisional secara umum, belum menonjolkan karakteristik sby 4. Kegiatan promosi masih kurang

dipublikasikan kepada masyarakat.

5. Media promosi lebih

mengandalkan word of mouth dan brosur.

OPPORTUNITY 1. Tidak termasuk

franchise.

2. Bangunan biasa, tidak ada ciri khas yang istimewa, hanya identik denganwarna kuning-hitam yang dominan. 3. Konsep interior terlalu

sederhana, seperti kursi plastik dan meja yang seadanya.

4. Letaknya kurang strategis (tidak berada di jalan utama).

STRATEGI S-O

1. Menonjolkan ciri

khas/karakteristik Surabaya agar berbeda dari pesaing.

2. Menjadikan sebagai salah satu ikon wisata kuliner di Surabaya. 3. Menambahkan konsep pada

interior dengan tetap memakai unsur-unsur yang berupa karakteristik dari Surabaya. 4. Program kegiatan sosial

dikembangkan sebagai salah satu bentuk media promosi.

5. Desain media promosi menggunakan visualisasi yang berkarakter Surabaya dan sesuai dengan STP.

STRATEGI W-O

1. Menonjolkan karakteristik Surabaya pada setiap outlet Resto Kampoeng Steak di Surabaya.

2. Menciptakan desain media promosi yang sesuai dengan karakteristik kota Surabaya. 3. Promosi dapat dilakukan

dengan menyediakan menu khusus (paket hemat). 4. Menguatkan brand Kampoeng

Steak sebagai tempat makan yang menjual makanan bergaya barat tetapi mempunyai ciri khas asli Surabaya.

5. Pemilihan media promosi disesuaikan dengan target konsumen.

THREAT 1. Menu steak beragam dan

unik, mulai dari steak ayam, sapi bahkan seafood.

2. Harga relatif terjangkau.

STRATEGI S-T

1. Menciptakan inovasi baru pada media promosi yang

menggabungkan antara unsur tradisional dengan unsur modern/teknologi.

STRATEGI W-T

1. Menciptakan keunikan berupa ciri khas yang sulit ditiru pesaing, dalam hal ini

karakteristik Surabaya sebagai ciri khas sehingga konsumen


(1)

116

Gambar 4.9 Merchandise notes (buku kecil)


(2)

BAB V

PENUTUP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana merancang media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya sebagai upaya meningkatkan brand loyalty.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan media promosi resto Kampoeng Steak dengan menggunakan karakteristik Surabaya ini adalah: 1. Gagasan perancangan media promosi resto Kampoeng Steak adalah untuk

mewujudkan visi dari Kampoeng Steak yang ingin menjadi ikon wisata kuliner Surabaya serta memberikan suatu keunikan yang khas yang berasal dari daerah asal Kampoeng Steak sendiri yaitu Surabaya sehingga berbeda dari tempat steak lainnya.

2. Tema desain dalam perancangan ini adalah Brave yang memiliki makna bahwa Kampoeng Steak berani mempengaruhi/mengajak audiens untuk menjadi konsumen dari produk Kampoeng Steak sekaligus mengenalkan kota Surabaya yang merupakan kota asal Kampoeng Steak.

3. Implementasi perancangan mengacu pada promosi resto Kampoeng Steak khususnya di kota Surabaya, dimana hasil perancangan diharapkan mampu meningkatkan jumlah konsumen penikmat resto Kampoeng Steak dan tetap mempertahankan loyalitas dari pelanggan lama Kampoeng Steak.


(3)

118

4. Media Promosi yang digunakan dalam perancangan kali ini adalah media yang umum digunakan oleh target konsumen seperti iklan tv, iklan internet, flyer, iklan majalah, iklan koran, dan iklan radio serta merchandise pendukung

5. Media promosi dirancang sesuai dengan tema rumusan desain, yaitu Brave atau berani. Menggunakan warna-warna yang sesuai dengan karakter resto Kampoeng Steak dan juga sesuai dengan konsep. Pilihan warna merah sebagai refleksi dari berani. Untuk mewakili resto Kampoeng Steak, menggunakan warna biru dan kuning.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pihak resto Kampoeng Steak diharap berkonsentrasi melakukan kegiatan promosi yang beda daripada yang lain, sesuatu yang baru yang mampu dan memiliki daya tarik untuk masyarakat.

2. Memberikan perhatian khusus pada daerah asal yaitu kota Surabaya, yang memang hal tersebut merupakan pembeda yang sulit ditiru oleh pesaing yang menjual jenis dan konsep makanan yang sama.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Agustaman. 2007. Franchise Guide Restoran. Jakarta: PT Dian Rakyat

Cooper, Carry, Straw Allison. 1995. Stress Management yang Sukses. Jakarta: Kesain Blanc

Dharmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna Teori dan Kreativitas Penggunanya. Bandung: ITB

Durianto, Darmadi, dkk. Invansi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Gramedia Jefkins, Frank. 1995. Periklanan. Jakarta: Erlangga

Kasali, Rhenald. 2000. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting Positioning. Jakarta: Gramedia

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kotler, Philips dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12.

___ : PT Index

Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Marimin, Prof. Dr. Ir. M.Sc. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambil Keputusan

Kriteria Majemuk. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Moleong, M.A Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda

Moriarty, Sandra, dkk. 2009. Advertising. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(5)

Morissan. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Ramdina Prakarsa

Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rosner, Marianne dan Sandra Krasovec. 2008. Desain Kemasan. Jakarta: Erlangga

Rustan, Surianto S.Sn. 2011. Font Dan Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa & Desain (Nirmana).Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: ANDI

Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI

Sumber Majalah :

Majalah Mix Marketing Communications. 03/X/Maret 2013. Jakarta.

Sumber Jurnal :

Basir, Didin. 2010. Analisi Pelaksanaan Periklanan Motor Honda melalui Media Surat Kabar pada PT. Perdana Motor (Skripsi). Bandung: Universitas Komputer Indonesia. (diakses tanggal 18 Agustus 2013)

Damayanti, Rully. Pengaruh Gaya HidupTerhadap Persepsi Kota Surabaya. Surabaya: Universitas Petra (diakses tanggal 12 Juni 2013)

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/viral-marketing-definisi-kriteria.html (diakses tanggal 18 Agustus 2013)


(6)

Sumber Internet : rizkacil.wordpress.com

(diakses tanggal 3 desember 2012)

http://dkv-unpas.blogspot.com/2011/06/memviralkan-iklan-mengiklankan-viral.html. (diakses tanggal 24 juni 2013)

http://muhuck.files.wordpress.com/ (diakses tanggal 8 februari 2013) http://blogkelompoktiga.blogspot.com/

(diakses tanggal 1 Agustus 2013) http://muhuck.files.wordpress.com/

(diakses tanggal 1 Agustus 2013) http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Pos

(diakses tanggal 20 juni 2013)

http://www.scribd.com/doc/18548117/klasifikasi-restoran (diakses tanggal 3 juni 2013)