Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty Blackberry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

(1)

EKUITAS MEREK DAN BRAND LOYALTY BLACKBERRY

(Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana llmu Sosial dan Ilmu Politik

Diajukan Oleh:

IRA ELVIANA 070904090

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek BlackBerry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek BlackBerry dikalangan mahasiswa FISIP USU serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan demikian, maka Populasi dalam penelitian ini berasal dari enam jurusan yang ada di FISIP USU, yaitu: Sosiologi, Administrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Sampel diperoleh berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% atau sebanyak 62 orang dari jumlah populasi yaitu 885 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik penarikan sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Teori S-O-R, Merek dan Ekuitas Merek. Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 25 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekuitas merek BlackBerry memang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap brand loyalty dalam penggunaanya sebagai salah satu alat komunikasi. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mereka puas dengan fasilitas BlackBerry. Semakin kuat suatu ekuitas merek itu dibangun maka semakin tinggi tingkat loyalitas merek yang diperoleh dari pengguna produk. Dengan menggunakan BlackBerry, mahasiswa FISIP USU mengakui bahwa mereka sangat terbantu dan merasa puas dengan penggunaan BlackBerry tersebut. Tidak hanya dari segi penggunaanya sebagai alat komunikasi semata tetapi juga dalam mengakses berbagai situs untuk melengkapi bahan-bahan perkuliahan serta pengiriman berbagai data dengan orang lain melalui fitur push e-mail. Selain itu penggunaan BlackBerry juga dapat meningkatkan prestige seseorang.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, yang telah mengkaruniai kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi ini dapat diselesaikan.

Adapun judul skripsi ini adalah Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty

BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek Blackberry terhadap Brand Loyality pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penulisan skripsi

ini dimaksudkan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak mengalami kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun penulis bersyukur dan berterima kasih karena telah mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Papa saya P. Simbolon dan Mama saya S. Br. Lumban Gaol yang telah memberikan didikan, nasehat, dukungan

yang begitu luar biasa serta doa yang senantiasa menguatkan penulis. Tiada kata atau apapun di dunia ini yang mampu membalasnya, namun doaku senantiasa agar Tuhan mengaruniakan yang terbaik untuki Papa & Mamaku tersayang.

2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. Safrin, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.

6. Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku dosen wali penulis selama ini. 7. Keluarga besar penulis, yaitu adik-adik tercinta Frido Canigia Simbolon

dan Stefan Ray Simbolon. Doa dan dukungan kalian adalah semangat terbesar bagi kakak adik-adikku.

8. Untuk yang terkasih Josafat Manurung yang tiada hentinya memberikan doa, dukungan, perhatian, nasihat, serta semangat untuk saya selama ini, terkhusus dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabatku tercinta, yaitu Lehe dan Rona, tempat menuangkan segala sesuatu, kesal, gundah, dan marah. Bahkan tempat berekspresi dengan tertawa riang (sekuat-kuatnya) bersama. Aku menyayangi kalian sahabatku.

10.Teman-teman di UKM Bola Voly USU yang selalu memberikan semangat serta waktu libur latian voly untuk beberapa saat selama saya mengerjakan skripsi. Maju terus UKM Bola Voly USU, Salam Olahraga, SPORTIF !


(5)

11. Teman-teman di Kost Bulang, terutama Yuni dan Endang, dua orang jawa yang begitu sering aku ganggu (teman berbagi suka dan duka).

12.Teman – teman GMKI Komisariat FISIP USU, tempat dimana penulis mendapatkan pelajaran dan hal bermakna serta pengalaman berharga. 13.Teman - teman di Komunikasi ‘07, yang selama ini memberikan warna,

canda, tawa, serta semangat di hari-hari penulis. Oche, Tika, Setya, Randy, Andi, Astri, Inda, terima kasih sudah menjadi teman yang baik di Komunikasi ‘07. Sukses untuk kita semua Komunikasi ‘07.

14.Kepada para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat berguna kepada penulis.

15.Kak Icut (yang selalu mengatakan aku mirip dengan Kak Khairi Nur Samsi), Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam segala hal yang berkaitan dengan proses administrasi.

16.Teman-teman yang telah membantu saya dalam proses penyebaran dan pengolahan data kuesioner serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Penulis, Mei 2011


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Pembatasan Masalah ... 6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2 Manfaat Penelitian ... I.5 Kerangka Teori ... 8

I.5.1 Komunikasi ... 9

I.5.2 Komunikasi Pemasaran ... 11

I.5.3 Merek ... 12

I.5.4 Ekuitas Merek ... 15

I.5.5 Brand Loyalty ... 16

I.5.6 Teori S-O-R ... 19

I.6 Kerangka Konsep ... 21

I.7 Model Teoritis ... 23


(7)

I.9 Defenisi Operasional ... 25

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 32

II.1.2 Proses Komunikasi ... 34

II.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi ... 36

II.1.4 Hambatan Komunikasi ... 38

II.1.5 Ruang Lingkup Komunikasi ... 39

II.2 Komunikasi Pemasaran ... 42

II.2.1 Sejarah Komunikasi Pemasaran ... 42

II.2.2 Defenisi Komunikasi Pemasaran... 43

II.2.3 Sifat Dasar Komunikasi Pemasaran ... 48

II.2.4 Lingkup Dan Sarana Komunikasi Pemasaran ... 51

II.2.5 Kegunaan Komunikasi Pemasaran ... 55

II.3 Merek ... 56

II.4 Ekuitas Merek ... 60

II.5 Brand Loyalty ... 63

II.6 Teori S-O-R ... 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU ... 69

III.1.2 Program Studi ... 79


(8)

III.1.4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ... 80

III.2 Metodologi Penelitian III.2.1 Metode Penelitian ... 81

III.2.2 Lokasi Penelitian ... 81

III.3 Populasi dan Sampel ... 82

III.4 Teknik Penarikan Sampel ... 84

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 86

III.6 Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 88

IV.2 Pengolahan Data ... 89

IV.3 Analisis Deskriptif ... 90

IV.3.1 Karakteristik Responden ... 91

IV.3.2 Tingkat Ekuitas Merek BlackBerry pada Mahasiswa ... 93

IV.3.3 Tingkat Loyalitas Merek BlackBerry pada Mahasiswa ... 105

IV.4 Pembahasan ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 119

V.2 Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Variabel Operasional ... 24

2. Populasi ... 83

3. Distribusi Sampel ... 86

4. Projective Questioner ... 87

5. Jenis Kelamin ... 92

6. Stambuk ... 92

7. Departemen ... 93

8. Tingkat Pengenalan Merek BlackBerry ... 94

9. Tingkat Kemudahan BlackBerry Diingat ... 95

10. Pernyataan tentang BlackBerry merek yang Pertama Muncul dalam Ingatann ... 96

11. Gambaran tentang BlackBerry ... 97

12. Kata-kata yang Terlintas saat mendengar BlackBerry ... 98

13. Pengetahuan akan Keberadaan Fitur BlackBerry Messenger ... 99

14. Pemenhuhan Fitur BlackBerry ... 100

15. Slogan BlackBerry ... 101

16. Pengaruh Slogan dalam Keputusan Pengunaan ... 102

17. Kepuasan terhadap Fasilitas BlackBerry ... 103

18. Pernyataan Bangga terhadap Penggunaan BlackBerry ... 104

19. Penilaian terhadap BlackBerry ... 105

20. BlackBerry Mmpermudah Akses berbagai Situs... 105

21. BlackBerry Mempermudah Pengiriman File ... 106

22. Kesesuaian Penggunaan BlackBerry Dengan Gaya Hidup ... 107

23. BlackBerry dapat Meningkatkan Prestige ... 108

24. Produk Sejenis Lain Mempengaruhi Keputusan Penggunaan ... 109

25. BlackBerry Digunakan Sesuai dengan Kebutuhan ... 110

26. BlackBerry Memiliki Keunikan dan Ciri Khas ... 111

27. Fitur BlackBerry Mempengaruhi Penggunaannya ... 112


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model S-O-R ... 20 2. Model Teoritis ... 24 3. Model Komunikasi Pemasaran ... 46


(11)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Ekuitas Merek Dan Brand Loyalty BlackBerry (Studi Deskriptif tentang Pengaruh Ekuitas Merek BlackBerry terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek BlackBerry dikalangan mahasiswa FISIP USU serta bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU program regular S1 stambuk 2007-2008 yang masih aktif kuliah. Dengan demikian, maka Populasi dalam penelitian ini berasal dari enam jurusan yang ada di FISIP USU, yaitu: Sosiologi, Administrasi Negara, Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Antropologi, Ilmu Politik. Sampel diperoleh berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, sebesar 7% atau sebanyak 62 orang dari jumlah populasi yaitu 885 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik penarikan sampel Stratifikasi Proporsional dan Purposive Sampling.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Teori Komunikasi, Komunikasi Pemasaran, Teori S-O-R, Merek dan Ekuitas Merek. Data diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) dengan instrumen kuesioner yang berisi 25 pertanyaan tertulis, yang harus dijawab oleh para responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPSS) 17.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekuitas merek BlackBerry memang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap brand loyalty dalam penggunaanya sebagai salah satu alat komunikasi. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mereka puas dengan fasilitas BlackBerry. Semakin kuat suatu ekuitas merek itu dibangun maka semakin tinggi tingkat loyalitas merek yang diperoleh dari pengguna produk. Dengan menggunakan BlackBerry, mahasiswa FISIP USU mengakui bahwa mereka sangat terbantu dan merasa puas dengan penggunaan BlackBerry tersebut. Tidak hanya dari segi penggunaanya sebagai alat komunikasi semata tetapi juga dalam mengakses berbagai situs untuk melengkapi bahan-bahan perkuliahan serta pengiriman berbagai data dengan orang lain melalui fitur push e-mail. Selain itu penggunaan BlackBerry juga dapat meningkatkan prestige seseorang.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Setiap saat di hadapan kita terpampang aneka merek yang menyampaikan pesan berupa bujukan untuk mengkonsumsi dan memakai suatu produk. Kita menyadari bahwa pada dasarnya kita merupakan sasaran terpaan komunikasi pemasaran. Ada banyak tempat yang dijadikan sebagai lokasi strategis penyampai pesan iklan, seperti jalan, pasar swalayan, tempat kerja, dan tempat-tempat lainnya. Pesan-pesan aneka merek tersebut dapat ditemui dalam berbagai bentuk, ukuran dan model yang menarik, juga melalui berbagai media lain baik elektronik maupun cetak.

Keberadaan merek-merek ini tentu saja tidak terlepas dari kampanye komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen. Merek diperkenalkan melalui metode pemasaran yang biasa dilakukan melalui kegiatan periklanan. Melalui kegiatan ini khalayak memperoleh informasi tentang produknya sebelum mengkonsumsi atau menggunakannya. Berangkat dari persoalan ini, maka sangat diperlukan suatu langkah pengelolaan merek yang diintegrasikan juga dalam manajemen perusahaan.

Pengakuan bahwa merek adalah aktiva atau ekuitas perusahaan adalah dasar bagi perlakuan terhadap merek selanjutnya sekaligus penghormatan bagi kelangsungan kehidupan perusahaan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa merek merupakan identitas khas bagi produk. Merek juga mencerminkan apa


(13)

kalangan pemasar sebagai suatu relatifitas nilai atas merek yang dipersepsikan oleh konsumen dan rantai penjualan (distribusi hingga ke konsumen). Relatifitas nilai itu sendiri dikaitkan terhadap persaingan pasar untuk jangka waktu yang tertentu. Artinya, suatu merek bisa ekuitasnya naik atau menurun pada suatu masa, tergantung dari apa yang dilakukan pemilik merek terhadap mereknya selama kurun waktu itu.

Pada saat ini, ekuitas merek juga sedang marak dalam bisnis produksi handphone. Handphone saat ini bukan menjadi kebutuhan mewah lagi, namun sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Dari masa ke masa bukan hanya fasilitas yang ditawarkan semakin lengkap, namun dari segi harga juga tidak semahal dulu, banyak pilihan untuk memiliki sebuah handphone yang sesuai dengan keinginan. Mulai dari yang hanya berfungsi untuk sms dan telepon saja, hingga akses internet (browsing) lewat handphone sekarang juga bisa.

Berbagai fasilitas yang ditawarkan dalam handphone sekarang hampir mirip dengan komputer berjalan (mini komputer) atau bahkan mungkin dapat dikatakan memang sama persis fungsinya dengan komputer hanya bentuk dan dari segi harga yang berbeda, bisa jadi handphone yang memiliki fasilitas terlengkap sekarang harganya justu lebih mahal dari pada sebuah komputer.

Produk BlackBerry atau BB yang diproduksi oleh RIM (Research in Motion) setahun terakhir ini, memang menjadi handphone cerdas yang paling diminati pengguna handphone di tanah air. Tidak heran jika angka pertumbuhannya di Indonesia dalam setahun bisa mencapai mendekati 500%, saat ini pengguna BB di Tanah Air sudah mencapai sekitar 400 ribuan. Bahkan BB tidak cuma menjadi


(14)

gadget yang paling tinggi pertumbuhan penjualannya, tetapi juga menjadi berita yang paling diminati pembaca media maupun portal media. BlackBerry, memang bukan handphone pintar biasa. Sesuai positioning-nya, “Always on, always connected”, RIM sengaja mengemas handphone ini dengan servis data BB, yang dikembangkan dan dikelola dalam server RIM. Untuk melayani servis BB ini RIM mempunyai 2 jenis layanan: BES/BB Entreprise Service dan BIS/BB Internet Service, dimana sampai saat ini layanan BES masih mendominasi sekitar 80% layanan RIM (id.BlackBerry.com).

BES/BB Entreprise Service merupakan perangkat genggam BlackBerry yang terintegrasi pada sistem e-mail yang terorganisasi melalui paket perangkat lunak. BES dapat digunakan oleh jaringan e-mail yang berbasis Microsoft Exchange, Lotus Domino, dan Novell Group Wise. Khusus pada pengguna individu, mereka dapat menggunakan layanan e-mail nirkabel yang disediakan oleh provider tanpa harus menginstalasi BES. Para pengguna individu dapat menggunakan BlackBerry Internet Solution tanpa harus menginstalasi BES di smartphone mereka. BES memang ditujukan bagi pelanggan korporasi dengan cakupan usaha yang besar. Perangkat lunak ini mengintegrasikan seluruh smartphone BlackBerry pada suatu organisasi dengan sistem perusahaan yang telah ada. Keuntungan yang diperoleh adalah memperluas komunikasi nirkabel dan data perusahaan kepada pengguna aktif dengan cara yang aman.

BIS/BB Internet Service Merupakan perangkat lunak yang diperuntukkan bagi pengguna pribadi ini memungkinkan Anda untuk mengintegrasikan


(15)

instan, serta berselancar di internet. Dengan BIS, kita juga dapat membuka tambahan data (attachment) dalam bentuk excel, word, powerpoint, pdf, zip, jpg, gif dengan tingkat kompresi data yang tinggi.

Pada tahun fiskal 2009, RIM telah menjual sekitar 25 juta BB ke 160 negara di dunia. Dan itu menghasilkan sekitar USD 11 miliar, dimana 96,5% diperoleh dari penjualan melalui operator. Karena keunikan produk, dan sasaran pasarnya yang mengarah ke dalam bentuk usaha, maka sejak awal RIM menggunakan jalur operator telekomunikasi dan distributor yang ditunjuk sebagai mitra distribusi. Saat ini ada lebih dari 475 operator dan distributor yang menjadi kanal penjualan BB di dunia. Pola ini cukup berhasil dikembangkan di AS maupun Eropa.

Pertumbuhan pasar di Indonesia memang berbeda dengan negara-negara lain. Di sini, pengguna BB jenis BIS yang tumbuh pesat, menguasai sekitar 80-90% pengguna BB Tanah Air. Ini memang anomali, karena pasar BB di Asia pun masih didominasi jenis BES. Sementara model bisnis yang diterapkan RIM di sini sama dengan di negara lain, yakni bekerjasama dengan sejumlah operator di Tanah Air. Saat ini tercatat ada 4 operator yang menjadi partner RIM: Indosat, XL, Telkomsel, dan Axis (id.BlackBerry.com).

Permintaan pasar yang cukup besar, ditambah kekhususan BB ini memang menimbulkan sejumlah dampak bagi pasar BB di Tanah Air. Pertama, maraknya penjualan BB yang bukan berasal dari operator partner (dan distributornya) RIM. Saat ini tercatat ada 3 jenis BB yang beredar di sini, yakni: BB yang diimpor operator yang menjadi mitra RIM, BB dari importir paralel, bukan ditunjuk RIM tapi mendapat ijin dari Ditjen Postel dan yang lain adalah BB “tentengan”.


(16)

Masalah yang terjadi adalah seberapa besarkah ekuitas merek yang dimiliki oleh sebuah BlackBerry, sehingga membuat produk ini begitu diminati oleh beberapa kalangan masyarakat terutama kalangan muda. BlackBerry yang dalam perkembangannya di dunia bisnis alat telekomunikasi di Indonesia masih tergolong baru, sudah mampu menyita perhatian beberapa “penggila” handphone jenis baru. Tersedianya fitur-fitur internet yang dapat terkoneksi ke berbagai situs secara cepat menjadi salah satu concern dari BlackBerry yang membuatnya mampu bersaing dengan produk handphone lainnya. Padahal banyak produk-produk lainnya yang juga menawarkan fitur-fitur sejenis, namun sepertinya ada kekuatan merek atau nilai lebih yang dimiliki oleh BlackBerry yang membuat calon konsumen memilih untuk menggunakannya.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dipilih menjadi responden penelitian, karena menurut peneliti mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan khalayak yang memiliki daya analisis yang lebih responsif dalam menentukan sikap dengan apa yang ada di sekitarnya, yang dalam hal ini pada segi penentuan suatu produk handphone, khususnya pengguna BlackBerry. Hal ini juga tidak terlepas dari konsentrasi studi mahasiswa yang terdiri dari berbagai departemen, yang erat dengan permasalahan sosial budaya, politik dan lebih spesifiknya dari segi ekonomi. Tentu pemahaman akan suatu produk yang memiliki inovasi-inovasi terbaru, dapat digunakan sebagai suatu wacana yang menarik untuk didiskusikan. Bahkan sampai pada tahap keputusan untuk menggunakan produk itu sendiri tidak dapat dihindari. Mahasiswa FISIP USU, yang notabenenya sering bersentuhan


(17)

dengan permasalahan publik yang sedang hangat dibicarakan, melihat trend dari BlackBerry ini merupakan suatu inovasi yang penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih sampel yang tidak dapat langsung dipandang sebelah mata, justru jika digali lebih dalam, ini akan menjadi topik yang juga dapat menambah wawasan akan dunia teknologi.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana ekuitas merek BlackBerry berpengaruh terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Ekuitas Merek BlackBerry berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang diteliti sehingga lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.


(18)

b. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008.

c. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008 pengguna BlackBerry.

d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelelitian

I.4.1.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini terdiri dari:

a. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry di kalangan mahasiswa FISIP USU.

b. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty di kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis, dan praktis, diantaranya yaitu:


(19)

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan khususnya penelitian analisis wacana di Lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian terutama tentang komunikasi massa.

3. Secara Praktis, penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak produsen tentang posisi ekuitas merek BlackBerry di masyarakat khususnya pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.5. Kerangka Teori

Rakhmat (1993:6), Kerlinger menyatakan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Nawawi (1993:40), menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas.


(20)

Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

I.5.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

Secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit (Purba, dkk, 2006:29). Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dan tidak terbatas pada kamunikasi verbal saja (Cangara, 2006:20).

Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2007: 4-5). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan orang untuk


(21)

sudut mana mereka memandangnya. Tentu saja masing-masing definisi tersebut ada benarnya dan tidak salah karena disesuaikan dengan bidang dan tujuan mereka masing-masing. Rubben memberikan definisi komunikasi manusia yang lebih komprehensif, yaitu suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.

Lasswel menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel to Whom With What effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-usur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy , 2003:254).

Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan lingkungan.

2. Korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menghadapi lingkungan.

3. Transmisi warisan sosial dari generasi sosial satu ke generasi social lainnya (Effendy 2003:254).

Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.


(22)

Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap. Pendapat dan tingkah laku komunikator melalui mekanisme daya tarik pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

I.5.2. Komunikasi Pemasaran

Secara konseptual, komunikasi pemasaran pada dasarnya merupakan bagian integral dari pemasaran. Menurut Nikcels (1984:7), mengatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah pertukaran informasi dan dua arah dan persuasi yang menunjang proses pemasaran agar berfungsi lebih efektif dan efisien. Sementara bila diformulasikan secara sederhana, komunikasi pemasaran merupakan proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang efektivitas pemasaran suatu produk (Sendjaja, 1995:3).

Dari literatur konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan dengan konsepsi komunikasi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut dengan formula “4-P” yakni Product (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). Komunikasi tentang 4-P ini kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa konsep sentral yang meliputi segmentasi pasar, analisis perilaku konsumen, desain produk, pengemasan (packaging), penamaan


(23)

merek (branding), pemosisian merek (positioning), serta pelayanan pelanggan (customer service). (Sendjaja, 1995:4)

I.5.3. Merek

Secara sederhana, merek (brand, brynan) diartikan sebagai “a mark of simple easly recognized pattern by burning with a hot iron to attest manufacturing or quality or to designate ownership”. Sebagai identifikasi, suatu merek terdiri dari unsur nama (brand name), yakni bagian yang dapat diucapkan (seperti Marlboro, A. Mild, Gudang Garam ) dan unsur (brand mark), yakni bagian merek yang tidak dapat diucapkan bisa berupa suatu simbol, desain atau suatu pengepakan yang unik (Wilffidus, 1999:9).

Sebuah merek pada dasarnya mencerminkan janji penjual (produsen) untuk secara konsisten menyediakan sekumpulan manfaat dan layanan kepada pembeli. Merek juga mengandung jaminan akan kualitas seperti yang diungkapkan oleh William G. Nikels yaitu nama merek adalah simbol dari kualitas bagi para konsumen untuk meyakinkan mereka bahwa produk dan jasa yang mereka beli hari ini adalah sama kualitasnya dengan yang mereka beli minggu lalu atau tahun lalu.

Sebagai contoh, deterjen dengan merek So-Klin tentu mengisyaratkan janji dari produsennya bahwa pengguna merek tersebut akan mendapatkan pakaiannya menjadi “begitu bersih” setelah dicuci dengan So-Klin. Untuk kasus merek handphone, beberapa riset pasar mendapatkan kesimpulan bahwa para konsumen


(24)

atau pengguna handphone mengasosiasikan handphone dengan prestige dan gaya hidup disamping kegunaan utamanya sebagai salah satu alat komunikasi.

Dewasa ini, ketika tingkat persaingan pasar sudah semakin ketat, merek bagi produk menjadi sangat penting. Merek menjadi pembeda. Orang tidak membeli handphone, mereka membeli BlackBerry, NOKIA, Samsung atau yang lain. BlackBerry berbeda dengan NOKIA, karena konsumen dapat langung melihat perbedaan dari pengemasannya yaitu tipe handphone, fitur, dan model dari handphone itu sendiri.

Philip Kotler dan Garry Amstrong (1996:17) memberikan pesan bahwa perusahaan yang ingin memilih merek untuk produknya harus mempertimbangkan lima aspek, yaitu:

1. Merek harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk. Kopi Torabika berusaha mengkonsumsikan pesan yang berasosiasi dengan Toraja (salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi). Arabika (salah satu jenis kpi yang digemari orang). Pasta gigi Close Up mengirimkan pesan bahwa para penggunanya tidak perlu takut untuk berbicara dalam jarak dekat.

2. Merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. Merek yang singkat tentu lebih mudah diingat dan diucapkan. Stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia lebih suka menyingkat nama mereka yang panjang dan bagus agar lebih mudah diingat dan diucapkan, maka kita kenal RCTI, SCTV, Antv, MNCtv, dan Indosiar. Bukan


(25)

berarti merek yang agak panjang tidak boleh digunakan, syaratnya nama tersebut tetap mudah diingat dan diucapkan.

3. Merek harus bersifat khas. Ford adalah salah satu merek mobil terkenal di Amerika, mengambil nama dari pendirinya Henry Ford. Nama yang khas akan lebih mungkin menjadi faktor pembeda dibandigkan nama yang bersifat umum dan karenanya akan lebih berpeluang menonjolkan produk yang menyandang nama tersebut. 4. Merek harus mudah diterjemahkan, diucapkan dalam berbagai

bahasa berbeda dan tidak mengandung arti yang negatif. Pasta gigi Darkie akhirnya berganti nama/merek menjadi Darlie, karena kara “Darkie” dirasakan mengandung arti yang melecahkan orang kulit hitam.

5. Merek harus dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan hukum. Merek yang diambil dari kata yang bersifat deskriptif dan generik mungkin tidak dapat memperoleh perlindungan hukun yang memadai. Beberapa tahun lalu, Aqua pernah menggugat produk air minum dalam kemasan (AMDK) lain yang mereknya mengandung kata aqua. Produk yang mereknya mengandung kata Aqua membela diri dengan mengatakan bahwa merek Aqua tidak mendapatkan perlindungan hukum karena kata Aqua bersifat generik.


(26)

I.5.4. Ekuitas Merek

Kekuatan merek (brand equity) atau ekuitas merek sesungguhnya dapat menjadi sumber-sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan. Lebih dari itu merek sebenarnya membentuk personifikasi dari produk atau perusahaan yang menghasilkannya, hal ini sejalan dengan pepatah lama Nomen Est Omen (Latin: nama adalah tanda, pengenal atau identitas).

Merek produk membentuk atau memiliki identitas, citra dan integritas dari produk atau perusahaan melalui proses persepsi dalam pikiran. Hal ini sejalan dengan pendapat Stephen pask (1998:30) bahwa suatu merek berkaitan dengan pelanggan potensial meyakini suatu produk atau jasa.

Pemilik merek tentunya berharap agar merek produknya dapat mencapai tingkat tertinggi ini. Kekuatan merek jika dilihat secara mendalam dapat diuraikan lima kelompok Brand Equity (Aaker, 1991:15) yaitu:

1. Brand Loyalty 2. Brand Awarnes 3. Perceived Quality 4. Brand Assosiasion


(27)

Suatu merek yang kuat secara nyata dapat mendukung peningkatan nilai perusahaan dalam enam hal:

a. Merek yang kuat sangat potensial untuk mendukung keberhasilan dalam menarik pelanggan-pelanggan lama, daripada suatu merek yang diragukan konsumen.

b. Merek yang kuat dapat meningkatkan loyalitas konsumen, yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan seperti dalam hal inovasi.

c. Merek yang kuat pada umumnya memungkinkan pembatasan yang lebih besar, baik melalui penetapan harga premi, maupun melalui penekanan biaya-biaya promosi untuk mendapatkan posisi di pasar. d. Brand Equity merupakan dasar bagi pertumbuhan perusahaan melalui

perluasan merek.

e. Merek yang kuat dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rantai nilai perusahaan, khususnya dengan anggota-anggota sistem saluran distribusi.

f. Merek yang kuat dapat menjadi jalur untuk membentuk, mengembangkan, dan mempertahankan keunggulan kompetitif berkelanjutan perusahaan.

I.5.5. Brand Loyalty

Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan


(28)

perusahaan akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Dharmmesta, 1999). Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali pemasar dalam rangka menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih, memperluas dan mempertahankan pasar. Salah satu strategi tersebut adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan keadaan dari produk yang ditawarkan. Menurut Kotler (1997) strategi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya. Tahap pengenalan memberikan tantangan yang paling besar.

Perusahaan harus memutuskan dimana memposisikan produknya terhadap produk saingannya dalam mutu dan harga, apakah pada strategi harga premium, strategi nilai baik, strategi harga tinggi ataukah strategi ekonomi. Pertanyaan mendasar tentang loyalitas merek adalah, apakah merek cukup kuat untuk membuat pelanggan kembali lagi untuk membeli? (Hislop, 2001). Namun demikian banyak diantara peneliti (Dick dan Basu, 1994; Jacoby dan Olson, 1970; Dharmmesta, 1999) berpendapat bahwa jika pengertian loyalitas pelanggan menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian atau dapat juga probabilitas pembelian, hal ini lebih bersifat operasional, bukan teoritis. Jacoby dan Kryner (1973) dalam Dharmmesta (1999) mendefinisikan enam kondisi yang secara kolektif memadahi sebagai berikut: Loyalitas merek adalah (1) respon keperilakuan (yaitu pembelian), (2) yang bersifat bias (nonrandom), (3) terungkap secara terus-menerus, (4) oleh unit pengambilan keputusan, (5) dengan memperhatikan satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis, dan (6) merupakan fungsi proses psikologis (pengambilan keputusan, evaluatif).


(29)

Sedangkan Mowen dan Minor (1998) dalam Dharmmesta (1999) menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Defenisi ini didasarkan pada pendekatan keperilakuan dan pendekatan sikap. Pendekatan keperilakuan mengungkapkan bahwa loyalitas berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas merek menyertakan aspek emosi, perasaan atau kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya sedang pembelian ulang hanya perilaku konsumen yang membeli berulang-ulang.

Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut (1978) dalam Dharmmesta (1999) sebagai berikut:

1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang menjadi minatnya.

2. Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek utama. 3. Pembelian ulang merek utama dari non loyal.

4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non loyal merek lain.

Konsumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan (Dharmmesta, 1999). Harga bukan satu-satunya biaya yang dihadapi oleh pelanggan. Biaya lain yang termasuk dalam biaya pelanggan adalah waktu belanja, biaya mencoba dan biaya emosi. Namun demikian harga adalah biaya


(30)

yang paling mudah dilihat, sehingga merupakan unsur penting bagi pelanggan dalam mengambil keputusan (Kenesei dan Todd, 2003).

I.5.6. Teori S-O-R

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen seperti sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; Pesan (stimulus, S), Komunikan (organism, O), dan Efek (Response, R).

Hovland, Carl I (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakikatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (ransangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Tetapi stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.


(31)

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 1 Model S-O-R

Stimulus

Organism: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan


(32)

Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerima dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 1990:254).

Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh . Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yakni:

Stimulus: Ekuitas merek BlackBerry terhadap brand loyalty pada kalangan

mahasiswa FISIP USU

Organism: Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara.

Response: Efek yang ditimbulkan melalui ekuitas merek BlackBerry berupa

pendapat, sikap dan perilaku mahasiswa yang terlihat dari tanggapan mereka terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.6. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus (Jalaluddinn, 2004:12). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan


(33)

kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. (Nawawi, 1993:40)

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur, digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur lainnya (Nawawi, 1993 : 56). Variabel bebas penelitian ini adalah:

Ekuitas Merek Indikatornya:

a. BlackBerry memiliki jaringan yang bagus

b. BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger) c. BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail

d. BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry Connect)

e. BlackBerry memiliki desain yang menarik 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nawawi, 1993:57). Variabel terikat penelitian ini adalah:


(34)

Brand Loyalty Indikatornya:

a. Pembeli yang setia/komit (comitted buyer) b. Pembeli yang berpindah-pindah (switcher) c. Pembeli yang menyukai merek (likes the brand) d. Pembeli yang bersifat kebiasaan (habitual buyer)

e. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer)

3. Variabel Antaseden (Z)

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang (responden) yang dapat membedakannya dengan orang lain yakni:

a. Jenis kelamin b. Angkatan c. Departemen

I.7. Model Teoritis

Model Teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait satu dengan lainnya. variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2 Model Teoritis


(35)

I.8. Variabel Operasional

Operasional adalah mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diamati dan diukur. (Rakhmat, 1993:1)

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka operasional variabel terkait yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Ekuitas Merek

• BlackBerry memiliki jaringan yang bagus

• BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger) • BlackBerry memiliki fasilitas

push e-mail

• BlackBerry memiliki fasilitas

koneksi Blackberry (BlackBerry Connect)

• BlackBerry memiliki desain yang menarik

Variabel Terikat (Y) Brand Loyalty

• Pembeli yang setia/komit (comitted buyer)

• Pembeli yang berpindah-pindah (switcher)


(36)

• Pembeli yang menyukai merek (likes the brand) • Pembeli yang bersifat

kebiasaan (habitual buyer) • Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer)

Variabel Anteseden (Z) Karakter Responden

• Jenis kelamin • Angkatan • Departemen

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) Ekuitas merek Indikatornya:

• BlackBerry memiliki jaringan yang bagus (id.BlackBerry.com), yaitu terdiri:


(37)

a. Jaringan CDMA2000 1X, memungkinkan kita untuk memelihara koneksi jaringan nirkabel untuk layanan data. Jaringan ini menyokong layanan untuk data berkecepatan-tinggi, dirancang untuk komunikasi data di area luas serta menawarkan layanan suara berkualitas tinggi, didukung oleh Ev-DO (Evolution Data Optimized) atau Evolusi Optimalisasi Data.

b. Jaringan GSM/GPRS/EDGE/UMTS, memungkinkan kita untuk memelihara koneksi virtual dengan jaringan nirkabel untuk layanan data. GPRS (General Packet Radio Service), EDGE (Enhanced Data rates for Global Evolution) dan UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) adalah sebuah jaringan paket yang bisa dipakai bergantian, dirancang untuk komunikasi data pada area luas, sementara GSM (Global System for Mobile Communications) memberikan layanan suara berkualitas tinggi. UMTS atau biasa dikenal sebagai 3GSM, memberikan sinkronisasi suara dan fungsionalitas data, memberikan dukungan bagi perpindahan data dengan kecepatan tinggi.

c. Jaringan Mike, mengggunakan teknologi Digital Enhanced Network (iDEN) yang telah terintegrasi. Teknologi yang serba digital ini dirancang untuk menyediakan suara berkualitas tinggi serta transmisi yang berskala nasional.


(38)

d. Jaringan Mobitex dan Nextel, yaitu jaringan yang dirancang untuk komunikasi data nirkabel pada area yang luas. Ia menyediakan cakupan yang luas dan penetrasi ke dalam gedung, pencarian data dengan mulus, pengiriman dan peneriman pesan dengan sangat cepat, serta layanan pesan tingkat lanjut yang dapat diandalkan (id.BlackBerry.com).

• BlackBerry memiliki fitur BBM (BlackBerry Messenger), yaitu sebuah fasilitas yang memungkinkan seseorang dapat mengirimkan SMS kepada pengguna BlackBerry lainnya, tanpa dikenakan pulsa. Cukup dengan menambahkan pengguna BlackBerry lainnya melalui PIN.

BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail, Pengguna tidak perlu mengakses Internet terlebih dulu dan membuka satu persatu surat-e yang masuk, atau pemeriksaan surat-e baru. Hal ini dimungkinkan karena pengguna akan terhubung secara terus-menerus dengan dunia maya melalui jaringan telepon seluler yang tersedia. Alat penyimpanan juga memungkinkan para pengguna untuk mengakses data yang sampai ketika berada di luar layanan jangkauan nirkabel. Begitu pengguna terhubung lagi, BlackBerry Enterprise Server akan menyampaikan data terbaru yang masuk. Kelebihan lainnya adalah kemampuan BlackBerry yang dapat menampung e-mail hingga puluhan ribu tanpa ada resiko hang, asalkan masih ada memori tersisa.


(39)

• BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry (BlackBerry Connect), dengan BlackBerry Connect, pengguna tidak lagi harus menggunakan perangkat genggam BlackBerry untuk memanfaatkan BlackBerry Internet Solution. Pengguna hanya perlu menginstalasi BlackBerry Connect pada smartphone merek apapun yang dimiliki, kita bisa memanfaatkan BlackBerry Internet Solution.

• BlackBerry memiliki desain yang menarik yang menjadi ciri khas dari BlackBerry itu sendiri. Sehingga ketika orang menggunakan BlackBerry, orang lain yang melihatnya akan langsung menyimpulkan bahwa itu adalah BlackBerry. Karena di salah satu sudut (belakang) BlackBerry tersebut, dibuat logo yang menandakan itu adalah BlackBerry.

2. Variabel Terikat (Y) Indikatornya:

• Pembeli yang setia/komit (comitted buyer)

Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek yang dalam hal ini adalah BlackBerry dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada orang lain.


(40)

• Pembeli yang berpindah-pindah (switcher)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Di sini ekuitas merek dari BlackBerry itu sendiri mulai dibuktikan, apakah pembeli tetap loyal pada suatu merek. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

• Pembeli yang menyukai merek (likes the brand)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Hal inilah yang senantiasa diusahakan oleh RIM melalui produk unggulannya BlackBerry agar pelanggan tetap menyukai merek BlackBerry dari berbagai kualitas yang ditawarkan.


(41)

Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya, maupun berbagai bentuk pengorbanan lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

• Pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer)

Pada tingkat ini pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan (switching cost) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya (switching cost loyal).


(42)

3. Variabel Z (Karakteristik Responden) • Jenis kelamin : Pria dan Wanita

• Angkatan : Angkatan tahun masuk universitas, yaitu 2008 dan 2009 yang masih aktif kuliah


(43)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita, barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Sebagai makluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ia ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Effendy, 2003:8). Komunikasi juga dapat diartikan sebaai bentuk interaksi antar manusia yang saling berpengaruh dan mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2002:20).


(44)

Secara etimologi istilah komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama yang dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30). Dari hal tersebut dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan maka komunikasi tidak akan terjadi.

Di antara sosiolog, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat,yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan sikap dan pendapat (Effendy, 2003:10). Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi itu meliputi proses penyampaian pesan, pembentukan kepercayaan, sikap, pendapat dan tingkah laku publik. Sedangkan menurut Wilbur Schramm seorang ahli linguistik, mengatakan communication berasal dari kata Latin “communis” yang artinya common atau sama. Jadi menurut Schramm jika mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, dkk, 2006:30).

Laswell menerangkan bahwa bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Laswell


(45)

media, komunikan, dan efek (Effendy, 2003:253). Paradigma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Who : Komunikator; orang yang menyampaikan pesan

2. Says What : Pernyataan yang didukung oleh lambing-lambang

3. In Which Channel : Media; sarana atau saluran yang mendukung pesan yang disampaikan.

4. To Whom : Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect : Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi yang telah menyebabkannya berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Dalam prosesnya, terjadi pertukaran informasi dan adanya saling ketergantungan. Sementara penyampaiannya dilakukan secara langsung maupun melalui media.

Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu pada dasarnya menyerapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan orang lain. Dengan demikian, suatu kegiatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak sosial terhadap masyarakat.

II.1.2. Proses Komunikasi

Kategori-kategori proses komunikasi ditinjau dari dua perspektif: 1. Proses komunikasi dalam perspektif Psikologis


(46)

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berminat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang adalah bahasa. Walter Lipman menyebut isi pesan itu “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann menamakannya “das Bewustseininhalte”. Proses “mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikan dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu yang kemudian ia transmisikan atau kirimkan kepada komunikan. Kemudian proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkusan pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi. Sebaliknya bilamana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi pun tidak terjadi (Effendy 2003:32).

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika lukisannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator kepada komunikanya itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau mata, atau indera-indera lainnya.


(47)

Proses komunikasi dalam perspektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional, bergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Ada kalanya komunikannya seorang, maka komunikasi dalam situasi ini dinamakan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, kadang-kadang komunikannya sekelompok orang: acapkali pula komunikannya tersebar dalam jumlah yang relatif amat banyak sehingga untuk menjangkaunya diperlukan suatu media atau sarana, maka komunikasi dalam situasi seperti ini dinamakan komunikasi massa (Effendy,2003:30).

II.1.3. Unsur-unsur Komunikasi

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif, maka diperlukan pemahaman tentang unsur komunikasi.

Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu komunikasi. (Cangara, 2006:23-26) sebagai berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator (source, sender).

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.


(48)

3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. 5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Tetapi, sebenarnya umpan


(49)

balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi.

II.1.4. Hambatan Komunikasi

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses (Effendy,2003:45).

a) Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantik. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sebagai contoh ialah gangguan suara ganda (interfensi) pada pesawat radio, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layer televisi, huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau terbalik atau halaman yang sobek pada surat kabar. Sedangkan gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik ini tersaring ke dalam pesan istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, maka akan lebih banyak gangguan semantik dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam sebuah pengertian.

b) Kepentingan

Interest atau kepentingan akan mebuat seseorang selektif dalam

menanggapi atau menghayati pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap. Perasaan, pikiran dan tingkah laku kita merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan (Effendy, 2003:47).


(50)

c) Motivasi Terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda berbeda dengan orang lain, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga karena motivasinya itu berbeda intensitasnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

d) Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan

terberat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, seperti sering kita dengar, melainkan juga terhadap agama, pendirian politik, pendek kata suatu perangsang yang dalam pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.

II.1.5. Ruang Lingkup Komunikasi

Dalam mempelajari komunikasi yang memiliki fungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Dalam menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan mengklasifikasikan ilmu komunikasi sebagai berikut:

1. Bidang Komunikasi

a. Komunikasi Sosial (social communication)

b. Komunikasi Organisasi/Manajemen (organization/managemen communication)

c. Komunikasi Bisnis (business communication) d. Komunikasi Politik (political communication)

e. Komunikasi Internasional (international communication) f. Komunikasi Antar budaya (intercultural communication) g. Komunikasi Pembangunan (development communication) h. Komunikasi Tradisional (traditional communication) i.

2. Sifat Komunikasi


(51)

b. Komunikasi tulisan (written communication) 2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a. Komunikasi kial (gestural/body communication) b. Komunikasi gambar (pictorial communication) 3. Komunikasi tatap muka (face to face communication) 4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

3. Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication)

− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) − Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti: Ceramah (lecture), Forum, Simposium, Diskusi panel, Seminar, Curahsaran (brainstorming).

Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

- Komunikasi Media Massa Cetak (printed mass media communicatio /public speaking) seperti , surat Kabar (daily), majalah (magazine)

- Komunikasi Media Massa Elektronik (electronik mass media communication) seperti, radio, televisi, film, dan lain-lain.

5. Komunikasi Medio (medio communication) seperti, surat, telepon, pamflet, poster, spaduk. Dan lain-lain yang tidak termasuk media massa.

6. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat yakni: 1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Untuk mengubah perilaku (to change behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Fungsi Komunikasi

a) Menginformasikan (to inform) b) Mendidik (to educate)

c) Menghibur (to entertain) d) Mempengaruhi (to influence)

Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu Dunia (Many Voices One World) menyatakan tentang fungsi komunikasi bila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai


(52)

pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, fungsi komunikasi dalam setiap system, yaitu sebagai berikut: (Effendy, 1995: 27-28)

1. Informasi

Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (Pemasyarakatan)

Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi

Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Perdebatan dan diskusi

Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5. Pendidikan

Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6. Memajukan Kebudayaan

Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu

7. Hiburan Penyebarluasan simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok, dan individu. 8. Integrasi Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu

kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

Teknik Komunikasi

a) Komunikasi informatif (informative communication) b) Komunikasi persuasif (persuasif communication) c) Komunikasi pervasif (pervasive communication)


(53)

d) Komunikasi koersif (coersive communication) e) Komunikasi instruktif (instructive communication) f) Komunikasi manusiawi (human relations)

Metode Komunikasi

a) Jurnalisme/jurnalistik (journalism) b) Hubungan masyarakat (public relations) c) Periklanan (advertising)

d) Propaganda

e) Perang urat syaraf (phsylogical warfare) f) Perpustakaan (library)

g) Lain-lain (Effendy, 2003:52-56)

II.2 Komunikasi Pemasaran

II.2.1 Sejarah Komunikasi Pemasaran

Sejarah menunjukkan bahwa Butler dari University of Chicago adalah orang pertama yang mengadopsi konsepsi pemasaran dari riset-riset penjualan pada tahun 1906. Beliau mengambil isrilah-istilah tersebut dari kajian ilmu ekonomi dari pemikiran teoritis Ricardo dan Adam Smith. Pada perkembangannya, semenjak tahun 1949 pemasaran (marketing) diangggap lebih luas, tidak hanya menyangkut unsur-unsur penjualan saja, maka kemudian mulailah masuk berbagai unsur di dalamnya. Dengan gemilang Borden pada tahun 1964 memperkenalkan konsep barunya tentang marketing mix. Baru setelah itu, kajian komunikasi pemasaran sudah dipastikan dikenal banyak orang, setelah terdapat pengembangan dan penemuan-penemuan, baru diketahui bahwa komunikasi pemasaran itu bersifat multidisipliner (Prisgunanto, 2006:28).

Pada pertengahan abad ke-18, seorang pelaku pasar (marketer) bernama Josiah Wedgwood membangun program perluasan promosi penjualan dengan mengirimkan semacam hadiah-hadiah pada acara makan malam ala Cina kepada


(54)

raja-raja Eropa. Kegiatan ini akhirnya menjadi kegiatan rutin dan gaya sajian tradisi istana yang diikuti oleh kalangan bangsawan dan kerabat istana pada waktu itu.

Promosi penjualan gaya tersebut sebenarnya mengadopsi gaya program promosi penjualan Cina pada abad 600 SM, dimana para pengecor dan pengrajin logam pada saat itu berlomba-lomba memberikan hasil terbaiknya kepada kaidar Zhou yang berkuasa, seperti pernak-pernik perunggu untuk acara keagamaan dan sebagainya.

Pada masa kaisar Zhou, pemberian karya logam tersebut bukanlah sebuah upeti pedagang logam dan pengrajin, melainkan salah satu bentuk strategi komunikasi pemasaran yang ada, sebab dalam sistem feodal, sang pemimpin adalah segalanya dan menjadi tren gaya hidup mewah yang akan diikuti oleh kalangan bangsawan dan kerabat istana.

Bagi pengrajin atau pengecor logam (perunggu) kegiatan ini sangatlah menguntungkan karena dalam kerajaan, sistem jual belinya sudah mengenal uang emas. Dengan demikian mereka akan lebih leluasa dalam menentukan dan mengembangkan usaha. Tentu faktor ini sangat menguntungkan serta menggairahkan sistem penjualan dan perdagangan bagi pelaku pemasaran (Prisgunanto, 2006:29)

II.2.2. Defenisi Komunikasi Pemasaran

Pada dasarnya komunikasi pemasaran dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan.


(55)

Komunikasi pemasaran dapat berusaha membujuk konsumen potensial agar berhasrat masuk ke dalam hubungan pertukaran.

Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. (Tjiptono, 1997:219)

Komunikasi pemasaran juga dapat digunakan sebagai pengingat bagi konsumen mengenai keberadaan produk, yang pada masa lalu pernah dilakukan transaksi pada produk itu. Konsumen diingatkan bahwa produk yang dulu itu ada, sekarang juga ada dan tersedia di pasar. Seolah-olah kepada konsumen disampaikan istilah “silakan anda mengkonsumsi produk yang dulu pernah anda beli, dan kualitas produk kami masih sebaik dulu, bahkan telah kami tingkatkan sesuai dengan selera anda”.

Kebanyakan orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada di bawah periklanan dan promosi, namun pada perkembangannya saat ini, komunikasi pemasaran muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih kompleks dan berbeda. Pada akhirnya, banyak akademisi dan praktisi mendefinisikan komunikasi pemasaran yaitu semua elemen-elemen promosi dari marketing mix. Crosier menjelaskan bahwa istilah-istilah tersebut disamaartikan karena terdapat konteks pengertian yang sama dalam memahami proses untuk konteks pijakan dasar 4P’s (Product, Price, Promotion, Place).


(56)

Komunikasi pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan menawarkan, serta secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (kotler, 1997:9).

Menurut William G. Nickels (Purba, 2006:126) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berh]jalan secara efektif dan efisien.

Menurut Sutisna (Purba, 2006:126-127) menyatakan komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen saran mengenai perbedaan produk di pasar. Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan mengunakan bauran pemasaran (promotion mix), yaitu: iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity), serta pemasaran langsung (direct marketing).

Banyak ahli yang sepakat bahwa konsep inti komunikasi pemasaran adalah pertukaran (exhange). Alasan yang mendasari bahwa konsep inti pemasaran adalah pertukaran yaitu bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan satu individu dengan individu lainnya merupakan pertukaran. Tidak ada individu yang mendapatkan sesuatu tanpa memberikan sesuatu baik langsung maupun tidak langsung. Alasan terjadinya pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan.

Sebuah kutipan Bagozzi yang dikutip oleh Susiana (Purba, 2006:125-126) menyebutkan beberapa asumsi yang mendasari terjadinya pertukaran yaitu: (1)


(57)

setiap orang adalah berperilaku rasional; (2) mereka berusaha untuk memaksimumkan kepuasan mereka dalam pertukaran; (3) mereka mempunyai informasi yang lengkap atas berbagai alternatif yang ersedia bagi mereka dalam pertukaran; (4) pertukaran itu secara relatif bebas dari pengaruh luar. Berikut ini adalah Model Komunikasi Pemasaran.

Gambar 3

Model Komunikasi Pemasaran

Sumber: Tjiptono, 1997:219

Ada tiga unsur pokok dalam struktur pemasaran sebagaimana yang tergambar pada bagan di atas.

1. Pelaku komunikasi

Terdiri atas pengirim (sender) yang menyampaikan pesan dan penerima. Dalam konteks ini, komunikatornya adalah


(58)

produsen/perusahaan, sedangkan komunikannya adalah khalayak, seperti masyarakat umum.

2. Material komunikasi

Ada beberapa material komunikasi pemasaran yang penting, yaitu: a. Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim. b. Pesan, yakni himpunan berbagai simbol baik verbal maupun non

verbal dari suatu gagasan

c. Media, yaitu pembawa pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi dapat dipilih dari tenaga konsultan misalnya.

d. Respon, yaitu reaksi pemahaman atas pesan yang diterima penerima.

e. Feedback, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon yang dikirim kembali oleh penerima.

f. Gangguan (noise), yakni segala sesuatu yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi pemasaran.

3. Proses komunikasi, yakni proses penyampaian pesan dari pengirim ke penerima maupun respon dari penerima kepada pengirim akan memerlukan dua kegiatan, yaitu:

a. Encoding, yaitu proses merancang atau mengubah gagasan secara

simbolik menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada penerima.

b. Decoding, yaitu proses menguraikan simbol sehingga pesan yang


(59)

II.2.3 Sifat Dasar Komunikasi Pemasaran

Hal yang harus dipahami adalah bagaimana komunikasi pemasaran itu bekerja dan adakah sifat dasar serta karakteristik yang dibawanya. Pemahaman kepada keunikan-keunikan dan karakteristik komunikasi adalah awal dari dasar keberhasilan komunikasi pemasaran itu sendiri. Pada kenyataanya, banyak perusahaan dan institusi yang mengabaikan atau menyepelekan aspek-aspek yang mendasar ini. Alhasil, tanpa disadari, justru komunikasi pemasaran yang mereka lakukan menyimpang dan menimbulkan efek-efek negatif yang bertentangan dengan yang diinginkan.

Inti permasalahan komunikasi pemasaran di sini adalah sesuatu yang klasik, yakni disinterpretasi dan penyimpangan pesan komunikasi pemasaran yang ada dalam aktivitas komunikasi tersebut. Tetap saja disini masalah penyimpangan pemahaman pesan oleh komunikator tidak sesuai dengan komunikan. Kondisi inilah yang perlu dihindari oleh mereka yang melakukan aktivitas komunikasi. Oleh sebab itu, diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi dalam sebuah komunikasi pemasaran (Prisgunanto, 2006:13).

Satu hal lagi yang perlu ditekankan dalam melihat sifat dari komunikasi pemasaran di sini, yaitu komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah, sebaliknya justru dua arah. Misalnya, sebuah perusahaan melakukan aktivitas strategi pemasaran dengan pemasangan iklan. Disini, perusahaan sudah berusaha memberikan informasi kepada pelanggan dalam keperluan dalam mendapat masukan akan produk mereka. Masukan dari pelanggan, baik secara langsung maupun tidak, akan sangat berarti dan berguna


(60)

bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki (Prisgunanto, 2006:14).

Proses komunikasi yang berlangsung guna mendukung aktivitas pemasaran tentunya harus mengenali latar belakang dan keinginan calon konsumennya. Keinginan tersebut pastilah didasarkan pada kebutuhannya akan barang dan jasa. Sifat dasar sebuah proses komunikasi pemasaran ialah keterbukaan dan kesalingtergantungan yang berlangsug antara penguasa pasar dan publik sebagai pangsa pasarnya (Sunarto, 2004:139).

Dua sifat dasar komunikasi pemasaran lainnya, yaitu komunikasi tertuju (intended) dan tidak tertuju (unintended). Orang dalam berkomunikasi pada umumnya ingin agar pesan yang disampaikan kepada orang yang tertuju atau dimaksudkan diterima dan dipahami sepenuhnya. Di sini, pesan diartikan tidak asal diterima saja, tetapi memiliki interpretasi dengan maksud yang sama dengan apa yang diinginkan atau disampaikan komunikator. Bentuk komunikasi seperti ini adalah model paling ideal dan efisien yang memang diinginkan dalam proses komunikasi pemasaran. Hal ini tentu sesuai dengan pendapat Shannon bahwa komunikasi harus tidak ada penyimpangan (noise) sehingga akan membuat kesalahan interpretasi dan pemahaman (Prisgunanto, 2006:15).

Masalah komunikasi pemasaran seperti masalah intensional dan anientensional menjadi dasar dari berhasil tidaknya pesan sampai ke khalayak. Hal yang sering terjadi adalah munculnya disinterpretasi pesan oleh komunikan karena pesan tidak tertuju dan pihak tertuju tidak tepat. Semua ini bisa terjadi, berangkat dari ketidakmengertian akan strategi dan taktik si komunikator dalam


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh dari lapangan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. BlackBerry sebagai sebuah handphone pintar dengan berbagai fitur yang disediakan seperti BlackBerry yang memiliki jaringan yang bagus, fitur BlackBerry Messenger (BBM), fasilitas push e-mail, koneksi BlackBerry (BlackBerry connect), dan desain yang menarik, ternyata telah memiliki ekuitas merek yang cukup kuat di kalangan mahasiswa FISIP USU.

2. Dengan menggunakan BlackBerry, mahasiswa FISIP USU mengakui bahwa mereka sangat terbantu dan merasa puas dengan penggunaan BlackBerry tersebut. Tidak hanya dari segi penggunaanya sebagai alat komunikasi semata tetapi juga dalam mengakses berbagai situs untuk melengkapi bahan-bahan perkuliahan serta pengiriman berbagai data dengan orang lain melalui fitur push e-mail. Selain itu penggunaan BlackBerry juga dapat meningkatkan prestige seseorang.

3. Keberadaan fitur-fitur, desain, dan berbagai fasilitas lain yang menjadi keunikan BlackBerry sangat berpengaruh pada tingkat loyalitas responden sebagai pengguna termasuk harga yang juga menjadi bahan pertimbangan mereka sebelum menggunakan BlackBerry. Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin


(2)

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada merek tersebut ditemukan adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya.

4. Kepuasan merupakan awal dari urutan transisi perubahan yang berkulminasi pada sebuah kondisi loyalitas yang terpisah dan loyalitas bisa saja menjadi bebas terhadap kepuasan sehingga ketidakpuasan tidak akan berpengaruh pada loyalitas.

5. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek BlackBerry memang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap brand loyalty dalam penggunaanya sebagai salah satu alat komunikasi. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mereka puas dengan fasilitas BlackBerry. Semakin kuat suatu ekuitas merek itu dibangun maka semakin tinggi tingkat loyalitas merek yang diperoleh dari pengguna produk.

V.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh ekuitas merek BlackBerry terhadap brand loyalty, saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan RIM (Research in Motion) hendaknya dapat memperbaiki berbagai masalah yang ditemui oleh para pengguna BlackBerry yang beberapa diantaranya merasa kurang puas terhadap pelayanan dari fasilitas yang disediakan, khususnya penyediaan service centre. selain itu juga semakin meningkatkan kualitas dari BlackBerry itu sendiri. Hal ini


(3)

memungkinkan seseorang untuk semakin loyal terhadap suatu produk dan tentunya diseimbangkan dengan harga produk tersebut.

2. Perusahaan sebaiknya juga memperhatikan merek BlackBerry itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan dari pertanyaan yang diajukan pada kuesioner, beberapa diantaranya mengatakan bahwa merek BlackBerry bukan merupakan merek handphone pertama yang muncul dalam ingatan mereka. Hal ini merupakan masukan yang sangat baik bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan strategi dalam mempromosikan merek BlackBerry sebagai suatu merek yang memang memiliki ekuitas merek yang kuat dan dapat diingat oleh setiap orang.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum.

Ardianto, Elvinaro & Lukrati. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Harvied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dharmmesta, B.S. 1999. Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol 14 No.3, pp7388.

Dodds, William B., dan Kent B. Monroe. 1985. The Effect of Brand and Price Information on Subjective Product Evaluations. Advance in Consumer Research. Volume 12, pp85-90.

Dominick, Joseph R. 2002. The Dinamyc Mass Communication: Media In The Digital Age 7 Edition, New York: The Mc Graw-Hill Companies.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo.

... 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Liliweri, Alo. 1992. Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nawawi, Hadari. 2004. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Prisgunanto, ilham. 2006. Komunikasi Pemasaran: Strategi & Taktik. Bogor: Ghalia Indonesia

Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sendjaja, S. Djuarsa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S

Singh, Jagdip, and Deepak Sirdeshmukh. 2000. Agency and Trust Mecanism in consumer satisfaction and loyalty Judgement. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol 28 No.1. pp150-167.


(6)

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI.

Wiharto, Bambang. 2002. Peran Mekanisme Agensi, Kepercayaan dan Komitmen dalam Membangun Nilai dan Loyalitas Pelanggan: Perspektif Pemasaran Jasa Relasional. Disertasi. Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Indonesia

Website :

Id.BlackBerry.com, diakses pada tanggal 19 Februari 2011, pukul 20.00 WIB

WIB

http://www.tempointeraktif.com, diakses pada tanggal 25 Maret 2011, pukul 12.48 WIB

Jurnal-sdm.blogspot.com, diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 15.50 WIB


Dokumen yang terkait

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Susu UHT Merek Ultramilk Di Wilayah Kelurahan Titi Rantai Medan

3 24 101

Pengaruh Brand Trust terhadap Brand Loyalty Produk-produk Nokia pada Pegawai Universitas Sumatera Utara

1 40 107

Pengaruh Perceived Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

1 38 124

Analisis Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) terhadap Keputusan Pembelian Produk Telkomsel Flash di Grapari Selecta Medan

6 102 217

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Trust in a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua di Daerah Medan Baru.

1 28 83

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand & Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Produk Air Minum Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMSU Medan

0 46 79

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

2 65 105

PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Handphone Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

0 1 14